Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AGAMA ISLAM
“SALING MENASIHATI DALAM ISLAM”

KELOMPOK 4
NAMA:
DHEA BIAYH SYIFA
RIZTA NANDA ALFISYAHRINA
MOH. FARHAN RAMADHAN
M. RIFKI ASSHIDDIQEI

XI IPA 1
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN NASIHAT
Saling mengingatkan dalam hal kebaikan adalah kewajiban sesama
muslim. Dalam islam, mengingatkan orang lain secara lisan semacam itu
biasa disebut dengan nasihat, wasiat, tausiyah, mau’izah, dan tazkirah
(peringatan). Semua kegiatan itu adalah bagian dari dakwah, yaitu dakwah
bilisan (secara lisan), karena hanya berupa ceramah, sedangkan dakwah
bukan hanya melalui lisan.
Makna dari nasihat adalah 'menyuruh kebajikan dan melarang
kemungkaran', yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan
yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajaknya
untuk tidak melakukan perbuatan yang malah dapat menjauhkan diri dari-
Nya.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
‫يحةُ » قُ ْلنَا لِ َم ْن قَا َل « هَّلِل ِ َولِ ِكتَابِ ِه َولِ َرسُولِ ِه َوَألِئ َّم ِة ْال ُم ْسلِ ِمينَ َوعَا َّمتِ ِه ْم‬
َ ‫ص‬ِ َّ‫الدِّينُ الن‬
Artinya :
“Agama adalah nasehat. Kemudian kami (para shahabat) bertanya,
“Nasehat untuk siapa?”, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam menjawab,
“Untuk Allah, untukKitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk pemimpin kaum
muslimin dan untuk kaum muslimin secara umum” HR. Imam Muslim
Dalam hadits tersebut Rasulullah saw.. memberitakan kepada para
sahabat beliau bahwa hakikat agama Islam adalah nasehat. Beliau
bersabda “Ad Diinu An Nashihatu”.Kata “an nashihah” merupakan kata
yang luas cakupan maknanya, maknanya adalah menghendaki kebaikan
bagi orang lain yang diberi nasehat. Perbuatan seseorang yang memberi
nasehat kepada orang lain, pada hakekatnya adalah menghendaki kebaikan
pada orang yang diberi nasehat.
Adapun nasehat kepada tiga yang awal, yaitu kepada Allah subhanahu
wa ta’ala, kepada Kitab-Nya dan kepada Rasul-Nya, maka makna nasehat di
sini dimaknai dengan ‘iltiamu syaiaini/ merapatnya hubungan antara
kedua hal, sehingga keduanya saling berdekatan dan tidak terpisah. Yaitu
dengan memenuhi haknya masing-masing secara penuh, berupa hak Allah
subhanahu wa ta’ala, hak Kitab-Nya dan hak Rasul-Nya , sebagaimana
disebutkan dalam hadits. Seorang hamba mendekatkan diri kepada
Tuhannya yaitu dengan memenuhi hak-hak Allah subhanahu wa ta’ala,
dimana hal ini merupakan kewajiban bagi seorang hamba. Begitu pula yang
seharusnya seorang hamba lakukan berkaitan dengan hak-hak Al Quran
dan hak Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam.
B. SALING MENASIHATI
Agama adalah nasihat bagi orang awam dari umat Islam (rakyat biasa
bukan pemimpin), maksudnya bahwa tegaknya agama hanyalah dengan
memberikan kasih sayang kepada orang-orang kecil, memperhatikan
kepentingan mereka, mengajari apa-apa yang bermanfaat bagi mereka dan
menjauhkan semua hal yang membahayakan mereka.Pemberian nasihat
merupakan pengingatan, dorongan dan pemberitahuan bahwa kita satu
sasaran dan satu tujuan akhir. ''Demi masa. Sesungguhya, manusia itu
benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati
kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran.'' (QS Al-
Ashr [103]: 1-3).

