Anda di halaman 1dari 12

Kumpulan Materi Kultum Singkat Yang Menarik: Tips-

Tips dalam Islam


Materi kultum singkat: Tips Ketika Jatuh Cinta
‫ والصاله والسالم على رسول هللا‬،‫الحمد هلل‬..
Yang namanya jatuh cinta itu pasti dialami oleh setiap manusia. Karena manusia itu diberikan
oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala yang namanya cinta. Cinta kepada wanita, cinta kepada harta,
cinta kepada jabatan, cinta kepada sesuatu, itu pasti. Allah Ta’ala berfirman:
ِ ْ‫ض ِة َو ْال َخ ْي ِل ْال ُم َس َّو َم ِة َواأْل َ ْن َع ِام َو ْال َحر‬
‫ث‬ َّ ِ‫ب َو ْالف‬
ِ َ‫ير ْال ُمقَنطَ َر ِة ِمنَ ال َّذه‬
ِ ‫ت ِمنَ النِّ َسا ِء َو ْالبَنِينَ َو ْالقَنَا ِط‬
ِ ‫اس حُبُّ ال َّشهَ َوا‬
ِ َّ‫ُزيِّنَ لِلن‬
“Dihiarkan kepada manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita,
anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak
dan sawah ladang.” (QS. Ali-Imran[3]: 14)
Nah, saat kita dilanda jatuh cinta kepada sesuatu, apa yang harus kita lakukan?
Ada beberapa poin yang harus diperhatikan, saudaraku.. Supaya cinta itu tidak menjadi petaka
dalam hidup kita. Karena cinta bisa menjadi malapetaka untuk hidup kita.
1. Tanyakan Apa Manfaatnya?
Yang pertama tanyakan, “saya mencintai sesuatu tersebut apa manfaatnya buat saya?” Karena
percuma apabila kita mencintai sesuatu yang ternyata tidak memberikan manfaat untuk hidup
kita, tidak pula akhirat kita, tidak pula agama kita. Karena seorang mukmin itu berusaha untuk
meninggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya. Bahkan dalam masalah cinta.
Mencintai sesuatu yang tidak ada manfaatnya pun adalah perkara yang hendaknya kita berusaha
untuk tinggalkan. Makanya Allah berfirman:
٣﴿ َ‫ْرضُون‬ ِ ‫﴾ َوالَّ ِذينَ هُ ْم ع َِن اللَّ ْغ ِو ُمع‬٢﴿ َ‫صاَل تِ ِه ْم خَا ِشعُون‬ َ ‫﴾ الَّ ِذينَ هُ ْم فِي‬١﴿ َ‫﴾قَ ْد أَ ْفلَ َح ْال ُم ْؤ ِمنُون‬
“Sungguh beruntung orang yang beriman, (siapa dia?) Yaitu orang yang khusyuk dalam
shalatnya. (siapa lagi?) Orang yang berpaling dari pada perkara yang sia-sia.” (QS. Al-
Mu’minun[23]: 2)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
‫ِم ْن ُح ْس ِن إ ْساَل ِم ْال َمرْ ِء تَرْ ُكهُ َما اَل يَ ْعنِي ِه‬
“Diantara tanda kebaikan Islam seseorang dia tinggalkan perkara yang tidak ada manfaatnya.”
(HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
2. Tautkan dengan Ridha Allah
Kita harus berusaha untuk mengikat cinta kita dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena percuma, cinta yang tidak diikat dengan keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala itu
adalah merupakan cinta yang tidak ada manfaatnya. Al Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah dalam
kitab beliau yang bagus sekali, beliau mengatakan bahwa (‫ )عشرة أشياء ضائعة ال ينتفع بها‬ada 10
perkara yang tidak ada manfaatnya. Apa 10 perkara tersebut? Diantaranya:
‫ومحبة ال تتقيد برضاء المحبوب وامتثال أوامره‬
“Cinta yang tidak diikat dengan keridha’an Allah, pelaksanaan atas perintah-perintahNya dan
keta’atan kepada Nya.”
Maka itu cinta yang tidak ada manfaatnya sama sekali.
3. Gunakan Akal Pikiran
Saat kita jatuh cinta -terutama kepada wanita (lawan jenis )- jangan sampai cinta mengalahkan
akal pikiran kita. Ingat, manusia diberikan kelebihan oleh Allah dengan akal pikirannya. Akal
pikiran bisa menjadi lumpuh total saat ia dikuasai oleh syahwat. Ketika syahwat menguasai,
seringkali akal pikiran itu lumpuh total.
Lihat saja, pemuda-pemudi yang sedang jatuh cinta. Mereka menganggap bahwa
pasangannyalah yang terbaik menurut dia. Terkadang seribu nasihat yang diberikan oleh orang-
orang yang sudah berpengalaman pun tidak akan didengar lagi. Kenapa? Karena akal pikirannya
sudah tumpul akibat dari pada cinta tersebut yang ternyata cinta tersebut tidak diikat dengan
keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka jangan sampai cinta itu menghilangkan akal kita. Tetap kita berpikir secara jernih. Apakah
cinta ini sesuatu yang diridhai oleh Allah atau tidak.
Maka saudaraku sekalian,
Saat kita jatuh cinta, coba kita berpikir, “apa manfaatnya daripada cinta saya tersebut?”
4. Kehilangan Kesempatan Berdzikir
Kita senantiasa merenung, “Saat saya jatuh cinta, saya sering ingat dia, ingat, ingat, ingat.
MasyaAllah..” Bayangkan ketika kita mengingat dia, mengingat dia, mengingat dia, berapa
banyak kesempatan yang hilang untuk berdzikir kepada Allah? Bahkan ada sepasang sejoli yang
sudah sangat jatuh cinta sampai-sampai dalam setiap keadaan selalu ingat pasangannya.

