Anda di halaman 1dari 5

Nama : EKKY MAULANA FATAH

Nim : 200231100283
Kelas : EP - D

Melakukan latihan bertutur kata baik setiap hari kepada semua orang tanpa terkecuali
Menurut saya bertutur kata yang baik merupakan cara berbicara yg baik terhadap
orang yang seumuran atau bahkan lebih tua.Dengan bertutur kata yang baik maka
orang lain tidak akan tersinggung, kecewa, marah ataupun sakit hati. Sedangkan ciri
dari suatu perkataan itu tidak baik adalah bahwa perkataan itu menjadikan orang lain
sakit hati, tersinggung, marah dan kecewa. Tutur kata yang baik merupakan sikap atau
adab dalam berbicara yang penuh dengan kesopanan dan mampu menempatkan
bahasa yang pantas sesuai dengaBertutur kata yang baik (hifdz al-lisan) adalah akhlak
karimah, kewajiban, dan kehormatan diri seorang Muslim. Hati-hatilah karena lisan (lidah) itu
lebih tajam dari pedang. Jika pedang melukai badan masih ada obat penghilang. Tapi, jika lidah
melukai hati, hendak ke mana obat dicari. Wallahu a’lam bish-shawab.n situasi dan kondisi
maupun siapa yang kita ajak bicara.
Sejak kecil saya diajarkan bertutur kata yang baik kepada orang yang
seumuran bahkan kepada orang yang lebih tua. Karena orang tua saya ingin
menjadikan anak-anaknya yang patuh terhadap aturan dan juga menjadikan anak-
anaknya yang mempunyai perilaku yang baik. Dalam berjalannya waktu dan
berkembangnya jaman seperti saat ini membuat saya tidak peduli lagi akan hal itu.
Apalagi ketika bersama teman-teman saya, disitu saya tidak bisa mengontrol tutur kata
saya. Setelah ada pelajaran mentalitas ini, mengajarkan saya dan menyadarkan saya
akan hal tersebut. Pada saat ini saya berusaha menjalankan perilaku tersebut karena
saya tidak ingin terus menerus melakukan perilaku seperti ini yang menurut saya tidak
pantas dilakukan sehari-hari.
Anak yang dididik dan tumbuh dalam keluarga yang dihiasi tutur kata yang
baik akan menjadi anak yang santun dan lemah lembut tapi gagah, bukan hanya
dalam tutur kata, melainkan juga sikap dan lakunya. Sementara, anak yang dibesarkan
dalam lingkungan dengan tutur kata yang buruk akan tumbuh menjadi pribadi yang
keras dan kasar (kurang beradab), baik dalam ucapan, sikap, maupun tingkah lakunya.
Tutur kata atau ucapan adalah wujud (buah) dari benih yang ditanamkan
dalam hati seseorang (qalb). Jika hatinya bersih, tutur katanya pun bagus dan harum.
Namun, jika hatinya rusak dan buruk, tutur katanya pun buruk dan busuk (HR Bukhari).
Tutur kata atau perkataan dalam kajian ilmiah disebut dengan komunikasi Islami.
Alquran telah menjadi landasan dan tuntunannya, sementara Nabi SAW yang menjadi
modelnya. Sehingga, kita dapat meneladani keduanya dalam berkomunikasi di
berbagai konteks sosial yang dihadapi.
Salah satu hal yang ditekankan dalam Islam adalah berkata lemah lembut
kepada sesama Muslim. Hal ini sesuai perintah Allah SWT dalam Surat Al Hijr ayat 88
yang berbunyi :
‫ك ل ِۡلم ُۡؤ ِمن ِۡي َن‬ ۡ ‫ك ا ِٰلى َما َم َّت ۡع َنا ِب ۤ ٖه اَ ۡز َواجً ا م ِّۡنهُمۡ َواَل َت ۡح َز ۡن َعلَ ۡي ِهمۡ َو ۡاخف‬
َ ‫ِض َج َن‬
َ ‫اح‬ َ ‫اَل َت ُم َّدنَّ َع ۡي َن ۡي‬
Artinya : "Jangan sekali-kali engkau (Muhammad) tujukan pandanganmu kepada
kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara
mereka (orang kafir), dan jangan engkau bersedih hati terhadap mereka dan berendah
hatilah engkau terhadap orang yang beriman".
Syeikh Muhammad Al Amin Asy Syintiqi dalam kitab Tafsir Al Quran Al Adzim
menjelaskan makna 'berendah diri' yang dimaksud adalah bersikap lemah lembut
merupakan negara yang mempunyai banyak suku, yang tersebar di dalam ribuan
pulau. Tak heran jika negara ini mempunyai keanekaragaman bahasa. Hampir setiap suku
mempunyai bahasa yang berbeda-beda. Di Jawa dengan di Medan, bahasanya berbeda.
Apalagi di Papua, lebih berbeda lagi. Meski mempunyai bahasa daerah yang berbeda, bahasa
nasionalnya tetap satu. Yaitu bahasa Indonesia. Dengan demikian setiap orang dari berbagai
suku bisa saling berinteraksi, dengan menggunakan bahasa Indonesia. Seiring dengan
perkembangan jaman, tren berbahasa di Indonesia mulai berubah.
Pengaruh budaya asing, membuat bahasa nasional mulai bercampur dengan idiom-
idiom asing. Apalagi gaya bahasa di kalangan anak muda, mulai beraneka ragam. Ada bahasa
slank, bahasa gaul, menyesuaikan dengan latar belakangnya. Yang menjadi persoalan adalah,
jika bahasa-bahasa yang awalnya berfungsi untuk saling merekatkan antar manusia itu,
dibumbui dengan nuansa kebencian. Tentu hal ini akan sangat mengkhawatirkan. Yang lebih
menyedihkan, ujaran kebencian itu juga makin marak ketika terus dipraktekkan oleh kelompok
radikal. Mereka seringkali merasa dirinya paling benar. Jalan yang mereka pilih dinilai
merupakan jalan yang diridhoi Allah SWT. Sayangnya, tutur kata yang sering keluar dari
kelompok ini cenderung disusupi oleh nuansa kebencian yang begitu kuat. Sebut saja ketika
mereka bicara tentang jemaat gereja, atau tentang ahmadiyah, atau tentang perilaku orang
barat. Kata ‘kafir’ akan selalu muncul dalam ucapannya. Hal ini tentu sangat disayangkan.
Tutur bahasa yang seharusnya bisa dilakukan dengan cara yang santun, justru dilakukan
dengan cara-cara yang tidak santun. Dikhawatirkan, jika tutur kata yang penuh kebencian ini,
diserap oleh anak-anak tentu akan mempengaruhi psikologi mereka. Rasulullah SAW selalu
memberikan contoh, mengenai kesantunan ini. Dalam kehidupan sehari-hari, beliau tidak
pernah marah kepada siapa saja, termasuk kepada orang-orang yang membencinya. Dalam
berdakwah pun, Rasulullah juga tidak pernah menyatakan keburukan orang lain.

