Anda di halaman 1dari 5

1.

Qaulan Ma'rufa (Perkataan yang baik)


--- --- ---
Ma’rufa identik dengan kata urf atau budaya. Menurut M. Quraish Shihab, ma’ruf secara bahasa artinya baik dan diterima oleh nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat. Qaulan ma’rufa berarti perkataan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat.
Selain itu, qaulan ma’rufa berarti pula perkataan yang pantas dengan latar belakang dan status seseorang, menggunakan sindiran (tidak
kasar), dan tidak menyakitkan atau menyinggung perasaan serta pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan (maslahat).

Seorang guru hendaknya berutur kata yang santun karena memang pantasnya begitu. Pun dengan seorang da’i, muballigh, petinggi
ormas, dll. hendaknya berbicara dengan perkataan ma’ruf, karena memang seperti itulah pantasnya.

Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah SWT dalam Al-Quran sebanyak lima kali.
Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan harta anak yatim.
Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin.
Ketiga, berkenaan dengan harta yang diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain.
Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT terhadap istri Nabi SAW.
Kelima, berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita.

Kata Ma'rufan dari kelima ayat tersebut berbentuk isim maf'ul yaitu dari kata'arafa, bersinonim dengan kata Al-Khair atau Al-Ihsan
yng berarti baik.

Berikut adalah salah satu ayat dalam Al-Qur'an yang menerangkan mengenai Qaulan Ma'rifan :

‫َواَل تُْؤ تُوا ال ُّسفَهَٓا َء اَ ْم َوا لَـ ُك ُم الَّ ِت ْي َج َع َل هّٰللا ُ لَـ ُك ْم ِق ٰي ًما وَّا رْ ُزقُوْ هُ ْم ِف ْيهَا َوا ْكسُوْ هُ ْم َوقُوْ لُوْ ا لَهُ ْم قَوْ اًل َّم ْعرُوْ فًا‬
"Dan janganlah kamu serahkan kepada orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang
dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang baik."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 5)

--- --- ---


2. Qaulan Sadidan (Perkataan yang tegas dan benar)
--- --- ---
Qaulan Sadidan adalah konsep perkataan yang benar, tegas, jujur, lurus, to the point, tidak berbelit-belit dan tidak bertele-tele. Dalam
Al-Qur'an, kata qaulan sadidan disebut 2 kali, yaitu :

‫ض ٰعفًا خَ ا فُوْ ا َعلَ ْي ِه ْم ۖ فَ ْليَتَّقُوا هّٰللا َ َو ْليَقُوْ لُوا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬
ِ ً‫ش الَّ ِذيْنَ لَوْ ت ََر ُكوْ ا ِم ْن خَ ْلفِ ِه ْم ُذرِّ يَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬
"Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang benar."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 9)

Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar, baik dari
segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
ٰۤ
‫ۙ يـاَيُّهَا الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا هّٰللا َ َوقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َس ِد ْيدًا‬ 
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar,"
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 70)

Dari kedua konteks ayatnya, qaulan sadida merupakan perkataan yang jelas, tidak meninggalkan keraguan, meyakinkan pendengar,
dan perkataan yang benar tidak mengada-ada (buhtan: tuduhan tanpa bukti).

Alferd Korzybski, seorang peletak dasar teori general semantics menyatakan bahwa penyakit jiwa, baik individual maupun sosial
timbul karena penggunaan bahasa yang tidak benar. Pertama, menggunakan kata-kata yang sangat abstrak, ambigu atau menimbulkan
penafsiran yang sangat berlainan apabila kita tidak setuju dengan pandangan kawan kita.

Kedua, menciptakan istilah yag diberi makna lain berupa eufimisme atau pemutarbalikan makna terjadi bila kata-kata yang digunakan
sudah diberi makna yang sama sekali bertentangan dengan makna yang lazim

--- --- ---


3. Qaulan layyinan (perkataan yang lemah lembut)
--- --- ---
Qaulan layyinan yakni penyampaian pesan yang lemah lembut dengan suara yang enak didengar, lunak, tidak memvonis,
mengingatkan tentang sesuatu yang disepakati seperti kematian, dan memanggilnya dengan panggilan yang disukai, penuh
keramahan, sehingga dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran,
bukan dengan kata kata terus terang atau lugas, apalagi kasar.

‫فَقُوْ اَل لَهٗ قَوْ اًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّهٗ يَتَ َذ َّك ُر اَوْ يَ ْخ ٰشى‬
"maka berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut."
(QS. Ta-Ha 20: Ayat 44)

Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita yang disampaikan.
Nabi Muhammad SAW mencontohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada
keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman.
 
