Nama :
Kata Pengantar
Makalah ini merupakan hasil observasi dan merupakan salah satu persyaratan
untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran “ Pendidikan Agama Islam “ tentang
“Saling Menasehati Dalam Islam” yang mencakup hal-hal tentang khotbah, tabliq,
dan dakwah di SMA NEGERI 1 Singosari.
Semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi saya dan umumnya bagi pembaca
sekalian Terutama untuk kelas saya tercinta.
Malang, 6 Desember 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengertian Nasihat
B. Saling Menasehati
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Nasihat
Saling mengingatkan dalam hal kebaikan adalah kewajiban sesama muslim.
Dalam islam, mengingatkan orang lain secara lisan semacam itu biasa disebut dengan
nasihat, wasiat, tausiyah, mau’izah, dan tazkirah (peringatan). Semua kegiatan itu
adalah bagian dari dakwah, yaitu dakwah bilisan (secara lisan), karena hanya berupa
ceramah, sedangkan dakwah bukan hanya melalui lisan.
Dalam al-Qur’an tidak didapati kata nasihat kecuali akar kata seperti
kata nashahû ص ُحوا
َ َ نyang berarti ikhlas nasihat kepada Allah dalam QS.
Al-Taubah/9: 91 dan kata Nâshihun berarti penasehat
“Agama adalah nasehat. Kemudian kami (para shahabat) bertanya, “Nasehat untuk
siapa?”, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab, “Untuk Allah, untuk
Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum muslimin dan untuk kaum
muslimin secara umum” HR. Imam Muslim
Mayoritas isi kandungan agama adalah nasihat. Ada beberapa pengertian nasihat
yang berbeda bergantuk konteks kepada siapa nasihat itu diberika. Al-Khathabiy dan
ulama lain memberikan arti nasihat sebagaimana yang dikutib oleh al-Nawawi pada
sayarah Muslim sebagai berikut:
1. Nasihat untuk Allah diartikan beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya,
mematuhi segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya.
2. Nasihat bagi kitab Allah, maknanya beriman keagungan kalam Allah al-Qur’an,
membaca, memahami dan mengamalkannya
Kata Nasihat sinonim mauizhah sebagaimana yang disebutkan akar kata pada QS.
Lukman/31 : 13 mauizhanya Lukman terhadap anaknya.
) فَإ ِّ ْن لَ ْم تَ ُك ْن ت ََراهُ فَإِّنَّهُ َي َراكَ …(رواه مسلم،ُ أ َ ْن تَ ْعبُدَ هللاِّ َكأَنــَّـكَ ت ََراه: ساِّن قَا َل ِّ قَا َل فَأ َ ْخ ِّب ْر ِّن ْي َع ِّن
َ ْاإلح
Kemudian dia berkata lagi, “Beritakan padaku tentang Ihsan”. Lalu Rasul bersabda:
“Kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat
melihat-Nya maka sesungguhnya Allah melihat kamu”…(HR. Muslim)
Ihsan dalam ibadah berarti membaguskan ibadah, yaitu menyembah Allah seolah
melihat-Nya atau kalau tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kita.
Maknanya usahakan ibadahnya dibuat yang paling bagus dengan menjaga adab dan
tata kramanya baik lahir maupun batin, terutama, keikhlasan, kekhusyu’an dan ke
khudhu’annya. Sedangkan ihsan berbuat baik dalam bermuamalah dengan sesama
saudara dengan shilatur rahim, membantu kerepotan dan kekurangannya.
Kata “an nashihah” merupakan kata yang luas cakupan maknanya, maknanya
adalah menghendaki kebaikan bagi orang lain yang diberi nasehat. Perbuatan
seseorang yang memberi nasehat kepada orang lain, pada hakekatnya adalah
menghendaki kebaikan pada orang yang diberi nasehat.
Kata ‘an nashihah’dalam bahasa Arab, dapat ditafsirkan dengan dua penafsiran :
1. Pertama, kata ‘an nashihah’ dimaknai dengan (‘ )الخلوصal khulus’, yang
artinya suci dan bersih dari kotoran. Semisal dikatakan dalam bahasa
arab : (‘)عسل ناصحaslun nashihun’, artinya madu yang tidak tercampur dengan
pengotor apapun.
