Anda di halaman 1dari 14

Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “1

A. PENDAHULUAN

Dalam perspektif islam, komunikasi merupakan bagian yang tak


terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita selalu
disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah komunikasi
yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau beretika. Komunikasi
yang berakhlak al-karimah berarti komunikasi yang bersumber kepada Al-
Quran dan hadis (sunnah Nabi).

Di dalam hadis Nabi juga, ditemukan prinsip-prinsip etika komunikasi,


bagaiman Rasulullah saw mengajarkan berkomunikasi kepada kita. Misalnya :

Falyakul khairan au liyasmut (katakanlah bila benar kalau tidak


bisa,diamlah).

Nabi menganjurkan berbicara yang baik-baik saja, sebagaimana yang


diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya :

Sebutkanlah apa-apa yang baik mengenai sahabatmu yang tidak hadir


dalam pertemuan, terutama hal-hal yang kamu sukai terhadap sahabatmu
itu sebagaimana sahabatmu menyampaikan kebaikan dirimu pada saat
kamu tidak hadir.

Selanjutnya Nabi saw berpesan,

“Sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang…yaitu mereka yang


menjungkirkan-balikkan fakta dengan lidahnya seperti seekor sapi yang
mengunyah-ngunyah rumput dengan lidahnya”.

Pesan Nabi saw tersebut bermakna luas bahwa dalam berkomunikasi


hendaklah sesuai dengan fakta yang kita lihat, kita dengar, dan kita alami
(Ghulusy:1987:9). Prinsip-prinsip etika tersebut, sesungguhnya dapat dijadikan
landasan bagi setiap muslim ketika melakukan proses komunikasi, baik dalam
pergaulan sehari-hari, berdakwah, maupun aktivitas-aktivitas lainnya.
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “2

Etika Berkomunikasi dalam alquran yang termasuk kategori denotatif


adalah etika atau kebiasaan dalam hidup, yang dilakukan karena memang penting,
dan etika juga merupakan sebuah nilai moral yg biasanya dianut oleh seseorang
atau kelompok.

Komunikasi sangat penting dan tidak dapat kita lepaskan dalam kehidupan
sehari-hari, karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial dan
mengharuskannya untuk berkomunikasi agar dapat beradaptasi dalam lingkungan,
menyampaikan pesan kepada orang lain berupa kabar, berita, dan lain-lain.
Denotatif atau menyampaikan makna yang sebenarnya dan yang bersifat faktual
(sesuai keadaan). Dan denotatif biasanya lebih bisa dipercaya oleh masyarakat.

Dengan harusnya berkomunikasi yang baik dan faktual (sesuai keadaan),


maka didalam alquran Allah SWT telah memberikan Etika yang baik dan benar,
sehingga dapat berguna bagi manusia. Dalam berbagai literatur tentang
komunikasi Islam, kita dapat menemukan setidaknya enam jenis gaya bicara atau
pembicaraan (qaulan) yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika
komunikasi Islam, yakni: Qaulan Syadidan, Qaulan Baligha, Qulan Ma’rufa,
Qaulan Karima, Qaulan Layinan, dan Qaulan Maysura.

B. KOMUNIKASI DAKWAH DALAM ISLAM


1. Qaulan Syadida
Qaulan syadida disebutkan dalam al qur’an sebanyak dua kali, yakni
dalam surah an-Nisa ayat 9 dan surah Al-Ahzab ayat 70. Sebagai contoh
dibawah ini pada surah Al-Ahzab ayat 70, Allah berfirman :
ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َوقُول‬
٧٠ ‫وا قَ ۡواٗل َس ِد ٗيدا‬ ْ ُ‫وا ٱتَّق‬ َ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ين َءا َمن‬

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan


katakanlah perkataan yang benar.

