Anda di halaman 1dari 5

Komunikasi adalah istilah, komunikasi berasal dari bahasa latin

communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
di terima oleh komunikan. Hovland mendefenisikan proses komunikasi sebagai
proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk
mengubah perilaku orang lain. (Mulyana, 2010:62).

Dalam kom unikasi yang melibatkan dua orang, komunikasi berlangsung


apabila adanya kesamaan makna. sesuai dengan definisi tersebut pada dasarnya
sesorang melakukan komunikasi adalah untuk mencapai kesamaan makna antara
manusia yang terlibat dalam komunikasi yang terjadid, dimana kesepahaman yang
ada dalam benak komunikator (penyampai pesan) dengan komunikan (penerima
pesan) mengenai pesan yang disampaikan haruslah sama agar apa yang
komunikator maksud juga dapat dipahami dengan baik oleh komunikan sehingga
komunikasi berjalan baik dan efektif (Effendy, 2005:9).

Hal tersebut juga dikemukakan oleh Raymond S. Rossm mendefinisikan


“Komunikasi (intensional) sebagai suatu proses menyortir, memilih dan mengirim
simbol-simbol sedemikian rupa, sehingga membantu pendengar membangkitkan
makna atau respon dari pikirannya yang serupa dengan yang dimaksud oleh sang
komunikator” (Mulyana, 2010:69).

Al-Qur’an menyebut komunikasi sebagai salah satu fitrah manusia. Untuk


mengetahui bagaimana manusia seharusya berkomunikasi. Al-Qur’an
memberikan kata kunci (keyconcept) yag berhubungan dengan hal itu. Al-
Syaukani, misalnya mengartikan kata kunci al-bayan sebagai kemampuan
berkomunikasi. Selain itu, kata kunci yang dipergunakan Al-Qur’an untuk
komunikasi ialah al-qaul. Dari al-qaul ini, Jalaluddin Rakhmat menguraikan
prinsip, qaulan sadidan yakni kemampuan berkata benar atau berkomunikasi
dengan baik.

Namun kenyataannya pada saat ini, banyak hal yang terjadi terkait
komunikasi khusunya di Indonesia pada saat ini. Maraknya berita hoax
pencemaran nama baik hingga tindakan asusila pun terjadi pada media media
komunikasi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan konsep Al Quran yang mana
menyatakan komunikasi sebagai prinsip dalam berkata benar dan berbuat baik.

Pada dasarnya Al-Quran diturunkan adalah sebagai petunjuk untuk


manusia dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan akhiat. Artinya, setiap
petunjuk tentang perintah dan larangan yang ditujukan pada kehidupan sudah
ditetapkan di dalam Al Quran. Sehingga apabila seluruh manusia mengikutinya
maka niscaya damailah dunia ini, pada Al Quran tertulis diantara nya etika etika
berkomunikasi sehingga dapat dijadikan paduan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya:

Q.S An nisa ayat 9


ْ ُ‫وا ٱهَّلل َ َو ۡليَقُول‬
‫وا قَ ۡواًل َس ِديدًا‬ ْ ُ‫وا َعلَ ۡي ِهمۡ فَ ۡليَتَّق‬ ِ ً‫وا ِم ۡن خ َۡلفِ ِهمۡ ُذرِّ يَّة‬
ْ ُ‫ض ٰ َعفًا خَاف‬ َ ‫َو ۡليَ ۡخ‬
ْ ‫ش ٱلَّ ِذينَ لَ ۡو تَ َر ُك‬

Artinya: “Hendaklah merasa takut orang-orang yang seandainya (mati)


meninggalkan setelah mereka, keturunan yang lemah (yang) mereka khawatir
terhadapnya. Maka, bertakwalah kepada Allah dan berbicaralah dengan tutur kata
yang benar (dalam hal menjaga hak-hak keturunannya).”

Tafsir
(Dan hendaklah bersikap waspada) maksudnya terhadap nasib anak-anak
yatim (orang-orang yang seandainya meninggalkan) artinya hampir meninggalkan
(di belakang mereka) sepeninggal mereka (keturunan yang lemah) maksudnya
anak-anak yang masih kecil-kecil (mereka khawatir terhadap nasib mereka) akan
terlantar (maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah) mengenai urusan anak-
anak yatim itu dan hendaklah mereka lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa
yang mereka ingini dilakukan orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal
mereka nanti (dan hendaklah mereka ucapkan) kepada orang yang hendak
meninggal (perkataan yang benar) misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari
sepertiga dan memberikan selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak
membiarkan mereka dalam keadaan sengsara dan menderita.

Q.SAn nisa ayat 63


ٓ
‫ض ع َۡنهُمۡ َو ِع ۡظهُمۡ َوقُل لَّهُمۡ فِ ٓى َأنفُ ِس ِهمۡ قَ ۡواًل بَلِي ًغا‬ َ ‫ُأوْ ٰلَِئ‬
ۡ ‫ك ٱلَّ ِذينَ يَ ۡعلَ ُم ٱهَّلل ُ َما فِى قُلُوبِ ِهمۡ فََأ ۡع ِر‬
Artinya: “Mereka itulah orang-orang yang Allah ketahui apa yang ada di
dalam hatinya. Oleh karena itu, berpalinglah dari mereka, nasihatilah mereka, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya.”

