Anda di halaman 1dari 9

Kelompok BAB 4

-Angga Adi Pratama


-Dina Putri Andini
-Revaldi Chiko S.
-Sulthan Allam Ammar Rizki
-Tiara Salwa S.

BAB 4

Menjalin Kebersamaan dengan Saling Menasihati

BAB I
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kami karunia
nikmat dan kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, dan terus dapat
menimba ilmu di SMAN 97 Jakarta ini.
Penulisan makalah ini merupakan sebuah tugas dari mata pelajaran agama Islam dengan guru
yang bersangkutan. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
dan pengetahuan pada mata kuliah yang sedang dipelajari, agar kami semua menjadi
mahasiswa yang berguna bagi agama, bangsa dan negara.
Dengan tersusunnya makalah ini kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan
kelemahan, demi kesempurnaan makalah ini kami sangat berharap perbaikan, kritik dan saran
yang sifatnya membangun apabila terdapat kesalahan.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi saya
sendiri umumnya para pembaca makalah ini.

Terima kasih, wassalamu’ alaikum.


MEMBUKA RELUNG HATI

Pada dasarnya, setiap individu muslim diperintahkan untuk melak-sanakan dakwah Islam
sesuai dengankadar kemampuannya. Siswa muslim juga punya kewajiban itu. ApalagiAllah
Swt. memberi predikat kepadakita sebagai khairu ummah
(sebaik- baiknya umat). Predikat ini akan sesuai jika kita selalu berusaha
di barisan depan orang-orang yanggemar berdakwah.Banyak dalil atau ayat dan hadisyang
menyebutkan kewajiban dakwah bagi setiap individu mukmin. Dalamsebuah hadis
Rasulullah saw. bersabda:Artinya:

  ‫بلِّغوا‬
‫ أن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬:‫عن عبدهللا بن عمرو بن العاص رضي هللا عنهما‬
‫ي متع ِّمدًا فليتب َّوْأ مقعدَه من‬
َّ ‫ و َمن كذب عل‬،‫ وحدِّثوا عن بني إسرائيل وال ح َرج‬،‫عني ولو آية‬
‫رواه البخاري‬.  ‫النار‬.
  Dari ‘Abdullah bin ‘Amr. dituturkan, bahwasanya Rasulullah saw.bersabda,
“Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat.”(HR. Bukhari).

BAB II
A. Pengertian Dakwah,Tabligh dan Khutbah

1. Khutbah
Pengertian Khutbah adalah memberi nasihat dalam kegiatan ibadah seperti; alat (alat
Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, Istisqo, Kusuf),  wukuf, dan nikah. Menurut istilah,  khutbah
berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun tertentu yang
berkaitan langsung dengan keabsahan atau kesunahan ibadah. Misalnya khutbah Jumat untuk
alat Jum’at, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah. Khutbah diawali dengan hamdallah,
salawat, wasiat taqwa, dan doa.

2. Tabligh
Pengertian Tablig  yang berarti menyampaikan, memberitahukan dengan lisan. Menurut
istilah, tablig adalah kegiatan menyampaikan pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada satu
orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah saw.
memerintahkan kepada sahabat yang datang di majelisnya untuk menyampaikan suatu ayat
kepada sahabat yang tidak hadir. Dalam pelaksanaan tablig, seorang mubaligh (orang yang
menyampaikan tablig) biasanya menyampaikan tablig-nya dengan gaya dan retorika yang
menarik. Ada pula istilah tablig akbar, yaitu kegiatan menyampaikan “pesan” Allah  Swt.
dalam jumlah pendengar yang cukup banyak.

3. Dakwah
Pengertian Dakwah yang berarti memanggil, menyeru, mengajak pada sesuatu hal. Menurut
istilah, dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt.
secara lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisan dan da’wah bilhal.
Kegiatan dakwah bukan hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya,
santunan anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya.