Kosa kata :

Wahai ‫ٰيَٓأَيُّهَا‬ Allah َ ‫ٱهَّلل‬


Orang-orang
َ ‫ٱلَّ ِذ‬
‫ين‬ Dan katakanlah ْ ُ‫َوقُول‬
‫وا‬
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “3

yang
Beriman ْ ُ‫َءا َمن‬
‫وا‬ Perkataan ‫قَ ۡواٗل‬
Bertakwalah ْ ُ‫ٱتَّق‬
‫وا‬Benar ‫َس ِد ٗيدا‬
Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :

Allah Ta’ala berfirman memberikan perintah kepada hamba-hambaNya


yang beriman untuk bertakwa dan beribadah kepadaNya, suatu ibadah yang
seakan di melihatNya serta mengatakan, “...perkataan yang benar.” Yaitu yang
lurus, tidak bengkok dan tidak menyimpang. Allah menjanjikan mereka, jika
mereka melakukan demikian, allah akan membalas mereka dengan
diperbaikinya amal-amal mereka, yaitu dengan diberina taufiq untuk beramal
shalih, diampuni dosa-dosanya yang lalu, serta apa yang akan terjadi pada
mereka di masa yang akan datang. ‘Ikrimah berkata :

Al-Qaulus Sadiid adalah, Laa Ilaaha illallaah (tidak ada Illah yang
berhak diibadahi kecuali Allah). Sedangkan yang lainnya berkata : as-
Sadiid adalah kejujuran.

Surah an-Nisa ayat 9 :

ْ ُ‫وا َعلَ ۡي ِهمۡ فَ ۡليَتَّق‬


‫\\وا‬ ِ ‫وا ِم ۡن َخ ۡلفِ ِهمۡ ُذرِّ ي َّٗة‬
ْ ُ‫ض ٰ َعفًا َخاف‬ ْ ‫ين لَ ۡو تَ َر ُك‬ َ ‫َو ۡليَ ۡخ‬
َ ‫ش ٱلَّ ِذ‬
ْ ُ‫ٱهَّلل َ َو ۡليَقُول‬
٩ ‫وا قَ ۡواٗل َس ِديدًا‬
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.
Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan makna “ as-sadid ” yaitu perkataan
yang bijaksana dan perkataan yang benar. Atau ada yang mengatakan perintah
orang yang sakit untuk mengeluarkan sebagian hartanya dari hak-hak yang
diwajibkannya, kemudian memberi wasiat kepada kerabatnya semampunya
selama hal itu tidak dilakukan untuk membahayakan jiwa sang anak.
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “4

Makna sadid dalam ayat di atas tidak saja berarti benar, akan tetapi juga
dapat berarti tepat sasaran. Agar tercapai pada sasaran, maka kata-kata yang akan
disampaikan hendaknya diungkapkan dengan nada lemah lembut. Jikalaupun
kata-kata tersebut merupakan kritik, maka dalam kondisi yang bersamaan harus
dibarengi dengan upaya untuk memperbaikinya, bukan justru meruntuhkannya,
sehingga informasi benar-benar sampai pada sasaran secara tepat, benar dan
mengena.

Asbabun nuzulnya :

Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa tatkala Rasulullah saw


datang menjenguk saad bin abi waqqash yang sedang sakit, bertanyalah
Saad kepadanya: “Ya Rasulullah, saya mempunyai harta dan hanya
putriku satu-satunya yang akan mewarisiku, dapatkah kusedekahkan 2/3
hartaku?” Jawab Rasulullah. “Jangan.” Dan kalau separuh, bagaimana?
tanya saad lagi. “jangan.” jawab Rasulullah. Dan kalau sepertiganya?,
bagaimana ya Rasulullah?” tanya Saad lagi, Rasulullah menjawab,
“Sepertiga pun masih banyak, kemudian rasulullah Bersabda:
“Sesungguhnya lebih baik meninggalkan ahli waris dalam keadaan kaya
dari pada meninggalkan mereka dalam keadaanmiskin yang meminta-
minta”
2. Qaulan Baligha
Menurut Jalaluddin Rahmat bahwa Qaulan Baligha artinya menggunakan
kata-kata yang efektif, tepat sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung
ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-
tele. Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan
hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan
menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka (Rahmat:1996:86).
Didalam al-quran hendaklah menyampaikan pesan sesuai dengan akal dan
kemampuan mereka agar mereka memahami dan dapat di mengerti, tentang
apa pesan kita dan juga sampaikan pesan yang bisa menyentuh hati dan fikiran
mereka, dengan berkata yang jujur dan bersemangat dalam menyampaikan
pesan.
Qaulan baligha hanya disebutkan sekali dalam surah an-Nisa ayat 63,
Allah berfirman :
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “5

ٓ
ۡ‫ض َع ۡنهُمۡ َو ِع ۡظهُمۡ َوقُ\\ل لَّهُم‬
ۡ ‫ين يَ ۡعلَ ُم ٱهَّلل ُ َما فِي قُلُوبِ ِهمۡ فَأ َ ۡع ِر‬ َ ِ‫أُ ْو ٰلَئ‬
َ ‫ك ٱلَّ ِذ‬
٦٣ ‫فِ ٓي أَنفُ ِس ِهمۡ قَ ۡواَۢل بَلِ ٗيغا‬
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam
hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah
mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang
berbekas pada jiwa mereka.