--- --- ---
4. Qaulan maisuran (perkataan yang pantas)
--- --- ---
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (Al-Munawir). Ketika kata maysuran
digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang. Berkata dengan mudah
maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan. 
Perkataan ini juga mengandung empati kepada lawan bicaranya, menyenangkan, memberikan harapan, kepada orang dan tidak
menutup peluang komunikan untuk mendapatkan kebaikan. 
Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Yaitu sebagai berikut :

‫ضنَّ َع ْنهُ ُم ا ْبتِغَٓا َء َرحْ َم ٍة ِّم ْن َّربِّكَ تَرْ جُوْ هَا فَقُلْ لَّهُ ْم قَوْ اًل َّم ْيسُوْ رً ا‬ ِ ‫َواِ َّما تُع‬
َ ‫ْر‬
"Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada
mereka ucapan yang lemah lembut."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 28)

Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada nabi Muhammad saw
untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir.

--- --- ---


5. Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)
--- --- ---
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat sasaran,
gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan bahasa
yang dimengerti oleh mereka.

ْ ‫ولِٓئكَ الَّ ِذيْنَ يَ ْعلَ ُم هّٰللا ُ َما فِ ْي قُلُوْ بِ ِه ْم َفاَ ْع ِرضْ َع ْنهُ ْم َو ِع‬
‫ظهُ ْم َوقُلْ لَّهُ ْم ِف ۤ ْي اَ ْنفُ ِس ِه ْم َقوْ اًل ۢ بَلِ ْي ًغا‬ ٰ ُ‫ا‬
"Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu, berpalinglah kamu
dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya."
(QS. An-Nisa' 4: Ayat 63)

Melihat ayat Al-Qur’an diatas maka Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang awam tentu harus dibedakan
dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak sama dengan saat berbicara
di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat berkomunikasi di media massa,
gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).

--- --- ---


6. Qaulan karima (perkataan yang mulia)
--- --- ---
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang
membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Yang
mana telah allah firmankan dalam surat Al-Isra:23, yaitu sebagai berikut :
ۤ ٰ ۤ ۤ ۤ
ِ ‫ضى َربُّكَ اَ اَّل تَ ْعبُ ُدوْ ا اِاَّل اِيَّاهُ َوبِا ْل َوا لِ َدي ِْن اِحْ َسا نًا ۗ اِ َّما يَـ ْبلُغَنَّ ِع ْندَكَ ْال ِكبَ َر اَ َح ُدهُ َما اَوْ ِكلهُ َما فَاَل تَقُلْ لَّهُ َما اُفٍّ َّواَل تَ ْنهَرْ هُ َما َوقُلْ لَّهُ َما قَوْ اًل ك‬
‫َر ْي ًما‬ ٰ َ‫َوق‬
"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)

Inti dari ayat tersebut setidaknya mengandung dua hal, yaitu :


1. Berkenaan dengan tuntunan dalam berakhlak kepada orang tua. Menurut Hamka (1999:63), dalam tafsir Al-Azhar menjelaskan
bahwa akhlak kepada Allah SWT merupakan pokok etika sejati.
2. Tuntunan akhlak kepada orang tua, antara lain : berbakti, mengurus ketika sudah memasuki usia lanjut dll.

--- --- ---


7. Qaulan Tsaqilan (perkataan yang penuh makna)
--- --- ---
Qaulan tsaqilan yakni penyampaian pesan yang berbobot dan penuh makna, memiliki nialai yang dalam, memerlukan perenungan
untuk memahaminya, dan bertahan lama. Dengan demikian Qaulan tsaqilan juga berarti kata-kata yang berbobot dan berat dari
seorang ahli hikmah. Artinya, 'qaulan tsaqila' biasanya memuat sebuah konsep pemikiran yang mendalam dan memiliki bobot baik
secara intelektual maupun spiritual.

Allah berfirman dalam surah al-Muzzammil ayat 5:


‫اِنَّا َسنُ ْلقِ ْي َعلَيْكَ قَوْ اًل ثَقِ ْياًل‬
"Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu."
(QS. Al-Muzzammil 73: Ayat 5)

Qaulan tsaqilan oleh Al-Quran lahir dari sebuah proses pendekatan diri kepada Allah. Yaitu dengan memperbanyak shalat malam,
membaca Al-Quran, berdzikir dan bersabar menghadapi cobaan hidup.
Para ulama atau para wali Allah yang telah mencapai maqom ini, maka saat berbicara perkataannya pasti berbobot dan berisi. Kata-
kata hikmah dari para ulama adalah qaulan tsaqila sehingga bisa bertahan ratusan tahun, karena ia lahir dari perenungan mendalam
setelah melalui proses spiritual tinggi.

