Anda di halaman 1dari 8

Pengantar Ilmu

Komunikasi
Farmasi
Oleh :

Dr. Ishak Kenre, SKM.,M.Kes


MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI FARMASI
NAMA DOSEN : 1. DR. ISHAK KENRE, SKM., M.KES
2. FITRIANA BUNYANIS, S.Si, M.KES
PERTEMUAN : PERTAMA (SABTU, 12 MARET 2022 M)/
9 SYA’BAN 1443 H
ISI MATERI : 1. Latar Belakang, Beberapa permasalahan
2. Pengertian Komunikasi, Informasi, Edukasi
3. Tujuan Komunikasi, Informasi, Edukasi
Dalam Pelayanan Kefarmasian
4. Tujuan Khusus Konseling
5. Komponen – Kompenen KIA
REFERENSI :
Al Qur’an dan Terjemahannya
Abdullah, N. A., Andrajati, R., & Supardi, S. (2010). Pengetahuan, Sikap dan Kebutuhan
Pengunjung Apotek Terhadap Informasi Obat di Kota Depok. Buletin Penelitian Sistem
Kesehatan, 13(4), 9.
Cavaco, A. M. (2010). Patient Education and Counseling Exploring pharmacists ’
communication with customers through screening services. 80, 377–383
Claramita, M., Dalen, J. Van, & Vleuten, C. P. Van Der. (2011). Doctors in a
Southeast Asian Country Communicate Sub-optimally Regardless ofPatients’ Educational
Background. Patient Education and Counseling,85(3),

Deddy Mulyan a, Prof dkk. (2018) Komunikasi Kesehatan Pemikiran dan Penelitian.
Remaja Rosdakarya.
LATAR BELAKANG
Dalam perspektif Islam, komunikasi merupakan bagian yang tak
terpisahkan dalam kehidupan manusia karena segala gerak langkah kita
selalu disertai dengan komunikasi. Komunikasi yang dimaksud adalah
komunikasi yang islami, yaitu komunikasi berakhlak al-karimah atau
beretika. Setidaknya lima jenis gaya bicara atau pembicaraan (qaulan)
yang dikategorikan sebagai kaidah, prinsip, atau etika komunikasi Islam,
yaitu:

Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur)


QS. An Nisa ayat 9
َ ‫َّللاَ َو ْليَقىلىا قَ ْىال‬
‫سدِيدًا‬ َّ ‫علَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقىا‬ ِ ً‫ش الَّرِينَ لَ ْى ت ََسكىا ِم ْن خ َْل ِف ِه ْم ذ ِ ِّزيَّة‬
َ ‫ضعَبفًب خَبفىا‬ َ ‫َو ْليَ ْخ‬
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang
lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu,
hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang
benar (qaulan sadida)”.

Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti)


QS. An Nisa ayat 63
ْ ‫ض َع ْنه ْم َو ِع‬
‫ظه ْم َوق ْل لَه ْم فِي أ َ ْنف ِس ِه ْم قَ ْىال بَ ِليغًب‬ ْ ‫َّللا َمب فِي قلىبِ ِه ْم فَأَع ِْس‬
َّ ‫أولَئِ َك ا َّلرِينَ يَ ْعلَم‬
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka Qaulan
Baligha –perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.

Qaulan Ma’rufa (perkataan yang baik)


QS. Al Ahzab ayat 32
‫ض َوقُ ْلنَ قَ ْوال َم ْع ُروفًا‬
ٌ ‫ط َم َع الَّذِي فًِ قَ ْلبِ ِه َم َر‬
ْ ٌََ‫ض ْعنَ بِ ْالقَ ْو ِل ف‬
َ ‫اء إِ ِن اتَّقَ ٌْت ُ َّن فَال ت َْخ‬
ِ ‫س‬َ ‫ً لَ ْست ُ َّن َكأ َ َح ٍد ِمنَ ال ِّن‬ِّ ‫سا َء النَّ ِب‬
َ ِ‫ٌَا ن‬
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka
janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit
dalam hatinya] dan ucapkanlah Qaulan Ma’rufa –perkataan yang baik.”