Bayangkan.. Akhirnya apa?


Mengingat wanita ataupun lelaki yang bukan mahramnya saja itu sudah dosa. Padahal belum
tentu jodoh di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, belum tentu baik.
Maka subhanallah..
Coba kita merenung berapa banyak kalau begitu kesempatan-kesempatan untuk berdzikir kepada
Allah telah hilang. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah.
5. Terjerumus kedalam Kesyirikan
Yang lebih mengerikan lagi, dan ini adalah poin yang harus diperhatikan sekali. Jangan sampai
cinta itu berubah menjadi kesyirikan. Jangan sampai cinta itu menjerumuskan kita ke dalam api
neraka.
Bagaimana bisa?
Bisa! Bukankah syirik yang pertama kali muncul di dunia adalah syirik cinta?
Dizaman Nabi Nuh, mereka sangat mencintai para wali yang kemudian akhirnya para wali
ketika telah meninggal dunia dibikinlah monumen-monumen dan gambar-gambar dalam rangka
untuk lebih memotivasi ibadah. Tapi kemudian lama-kelamaan berubah menjadi penyembahan.
Makanya kata para ulama, cinta bisa berubah menjadi ibadah ketika disertai dengan
pengagungan kepada yang dicintai, ketundukan dan tadharru’ kepada yang dicintai disertai
dengan penghinaan kepadanya. Kalau sudah sampai derajat tersebut, kita sudah mengambil
tandingan selain Allah. Allah berfirman:
‫اس َمن يَتَّ ِخ ُذ ِمن دُو ِن اللَّـ ِه أَندَادًا يُ ِحبُّونَهُ ْم َكحُبِّ اللَّـ ِه ۖ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا أَ َش ُّد حُ بًّا لِّلَّـ ِه‬
ِ َّ‫َو ِمنَ الن‬
“Dan diantara manusia ada yang mengambil tandingan-tandingan selain Allah. Mereka
mencintai tandingan tersebut seperti mencintai Allah.” (QS. Al-Baqarah[2]:165)
Subhanallah.. Ini cinta yang terlarang, bahkan terlaknat. Bisa menyebabkan pelakunya apabila ia
wafat, kekal dalam api neraka. Karena ia telah mempersekutukan Allah Jalla wa Ala.
Musibah! Ketika cinta menyebabkan kita lebih mendahulukan yang kita cintai daripada perintah
Allah dan RasulNya, musibah! Ketika kita lebih mencintai -misalnya- permainan. Terdengar
adzan kita tak pedulikan sama sekali. Kita lebih mencintai seseorang yang orang itu ketika
meminta bertemu dengan kita -padahal dia bukan mahram kita- kita tidak pedulikan lagi
larangan-larangan Allah Subhanahu wa Ta’ala, kita lebih mendahulukan syahwat kita, hawa
nafsu kita. Sehingga akhirnya saudaraku, cinta itu hakikatnya malapetaka untuk hidupmu.
Nah, inilah beberapa tips bagi anda yang sedang jatuh cinta. Perhatikan! Jangan sampai cinta
anda menjadi malapetaka dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Na’udzubillah..
‫وب هللا توفيق‬
Materi kultum singkat: Tips Menghadapi Futur
‫ والصاله والسالم على رسول هللا‬،‫الحمد هلل‬..
Ketika kita futur, apa yang harus kita lakukan? Karena yang namanya manusia, tidak akan
selamanya semangat terus. Pasti ada masa-masa futur. Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam pun juga sudah memberitahukan itu. Kata Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
dalam hadits riwayat Imam Ahmad dan yang lainnya:
ٌ‫ َولِ ُك ِّل ِش َّر ٍة فَ ْت َرة‬, ً‫إِ َّن لِ ُكلِّ َع َم ٍل ِش َّرة‬
“Setiap amal itu ada masa-masa semangat dan setiap masa semangat ada masa futurnya