BAB III
B. Pentingnya Khutbah,Tabligh dan Dakwah

1. Pentingnya Khutbah
Pentingnya Khutbah. Khutbah bermakna memberi nasihat dalam kegiatan ibadah seperti;
shalat (shalat Jumat, Idul Fitri, Idul Adha, Istisqo, Kusuf), wukuf, dan nikah. Menurut istilah,
khutbah berarti kegiatan ceramah kepada sejumlah orang Islam dengan syarat dan rukun
tertentu yang berkaitan langsung dengan keabsahan atau kesunahan ibadah. Misalnya
khutbah Jumat untuk ṡalat Jum’at, khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah. Khutbah
diawali dengan hamdallah, shalawat, wasiat taqwa, dan doa. Sebagaimana dijelaskan di atas,
bahwa khutbah masuk pada aktivitas ibadah. Maka, khutbah tidak mungkin bisa ditinggalkan
karena akan membatalkan rangkaian aktivitas ibadah. Contoh, apabila shalat Jumat tidak ada
khutbahnya, shalat Jumat tidak sah. Apabila wukuf di Arafah tidak ada khutbahnya,
wukufnya tidak sah.
Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk berdakwah dan
membimbing manusia menuju ke-riḍa-an Allah Swt. Hal ini jika khutbah dimanfaatkan
sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi yang dibutuhkan oleh hadirin menyangkut
masalah kehidupannya, dengan ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara yang menarik
serta tidak membosankan.
Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat Islam sehingga sepantasnya seorang
khatib melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Seorang khathib harus memahami
aqidah yang saḥihah (benar) sehingga dia tidak sesat dan menyesatkan orang lain. Seorang
khatib seharusnya memahami fiqh sehingga mampu membimbing manusia dengan cahaya
syariat menuju jalan yang lurus. Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat,
kemudian mengingatkan mereka dari penyimpangan-penyimpangan dan mendorong kepada
ketaatan. Seorang khatib sepantasnya juga seorang yang salih, mengamalkan ilmunya, tidak
melanggar larangan sehingga akan memberikan pengaruh kebaikan kepada para pendengar.

2. Pentingnya Tabligh
Tabligh berasal dari kata: yang berarti menyampaikan, memberitahukan dengan lisan.
Menurut istilah, tablig adalah kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Swt. secara lisan kepada
satu orang Islam atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya. Misalnya, Rasulullah Saw.
memerintahkan kepada sahabat yang datang di majlisnya untuk menyampaikan suatu ayat
kepada sahabat yang tidak hadir.
Salah satu sifat wajib bagi rasul adalah tablig, yakni menyampaikan wahyu dari Allah Swt.
kepada umatnya. Semasa Nabi Muhammad Saw. masih hidup, seluruh waktunya dihabiskan
untuk menyampaikan wahyu kepada umatnya. Setelah Rasulullah Saw. wafat, kebiasaan ini
dilanjutkan oleh para sahabatnya, para tabi’in (pengikutnya sahabat), dan tabi’it-tabi’in
(pengikut pengikutnya sahabat).
Setelah mereka semuanya tiada, siapakah yang akan meneruskan kebiasaan menyampaikan
ajaran Islam kepada orang-orang sesudahnya? Kita sebagai siswa muslim punya tanggung
jawab untuk meneruskan kebiasaan bertabligh tersebut.
Banyak yang menyangka bahwa tugas tablig hanyalah tugas alim ulama saja. Hal itu tidak
benar. Setiap orang yang mengetahui kemungkaran yang terjadi di hadapannya, ia wajib
mencegahnya atau menghentikannya, baik dengan tangannya (kekuasaanya), mulutnya
(nasihat), atau dengan hatinya (bahwa ia tidak ikut dalam kemungkaran tersebut).
Seseorang tidak mesti menjadi ulama terlebih dulu. Siapa pun yang melihat kemungkaran
terjadi di depan matanya, dan ia mampu menghentikannya, ia wajib menghentikannya. Bagi
yang mengerti suatu permasalahan agama, ia mesti menyampaikannya kepada yang lain,
siapa pun mereka. Sebagaimana hadis Rasulullah Saw.:
Dari Abi Said al-Khudri ra. berkata, saya mendengar Rasulullah Saw. bersabda: "Barangsiapa
yang melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Apabila tidak mampu maka
ubahlah dengan lisannya. apabila tidak mampu maka dengan hatinya (tidak mengikuti
kemungkaran tersebut), dan itu selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim).

3. Pentingnya Dakwah
Dakwah yang berarti memanggil, menyeru, mengajak pada sesuatu hal. Menurut istilah,
dakwah adalah kegiatan mengajak orang lain, seseorang atau lebih ke jalan Allah Swt. secara
lisan atau perbuatan. Di sini dikenal adanya da’wah billisan dan da’wah bilhal. Kegiatan
bukan hanya ceramah, tetapi juga aksi sosial yang nyata. Misalnya, santunan anak yatim,
sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan lain sebagainya.
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama ada yang menyebut
berdakwah itu hukumnya farḍu kifayah (kewajiban kolektif), sebagian lainnya menyatakan
farḍu ain. Meski begitu, Rasulullah Saw. tetap selalu mengajarkan agar seorang muslim
selalu menyeru pada jalan kebaikan dengan cara-cara yang baik.
Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat dan mendapat riḍa dari Allah Swt. Nabi Muhammad Saw.
mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan berbagai cara melalui lisan, tulisan dan
perbuatan.
Rasulullah Saw. memulai dakwahnya kepada istri, keluarga, dan temanteman karibnya
hingga raja-raja yang berkuasa pada saat itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau
risalah Rasulullah saw. adalah Kaisar Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra
dari Persia (Iran), dan Raja Najasyi dari Habasyah (Ethiopia). Ada beberapa metode dakwah
yang bisa dilakukan seorang muslim menurut syariat.

