Anda di halaman 1dari 8

Nama: Rafinanta afif pradana

Kelas: Ilkom E3
Nim: B95218130

CARA DAN ETIKA KOMUNIKASI YANG BAIK DAN BENAR MENURUT PANDANGAN
ISLAM

KOMUNIKASI

Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang
lain “komunikasi adalah semua prosedur dimana pikiran seseorang dapat mempengaruhi orang
lain”.8 Pengertian seperti ini sama dengan yang diungkapkan Hovland, Janis & Kelly, dalam
Elvinaro Ardianto9, komunikasi adalah suatu proses dimana individu menyampaikan pesan untuk
mengubah prilaku individu. Dari pengertian ini jelaslah bahwa komunikasi melibatkan sejumlah
orang.

Karena itu komunikasi akan berhasil bilamana terjadinya saling pengertian dan saling
memahami antara kedua belah pihak baik pengirim maupun penerima pesan, sehingga komunikan
memberikan respon. Hal tersebut tidak berarti bahwa kedua belah pihak harus menyetujui suatu
gagasan, akan tetapi yang penting dalam berkomunikasi kedua belah pihak sama-sama memahami
suatu gagasan. Komunikasi diperlukan sebagai salah satu aspek pembentukan keharmonisan
hubungan antar personal. Tanpa komunikasi, kerawanan interaksi antar individu sulit untuk
dihindari. Oleh karena itu, komunikasi merupakan sesuatu yang esensi dan penting dalam
kehidupan.terlepas dari itu komunikasi juga harus memiliki cara yang baik dan benar supaya sebuah
komunikasi berjalan dengan baik dan lancar

Cara komunikasi yang baik dan benar berdasarkan contoh dalam al quran dan hadits :

1. Komunikasi Intrapersonal

Model komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) pertama kali dikemukakan oleh


Dean C.Barnlund. Ia adalah seorang ahli komunikasi yang berasal dari Amerika Serikat.
Komunikasi intrapersonal merupakan proses pengolahan dan penyusunan informasi melalui
sistem syaraf yang ada dalam otak kita, yang disebabkan oleh stimulus yang ditangkap oleh
panca indera. Proses berfikir adalah bagian dari proses komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu.dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi intrapersonal adalah
komunikasi yang terjadi pada siri sendiri dengan cara berfikir,merenung ,maupun berdoa tentang
diri sendiri tanpa melibuatkan orang lain

Contoh komunikasi intrapersonal di dalam islam adalah berdoa, sesuai sabda Nabi Muhammad
yang berbunyi :

‫ب َغافِ ٍل الَ ٍه‬


ٍ ‫يب ُدعَا ًء ِمنْ قَ ْل‬ ْ َ‫ا ْدعُوا هَّللا َ َوَأ ْنتُ ْم ُموقِنُونَ ِباِإل َجابَ ِة َوا ْعلَ ُموا َأنَّ هَّللا َ الَ ي‬
ُ ‫ستَ ِج‬

Artinya: “Berdoalah kepada Allah dalam keadaan yakin akan dikabulkan, dan ketahuilah
bahwa Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Tirmidzi no. 3479. Syaikh Al
Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Sedangkan di dalam al-quran sendiri allah swt juga berfirman dalam [Al-Anbiyâ’/21: 90] yang
berbunyi:

ِ ‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َر َهبًا ۖ َو َكانُوا لَنَا َخ‬


َ‫اش ِعين‬ ِ ‫سا ِرعُونَ فِي ا ْل َخ ْي َرا‬
َ ُ‫ِإنَّ ُه ْم َكانُوا ي‬

Artinya: Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam


(mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka (selalu) berdo’a kepada Kami
dengan berharap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ (dalam beribadah)
[Al-Anbiyâ’/21: 90].

Dari hadits dan ayat diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasii intrapersonal sendiri sudah
dicontohkan oleh nabi muhammad saw dan juga diperintahkan oleh allah swt melalui firman
allah dalam al-quran dan juga hadits nabi,dari situ dapat disimpulkan bahwa kita sebagai umat
muslim diperitahkan oleh allah untuk selalu berdoa kepa allah swt supaya apa yang kita mau dan
kita bingungkan tentang masalah yang sedang kita hadapi serta berdoa juga dapat diartikan
sebagi sebuah proses intropeksi diri karena didalam berdoa kita pasti berfikir dan juga
mengoreksi tentang diri kita sendiri apa yang harus dibetlkan dan apa yang harus kita lakukan
agar diri kita bisa lebih dari sebelumnya.
Dan dari proses tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi intrapersonal yang
baik dan benar menurut al-quran dan hadits adalah dengan berdoa kepada allah swt karena
dengan berdoa maka seseorang akan lebih mudah tau dan mengerti apa yang akan dia inginkan
dan harapkan dan dengan berdoa juga kita dapat lebih bisa mendekatkan diri kepada allah swt
serta menambah ketaatan kita kepada allah swt.

2. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merupakan komunikasi yang
berlangsung dalam situasi tatap muka, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan
orang. Banyak definisi yang diungkapkan oleh para ahli seperti Dean Barnlund. Dean
Barnlund (1975) menjabarkan komunikasi antarpribadi sebagai perilaku orang-orang pada
pertemuan tatap muka dalam situasi sosial informal dan melakukan interaksi terfokus lewat
pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling berbalasan.
Jadi intinya komunikasi interpersonal adalah
komunikasi yang dilakukan antara satu dengan individu lain dengan menyampaikan sebuah
pesan yang bersifat verbal maupun non verbal, bersifat verbal itu sendiri memlliki artian
mengungkapkan atau menyampaikan sebuah kata-kata,tulisan maupun ucapan dan dari sisi
non verbal komunikasi interpersonal dilakukan dengan cara menyampaikan suatu pesan
kepada orang lain menggunakan simbol ataupun bahasa tubuh dari proses dan pengertian
tersebut komunikasi dapat diartikan sebagai komunikasi antarpribadi jika didalam komunikasi
tersebut ada komunikator, komunikan, pesan, dan effect yang dilihat secara langsung.
Dalam perspektif islam, komunikasi
antarpribadi disamping untuk mewujudkan hubungan secara vertikal kepada Allah, juga untuk
menegakkan komunikasi vertikal kepada sesama manusia. Contoh komunikasi antarpribadi
yang dilakukan oleh Rasulullah adalah berkomunikasi dengan umatnya, seperti hadits. Baik
hadits tu bersifat qualiyah (perkataan), fi’liyah (perbuatan), maupun taqrir (persetujun)
rasulullah SAW.

Contoh hadits yang menunjukkan cara komunikasi interpersonal yang baik seperti yang sudah
diriwayatkan oleh Muslim, no. 64, dengan lafal,

‫سانِ ِه َويَ ِد ِه‬


َ ِ‫سلِ ُمونَ ِمنْ ل‬ َ ْ‫سلِ ِميْنَ َخ ْي ًر قَا َل َمن‬
ْ ‫سلِ َم ا ْل ُم‬ ِّ ‫سلَّ َم َأ‬
ْ ‫ي ا ْل ُم‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو‬ ُ ‫سَأ َل َر‬
َ ِ ‫سو َل هَّللا‬ َ ً‫ِإنَّ َر ُجال‬

Artinya: “Ada seorang laki-laki yang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ‘Siapakah orang muslim yang paling baik?’ Beliau menjawab, ‘Seseorang yang
orang-orang muslim yang lain selamat dari gangguan lisan dan tangannya.’”

Bukan hanya didalam hadits,didalam al-quran sendiri allah juga berfirman dalam [Qs. Al-
Baqarah Ayat 263] yang berbunyi :

‫ص َدقَ ٍة يَ ْتبَ ُع َها َأ ًذى ۗ َوهَّللا ُ َغنِ ٌّي َحلِي ٌم‬


َ ْ‫قَ ْو ٌل َم ْع ُروفٌ َو َم ْغفِ َرةٌ َخ ْي ٌر ِمن‬
Artinya: Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi
dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun.

Dari pemaparan diatas jika dilihat dan dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh
Muslim,no.64 dapat dipahami bahwa, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan
kita sebagai umat islam untuk selalu berhati hati dalam berbicara maupun menggunakan
anggota tubuh yang sudah miliki,ini dibuktikan dengan kutupan arti hadits tersebut yang
dimana rasulullah saw menjawab pertanyaan dari seseorang laki-laki yang bertanya kepada
rasulullah saw yang pertanyaannya berbunyi “ Siapakah orang muslim yang paling baik?”
Kemudian rasulullah menjawab “Seseorang yang orang-orang muslim yang lain selamat dari
gangguan lisan dan tangannya.
Jadi intinya kita sebagi umat muslim harus selalu menjaga perkataan kita
karena lisan maupun perbuatan kita mempunyai pengaruh yang luas terhadap seseorang
karena jika kita tidak berhati hati dalam berkomunikasi maka akan membuat dan
menimbulkan orang lain tersinggung bahkan sakit hati terhadap kita dan dengan berhati hati
dalam melakukan sesuatu maka komunikasi interpersinal dapat dilakukan dan dijalankan
dengan baik tanpa menyakiti perasaan orang lain.