Kosa kata :

ٓ
Mereka itu ‫ك‬ َ ِ‫أُ ْو ٰلَئ‬ Dari mereka ۡ‫َع ۡنهُم‬
ۡ‫َو ِع ۡظهُم‬
Dan berilah mereka
Orang-orang yang ‫ين‬ َ ‫ٱلَّ ِذ‬ pelajaran
Mengetahui ‫يَ ۡعلَ ُم‬ Dan katakanlah ‫َوقُل‬
Allah ُ ‫ٱهَّلل‬ Kepada mereka ۡ‫لَّهُم‬
Apa ‫َما‬ Dalam ‫فِ ٓي‬
Di dalam ‫فِي‬ Diri/jiwa mereka ۡ‫أَنفُ ِس ِهم‬
Hati mereka ۡ‫قُلُوبِ ِهم‬
Perkataan ‫قَ ۡواَۢل‬
Maka berpalinglah
kamu
ۡ ‫فَأ َ ۡع ِر‬
‫ض‬ Berbekas ‫بَلِ ٗيغا‬
Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :

ٓ
ۡ‫ين يَ ۡعلَ ُم ٱهَّلل ُ َما فِي قُلُوبِ ِهم‬ َ ِ‫أُ ْو ٰلَئ‬
َ ‫ك ٱلَّ ِذ‬
Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang ada di
dalam hati mereka,..

Mereka adalah orang-orang munafik, Allah mengetahu apa yang ada di


dalam hati mereka, dan kelak Allah akan memberikan balasan terhadap mereka
atas hal tersebut. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun yang
tersembunyi bagi Allah. Karena itu, serahkanlah urusan mereka kepada Allah,
hai Muhammad, sebab Dia mengetahui lahiriah mereka dan apa yang mereka
sembunyikan.
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “6

ۡ‫ض َع ۡنهُم‬
ۡ ‫فَأ َ ۡع ِر‬
...Karena itu berpalinglah kamu dari mereka...

Maksudnya, janganlah kamu bersikap kasar terhadap kemunafikan yang


ada dalam hati mereka.

ۡ‫َو ِع ۡظهُم‬
...Dan berilah mereka pelajaran...

Yakni cegahlah mereka dari kemunafikan dan kejahatan yang mereka


sembunyikan di dalam hati mereka.

٦٣ ‫َوقُل لَّهُمۡ فِ ٓي أَنفُ ِس ِهمۡ قَ ۡواَۢل بَلِ ٗيغا‬


...dan katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa
mereka.

Nasihatilah mereka dalam semua perkara yang terjadi antara kamu dengan
mereka, yaitu dengan perkataan yang membekas dalam jiwa mereka lagi
membuat mereka tercegah dari niat jahat.

3. Qaulan Ma’rufa
Qaulan ma’rufa disebutkan dalam al qur’an sebanyak tiga kali, yakni pada
surah an-Nisa ayat 5 dan 8 serta al-Ahzab ayat 32. Allah berfirman dalam surah
an-Nisa ayat 5 :

‫وا ٱل ُّسفَهَٓا َء أَمۡ ٰ َولَ ُك ُم ٱلَّتِي َج َع\ َل ٱهَّلل ُ لَ ُكمۡ قِ ٰيَ ٗم\ ا َو ۡٱر ُزقُ\\وهُمۡ فِيهَ\\ا‬
ْ ُ‫َواَل تُ ۡؤت‬
٥ ‫ُوفا‬ ٗ ‫وا لَهُمۡ قَ ۡواٗل َّم ۡعر‬ ْ ُ‫َو ۡٱكسُوهُمۡ َوقُول‬

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna


akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan
Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari
hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “7