--- --- ---


8. Ahsanu Qaulan (perkataan yang terbaik)
--- --- ---
Ahsanu qaulan yakni menyampaikan perkataan pilihan kata terbaik. Allah berfirman dalam surah Fushshilat ayat 33:

َ ‫َو َم ْن اَحْ َسنُ قَوْ اًل ِّم َّم ْن َدع َۤا اِلَى هّٰللا ِ َو َع ِم َل‬
َ‫صا لِحً ا َّوقَا َل اِنَّنِ ْي ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِميْن‬
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata,
Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 33)

Menurut tasfsir Ibnu Katsir, Firman Allah: wa man ahsanu qaulan mimman da’aa ilallaaHi (“Siapakah yang lebih baik perkataannya
daripada orang yang menyeru kepada Allah.”) yakni menyeru para hamba Allah kepada-Nya. Wa ‘amila shaalihaw wa qaala innanii
minal muslimiin (“Dan mengerjakan amal yang shalih dan berkata: ‘Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.’”)
artinya dia sendiri menjalankan apa yang dikatakannya, maka manfaaatnya untuk dirinya sendiri dan orang lain.

Dia bukan termasuk orang-orang yang memerintahkan kepada yang ma’ruf akan tetapi dia sendiri tidak mengerjakannya. Serta
melarang dari kemungkaran akan tetapi dia sendiri mengerjakannya. Akan tetapi ia adalah orang yang melaksanakan kebaikan,
meninggalkan keburukan dan menyeru manusia kepada kebaikan yang menyeru manusia kepada kebaikan dan dia sendiri
melaksanakannya

--- --- ---


9. Qaulan 'Adzima (perkataan yang mengandung dosa besar)
--- --- ---
Berbeda dengan 8 qaulan sebelumnya, Qaulan 'Adzima ini merupakan ujaran yang mengandung penentangan yang nyata terhadap
perintah Allah dan Rasul-Nya. 
ٓ
ِ ‫اَفَاَ صْ ٰفٮ ُك ْم َربُّ ُك ْم ِبا ْلبَـ ِنيْنَ َو اتَّخَ َذ ِمنَ ْال َم ٰلِئ َك ِة اِنَا ثًا ۗ ِانَّ ُك ْم لَتَقُوْ لُوْ نَ قَوْ اًل ع‬
‫َظ ْي ًما‬
"Maka apakah pantas Tuhan memilihkan anak laki-laki untukmu dan Dia mengambil anak perempuan dari malaikat? Sungguh, kamu
benar-benar mengucapkan kata yang besar (dosanya)."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 40)

Termasuk jenis 'qaulan adzima' adalah setiap ujaran kebencian (hatespeech), atau ujaran yang mengandung permusuhan dan penipuan.
Apalagi di era digital dan arus informasi yang sangat terbuka, orang zaman ini begitu mudah mengakses informasi.

Maka, di media sosial, jika orang hanya menggunakannya untuk menumpahkan fitnah, caci maki dan menyebarkan ujaran-ujaran yang
justru semakin menjauhkan manusia dari jalan Allah, maka hal tersebut termasuk jenis 'qaulan adzima', yaitu perkataan yang
mengandung dosa besar.

Berikut merupakan 9 macam Qaulan dalam Al-Qur'an yang bisa kami rangkum. Semoga artikel ini bisa bermanfaat dan menjadi
wasilah kebaikan bagi kita semua aamiin.

Qaulan ma’rufa (perkataan yang baik)

Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak
menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat). Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan, Qaulan Ma’rufa yaitu melembutkan kata-kata dan menepati janji.
“Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu)
yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada
mereka Qaulan Ma’rufa –kata-kata yang baik.” (QS An-Nissa :5)

“Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, Maka berilah mereka dari harta itu (sekadarnya)
dan ucapkanlah kepada mereka Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik” (QS An-Nissa :8).

“Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu Menyembunyikan (keinginan mengawini
mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu Mengadakan
janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekadar mengucapkan (kepada mereka) Qaulan Ma’rufa –perkataan yang
baik…” (QS. Al-Baqarah:235).

“Qulan Ma’rufa –perkataan yang baik– dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-Baqarah: 263).