Seseorang akan merasa beruntung bila ia menggunakan waktunya


untuk saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. Memang,
alangkah indahnya bila kehidupan kita sudah disemarakkan dengan
semangat saling menasihati. ''Dan, hendaklah ada dari antara kamu
segolongan umat yang berseru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang
ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Dan, merekalah orang-orang yang
beruntung.'' (QS Ali Imran [3]: 104).
Namun demikian, terkadang banyak yang mau menasihati orang lain,
memberikan koreksi, bahkan mengkritik. Tapi, sayangnya, ketika ia sendiri
yang dikoreksi dan dinasihati, terkadang sulit sekali untuk berlapang dada
menerimanya. Nasihat yang baik yang boleh kita sampaikan adalah nasihat
yang benar, mengandung muatan positif, dan tentunya penuh makna serta
manfaat bagi semua orang, yaitu mengajak pada kebajikan dan menjauhi
kemungkaran yang berdasarkan Alquran dan sunah.

Dan, bukanlah sebaliknya, menganjurkan kemungkaran dan


melarang untuk mengerjakan kebajikan. Apa pun yang kita sampaikan jika
itu benar, alangkah baiknya bila cara menyampaikannya pun benar.
Dengan nasihat, kita harus membantu yang lupa agar menjadi ingat,
membantu yang lalai agar menjadi semangat, yang tergelincir menjadi
bangkit kembali, yang berlumur dosa menjadi bertobat. Intinya, kalau
dilandasi niat yang baik, tentu akan melahirkan kebaikan pula.
C.ADAB MEMBERI NASIHAT
1) IKHLASKAN NIAT
Semata-mata untuk mengharapakan wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena yang demikian ini berarti pemberi nasehat akan mendapatkan
ganjaran dari Allah Jalla wa ‘Ala, sehingga Allah pun akan membantu
engkau agar orang yang dinasehati diberikan hidayah oleh-Nya.

2) Menasehati Secara Rahasia


Perhatikanlah, bahwa penerima nasehat adalah orang yang sangat butuh
untuk ditutupi segala keburukannya, dan diperbaiki kekurangan-
kekurangannya. Maka, tidaklah nasehat akan mudah diterima bila
disampaikan secara rahasia.Imam Abu Hatim bin Hibban Al Busti
rahimahumullahberkata: “Namun nasehat tidaklah wajib diberikan kecuali
dengan cara rahasia. Karena orang yang menasehati saudaranya secara
terang-terangan pada sejatinya ia telah memperburuknya (keadaan
penerima nasehat). Barangsiapa yang member nasehat secara rahasia,
maka dia telah menghiasinya. Maka menyampaikan sesuatukepada
seseorang muslim dengan cara menghiasinya, lebih utama daripada
bermaksud untuk memburukkannya”. (Raudhatul Uqala’, hlm 196)

3) Memberi Nasehat dengan Halus, Penuh Adab dan Lemah Lembut.


Hal ini dikarenakan memberi nasehat ibaratnya seperti membuka pintu.
Sedangkan sebuah pintu tidak akan bisa dibuka kecuali dengan kunci yang
pas & tepat. Maka pintu itu adalah hati, dan kuncinya adalah nasehat yang
disampaikan dengan lemah lembut, santun, dan halus. Ini sesuai dengan
sabda Nabi Muhammad SAW: “Sesungguhnya kelemahlembutan tidaklah
berada dalam sesuatu kecuali menghiasinya. Dan tidaklah terpisah dari
sesuatu kecuali ia perburuk.” (HR. Muslim)