َ ‫ُوف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر ۚ َوُأو ٰلَِئ‬


َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُون‬ ِ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِم ْن ُك ْم ُأ َّمةٌ يَ ْد ُعونَ ِإلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah
orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran: 104).

BAB IV
C. Ketantuan Khutbah,Tabligh dan Dakwah

1. Ketentuan Khutbah
a.) Syarat Seorang Khatib
 Islam.
 Ballig.
 Berakal sehat.
 Mengetahui ilmu agama.
b.) Syarat Dua Khutbah
 Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur.
 Khatib duduk di antara dua khutbah.
 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
 Tertib.
c.) Syarat-syarat Khotbah Jumat
 Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari (masuk waktu dzuhur).
 Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.
 Khatib harus laki-laki.
 Khatib duduk di antara dua khutbah.
 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
 Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).
 Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.
d.) Rukun Khutbah
 Membaca hamdallah.
 Membaca syahadat.
 Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wassalam.
 Berwasiat taqwa.
 Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
 Berdoa pada khutbah kedua.
e.) Sunah-sunah Khutbah Jumat
 Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.
 Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah dipahami, dan
disampaikan dengan penuh semangat.
 Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan jangan terlalu panjang,
sebaliknya solat Jumatnya yang diperpanjang.
 Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.
 Menertibkan rukun-rukun khutbah.
 Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.
Tambahan :
 Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat, Idul Fitri,
Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu pada waktu
pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali dengan takbir.
 Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah dan
merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan ahsar (di
qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya pada waktu
pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.
2. Ketentuan Tabligh
Syarat Muballig
 Islam.
 Ballig.
 Berakal sehat.
 Mendalami ajaran Agama Islam.
Etika dalam Menyampaikan Tabligh
 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
 Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.
 Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama.
 Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum yang kuat, sumbernya
juga harus jelas.
 Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan kondisi, psikologis dan
sosiologi si penerima.
 Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan, berselisih, dan/atau mencari
kesalahan orang lain.

3. Ketentuan Dakwah
a.) Syarat Seorang Da’i
 Islam.
 Ballig.
 Berakal sehat.
 Mendalami ajaran Agama Islam.
b.) Etika dalam Berdakwah
 Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan jelas, tegas dan sikap yang
bijaksana).
 Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat yang baik, yaitu cara
persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif (pengajaran).
 Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.
 Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau bertukar pikiran yang
berjalan dengan dinamis dan santun serta menghargai pendapat orang lain.
c.) Objek Dakwah (Mad’u)
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang yang diajak kepada
agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si
pendakwah itu sendiri.

d.) Materi Dakwah (Al Maudhu’)

Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan kepada subyek dakwah kepada objek
dakwah yang meliputi seluruh ajaran Islam yang bersumber dari Al Quran maupun Hadist.

Secara umum, materi dakwah mencakup 4 hal yaitu : akidah (keyakinan), syariah (hukum),
akhlak (perilaku), dan muamalah (hubungan sosial).

e.) Metode Dakwah (asalibud da’wah)

Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i dalam berdakwah agar
maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode dakwah tersebut telah disebutkan dalam Al
Quran Surah An-Nahl ayat 125 yang artinya :
  “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang
lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa
yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl/16 : 125)

Metode dakwah tersebut jika kita jabarkan menjadi :

a.) Berdakwah dengan Hikmah


 Al Quran dan sunah.
 Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna.
 Manfaat serta rahasia setiap hari.
b.) Berdakwah dengan Mau’idah Hasanah
 Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi peringatan jika melakukan
maksiat.
 Ucapan yang lemah lembut.
 Pengajaran yang mengandung pesan positif.
Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat yang diucapkan dengan perkataan
lemah lembut sehingga dapat masuk ke dalam hati orang yang didakwahi dan dapat diterima
dengan penuh kesadaran.
c.) Berdakwah dengan Mujadalah Ahsan
 Mujadalah ahsan adalah melakukan diskusi, bertukar pikiran ataupun membantah
perkataan yang lembut dan tidak menggunakan ucapan yang kasar sehingga dapat
diterima oleh lawan dengan lapang dada.

Anda mungkin juga menyukai