Dalam Al Quran disebutkan, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imron: 159) menjelaskan, yang berbunyi :
‫اورْ ُه ْم فِى ٱأْل َمْ ِر ۖ َفإِ َذا‬ ِ ‫ك ۖ َفٱعْ فُ َع ْن ُه ْم َوٱسْ َت ْغفِرْ لَ ُه ْم َو َش‬ ِ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِّن ٱهَّلل ِ لِنتَ لَ ُه ْم ۖ َولَ ْو ُكنتَ َف ًّظا غَ لِي َظ ْٱل َق ْل‬
۟ ‫ب ٱَلن َفض‬
َ ِ‫ُّوا مِنْ َح ْول‬
َ ‫َع َزمْتَ َف َت َو َّك ْل َع َلى ٱهَّلل ِ ۚ إِنَّ ٱهَّلل َ ُيحِبُّ ْٱل ُم َت َو ِّكل‬
‫ِين‬
Artinya : "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakkal kepada-Nya"
Ayat diatas menegaskan, bahwa bertutur kata kasar, sebaiknya dihindari. Dan bertutur kata
secara lembut tentu merupakan perilaku yang lebih baik. Dalam sejarah islam di Jawa, bertutur
kata secara santun ini juga dicontohkan oleh para wali. Cara-cara dakwah yang dilakukan tidak
pernah ada unsur paksaan. Bahkan, para wali selalu mengajak untuk berbuat baik antar
sesama. Rasulullah SAW mengatakan, "salah satu amalan yang bisa menyebabkan umat
muslim bisa masuk surga adalah, menyebarkan salam dan bertutur kata yang baik". Di dunia,
bertutur kata yang baik juga akan menghindarkan diri dari segala bentuk permusuhan.
Bayangkan jika di lingkungan sekitar kita, selalu mempraktekkan tutur kata yang kasar, potensi
konfliknya akan lebih besar. Padahal bertutur kata harusnya bisa mendamaikan, menyejukkan,
dan lemah lembut seperti yang selalu dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
✓Dalam Alquran, tutur kata ada dua macam :
1). Tutur kata yang baik yang disebut dengan al-kalimah ath-thayyibah. Terdapat
dalam QS Ibrahim [14]:24 yang berbunyi :
‫ت وَّ َف ۡر ُع َها فِى ال َّس َمٓا ۙ ِء‬ ۡ َ‫ب هّٰللا ُ َمثَاًل َكلِ َم ًة َط ِّي َب ًة َك َش َج َر ٍة َط ِّي َب ٍة ا‬
ٌ ‫صلُ َها َث ِاب‬ َ ‫ض َر‬ َ ‫اَلَمۡ َت َر َك ۡي‬
َ ‫ف‬
Artinya : "Tidakkah kamu memperhatikan bagai-mana Allah telah membuat
perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya kuat dan
cabangnya (menjulang) ke langit"
Terdapat juga dalm QS Faathir [35]:10 yang berbunyi:
‫ت لَ ُه ْم َع َذابٌ َش ِد ْي ٌد‬ ‫الطيِّبُ َو ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح َيرْ َفع ُٗه َۗوالَّ ِذي َْن َيمْ ُكر ُْو َن ال َّسي ِّٰا‬ ۗ ‫ان يُر ْي ُد ْالع َِّز َة َفلِ ٰلّ ِه ْالع َِّزةُ َج ِمي‬
َّ ‫ْعًا ِالَ ْي ِه َيصْ َع ُد ْال َكلِ ُم‬
ٰۤ ُ ِْ ِ َ ‫َمنْ َك‬
‫ك ه َُو َيب ُْو ُر‬َ ‫َۗو َمك ُر اول ِِٕ•ٕى‬
Artinya : "Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu
semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan
amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan
kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka
akan hancur".
Sedangkan dalam hadis Nabi SAW disebut dengan qowlan khairan (HR Bukhari).
2). Tutur kata yang buruk yang disebut dengan al-kalimah al-khabitsah. Terdapat
dalam QS Ibrahim [14]:26 yang berbunyi :