4) Tidak Memaksa
Orang yang menasehati tidaklah berhak sama sekali untuk menerima
nasehatnya. Karena pemberi nasehat adalah seseorang yang membimbing
menuju kebaikan. Sehingga hak pemberi nasehat hanyalah menyampaikan
dan memberi arahan saja.
5) Memilih Waktu yang Tepat untuk Memberi Nasehat
Ibnu Mas’ud rodhiyallohu’anhu berkata:
“Hati itu memiliki rasa suka dan keterbukaan. Hati juga memiliki kemalasan dan
penolakan. Maka raihlah ketika ia suka dan menerima. Dan tinggalkanlah ia ketika ia
malas dan menolak.” (Al –Adab Asy-Syar’iyyah, karya Ibnu Muflih)
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH
1) PENGERTIAN KHUTBAH
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga,
khutbah dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat
dalam kegiatan ibadah seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf)
wukuf dan nikah. Sedangkan pengertian khutbah secara istilah yaitu
kegiatan ceramah yang disampaikan kepada sejumlah orang Islam dengan
syarat dan rukun tertentun yang erat kaitannya dengan keabsahan
dan/atau kesunahan ibadah (misalnya khutbah Jumat untuk solat Jumat,
khutbah nikah untuk kesunahan akad nikah). Berdasarkan penjelasan di
atas, maka kita dapat menyimpulkan beberapa macam khutbah, yaitu :
khutbah Jumat, khutbah Idul Fitri, khutbah Idul Adha, khutbah Istisqa’,
maupun khutbah dalam rangkaian salat Kusuf dan Khusuf.

2) PENGERTIAN TABLIG
Tablig secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-
tabligan yang artinya menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan.
Adapun menurut terminologi/istilah, tablig berarti menyampaikan ajaran
Islam baik dari Al-Quran maupun Hadist yang ditujukan kepada umat
manusia. Tablig juga dapat diartikan sebagai kegiatan menyampaikan
‘pesan’ Allah Subhanahu Wata’ala secara lisan kepada satu orang Islam
atau lebih untuk diketahui dan diamalkan isinya.  Misalnya, Rasulullah
Salallahu Alaihi Wassalam memerintahkan kepada sahabat di majlisnya
untuk menyampaikan suatu ayat kepada sahabat yang tidak hadir.
Seseorang yang melakukan tabligh disebut dengan muballig. Muballig ini
biasanya menyampaikan tablignya dengan gaya dan retorika yang menarik.
Sobat pasti sering mendengar istilah tabligh akbar, istilah tersebut dapat
diartikan sebagai kegiatan menyampaikan ‘pesan’ Allah Subhanahu
Wata’ala dalam jumlah pendengar yang banyak.
3) PENGERTIAN DAKWAH
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang
berarti memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah
adalah kegiatan untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu
Wata’ala secara lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam
kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang hakiki baik di dunia
dan akhirat. Seseorang yang melaksanakan dakwah disebut da’i.

B. PENTINGNYA KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH


1) PENTINGNYA KHUTBAH
Khutbah termasuk aktivitas ibadah. Oleh karena itu, khutbah tidak
bisa ditinggalkan karena akan membatalkan rangkaian aktivitas ibadah.
Contoh, apabila salat Jumat tidak ada khutbahnya, salat Jumat tidak sah.
Apabila wukuf di Arafah tidak ada khutbah-nya, wukufnya tidak sah.
Sesungguhnya, khutbah merupakan kesempatan yang sangat besar untuk
berdakwah dan membimbing manusia menuju ke-rida-an Allah Swt. Hal ini
jika khutbah dimanfaatkan sebaik-baiknya, dengan menyampaikan materi
yang dibutuhkan oleh hadirin menyangkut masalah kehidupannya, dengan
ringkas, tidak panjang lebar, dan dengan cara yang menarik serta tidak
membosankan. Khutbah memiliki kedudukan yang agung dalam syariat
Islam sehingga sepantasnya seorang khatib melaksanakan tugasnya
dengan sebaik-baiknya. Hal-hal berikut yang seharusnya dimiliki oleh
seorang khatib:
1. Seorang khathib harus memahami aqidah yang sahihah (benar)
sehingga dia tidak sesat dan menyesatkan orang lain.
2. Seorang khatib harus memahami fiqh sehingga mampu membimbing
manusia dengan cahaya syariat menuju jalan yang lurus.
3. Seorang khatib harus memperhatikan keadaan masyarakat,
kemudian mengingatkan mereka dari penyimpangan-penyimpangan
dan mendorong kepada ketaatan.
4. Seorang khathib sepantasnya juga seorang yang salih, mengamalkan
ilmunya, tidak melanggar larangan sehingga akan memberikan
pengaruh kebaikan kepada para pendengar.