Qaulan Karima (perkataan yang mulia)


QS. Al Isra’ ayat 23
ٍ ّ ُ ‫ضى َرب َُّك أَال ت َ ْعبُدُوا ِإال ِإٌَّاهُ َو ِب ْال َوا ِل َدٌ ِْن ِإ ْح َسانًا ِإ َّما ٌَ ْبلُغ ََّن ِع ْن َد َك ْال ِك َب َر أ َ َح ُدهُ َما أ َ ْو ِكالهُ َما فَال تَقُ ْل لَ ُه َما أ‬
‫ف َوال‬ َ َ‫َوق‬
‫ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُ ْل لَ ُه َما قَ ْوال ك َِرٌ ًما‬
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau
kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan jangan engkau
membentak keduanya dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik”.
Qaulan Layyinan (perkataan yang lembut)
Teknik pemberian informasi kepada pasien dapat dioptimalkan
dengan cara pendataan ulang nomor handphone, alamat rumah,
pemberian leaflet dan pelayanan home care (Najiha, Utaminingrum, &
Wibowo, 2017) (Utaminingrum dkk., 2017) (Arifa, 2018). Selain itu
pendekatan edukasi kepada pasien secara terstruktur menghasilkan
respon yang baik pada aspek kepatuhan (Khomaini dkk., 2017). Adapun
inovasi pemberian informasi dengan metode telemedicine tidak efektif
untuk mengelola kepatuhan minum obat (Prakoso & Ellena, 2015). Sari,
Putra, & Masran (2018) menyatakan pasien dengan pengetahuan baik
memiliki kebutuhan tinggi terhadap informasi obat. Namun sejumlah pasien
cenderung sungkan dalam mengajukan pertanyaan kepada tenaga
kefarmasian (Hartayu dkk., 2013). Kurangnya komunikasi yang baik yang
dihadirkan petugas kesehatan akan berpengaruh buruk terhadap persepsi
pasien.
Identifikasi Permasalahan Komunikasi yang sering Muncul ???

PENGERTIAN (KOMUNIKASI, INFORMASI & EDUKASI)

KOMUNIKASI
Komunikasi adalah proses penyampaian informasi (pesan, ide,gagasan)
dari satu pihak kepada pihak lain (Yanti, 2019). Terdapat dua cara
komunikasi yaitu verbal dan non verbal. Verbal terdiri dari dua cara yaitu
oral (komunikasi yang dijalin secara lisan) dan written (komunikasi ang
dijalin secara tertulis). Non verbal secara gestural menggunakan sandi-
sandi seperti gambar atau angka (A. W. Sari, 2016).

Komunikasi merupakan salah satu aspek yang mutlak dikuasai oleh


seorang farmasis dalam melakukan praktik kefarmasian khususnya di
masyarakat. Kegiatan pelayanan kefarmasian tidak terbatas hanya pada
pelayanan obat dan penyerahan obat pada pasien, perlu juga
melaksanakan interaksi atau komunikasi dengan pasien (R. P. Sari
dkk., 2018). Supaya lebih meningkatkan kepatuhan pasien, tenaga
kesehatan dapat melakukan perubahan dalam berkomunikasi (Dewi dkk.,
2015).
Farmasis harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik, komunikasi
yang baik harus mencakup perkataan yang jelas dan ringkas. Apoteker
dalam berkomunikasi dengan pasien harus menggunakan bahasa yang
mudah dimengerti, tenang dan santai, serta harus mendorong pasien
supaya dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi (Sisca, 2016).

Tenaga kesehatan tidak boleh bersikap menggurui ketika berkomunikasi


dengan masyarakat.Komunikasi antara petugas kesehatan dengan
masyarakat bertujuan agar saling bertukar pikiran sehingga dapat
membantu menyelesaikan masalah pasien (Hutagaol)

INFORMASI
Informasi adalah pesan yang disampaikan seseorang komunikator kepada
komunikan. Menurut standar pelayanan kefarmasian di puskesmas,
pekerjaan apoteker di puskesmas antara lain yaitu konseling obat dan
pemberian informasi obat (PIO) kepada pasien (Dewanti dkk., 2015).

Apoteker harus memberikan informasi obat secara :


- benar,
- jelas,
- mudah dimengerti,
- akurat,
- tidak bias,
- etis,
- bijaksana,
- dan terkini kepada pasien

Tujuan pemberian informasi obat adalah untukmeningkatkan kepatuhan


pasien terhadap pengobatan serta menunjangpengobatan yang rasional
(Idacahyati, 2018). Masyarakat mengharapkaninformasi yang lengkap dan
jelas, tidak terbatas pada masalah aturan pakai(Hartayu dkk., 2013).
Informasi obat pada pasien harus meliputi :
- cara pemakaian obat,
- cara penyimpanan obat,
- jangka waktu pengobatan,
- aktivitas
- serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi
(Abdullah dkk., 2010).
Pemberian informasi obat yang tepat, akan menghasilkan terapi obat yang
aman dan ektif serta keberhasilan proses penyembuhan (Dewi dkk., 2015).
Apoteker juga harus ikut membantu diseminasi informasi antara lain
dengan membagikan leflet, brosur, poster,serta penyuluhan karena
pemberian alat bantu konseling dapat meningkatkan kepatuhan,
kepuasan, serta tercapainya target.