ٍ ‫ض َما لَهَا ِم ۡن قَ َر‬ ‫ۨاجتُثَّ ۡت ِم ۡن فَ ۡو ِ اۡل‬


ۡ ‫َو َمثَ ُل َكلِ َم ٍة خَ بِ ۡيثَ ٍة َك َش َج َر ٍة َخبِ ۡيثَ ٍة‬
‫ار‬ ِ ‫ق ا َ ۡر‬
Artinya : "Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah
dicabut akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun"
yang dapat berbentuk antara lain qowlan gharuran, yakni perkataan yang menipu
terdapat dalam QS al An’am [6]:112 yang berbunyi :
َ ‫ُف ْٱل َق ْو ِل ُغرُورً ا ۚ َولَ ْو َشٓا َء َرب‬
ۖ ُ‫ُّك َما َف َعلُوه‬ َ ‫ض ُز ْخر‬ ُ ْ‫نس َو ْٱل ِجنِّ يُوحِى َبع‬
ٍ ْ‫ض ُه ْم إِلَ ٰى َبع‬ َ ِ‫َو َك ٰ َذل َِك َج َع ْل َنا ِل ُك ِّل َن ِبىٍّ َعد ًُّوا َش ٰ َيط‬
ِ ِ ‫ين ٱإْل‬
َ ‫َف َذرْ ُه ْم َو َما َي ْف َتر‬
‫ُون‬
Artinya : "Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan
(dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa
yang mereka ada-adakan"
dan qowlan al-zuur, yakni perkataan yang dusta terdapat dalam QS al Hajj [22]:30 yang
berbunyi :

َ‫س ِمن‬ ۟ ‫ت لَ ُك ُم ٱأْل َ ْن ٰ َع ُم إاَّل ما يُ ْتلَ ٰى َعلَ ْي ُك ْم ۖ فَٱجْ تَنِب‬