2) PENTINGNYA TABLIG
Telah kita ketahui bersama, tablig merupakan salah satu sifat wajib
bagi rasul. Itulah sebabnya mengapa Allah Subhanahu Wata’ala sering kali
menyebut dalam kitab-Nya bahwa tugas seorang rasul tidak lain hanyalah
menyampaikan. Setelah Rasulullah Salallahu Alaihi Wassalam wafat,
kebiasaan ini dilanjutkan oleh para sahabatnya, pengikut sahabat (tabi’in)
dan pengikut pengikutnya sahabat (tabi’ut tabi’in). Setelah mereka semua
tiada, kita sebagai umat muslim memiliki tanggung jawab untuk
meneruskan kegiatan tabligh tersebut. Tidak mesti menjadi seorang ulama
dahulu, siapapun yang melihat kemungkaran dimatanya, dan ia mampu
menghentikannya maka ia wajib menghentikannya. Bagi yang mengerti
permasalahan agama, ia harus menyampaikannya kepada yang lain siapa
pun mereka, walaupun itu hanya satu ayat. Nabi pernah bersabda yang
berbunyi : “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat.” (H.R. Bukhari)
3) PENTINGNYA DAKWAH
Salah satu kewajiban umat Islam adalah berdakwah. Sebagian ulama
ada yang menyebut berdakwah itu hukumnya fardu kifayah (kewajiban
kolektif), dan ada juga yang menyatakan fardu ain. Rasulullah saw. selalu
mengajarkan agar seorang muslim selalu menyeru pada jalan kebaikan
dengan cara-cara yang baik. Setiap dakwah hendaknya bertujuan untuk
mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat.
Setelah itu, dengan berdakwah kita akan mendapat ri«a dari Allah Swt.
Nabi Muhammad saw. mencontohkan dakwah kepada umatnya melalui
lisan, tulisan, dan perbuatan.
Gَ ‫ولِٓئ‬
َ‫ك هُ ُم ْال ُم ْفلِحُوْ ن‬ ِ ْ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم اُ َّمةٌ يَّ ْد ُعوْ نَ اِلَى ْال َخي ِْر َويَْأ ُمرُوْ نَ بِ ْال َم ْعرُو‬
ٰ ُ‫ف َويَ ْنهَوْ نَ َع ِن ْال ُم ْن َكر ۗ َوا‬
ِ
Arinya: “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan
mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Ali Imran/3: 104)

C. KETENTUAN KHUTBAH, TABLIG DAN DAKWAH


1) KETENTUAN KHUTBAH
A. SYARAT SEORANG KHATIB
 Islam
 Baliq
 Berakal sehat
 Mengetahui ilmu agama

B. SYARAT DUA KHUTBAH


 Khutbah dilaksanakan sesudah waktu masuk dzuhur
 Khatib duduk di antara dua khutbah.
 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
 Tertib

C. SYARAT-SYARAT KHUTBAH JUMAT


 Khutbah dilaksanakan sesudah tergelincirnya matahari
(masuk waktu dzuhur).
 Khatib dalam keadan suci dari hadas dan najis.
 Khatib harus laki-laki.
 Khatib duduk di antara dua khutbah.
 Khutbah diucapkan dengan suara yang keras dan jelas.
 Khutbah dilakukan dalam keadaan berdiri (jika mampu).
 Hendaknya tertib dalam melakukan rukun khutbah.

D. RUKUN KHUTBAH
 Membaca hamdallah.
 Membaca syahadat.
 Membaca shalawat atas Nabi Muhammad Salallahu Alaihi
Wassalam.
 Berwasiat taqwa.
 Membaca ayat Al Qur’an pada salah satu khotbah.
 Berdoa pada khutbah kedua.