Dan jangan kamu


serahkan
ْ ُ‫َواَل تُ ۡؤت‬
‫وا‬ Dan mereka
belanja ۡ‫َو ۡٱر ُزقُوهُم‬
Belum sempurna Darinya(hasil harta
akalnya ‫ٱل ُّسفَهَٓا َء‬ itu) ‫فِيهَا‬
‫أَمۡ ٰ َولَ ُك ُم‬ ۡ‫َو ۡٱكسُوهُم‬
Dan pakaian
Harta kamu
mereka
Yang ‫ٱلَّتِي‬ Dan katakanlah ْ ُ‫َوقُول‬
‫وا‬
Menjadikan ‫َج َع َل‬ Kepada mereka ۡ‫لَهُم‬
Bagi kalian ۡ‫لَ ُكم‬ Perkataan yang ‫قَ ۡواٗل‬
Pemeliharaan ‫قِ ٰيَ ٗما‬ Yang baik ٗ ‫َّم ۡعر‬
‫ُوفا‬
Kosa Kata :

Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibn katsir :

Allah Swt melarang memperkenankan kepada orang-orang yang belum


sempurna akalnya melakukan tasarruf (penggunaan) harta benda yang
dijadikan oleh Allah untuk dikuasakan kepada para wali mereka. Yakni para
wali merekalah yang menjamin kehidupan mereka dari hasil pengelolaan
hartanya, baik melalui dagang araupun cara lainnya.

Berangkat dari pengertian ini disimpulkan bahwa orang-orang yang


kurang sempurna akalnya dikenakan hijir (tidak boleh men-tasarruf-kan
hartanya). Mereka yang di-hijir ini ada beberapa macam : adakalanya karena
usia orang yang bersangkutan masih sangat muda, sebab perkataan seorang
anak kecil tidak dianggap (dalam mu’amalah).

Adapula penangguhan bagi orang gila atau orang-orang yang tidak mampu
mengelola harta dikarenakan lemah akal atau agamanya. Adapula penyitaan
karena pailit yaitu apabila, utang piutang telah melilitnya. Sehingga, apabila
pemilik piutang menuntut kepada pihak hakim agar meng-hijir-nya, maka ia
terkena hijir.

Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah, “ dan


janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya,
harta (mereka yang ada dalam kekuasaannya),” ia berkata : “ mereka adalah
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “8

anak-anakmu dan kaum wanita.” Begitu pula yang dikatakan Ibnu Mas’ud, Al-
Hakam ibnu Uyaynah, Al-Hasan, dan ad-Dahhak, bahwa mereka adalah
wanita-wanita dan anak-anak kecil. Menurut Sa’id ibnu Jubair, mereka adalah
anak-anak yatim. Firman Allah :

ْ ُ‫َو ۡٱر ُزقُوهُمۡ فِيهَا َو ۡٱكسُوهُمۡ َوقُول‬


ٗ ‫وا لَهُمۡ قَ ۡواٗل َّم ۡعر‬
‫ُوفا‬
...Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.

Ali ibnu Talhah meriwayatkan dari Ibnu Abbas mengatakan :

Janganlah kamu berniat terhadap hartamu dan apa yang diberikan oleh
Allah kepadamu sebagai penghidupanmu, lalu kamu berikan hal itu
kepada istrimu atau anak perempuanmu, lalu kamu hanya menunggu dari
pemberian apa yang ada di tangan mereka. Tetapi peganglah hartamu
dan berbuat kemaslahatanlah dengannya (yakni kembangkanlah). Jadilah
dirimu sebagai orang yang memberi mereka nafkah, yaitu sandang
pangan dan biaya mereka.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnul Musanna
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja’far, telah menceritakan
kepada kami Syu’bah, dari Firas, dari Asy-Sya’bi, dari Abu Burdah. Dari Abu
Musa mengatakan :

Ada tiga macam orang yang berdo’a kepada Allah, tetapi Allah tidak
memperkenankan bagi mereka. Yaitu, seorang lelaki yang mempunyai istri
yang berakhlak buruk. Lalu ia tidak menceraikannya; seorang lelaki yang
memberikan harta (orang yang adalam kekuasaan)nya kepada orang yang
kurang sempurna akalnya (yang ada dalam pemeliharaannya), sedangkan
Allah berfirman : “ dan janganlah kalian serahkan kepada orang-orang
yang belum sempurna akalnya harta (mereka yang ada dalam kekuasaan)
kalian.” Dan seorang lelaki yang mempunyai utang kepada lelaki lain
sedangkan si piutang tidak mempunyai saksi terhadapnya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan firman Allah: “...dan
ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik.” Yakni dalam rangka berbuat
bajik dan bersilaturahmi. Ayat yang mulia ini mengandung makna berbuat baik
kepada istri (keluarga) dan orang-orang yang berada dalam pemeliharaannya,
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “9

yaitu berbuat baik secara nyata dengan memberi nafkah berupa sandang
pangan disertai dengan kata-kata yang baik dan akhlak yang mulia.