Tafsir
(Mereka itu adalah orang-orang yang diketahui Allah isi hati mereka)
berupa kemunafikan dan kedustaan mereka dalam mengajukan alasan (maka
berpalinglah kamu dari mereka) dengan memberi mereka maaf (dan berilah
mereka nasihat) agar takut kepada Allah (serta katakanlah kepada mereka tentang)
keadaan (diri mereka perkataan yang dalam) artinya yang berbekas dan
mempengaruhi jiwa, termasuk bantahan dan hardikan agar mereka kembali dari
kekafiran.
Q.S Al isra ayat 23

‫ك ۡٱل ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َمٓا َأ ۡو ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأفٍّ َواَل‬
َ ‫ض ٰى َربُّكَ َأاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ۡٱل ٰ َولِد َۡي ِن ِإ ۡح ٰ َسنًا ۚ ِإ َّما يَ ۡبلُغ ََّن ِعن َد‬
َ َ‫َوق‬
‫ت َۡنهَ ۡرهُ َما َوقُل لَّهُ َما قَ ۡواًل َك ِري ًما‬

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah


selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah”
dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya
perkataan yang baik.”

Tafsir
(Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya janganlah)
lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian menyembah selain Dia
dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-
baiknya) yaitu dengan berbakti kepada keduanya. (Jika salah seorang di antara
keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa
adalah fa`il (atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna
dibaca yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal
daripada alif lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan ah
kepada keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau uffi dan uffa; lafal ini adalah
mashdar yang artinya adalah celaka dan sial (dan janganlah kamu membentak
mereka) jangan kamu menghardik keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.

Q.S Al ahzab ayat 32

َ ‡‫‡ٱلقَ ۡو ِل فَيَ ۡط َم‡ َع ٱلَّ ِذى فِى قَ ۡلبِِۦه َم‬


‫‡رضٌ َوقُ ۡلنَ قَ‡ ۡ‡واًل‬ ۡ ‡ِ‫ض‡ ۡعنَ ب‬
َ ‫ٰيَنِ َس‡ٓا َء ٱلنَّبِ ِّى لَ ۡس‡تُ َّن َكَأ َح‡ ٍد ِّمنَ ٱلنِّ َس‡ٓا ِء ۚ ِإ ِن ٱتَّقَ ۡيتُ َّن فَاَل ت َۡخ‬
‫َّم ۡعرُوفًا‬

Artinya: “Wahai istri-istri Nabi, kamu tidaklah seperti perempuan-


perempuan yang lain jika kamu bertakwa. Maka, janganlah kamu merendahkan
suara (dengan lemah lembut yang dibuat-buat) sehingga bangkit nafsu orang yang
ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik.”

Tafsir    
(Hai istri-istri Nabi! Kamu sekalian tidaklah seperti seseorang) yakni
segolongan (di antara wanita yang lain, jika kalian bertakwa) kepada Allah,
karena sesungguhnya kalian adalah wanita-wanita yang agung. (Maka janganlah
kalian tunduk dalam berbicara) dengan kaum laki-laki (sehingga berkeinginan
orang yang ada penyakit dalam hatinya) yakni perasaan nifaq (dan ucapkanlah
perkataan yang baik) dengan tanpa tunduk.

Q.S Thaha ayat 44

‫فَقُواَل لَ ۥهُ قَ ۡواًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّ ۥهُ يَتَ َذ َّك ُر َأ ۡو يَ ۡخ َش ٰى‬

Artinya: “Berbicaralah kamu berdua kepadanya (Fir‘aun) dengan perkataan yang


lemah lembut, mudah-mudahan dia sadar atau takut.”

Tafsir                                                                   


(Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah
lembut) untuk menyadarkannya supaya jangan mengaku menjadi tuhan (mudah-
mudahan ia ingat) yakni sadar dan mau menerimanya (atau takut") kepada Allah
lalu karenanya ia mau sadar. Ungkapan 'mudah-mudahan' berkaitan dengan
pengetahuan Nabi Musa dan Nabi Harun. Adapun menurut pengetahuan Allah,
maka Dia telah mengetahui bahwa Firaun tidak akan mau sadar dari
perbuatannya.
Sudah layaknya sebagai rakyat yang baik menjunjung tinggi rasa toleransi
sesame sehingga menimbulkan etika komunikasi yang ideal, dalam agama Islam
sendiri etika komunikasi sudah diatur sebaik baik mungkin dalam lima qaul
berdasarkan ayat-ayat diatas yaitu;

Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan
kata-kata yang mulia, hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek,
mengolok-ngolok hingga menyakiti perasaan orang lain. Pepatah
mengatakan,”Memang lidah tidak bertulang, tak terbatas kata-kata” kendati lidah
tak bertulang, namun lidah bisa lebih tajam dari sembilu.

Kedua : Qaulan ma’rufan ( baik) “Berkatalah yang baik atau diam” itu pesan
rasullulah kepada ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga
dari perkataan yang sia-sia, apapun yang diucapkannya harus selalu mengandung
nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya.

Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar,
jujur jangan berdusta.

Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita
harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata
yang tepat.

Kelima : Qaulan Layyinan ( lemah lembut), maksudnya tidak mengeraskan suara,


seperti membentak, meninggikan suara. Siapapun tidak suka bila berbicara dengan
orang-orang yang kasar.

Anda mungkin juga menyukai