E. SUNAH-SUNAH KHUTBAH JUMAT


 Khatib memberikan salam sebelum azan dikumandangkan.
 Khotbah diucapkan dengan kalimat yang jelas, fasih, mudah
dipahami, dan disampaikan dengan penuh semangat.
 Khatib menyampaikan khutbah hendaknya diperpendek dan
jangan terlalu panjang, sebaliknya solat Jumatnya yang
diperpanjang.
 Khatib menghadap ke jamaah ketika berkhutbah.
 Menertibkan rukun-rukun khutbah.
 Khotbah dilakukan di atas mimbar atau tempat yang tinggi.

TAMBAHAN:
Pada prinsipnya, ketentuan dan cara khutbah, baik itu untuk salat
Jumat, Idul Fitri, Idul Adha maupun salat khusuf itu sama. Letak
perbedaannya yaitu pada waktu pelaksanaannya, yaitu dilaksanakan
setelah salat dan diawali dengan takbir.
Khutbah wukuf adalah khutbah yang dilakukan pada saat wukuf di
Arafah dan merupakan salah satu rukun wukuf setelah melaksanakan salat
dzuhur dan ahsar (di qasar). Khutbah wukuf hampir sama dengan khutbah
Jumat, bedanya pada waktu pelaksanaannya yaitu ketika wukuf di Arafah.

2) KETENTUAN TABLIG
A. SYARAT MUBALLIQ
 Islam.
 Ballig.
 Berakal sehat.
 Mendalami ajaran Agama Islam.

B. ETIKA DALAM MENYAMPAIKAN TABLIG


 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami.
 Bersikap lemah lembut, tidak kasar dan tidak merusak.
 Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk
memperoleh kesepakatan bersama.
 Materi dakwah yang disampaikan harus memiliki dasar hukum
yang kuat, sumbernya juga harus jelas.
 Menyampaikannya dengan ikhlas dan sabar, sesuai dengan
kondisi, psikologis dan sosiologi si penerima.
 Tidak menghasut orang lain untuk merusak, bermusuhan,
berselisih, dan/atau mencari kesalahan orang lain.

3) KETENTUAN DAKWAH
A. SYARAT SEORANG DA’I
 Islam.
 Ballig.
 Berakal sehat.
 Mendalami ajaran Agama Islam.

B. ETIKA DALAM BERDAKWAH


 Dakwah dilaksanakan dengan hikmah (diucapkan dengan
jelas, tegas dan sikap yang bijaksana).
 Dakwah dilaksanakan dengan mauzatul hasanah atau nasihat
yang baik, yaitu cara persuasif (tanpa kekerasan) dan edukatif
(pengajaran).
 Dakwah dilaksanakan dengan memberi contoh yang baik.
 Dakwah dilaksanakan dengan mujadalah, yaitu diskusi atau
bertukar pikiran yang berjalan dengan dinamis dan santun
serta menghargai pendapat orang lain.

C. OBJEK DAKWAH
Objek dakwah adalah orang yang didakwahi, dengan kata lain orang
yang diajak kepada agama Allah dan untuk kebaikan. Objek dakwah
mencakup seluruh manusia, tak terkecuali si pendakwah itu sendiri.

D. Materi Dakwah (Al Maudhu’)


Materi dakwah adalah segala sesuatu yang disampaikan kepada
subyek dakwah kepada objek dakwah yang meliputi seluruh ajaran Islam
yang bersumber dari Al Quran maupun Hadist. Secara umum, materi
dakwah mencakup 4 hal yaitu : akidah (keyakinan), syariah (hukum),
akhlak (perilaku), dan muamalah (hubungan sosial).

E. METODE DAKWAH (ASALIBUD DA’WAH)


Metode dakwah yaitu cara-cara yang digunakan oleh seorang da’i
dalam berdakwah agar maksud dari dakwah tersebut tercapai. Metode
dakwah tersebut telah disebutkan dalam Al Quran Surah An-Nahl ayat 125
yang artinya :
 “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran
yang baik dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari
jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”
(Q.S. An-Nahl/16 : 125)
Metode dakwah ada 3 yaitu :
1. BERDAKWAH DENGAN HIKMAH
 Al Quran dan sunah.
 Ucapan ringkas yang mengandung banyak makna.
 Manfaat serta rahasia setiap hari.