Sedangkan jika dilihat dari perspektif al-quran yang berdasar pada [Qs. Al-Baqarah Ayat
263], dalam melakukan komunikasi interpersonal kita sebagi umat islam dalam memberikan
pesan maupun berkumunikasi dengan orang lain secara langsung harus dengan perkataan yang
baik,yang dimaksud perkataan baik disini adalah kita dalam berkomunikasi harus selalu
menjaga tata krama dan juga mengatakan hal yang sebenarnya terhadap komunikan atau
orang yang kita ajak bicara,selain itu kita sebagai komunikan juga harus selalu memberi maaf
apabila kita mendapati sebuah pesan yang kurang baik dari komunkator,pemberian maaf
disini juga bisa diartikan kita sebagai komunikan harus selalu menjaga perasaan komunkator
dengan cara bersikap sabar,menerima,dan juga memberi maaf bila ada sesuatu yang salah dari
komunikator Sedangkan menurut Tafsir jalalayn [Qs. Al-Baqarah Ayat 263]
memeliki tsfsiran dan maksud ; Perkataan yang baik) atau ucapan yang manis dan penolakan
secara lemah lembut terhadap si peminta (serta pemberian maaf) kepadanya atas desakan atau
tingkah lakunya (lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan menyakiti perasaan)
dengan mencerca atau mengomelinya (Dan Allah Maha Kaya) hingga tidak menemukan
sedekah hamba-hambanya (lagi Maha Penyantun) dengan menangguhkan hukuman terhadap
orang yang mencerca dan menyakiti hati si peminta. Dari penjelasan tafsir tersebut maka
sesuai dengan penjelasan di atas tadi bahwa komunikasi interpersonal harus dengan cara yang
baik tanpa harus menyakiti orang lain

ETIKA KOMUNIKASI SECARA UMUM

Dalam berbagai ayat dalam al-qur’an kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya
bicara atau pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi
Islam yang terdapat di dalam Al Quran, yakni antara lain: (1) qaulan balighan, (2) qaulan maisuran,
(3) qaulan kariman, (4) qaulan ma’rufan, (5) qaulan layyinan, (6) qaulan sadidan, dan lainlain.

1. Qoulan Balighan

ْ ‫ُأو ٰلَِئ َك الَّ ِذينَ يَ ْعلَ ُم هَّللا ُ َما ِفي قُلُوبِ ِه ْم فََأ ْع ِر‬
ِ ُ‫ض َع ْن ُه ْم َو ِع ْظ ُه ْم َوقُ ْل لَ ُه ْم فِي َأ ْنف‬
‫س ِه ْم قَ ْواًل بَلِي ًغا‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka.
karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka Qaulan Baligha – perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.“ (QS An-
Nissa :63).
Dari ayat tersebut dapat dipahami ,Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas
maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan
tidak berbelit-belit. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan
hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa
yang dimengerti oleh peserta komunikasi/ komunikan ataupun audiens
Jadi dapat dipahami bahwa kita dalam berkomunikasi harus memperhatikan dengan
siapa kita berkomunikasi dan juga harus menyampaikan kata-kata yang efektif dan juga
benar supaya mudah dipahami dan dimengerti

2. Qoulan Maisuran

ُ ‫ضنَّ َع ْن ُه ُم ا ْبتِ َغا َء َر ْح َم ٍة ِمنْ َربِّكَ ت َْر ُجوهَا فَقُ ْل لَ ُه ْم قَ ْواًل َم ْي‬
‫سو ًرا‬ َ ‫َوِإ َّما تُ ْع ِر‬
”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang
kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan Maysura –ucapan yang mudah”
(QS. Al-Isra: 28)
Dari ayat tersebut dapat dipahami, Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang
digunakan mudah dicerna, dimengerti,, dan dipahami oleh komunikan. Salah satu prinsip
komunikasi dalam Islam adalah setiap berkomunikasi harus bertujuan mendekatkan manusia
dengan Tuhannya dan hamba-hambanya yang lain. Islam mengharamkan setiap komunikasi
yang membuat manusia terpisah dari Tuhannya dan hamba-hambanya. Seorang komunikator
yang baik adalah komunikator yang mampu menampilkan dirinya sehingga disukai dan
disenangi orang lain. Bennett, (dalam, Mulyana 1993: 83) menjelaskan untuk bisa disenangi
orang lain, komunikator harus memiliki sikap simpati dan empati. Simpati dapat diartikan
dengan menempatkan diri kita secara imajinatif dalam posisi orang lain. Namun dalam
komunikasi, tidak hanya sikap simpati dan empati yang dianggap penting karena sikap
tersebut relatif abstrak dan tersembunyi, tetapi juga harus dibarengi dengan pesan-pesan
komunikasi yang disampaikan secara bijaksana dan menyenangkan.