2. Kedua, kata ‘an nashihah’ dimaknai dengan ‘al iltiamu syaiaini’ (dua hal
yang saling merapat dan bersatu, sehingga tidak berjauhan di antara keduanya).
Artinya kita membuat hubungan yang sesuai antara dua hal, sehingga kedua hal
tersebut merapat dan tidak ada celah di antara keduanya. Maka dikatakan bahwa
penjahit (‘ )الخياطal khiyatu’ merupakan orang yang memberikan
nasehat (‘ )ناصحan nashihu’, karena biasanya seorang penjahit menyatukan
antara dua sisi kain dengan jahitan yang dia buat.
Adapun nasehat kepada tiga yang awal, yaitu kepada Allah subhanahu wa ta’ala,
kepada Kitab-Nya dan kepada Rasul-Nya, maka makna nasehat di sini dimaknai
dengan ‘iltiamu syaiaini/ merapatnya hubungan antara kedua hal, sehingga keduanya
saling berdekatan dan tidak terpisah. Yaitu dengan memenuhi haknya masing-masing
secara penuh, berupa hak Allah subhanahu wa ta’ala, hak Kitab-Nya dan hak
Rasul-Nya , sebagaimana disebutkan dalam hadits.
B. Saling Menasehati
Agama adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat biasa bukan
pemimpin), maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan memberikan kasih
sayang kepada orang-orang kecil, memperhatikan kepentingan mereka, mengajari
apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan semua hal yang
membahayakan mereka.
''Dan, hendaklah ada dari antara kamu segolongan umat yang berseru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan,
merekalah orang-orang yang beruntung.'' (QS Ali Imran [3]: 104).
Nasihat yang baik yang boleh kita sampaikan adalah nasihat yang benar,
mengandung muatan positif, dan tentunya penuh makna serta manfaat bagi semua
orang, yaitu mengajak pada kebajikan dan menjauhi kemungkaran yang berdasarkan
Alquran dan sunah.
Dengan nasihat, kita harus membantu yang lupa agar menjadi ingat,
membantu yang lalai agar menjadi semangat, yang tergelincir menjadi bangkit
kembali, yang berlumur dosa menjadi bertobat. Intinya, kalau dilandasi niat yang baik,
tentu akan melahirkan kebaikan pula.
سانَ ِّب َوا ِّلدَ ْي ِّه َ اإل ْن َّ ) َو َو13( ظ ْل ٌم َع ِّظي ٌم
ِّ ْ ص ْينَا ُ َاّلِلِّ ِّإ َّن الش ِّْركَ ل
َّ ي َِل ت ُ ْش ِّر ْك ِّب ُ َو ِّإ ْذ قَا َل لُ ْق َمانُ ِِّل ْبنِّ ِّه َوه َُو َي ِّع
َّ َظهُ يَا بُن
)14( ير ُ ص ِّ ي ْال َم َ َح َملَتْهُ أ ُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَى َو ْه ٍن َو ِّف
َّ َصالُهُ ِّفي َعا َمي ِّْن أ َ ِّن ا ْش ُك ْر ِّلي َو ِّل َوا ِّلدَيْكَ ِّإل
Kosa kata:
ُ يَ ِّع
memberi nasihat akan dia , memberi mau’izhah kepadanya = ُظه
ار ذِّي ْالقُ ْربَى ِّ ين َو ْال َج َ سا ًنا َوبِّذِّي ْالقُ ْربَى َو ْاليَتَا َمى َو ْال َم
ِّ سا ِّك َ ْش ْيئًا َوبِّ ْال َوا ِّلدَي ِّْن إِّح
َ َّللاَ َو َِل ت ُ ْش ِّر ُكوا بِّ ِّه
َّ َوا ْعبُد ُوا
ً َّللاَ َِل ي ُِّحبُّ َم ْن َكانَ ُم ْخت ًَاِل فَ ُخ
ورا َ ْ س ِّبي ِّل َو َما َملَك
َّ َت أ ْي َمانُ ُك ْم ِّإ َّن ْ
ِّ ب ِّبال َج ْن
َّ ب َواب ِّْن ال ِّ اح ِّ ص
َّ ب َوال ْ
ِّ ُار ال ُجن ْ
ِّ َوال َج
Kosa Kata:
1) Ikhlaskan niat
4) Tidak Memaksa
“Hati itu memiliki rasa suka dan keterbukaan. Hati juga memiliki
kemalasan dan penolakan. Maka raihlah ketika ia suka dan menerima. Dan
tinggalkanlah ia ketika ia malas dan menolak.” (Al –Adab Asy-Syar’iyyah,
karya Ibnu Muflih)
1. Nasihat dari orang lain merupakan kontrol sosial pada saat kita terlena dan
tidak mampu melakukan introspeksi (muhasabah)
2. Mengingatkan diri sendiri untuk konsekuen (jika kita sebagai pemberi nasehat)
3. Selalu menjaga kebersihan hati dan pikiran dari niat dan rencana kotor/tercela
PEMBAHASAN
1. Pengertian Khutbah
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga,
khutbah dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam
kegiatan ibadah seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf
dan nikah.