2. BERDAKWAH DENGAN MAU’IDAH HASANAH


 Memberikan motivasi untuk berbuat baik atau memberi
peringatan jika melakukan maksiat.
 Ucapan yang lemah lembut.
 Pengajaran yang mengandung pesan positif.
Jadi, mau’idah hasanah dapat diartikan sebagai nasihat yang diucapkan
dengan perkataan lemah lembut sehingga dapat masuk ke dalam hati orang
yang didakwahi dan dapat diterima dengan penuh kesadaran.

3. BERDAKWAH DENGAN MUJADALAH AHSAN


mujadalah al-lati hiya ahsan atau mujadalah positif adalah ungkapan dari
suatu perdebatan antara dua sudut pandang yang bertentangan untuk
menyampaikan kepada kebenaran. Dan, kebenaran tersebut bertujuan
untuk membawa kepada jalan Allah SWT.
Kata jaadala di Alquran ditemukan sebanyak 29 kali dalam berbagai
bentuk dan tersebar dalam 15 surah. Surah yang diturunkan di Makkah
sebanyak 10 surah, dan yang diturunkan di Kota Madinah sebanyak lima
surah. Data tersebut menunjukkan bahwa metode dakwah mujadalah lebih
banyak digunakan di kalangan masyarakat Makkah. Hal ini karena
masyarakat Makkah saat itu masih sangat radikal dengan persoalan akidah
D. Menerapkan Perilaku Mulia Sehubungan Dengan Khutbah, Tabligh
Dan Dakwah
Sebagai umat Islam yang baik, kita tentu harus merealisasikan nilai-nilai
khutbah, tabligh dan dakwah di mana saja kita berada. Adapun cara-cara
yang dapat dilakukan yaitu :
1) Ketika solat Jumat, hendaknya mengamati dan menyimak khutbah
yang disampaikan khatib. Dengan memperhatikannya secara utuh,
diharapkan suatu saat nanti bisa tampil seabagi khatib pada waktu
salat Jumat.
2) Ketika kita melihat keadaan sekitar yang termasuk maksiat (seperti
mencuri, tawuran, mencontek, dan sebagainya), kita harus
mencegahnya dengan memberikan alasan yang logis, baik atas dasar
agama maupun sosial. Cara mencegahnya dapat kita lakukan dengan
perbuatan, jika tidak mampu dengan lisan, dan jika tidak mampu juga
maka dengan hati.
3) Jika melihat sesuatu yang baik, contohlah. Dimulai dari diri sendiri,
dari tindakan yang kecil dimulai dari sekarang.
4) Lebih aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
5) Memprakarsai kegiatan di lingkungan sekolah, remaja masjid, karang
taruna, dakwah kampus, dan sebagainya.

KESIMPULAN
Makna dari nasihat adalah 'menyuruh kebajikan dan melarang
kemungkaran', yaitu mengajak orang lain untuk mengerjakan perbuatan
yang dapat mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dan mengajaknya
untuk tidak melakukan perbuatan yang malah dapat menjauhkan diri dari-
Nya.
Khutbah secara bahasa berarti ceramah atau pidato. Selain itu juga,
khutbah dapat bermakna memberi peringatan, pembelajaran atau nasehat
dalam kegiatan ibadah seperti : salat(salat Jumat, Idul Adha, Istisqa’, Kusuf)
wukuf dan nikah.
Tablig secara etimologi/bahasa berasal dari kata ballaga-yuballigu-
tabligan yang artinya menyampaikan atau memberitahukan dengan lisan.
Dakwah berasal dari Bahasa Arab yaitu da’a – yad’u – da’watan yang
berarti memanggil, menyeru atau mengajak. Menurut istilah, dakwah
adalah kegiatan untuk mengajak orang lain ke jalan Allah Subhanahu
Wata’ala secara lisan atau perbuatan untuk kemudian diamalkan dalam
kehidupan nyata supaya mendapat kebahagiaan yang hakiki baik di dunia
dan akhirat.

Anda mungkin juga menyukai