“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang
baik.” (QS. Al-Ahzab: 32).

2.   Qaulan sadida (perkataan yang tegas dan benar)


“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka
yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan  hendaklah mereka
berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisaa’ :9)

“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar” (QS. Al-Ahzaab :70)

Dalam Tafsir Al-Qurtubi dijelaskan, as-sadid yaitu perkataan yang bijaksana dan perkataan yang benar.

Dalam beromunikasi (berbicara) harus menginformasikan atau menyampaikan kebenaran, faktual, hal yang benar saja, jujur, tidak
berbohong, juga tidak merekayasa atau memanipulasi fakta.  “Dan jauhilah perkataan-perkataan dusta” (QS. Al-
Hajj:30). “Katakanlah kebenaran walaupun pahit rasanya” (HR Ibnu Hibban).

3.   Qaulan layyina (perkataan yang lemah lembut)


“Maka berbicaralah kamu berdua kepada Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.” (QS.
Taahaa :44)

Qaulan Layina berarti pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga dapat
menyentuh hati.Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata terus
terang atau lugas, apalagi kasar.

Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada Fir’aun.
Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak untuk
menerima pesan komunikasi kita.

Menurut Tafsir Al-Qurtubi, ayat ini merekomendasikan untuk memberi peringatan dan melarang sesuatu yang munkar dengan cara
yang simpatik melalui ungkapan atau kata-kata yang baik dan hendaknya hal itu dilakukan dengan menggunakan perkataan yang
lemah lembut, lebih-lebih jika hal itu dilakukan terhadap penguasa atau orang-orang yang berpangkat.

4.   Qaulan maisura (perkataan yang mudah)


”Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada
mereka Qaulan Maysura -ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).

Qaulan Maysura (Maisuran) bermakna ucapan yang mudah, yakni mudah dicerna, mudah dimengerti, dan dipahami oleh komunikan.
Makna lainnya adalah kata-kata yang menyenangkan atau berisi hal-hal yang menggembirakan.

Menurut Tafsir Ibnu Katsir, Qaulan Maysura adalah ucapan-ucapan yang pantas, halus, dan lembut. Menurut Tafsir Al-Azhar, ia
adalah kata-kata yang menyenangkan. Karena kadang-kadang kata-kata yang halus dan berbudi lagi membuat orang senang dan lega,
lebih berharga daripada uang berbilang. 

5.   Qaulan baligha (perkataan yang membekas pada jiwa)


“Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu
dari mereka, dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.” (QS. An-
Nisaa’ :63)

Dalam Tafsir al-Maraghi diterangkan, Qoulan Balighan yaitu “perkataan yang bekasnya hendak kamu tanamkan di dalam jiwa
mereka”.
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat sasaran,
komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah (straight to the point), dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele.

Agar komunikasi tepat sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas
komunikan dan menggunakan bahasa yang dimengerti oleh mereka.

“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).

”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengann bahasa kaumnya” (QS.Ibrahim:4)

6.   Qaulan karima (perkataan yang mulia)


“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika
salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan
yang baik” (Al-Israa’ :23)

Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-lembut, dan
bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita dilarang
membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.

Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati. Qaulan
Karima adalah “kata-kata yang hormat, sopan, lemah lembut di hadapan mereka” (Ibnu Katsir).
Macam-macam Qaulan