َ ْ‫ُوا ٱلرِّج‬ َ ِ ْ َّ‫ت ٱهَّلل ِ فَه َُو خَ ْي ٌر لَّهۥُ ِعن َد َربِّ ِهۦ ۗ َوأُ ِحل‬ َ ِ‫ٰ َذل‬
ِ ‫ك َو َمن يُ َعظِّ ْم ُح ُر ٰ َم‬
‫ور‬ ُّ ‫ُوا قَوْ َل‬ ٰ
۟ ‫ٱأْل َوْ ثَن َوٱجْ تَنِب‬
ِ ‫ٱلز‬ ِ
Artinya : "Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang
terhormat di sisi Allah maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan
bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya,
maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta"
✓Ada enam konsep komunikasi Islami dalam Alquran :
1. qawlan ma’ruufan, Dalam Tafsir al-Misbah, Prof HM Quraish Shihab menjelaskan maknanya
sebagai perkataan yang menghibur hati kerena sedikitnya atau karena tidak ada yang diberikan
kepada mereka (yatim dan miskin atau kerabat yang bukan ahli waris) saat pembagian harta
warisan. Terdapat dalam QS an-Nisa [4]:8) yang berbunyi :
‫ض َر ۡالق ِۡس َم َة اُولُوا ۡالقُ ۡر ٰبى َو ۡال َي ٰت ٰمى َو ۡال َم ٰسك ِۡينُ َف ۡار ُزقُ ۡوهُمۡ م ِّۡن ُه َوقُ ۡولُ ۡوا لَهُمۡ َق ۡواًل م َّۡعر ُۡو ًفا‬
َ ‫َوا َِذا َح‬
Artinya : "Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir beberapa kerabat, anak-anak yatim dan
orang-orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang baik".
2. qawlan sadiidan, Konsep ini lanjutan dari ayat sebelumnya dalam konteks yang sama, yakni
perkataan yang benar dan mengenai tepat pada sasarannya. Pesan-pesan agama pun, jika
bukan pada tempatnya, tidak diperkenankan untuk disampaikan. Terdapat dalam QS an-Nisa
[4]:9) yang berbunyi :
‫ش الَّذ ِۡي َن لَ ۡو َت َر ُك ۡوا م ِۡن َخ ۡلف ِِهمۡ ُذرِّ ي ًَّة ضِ ٰع ًفا َخافُ ۡوا َعلَ ۡي ِهمۡ ۖ َف ۡل َي َّتقُوا هّٰللا َ َو ۡل َيقُ ۡولُوا َق ۡواًل َسد ِۡي ًدا‬
َ ‫َو ۡل َي ۡخ‬
Artinya : "Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka
meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap
(kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah
mereka berbicara dengan tutur kata yang benar".
3. qawlan baliighan, yakni tertampungnya seluruh pesan dalam kalimat yang disampaikan.
Kalimatnya tidak bertele-tele, tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan dan cukup tidak
berlebih atau kurang. Terdapat dalam QS an-Nisa [4]:63) yang berbunyi :
ً ‫وب ِه ْم َفأَعْ ِرضْ َع ْن ُه ْم َوعِ ْظ ُه ْم َو ُقل لَّ ُه ْم ف ِٓى أَن ُفسِ ِه ْم َق ْواًۢل َبل‬ ٓ
‫ِيغا‬ ِ ُ‫ِين َيعْ َل ُم ٱهَّلل ُ َما فِى ُقل‬ َ ‫أ ُ ۟و ٰ َلئ‬
َ ‫ِك ٱلَّذ‬
Artinya : "Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati
mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan
katakanlah kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka".
4. qawlan kariiman, yakni perkataan yang indah dan baik (qawlan jamiilan wa hasanan),
lembut lagi mudah (qawlan layyinan sahlan). Terdapat dalam QS al Isra [17]:23 yang berbunyi:
َ َ‫ك اَاَّل َت ۡع ُبد ُۡۤوا ِااَّل ۤ ِايَّاهُ َو ِب ۡال َوالِدَ ۡي ِن ا ِۡح َسا ًنا‌ؕ ِامَّا َي ۡـبلُغَ نَّ عِ ۡند‬
‫ك ۡال ِك َب َر اَ َح ُد ُه َم ۤا اَ ۡو ك ِٰل ُه َما َفاَل َتقُ ْل لَّ ُه َم ۤا اُفٍّ وَّ اَل َت ۡن َه ۡر ُه َما َوقُ ْل‬ ٰ ‫َو َق‬
َ ‫ضى َر ُّب‬
‫لَّ ُه َما َق ۡواًل َك ِر ۡيمًا‬
Artinya : "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya,
dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik".
5. Qawlan maysuuran, yang ditafsirkan hampir sama oleh Ibnu Jarir, yakni qawlan layyinan