3. Qoulam Kariman

۞ ‫س•انًا ۚ ِإ َّما يَ ْبلُ َغنَّ ِع ْن• َد َك ا ْل ِكبَ• َر َأ َح• ُد ُه َما َأ ْو ِكاَل ُه َم••ا فَاَل َتقُ• ْل لَ ُه َم•ا ُأفٍّ َواَل‬
َ ‫ض ٰى َربُّ َك َأاَّل تَ ْعبُ•دُوا ِإاَّل ِإيَّاهُ َوبِا ْل َوالِ• َد ْي ِن ِإ ْح‬
َ َ‫َوق‬
‫تَ ْن َه ْر ُه َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْواًل َك ِري ًما‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’
dan kamu janganlah membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima –
ucapan yang mulia
Qaulan Kariman adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan
mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut
perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang
membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Kariman harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua
atau orang yang harus kita hormati. Dalam konteks komunikasi khususnya ilmu jurnalistik
dan penyiaran, Qaulan Kariman bermakna mengunakan kata-kata yang santun, tidak kasar,
tidak vulgar, dan menghindari “bad taste”, seperti jijik, muak, ngeri, dan sadis.

4. Qoulan ma’rufan

‫سو ُه ْم َوقُولُوا لَ ُه ْم قَ ْواًل َم ْع ُروفًا‬ ْ ‫سفَ َها َء َأ ْم َوالَ ُك ُم الَّتِي َج َع َل هَّللا ُ لَ ُك ْم قِيَا ًما َو‬
ُ ‫ار ُزقُو ُه ْم فِي َها َوا ْك‬ ُّ ‫َواَل تُْؤ تُوا ال‬

“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya[268],
harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok
kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah
kepada mereka Qaulan Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan
sindiran (tidak kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa
juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).
Sebenarnya bukan hanya di Qs.An-Nissa saja yang menjelaskan tentang qoulam
ma’rufan.Kata Qaulan Ma`rufan disebutkan Allah dalam QS An-Nissa: 5 dan 8, QS. Al-
Baqarah:235 dan 263, serta Al-Ahzab: 32 yang inti dari arti semua itu dapat disimpulkan
betapa pentingnya berbicara yang baik dengan siapapun, di mana pun, dan kapanpun,
dengan sarat pembicaraannya itu akan mendatangkan pahala dan manfaat, baik bagi dirinya
sebagai komunikator maupun bagi orang yang mendengarkan sebagai komunikan.

5. Qoulan layyinan
‫فَقُواَل لَهُ قَ ْواًل لَيِّنًا لَ َعلَّهُ يَتَ َذ َّك ُر َأ ْو يَ ْخش َٰى‬
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina – kata-kata yang
lemah-lembut…” (QS Thaha :44)
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-
lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang
diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk menerima pesan
komunikasi kita. Dengan demikian, dalam komunikasi Islam, semaksimal mungkin
dihindari kata-kata kasar dan suara (intonasi) yang bernada keras dan tinggi
Dari situ dapat disimpulkan bahwa Qaulan Layina berarti pembicaraan yang
lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata
sindiran, bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.
6. Qoulan Saddidan

‫س ِديدًا‬ ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَ ْو تَ َر ُكوا ِمنْ َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬


َ ‫ض َعافًا َخافُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَ ْواًل‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan Qaulan Sadida –perkataan yang benar”

Dari ayat diatas dapat diambil sebuah pengertian bahwa Qaulan Sadidan berarti pembicaran,
ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun
redaksi (tata bahasa). Dari segi substansi, komunikasi Islam harus menginformasikan atau
menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak berbohong, juga tidak
merekayasa atau memanipulasi fakta

Dari semua pemaparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi menurut pandangan
islam diatur dalam beberapa surat dan juga hadits yang intinya semua sama harus memliki tata
krama dan juga cara yang baik cara dan juga etika yang dimaksud adalah dengan berkata
lembut,benar dan harus menyesuaikan dengan lawan bicara kita selain itu dalam berkomunikasi
kita harus selalu mengedepankan tata krama karena di dalam al-quran maupun hadits sendiri kita
juga diperintahkan seperti itu jadi kita sebagai umat islam yang baik harus melakukan hal itu karena
itu merupakan perintah dan juga aturan yang sudah dibuat oleh allah swt selain itu melakukan hal
yang sesuai denga tuntunan agama juga dapat membuat kita hidup dengan nyaman dan juga teratur
Daftar Pustaka

Nurrudin. 2017. Ilmu komunikasi dan Ilmiah populer. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Kusnadi. 2014. Komunikasi dalam al-quran (analisis interpersonal pada kisah ibrahim). Jurnal
Intizar . 20(2): 268-269
Muh Syawir Dahlan. 2014. Etika komunikasi dalam al-quran dan hadits. Jurnal Dakwah Tabligh .
15(1): 115-123
Sumarjo. 2011. Ilmu komunikasi dalam perspektif al-quran. Jurnal Inovasi . 8(1): 116-122
Wiryanto.2004 . Pengantar ilmu komunikasi. Jakarta : Grasindo

Anda mungkin juga menyukai