EDUKASI
Edukasi adalah kegiatan memberikan pengetahuan mengenai obat dan
pengobatan terhadap pasien dalam upaya meningkatkan kesehatan,
tercapainya hasil pengobtan yang optimal, dan mencegah timbulnya
kembali penyakit (Elisabeth, 2014). Pentingnya memberikan edukasi
kepada pasien adalah :
- mencegah bertambahnya masalah kesehatan,
- mempertahankan kesehatan,
- memaksimalkan fungsi dan peran pasien selama sakit,
- Dan membantu pasien untuk mengatasi masalah kesehatan

Dengan edukasi masyarakat dapat menggunakan obat secara benar


(Hartayu dkk., 2013). Untuk pasien kronis apoteker berperan penting
dalam pemberian edukasi untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan dan
keberhasilan terapi (Utaminingrum dkk., 2017). Edukasi yang diberikan
petugas kefarmasian kepada pasien diabetes melitus tipe 2 meningkatkan
kepatuhan minum obat serta untuk pasien hipertensi usia lanjuat
mengalami penurunan tekanan darah sistolik dan diastolic.

TUJUAN KOMUNIKASI INFORMASI EDUKASI


DALAM PELAYANAN KEFARMASIAN
KIE dalam program kesehatan ditujukan untuk mengetahui masalah
kesehatan dengan meningkatkan kepedulian dan menghasilkan perubahan
perilaku kearah yang positif, peningkatan pengetahuan, sikap dan praktik
masyarakat secara wajar sehingga masyarakat melaksanakannya secara
mantab sebagai perilaku yang sehat dan bertanggung jawab. (Prijanti &
Rahayu, 2016).
Pentingnya tentang penyampaian KIE itu sendiri bertujuan agar
penyampaian informasi dan edukasi mengenai obat dapat mencegah
terjadinya medication error (kejadian yang tidak diharapkan) dalam
menggunakan obat karena sudah menjadi tanggungj jawab seorang
farmasis terhadap keselamatan pasiennya, dan idealnya seorang farmasis
baik diminta maupun tidak harus selalu pro aktif melaksanakan KIE
(komunikasi,
informasi, edukasi) mengenai obat sehingga dapat membuat pasien
merasa
aman dengan obat yang dibeli (Hidayat, 2014).

Secara khusus kegiatan konseling obat bertujuan untuk :


1. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien
2. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien
3. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat
4. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan
Obat dengan penyakitnya
5. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan
6. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat
7. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam
hal terapi Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan
8. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga
dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu
pengobatan

KOMPONEN – KOMPONEN KIE


1. Pemberi KIE
Pihak yang berperan aktif dalam menyampaikan informasi kepada
komunikan (Penerima KIE) dalam sebuah proses komunikasi.

2. Penerima KIE
Pihak yang menerima informasi yang di sampaikan oleh komunikator
(Pemberi KIE) dalam sebuah proses komunikasi.
3. Isi KIE
Informasi yang disampaikan komunikator kepada komunikan dalam sebuah
proses komunikasi. Isi KIE menjadi inti dari setiap proses komunikasi yang
terjalin.

4. Cara penyampaian KIE


Kemampuan komunikasi yang baik harus dimiliki farmasis dalam
penyampaian komunikasi, komunikasi yang baik harus memberikan
informasi yang benar, jelas, mudah dimengerti, dan terkini.

5. Media KIE
Alat atau sarana yang digunakan untuk memudahkan komunikator dalam
menyampaikan informasi kepada komunikan. Media yang digunakan
apoteker dalam penyampaian informasi kepada pasien antara lain dengan
membagikan leflet, brosur, dan poster.

6. Hasil KIE
Keberhasilan komunikator dalam penyampaian pesan atau informasi
kepada komunikan yang dilihat dari peningkatan pengetahuan dan
menghasilkan perubahan perilaku kearah yang positif. Hasil yang diperoleh
pasien dari proses edukasi leh apoteker yaitu peningkatkatan kepatuhan,
kepuasan, serta tercapainya target terapi pengobatan

Anda mungkin juga menyukai