sahlan, ar-rifqi (lembut), dan qawlan jamiilan. Perkataan yang baik atau menghibur agar
mereka tidak kecewa karena tidak mendapat bagian. Yang terdapat dalam QS al Isra [17]:28
yang berbunyi :
َ ‫ضنَّ َع ۡن ُه ُم ۡاب ِتغَٓا َء َر ۡح َم ٍة م ِّۡن رَّ ِّب‬
‫ك َت ۡرج ُۡو َها َفقُ ْل لَّهُمۡ َق ۡواًل م َّۡيس ُۡورً ا‬ َ ‫َو ِامَّا ُت ۡع ِر‬
Artinya : "Dan jika engkau berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu
yang engkau harapkan, maka katakanlah kepada mereka ucapan yang lemah lembut."
6. qawlan layyinan, yakni sikap lemah lembut, perkataan yang ramah, dan suasana kedamaian.
Terdapat dalam QS Thaha [20]:44) yang berbunyi :
Lalu beberapa manfaat yang saya rasakan ketika , setalh melakukan yaitu , bertutur kata yang
baik :
1. Disukai oleh banyak orang Bertutur kata, bersikap dan
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan agama adalah hal yang sangat
mulia. Maka dari itu, siapapun yang telah menerapkan hal ini kedalam hatinya untuk
menjadi ajaran yang selalu dipatuhi pasti akan disukai oleh orang lain. Beberapa
macam jenis implementasi dari bertutur kata yang baik adalah bicara yang sopan dan
tidak menggunakan kata kasar, ramah, bicara dengan jujur dan tentunya tidak
menyinggung perasaan dan hati orang lain. Sikap seperti inilah yang sangat disukai
oleh orang lain dalam hidup bermasyarakat. Hal inilah yang akan membawa diri kita
bisa hidup dilingkungan manapun juga nantinya.
2. Mudah mendapatkan bantuan dari orang lain Benarkah bangsa Indonesia dikenal
oleh bangsa lain sebagai bangsa yang ramah? Benar sekali, terutama karena tutur
kata dan tingkah lakunya yang baik, sopan dan lembut.
Lalu apa manfaat bertutur kata yang baik bagi diri sendiri, orang lain dan masyarakat
karena keramahan itu? Salah satunya adalah orang yang selalu bertutur kata yang
baik akan selalu dimudahkan dalam mendapatkan bantuan dari siapapun juga.
Terutama jika orang itu ringan tangan dan suka membantu orang lain.
3.tutur kata lemah lembut dapat menjadi jalan untuk mendapatkan ampunan dari Allah
SWT. Hal ini seperti tercantum dalam hadis riwayat Thabrani.
4. sebagai pengganti sedekah. Hal ini seperti disampaikan Rasulullah SAW dalam
hadis riwayat Ahmad dari Abu Hurairah RA. " Tutur kata yang baik adalah sedekah."
5. tutur kata lemah lembut menghilangkan permusuhan. Ibnu Bathol dalam kitabnya
Syarh Al Bukhari menyatakan demikian.
6. Disegani, dihormati, dan dipercaya siapapun Akibat bertutur kata tidak baik bagi
diri sendiri adalah tidak dihargainya segala omongannya oleh orang lain. Jika hal ini
terjadi, maka ini menjadi hal terburuk yang sangat-sangat menyakitkan.
Maka dari itu, cobalah kita untuk selalu berfikir 2 kali sebelum mengeluarkan ucapan
kita. Karena ucapan yang telah keluar tidak dapat masuk kembali. Suatu negara bisa
hancur karena seorang pemimpinnya mengatakan 1 kalimat saja. Demikian pula
sebaliknya. Jadi hati-hatilah saat berbicara kepada siapapun. Selain itu, kita harus
menghargai setiap omongan dari orang lain. Karena omongan yang berharga itu bukan
dilihat dari siapa yang menyampaikan, tapi apa yang disampaikannya.

Referensi : - Wikipedia
- Qazwa id - Academic.edu

Anda mungkin juga menyukai