1.      Qaulan Karima
Qaulan Karima adalah perkataan yang mulia, dibarengi dengan rasa hormat dan mengagungkan, enak didengar, lemah-
lembut, dan bertatakrama. Dalam ayat tersebut perkataan yang mulia wajib dilakukan saat berbicara dengan kedua orangtua. Kita
dilarang membentak mereka atau mengucapkan kata-kata yang sekiranya menyakiti hati mereka.
Qaulan Karima harus digunakan khususnya saat berkomunikasi dengan kedua orangtua atau orang yang harus kita hormati.
Yang mana telah allah firmankan dalam surat Al-Isra:23, yaitu sebagai berikut :
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada
kedua orangtuamu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, seklai kali janganlah kamu mengatakan kepada kedanya perkatan ‘ah’ dan kamu janganlah membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka Qaulan Karima yaitu ucapan yang mulia” (QS. Al-Isra: 23).
2.      Qaulan Baligha
Kata baligh berarti tepat, lugas, fasih, dan jelas maknanya. Qaulan Baligha artinya menggunakan kata-kata yang efektif, tepat
sasaran, komunikatif, mudah dimengerti, langsung ke pokok masalah, dan tidak berbelit-belit atau bertele-tele. Agar komunikasi tepat
sasaran, gaya bicara dan pesan yang disampaikan hendaklah disesuaikan dengan kadar intelektualitas komunikan dan menggunakan
bahasa yang dimengerti oleh mereka.
“Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim).
”Tidak kami utus seorang rasul kecuali ia harus menjelaskan dengan bahasa kaumnya”(QS.Ibrahim:4)
Melihat dari pemaparan hadits dan qur’an diatas maka Gaya bicara dan pilihan kata dalam berkomunikasi dengan orang
awam tentu harus dibedakan dengan saat berkomunikasi dengan kalangan cendekiawan. Berbicara di depan anak TK tentu harus tidak
sama dengan saat berbicara di depan mahasiswa. Dalam konteks akademis, kita dituntut menggunakan bahasa akademis. Saat
berkomunikasi di media massa, gunakanlah bahasa jurnalistik sebagai bahasa komunikasi massa (language of mass communication).
3.      Qaulan Maysura
Secara etimologis, kata maysuran berasal dari kata yasara yang artinya mudah atau gampang (Al-Munawir). Ketika
kata maysuran digabungkan dengan kata qaulan menjadi qaulan maysuran yang artinya berkata dengan mudah atau gampang.
Berkata dengan mudah maksudnya adalah kata-kata yang digunakan mudah dicerna, dimengerti, dan dipahami oleh komunikan.
Kata qaulan maysuran hanya satu kali disebutkan dalam Al-Quran, QS. Al-Israa’: 28. Yaitu sebagai berikut : ”Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhannya yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka Qaulan
Maysura ucapan yang mudah” (QS. Al-Isra: 28).
 Berdasarkan sebab-sebab turunnya (ashab al-nuzulnya) ayat tersebut, Allah memberikan pendidikan kepada nabi
Muhammad saw untuk menunjukkan sikap yang arif dan bijaksana dalam menghadapi keluarga dekat, orang miskin dan musafir.
4.      Qaulan Layina
Qaulan Layina adalah pembicaraan yang lemah-lembut, dengan suara yang enak didengar, dan penuh keramahan, sehingga
dapat menyentuh hati. Dalam Tafsir Ibnu Katsir disebutkan, yang dimaksud layina ialah kata kata sindiran, bukan dengan kata kata
terus terang atau lugas, apalagi kasar.
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan Qulan Layina yaitu kata-kata yang lemah-lembut…” (QS. Thaha: 44).
Ayat di atas adalah perintah Allah SWT kepada Nabi Musa dan Harun agar berbicara lemah-lembut, tidak kasar, kepada
Fir’aun. Dengan Qaulan Layina, hati komunikan (orang yang diajak berkomunikasi) akan merasa tersentuh dan jiwanya tergerak
untuk menerima pesan komunikasi kita yang disampaikan.
Nabi Muhammad saw mencotohkan kepada kita bahwa beliau selalu berkata lemah lembut kepada siapa pun, baik kepada
keluarganya, kepada kaum muslimin yang telah mengikuti nabi, maupun kepada manusia yang belum beriman.
5.      Qaulan Sadida
Dalam al-qur'an  surat 4:9 yang artinya  “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan
dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka
bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan Qaulan Sadida yaitu perkataan yang benar” (QS. 4:9)
Qaulan Sadidan menurut pemaparan atau arti dari surat di atas yaitu suatu pembicaraan, ucapan, atau perkataan yang benar,
baik dari segi substansi (materi, isi, pesan) maupun redaksi (tata bahasa).
6.      Qaulan Ma’rufa
            Qaulan Ma’rufa artinya perkataan yang baik, ungkapan yang pantas, santun, menggunakan sindiran (tidak kasar), dan tidak
menyakitkan atau menyinggung perasaan. Qaulan Ma’rufa juga bermakna pembicaraan yang bermanfaat dan menimbulkan kebaikan
(maslahat).
Serta Kata qaulan ma’rufan disebutkan Allah dalam Al-Quran sebanyak lima kali. Pertama, berkenaan dengan pemeliharaan
harta anak yatim. Kedua, berkenaan dengan perkataan terhadap anak yatim dan orang miskin. Ketiga, berkenaan dengan harta yang
diinfakkan atau disedekahkan kepada orang lain. Keempat, berkenaan dengan ketentuan-ketentuan Allah terhadap istri Nabi. Kelima,
berkenaan dengan soal pinangan terhadap seorang wanita.

Anda mungkin juga menyukai