Surah al-Ahzab ayat 32 :

َ ‫ٰيَنِ َسٓا َء ٱلنَّبِ ِّي لَ ۡستُ َّن َكأ َ َح\ ٖد ِّم َن ٱلنِّ َس\ٓا ِء إِ ِن ٱتَّقَ ۡيتُ ۚ َّن فَاَل تَ ۡخ‬
ۡ \ِ‫ض\ ۡع َن ب‬
‫\ٱلقَ ۡو ِل‬
٣٢ ‫ُوفا‬ ٗ ‫ض َوقُ ۡل َن قَ ۡواٗل َّم ۡعر‬ ٞ ‫فَيَ ۡط َم َع ٱلَّ ِذي فِي قَ ۡلبِ ِهۦ َم َر‬
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain,
jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara
sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan
ucapkanlah perkataan yang baik.

Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :

Ayat ini menerangkan tentang adab yang diperintahkan Allah kepada para
isteri Nabi Saw serta isteri umatnya yang mengikuti mereka. Allah Ta’ala
berfirman berdialog dengan isteri-isteri Nabi Saw, bahwa jika mereka
bertakwa kepada Allah sebagaimana yang Allah perintahkan kepada mereka,
maka mereka tidak sama dengan wanita lainnya dan tidak seimbang dalam
keutamaan dan kedudukannya.

Allah Ta’ala berfirman, “ Maka janganlah kamu tunduk dalam


berbicara...” As-Suddi dan selainnya berkata : “ yang dimaksud adalah
melembutkan kata-kata jika mereka berbicara dengan laki-laki. Untuk itu Allah
Ta’ala berfirman, “...sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam
hatinya...” yaitu niat busuk. “dan ucapkanlah perkataan yang baik.” Ibnu Zaid
berkata:

“ Kata-kata yang baik, bagus dan ma’ruf dalam kebaikan. Makna hal ini
adalah bahwa wanita berbicara kepada kaum pria dengan kata-kata yang
tidak mengandung kelembutan. Artinya, janganlah seorang wanita
berbicara dengan kaum pria seperti berbicara dengan suaminya.”

4. Qaulan Karima
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “10

Pola komunikasi qaulan karima termaktub dalam surah al-Israa’ ayat 23,
sebagaimana Allah berfirman :

‫ض\\\ ٰى َرب َُّك أَاَّل تَ ۡعبُ\\\ ُد ٓو ْا إِٓاَّل إِيَّاهُ َوبِ ۡٱل ٰ َولِ\\\ َد ۡي ِن إِ ۡح ٰ َس\\\نً ۚا إِ َّما يَ ۡبلُ َغ َّن‬
َ َ‫۞وق‬
َ
‫ف َواَل تَ ۡنهَ ۡرهُ َم\\ا َوقُ\\ل‬ ّ ٖ ُ‫ك ۡٱل ِكبَ َر أَ َح ُدهُ َمٓا أَ ۡو ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا أ‬ َ ‫ِعن َد‬
٢٣ ‫لَّهُ َما قَ ۡواٗل َك ِر ٗيما‬
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.
Kosa kata :

‫أَ َح ُدهُ َمٓا‬


Dan menetapkan/ Salah satu dari
memerintahkan ‫ض ٰى‬ َ َ‫َوق‬ keduanya
Tuhanmu ‫َرب َُّك‬ Atau kedua-duanya ‫أَ ۡو ِكاَل هُ َما‬
Bahwa jangan ‫أَاَّل‬ Maka jangan ‫فَاَل‬
Kamu menyembah ‫تَ ۡعبُ ُد ٓو ْا‬ Kamu berkata ‫تَقُل‬
Melainkan ‫إِٓاَّل‬ Kepada keduanya ‫لَّهُ َمٓا‬
Kepada Dia ُ‫إِيَّاه‬ Ah ‫ف‬ ّ ٖ ُ‫أ‬
‫َوبِ ۡٱل ٰ َولِ َد ۡي ِن‬
Dan terhadap kedua
orangtua
Dan jangan ‫َواَل‬
‫إِ ۡح ٰ َسنً ۚا‬ ‫تَ ۡنهَ ۡرهُ َما‬
Kamu membentak
Berbuat baik
keduanya
Adapun/jika ‫إِ َّما‬ Dan berkatalah ‫َوقُل‬
Telah sampai ‫يَ ۡبلُ َغ َّن‬
Kepada keduanya ‫لَّهُ َما‬
Di sisimu/dalam
pemeliharaan mu ‫ك‬
Perkataanَ ‫ِعن َد‬ ‫قَ ۡواٗل‬
Besar/tua Mulia ‫ۡٱل ِكبَ َر‬ ‫َك ِر ٗيما‬
Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :

Allah berfirman seraya memerintahkan agar hamba-Nya hanya beribadah


kepada-Nya saja, yang tiada sekutu bagi-Nya. Kata “qadhaa” dalam ayat ini
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “11

berarti perintah. Mujahid berkata, “ artinya berwasiat”. Demikian pula Ubay


bin Ka’ab, Ibnu Mas’ud dan adh-Dhahhak bin Muzahim membaca ayat
tersebut dengan bacaan,

ُ‫َو َوصَّــى َرب َُّك أَالَّ تَ ْعبُ ُدوا إِاَّل إِيَّاه‬


Rabbmu berwasiat agar kamu tidak beribadah kecuali kepada-Nya
semata.

Oleh karena itu, Allah menyertakan perintah ibadah kepada-Nya dengan


perintah berbuat baik kepada orang tua,

... dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-
baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya
sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" ...

Maksudnya, Dia menyuruh hanba-Nya untuk berbuat baik kepada kedua


orang tua. Janganlah engkau memperdengarkan kata-kata yang buruk, bahkan
sampai kata “ah” sekalipun yang merupakan tingkatan ucapan buruk yang
paling rendah/ringan. Dan jangan sampai ada perbuatan buruk yang kamu
lakukan terhadap keduanya. Sebagaimana yang dikatakan ‘Atha’ bin Abi
Rabah mengenai firman Allah, “...dan janganlah kamu membentak mereka....”
Ia berkata : “ artinya, janganlah kamu meringankan tangan kepada keduanya.”

٢٣ ‫َوقُل لَّهُ َما قَ ۡواٗل َك ِر ٗيما‬


... dan ucapkanlah kepda mereka perkataan yang mulia.

Maksudnya, ucapkanlah perkataanmu dengan lemah lembut, baik, penuh


sopan santun, disertai pemuliaan dan penghormatan.

5. Qaulan Layyinan
Qaulan layyinan termaktub dalam surah Thaha ayat 44 dan hanya
disebutkan sebanyak satu kali, sebagaiman Allah berfirman,
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “12

٤٤ ‫فَقُواَل لَ ۥهُ قَ ۡواٗل لَّي ِّٗنا لَّ َعلَّهۥُ يَتَ َذ َّك ُر أَ ۡو يَ ۡخ َش ٰى‬
Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut.

Kosa kata :

Maka
katakanlah ‫فَقُواَل‬ Mudah-mudahan ُ‫لَّ َعلَّه‬
kamu berdua
Kepadanya ُ‫لَه‬ Dia ingat ‫يَتَ َذ َّك ُر‬
Perkataan ‫قَ ۡواٗل‬ Atau ‫أَ ۡو‬
Lunak/lembut ‫لَّي ِّٗنا‬ Dia takut ‫يَ ۡخ َش ٰى‬
Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :
Dalam ayat ini terdapat pelajaran yang sangat berharga, yaitu bahwa
Fir’aun benar-benar berada di puncak keangkuhan dan kesombongan,
sedangkan pada saat itu Musa merupakan makhluk pilihan Allah. Berdasarkan
hal tersebut, Allah Ta’ala memerintahkan Musa untuk berbicara kepada Fir’aun
dengan lemah lembut.
Dari ‘Ikrimah, dia mengatakan: “Katakanlah Laa ilaaha illallah (tidak ada
illah atau yang haq selain Allah).” ‘Amr bin ‘Ubaid meriwayatkan dari al-
Hasan al-Bashri,
Sampaikanlah kepadanya kata-kata bahwa kamu mempunyai Rabb dan
kamu juga mempunyai tempat kembali, dan sesungguhnya di hadapanmu
terdapat surga dan neraka.

