communicatio, yang bersumber dari kata komunis yang berarti sama. Sama disini
maksudnya adalah sama makna, jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat
kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan
di terima oleh komunikan. Hovland mendefenisikan proses komunikasi sebagai
proses yang memungkinkan seseorang menyampaikan rangsangan untuk
mengubah perilaku orang lain. (Mulyana, 2010:62).
Namun kenyataannya pada saat ini, banyak hal yang terjadi terkait
komunikasi khusunya di Indonesia pada saat ini. Maraknya berita hoax
pencemaran nama baik hingga tindakan asusila pun terjadi pada media media
komunikasi. Hal ini tentu saja bertentangan dengan konsep Al Quran yang mana
menyatakan komunikasi sebagai prinsip dalam berkata benar dan berbuat baik.
Tafsir
(Dan hendaklah bersikap waspada) maksudnya terhadap nasib anak-anak
yatim (orang-orang yang seandainya meninggalkan) artinya hampir meninggalkan
(di belakang mereka) sepeninggal mereka (keturunan yang lemah) maksudnya
anak-anak yang masih kecil-kecil (mereka khawatir terhadap nasib mereka) akan
terlantar (maka hendaklah mereka bertakwa kepada Allah) mengenai urusan anak-
anak yatim itu dan hendaklah mereka lakukan terhadap anak-anak yatim itu apa
yang mereka ingini dilakukan orang terhadap anak-anak mereka sepeninggal
mereka nanti (dan hendaklah mereka ucapkan) kepada orang yang hendak
meninggal (perkataan yang benar) misalnya menyuruhnya bersedekah kurang dari
sepertiga dan memberikan selebihnya untuk para ahli waris hingga tidak
membiarkan mereka dalam keadaan sengsara dan menderita.
Tafsir
(Mereka itu adalah orang-orang yang diketahui Allah isi hati mereka)
berupa kemunafikan dan kedustaan mereka dalam mengajukan alasan (maka
berpalinglah kamu dari mereka) dengan memberi mereka maaf (dan berilah
mereka nasihat) agar takut kepada Allah (serta katakanlah kepada mereka tentang)
keadaan (diri mereka perkataan yang dalam) artinya yang berbekas dan
mempengaruhi jiwa, termasuk bantahan dan hardikan agar mereka kembali dari
kekafiran.
Q.S Al isra ayat 23
ك ۡٱل ِكبَ َر َأ َح ُدهُ َمٓا َأ ۡو ِكاَل هُ َما فَاَل تَقُل لَّهُ َمٓا ُأفٍّ َواَل
َ ض ٰى َربُّكَ َأاَّل ت َۡعبُد ُٓو ْا ِإٓاَّل ِإيَّاهُ َوبِ ۡٱل ٰ َولِد َۡي ِن ِإ ۡح ٰ َسنًا ۚ ِإ َّما يَ ۡبلُغ ََّن ِعن َد
َ ََوق
ت َۡنهَ ۡرهُ َما َوقُل لَّهُ َما قَ ۡواًل َك ِري ًما
Tafsir
(Dan telah memutuskan) telah memerintahkan (Rabbmu supaya janganlah)
lafal allaa berasal dari gabungan antara an dan laa (kalian menyembah selain Dia
dan) hendaklah kalian berbuat baik (pada ibu bapak kalian dengan sebaik-
baiknya) yaitu dengan berbakti kepada keduanya. (Jika salah seorang di antara
keduanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu) lafal ahaduhumaa
adalah fa`il (atau kedua-duanya) dan menurut suatu qiraat lafal yablughanna
dibaca yablughaani dengan demikian maka lafal ahaduhumaa menjadi badal
daripada alif lafal yablughaani (maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan ah
kepada keduanya) dapat dibaca uffin dan uffan; atau uffi dan uffa; lafal ini adalah
mashdar yang artinya adalah celaka dan sial (dan janganlah kamu membentak
mereka) jangan kamu menghardik keduanya (dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia) perkataan yang baik dan sopan.
Tafsir
(Hai istri-istri Nabi! Kamu sekalian tidaklah seperti seseorang) yakni
segolongan (di antara wanita yang lain, jika kalian bertakwa) kepada Allah,
karena sesungguhnya kalian adalah wanita-wanita yang agung. (Maka janganlah
kalian tunduk dalam berbicara) dengan kaum laki-laki (sehingga berkeinginan
orang yang ada penyakit dalam hatinya) yakni perasaan nifaq (dan ucapkanlah
perkataan yang baik) dengan tanpa tunduk.
فَقُواَل لَ ۥهُ قَ ۡواًل لَّيِّنًا لَّ َعلَّ ۥهُ يَتَ َذ َّك ُر َأ ۡو يَ ۡخ َش ٰى
Pertama : Qaulan Kariiman ( mulia) sebagai muslim kita harus berkata dengan
kata-kata yang mulia, hindarilah kata-kata yang hina, seperti mengejek,
mengolok-ngolok hingga menyakiti perasaan orang lain. Pepatah
mengatakan,”Memang lidah tidak bertulang, tak terbatas kata-kata” kendati lidah
tak bertulang, namun lidah bisa lebih tajam dari sembilu.
Kedua : Qaulan ma’rufan ( baik) “Berkatalah yang baik atau diam” itu pesan
rasullulah kepada ummatnya. Sebagai muslim yang beriman lisan harus terjaga
dari perkataan yang sia-sia, apapun yang diucapkannya harus selalu mengandung
nasehat, menyejukkan hati bagi orang yang mendengarnya.
Ketiga : Qaulan Syadidan ( lurus dan benar). Seorang muslim berkata harus benar,
jujur jangan berdusta.
Keempat : Qaulan Balighan (tepat) sebagai orang yang bijak bila berdakwah kita
harus melihat stuasi dan kondisi yang tepat dan menyampaikan dengan kata-kata
yang tepat.