2. Pengertian Tabligh
3. Pengertian Dakwah
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang
berarti memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah
kegiatan untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara
lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya
mendapat kebahagiaan yang hakiki baik di dunia dan akhirat.
Selain itu, kegiatan dakwah dapat berupa aksi sosial yang nyata. Misalnya
santunan kepada anak yatim, sumbangan untuk membangun fasilitas umum, dan
sebagainya.
1. Pentingnya Khutbah
Ketika khutbah menjadi salah satu aktivitas ibadah, maka tidak mungkin
khutbah ditinggalkan. Jikapun demikian, maka akan membatalkan (tidak sah)
ibadah tersebut. Contohnya, apabila salat Jumat dan wukuf tidak ada
khutbahnya, maka ibadahnya menjadi tidak sah.
2. Pentingnya Tabligh
Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib bagi
rasul. Itulah sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali
menyebut dalam kitab-Nya bahwa tugas seorang rasul tidak lain hanyalah
menyampaikan. Setelah Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam wafat, kebiasaan
ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, pengikut sahabat (tabi’in) dan pengikut
pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in).
Setelah mereka semua tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung
jawab untuk meneruskan kegiatan tabligh tersebut.
3. Pentingnya Dakwah
1. Ketentuan Khutbah
1. Islam.
2. Ballig.
3. Berakal sehat.
4. Tertib.
d) Rukun Khutbah
1. Membaca hamdallah.
2. Membaca syahadat.
4. Berwasiat taqwa.
Tambahan :
Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat Jumat,
Idul Fitri, Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak perbedaannya yaitu
pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan setelah salat dan diawali
dengan takbir.
Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di Arafah
dan merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat dzuhur dan
ahsar (di qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah Jumat, bedanya
pada waktu pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.
2. Ketentuan Tabligh
a. Syarat Muballig
1. Islam.
2. Ballig.
3. Berakal sehat.
3. Ketentuan Dakwah
1. Islam.
2. Ballig.
3. Berakal sehat.
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang
yang diajak kepada agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah
mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si pendakwah itu sendiri.
Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai
khutbah, tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara yang dapat
dilakukan yaitu :
1. Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah yang
disampaikan khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh, diharapkan suatu
saat nanti bisa tampil seabagi khatib pada waktu salat Jumat.
2. Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti mencuri,
tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus mencegahnya dengan
memberikan alasan yang logis, baik atas dasar agama maupun sosial. Cara
mencegahnya dapat kita lakukan dengan perbuatan, jika tidak mampu dengan
lisan, dan jika tidak mampu juga maka dengan hati.
3. Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri, dari
tindakan yang kecil dimulai dari sekarang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga, khutbah
dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat dalam kegiatan
ibadah seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf) wukuf dan nikah.
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang berarti
memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah adalah kegiatan untuk
mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan atau perbuatan
untuk kemudian diamalkan dalam kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan
yang hakiki baik di dunia dan akhirat.
DAFTAR PUSTAKA