Baqiyyah meriwayatkan dari ‘Ali bin Harun, dari ‘Ali mengenai firman
Allah, “ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut..,” dia mengatakan: “ gunakanlah kun-yah untuk menyebut
namanya.”

Demikian juga yang diriwayatkan dari Sufyan ats-Tsauri : “ Gunakanlah


kun-yah (nama panggilan, contoh Abu Hurairah).” Dari pendapat-pendapat
mereak itu dapat dihasilkan keximpulan bahwa seruan keduanya (Musa dan
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “13

Harun) kepada Fir’aun disampaikan dengan lemah lembut, agar hal itu bisa
menyentuh jiwanya, lebih mendalam, dan mengenai sasaran.

‫لَّ َعلَّهۥُ يَتَ َذ َّك ُر أَ ۡو يَ ۡخ َش ٰى‬


...mudah-mudahan ia ingat atau takut.

Maksudnya, mudah-mudahan dia mau meninggalkan kesesatan dan


kehancuran yang digelutinya, atau dia takut, atau dia memperoleh ketaatan dari
rasa takut kepada Rabbnya. Dengan demikian, mengingat di sini berarti
berpaling dari larangan, sedangkan takut berarti tercapainya ketaatan.

6. Qaulan Maysura
Qaulan maysura termaktub dalam surah al-Isra’ ayat 28, sebagaimana
firman Allah,

َ ِّ‫ض َّن َع ۡنهُ ُم ۡٱبتِ َغٓا َء َر ۡح َم ٖة ِّمن َّرب‬


‫ك تَ ۡرجُوهَا فَقُ\\ل لَّهُمۡ قَ\ ۡ\واٗل‬ َ ‫َوإِ َّما تُ ۡع ِر‬
ٗ ‫َّم ۡيس‬
٢٨ ‫ُورا‬
Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan
yang pantas.

Kosa kata :

Dan jika ‫َوإِ َّما‬ Tuhanmu ‫َّرب َِّك‬


Kamu
Kamu berpaling َ ‫تُ ۡع ِر‬
‫ض َّن‬ mengharapkann ‫تَ ۡرجُوهَا‬
ya
‫َع ۡنهُ ُم‬
Maka
Dari mereka
katakanlah ‫فَقُل‬
Mencari ‫ۡٱبتِ َغٓا َء‬ Kepada mereka ۡ‫لَّهُم‬
Rahmat ‫َر ۡح َم ٖة‬ Perkataan ‫قَ ۡواٗل‬
Dari ‫ِّمن‬
Lemah lembut ٗ ‫َّم ۡيس‬
‫ُورا‬
Tafsir ayat menurut kitab tafsir ibnu katsir :
Makalah Tafsir Ayat-Ayat Al Quran “ Komunikasi Dakwah dalam Al Quran “14

“ Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari
Tuhanmu yang kamu harapkan...”

Maksudnya, jika kaum kerabatmu dan orang-orang yang Kami perintahkan


kamu memberi mereka, mereka meminta kepadamu sedang kamu tidak
mempunyai sesuatu pun, lalu kamu berpaling dari mereka karena tidak ada
yang dapat dinafkahkan,

“...maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas.”

Janjikan kepada mereka janji yang pantas dan lemah lembut, jika rizki
Allah datang, niscaya kami akan menghubungi kalian, insya Allah.
Demikianlah ayat ini di tafsirkan dengan kata “janji”, menurut Mujahid,
‘Ikrimah, Sa’id bin Jubair, al-Hasan al-Bashri, Qatadah dan beberapa ulama
lainnya.

C. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat kita kita pahami bahwa etika dalam
berkomunikasi sesuai yang diajarkan dalam al qur’an sangatlah penting, terlebih
pada diri seorang dai dalam menyampaikan materi dakwahnya. Karna komunikasi
merupakan sarana utama dalam berdakwah. Maka dari itu, seorang dai harus
mampu dan memiliki 6 cara berkomunikasi sesuai dalam al qur’an, yaitu :
1. Qaulan Sadida (Perkataan Yang Benar Dan Jujur)
2. Qulan Baligha (Tepat Sasaran, Komunikatif, To The Poin, Mudah
Dimengerti)
3. Qaulan Ma’rufa (Perkataan Yang Baik)
4. Qaulan Karima (Perkataan yang mulia)
5. Qaulan Layyinan (Perkataan yang lembut), dan
6. Qaulan Maysura (Perkataan yang ringan)

Anda mungkin juga menyukai