(turunnya)”
Di sini Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memberikan kepada kita sebuah tips bagaimana kita
saat futur. Kata Rasulullah:
‫َت فَ ْت َرتُهُ إِلَى ُسنَّتِي فَقَ ِد ا ْهتَدَى‬ ْ ‫فَ َم ْن َكان‬
“Siapa yang masa futurnya kepada sunnah lagi, ia sungguh dapat hidayah.”
َ‫َت فَ ْت َرتُهُ ِإلَى َغي ِْر َذلِكَ فَقَ ْد هَلَك‬ ْ ‫َو َم ْن َكان‬
“Dan siapa yang masa futurnya bukan kepada sunnah, sungguh ia telah binasa.”
Nah, ketika kita futur. Misalnya kita lagi semangat baca Quran, baca Quran, baca Quran, dan
ternyata qadarullah saat semangat, semangat, semangat, semangat, semangat naik terus, ada
masa-masa futurnya. Maka disaat itu yang kita lakukan coba kita berpindah kepada sunnah lagi.
Kita futur dari membaca Al-Qur’an, coba kita pindah baca kitab-kitab yang bermanfaat.
Lalu yang binasa itu siapa?
Ketika ada orang yang futur dari baca Qur’an pindah baca koran. Nah, seperti ini binasa.
Maka ketika kita menghadapi futur seperti itu dalam suatu amalan, coba kita pindah kepada
amalan lain yang kita semangat padanya. Hal ini supaya kita berpindah dari sunnah menuju
sunnah lagi. Maka ini futur yang bersifat parsial (pada amalan tertentu).
Ada futur yang sifatnya menyeluruh, dan ini bahaya. Biasanya futur seperti ini akibat maksiat
dan dosa. Karena kata Al-Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah:
‫المعاصي تضعف القلوب‬
“Maksiat itu membuat hati lemah.”
Maka ketika kita banyak maksiat, kita pernah melakukan maksiat, akibatnya hati kita lemah. Di
saat hati kita lemah akhirnya beratlah kita untuk mengamalkan kebaikan.
Disaat itu apa yang harus kita lakukan?
Segera kita istighfar kepada Allah, banyak kita bertaubat kepada Allah, minta ampun kepada
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian kita berusaha untuk mujahadah (berjihad kembali untuk
membiasakan amalan shalih) yang sudah mulai futur tersebut. Tidak boleh kita biarkan. Kalau
kita misalnya sudah mulai futur lalu kita biarkan, biarkan, biarkan, sampai akhirnya semangat
kita untuk beribadah hilang sama sekali. Ini sangat berbahaya tentunya.
Maka harus kita berjihad melawan hawa nafsu kita. Allah berfirman:
‫َوالَّ ِذينَ َجاهَدُوا فِينَا لَنَ ْه ِديَنَّهُ ْم ُسبُلَنَا‬
“Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami, Kami akan berikan ia hidayah kepada jalan-
jalan Kami yang lain.” (QS. Al-Ankabut[29]: 69)
Artinya kalau kita berjihad melawan hawa nafsu kita, untuk melawan kefuturan kita, untuk terus
kita beramal shalih, maka Allah akan membukakan pintu-pintu kebaikan yang lainnya sehingga
kita mampu untuk melakukan amalan-amalan kebaikan yang lainnya.
Maka disinilah, saudaraku.. Disaat futur, jangan biarkan!
Pergilah Anda kepada orang shalih atau seorang Ustadz atau teman Anda yang MasyaAllah bisa
memberikan nasihat. Saat kita futur, pergilah kepada mereka-mereka yang MasyaAllah kita
yakin dia punya ilmu. Minta nasihat kepadanya supaya kita bisa kembali semangat didalam
beramal shalih. Ketika kita futur, juga kita berusaha membuka kitab-kitab para ulama,
bagaimana biografi kehidupan mereka. Ketika kita melihat bagaimana para ulama semangat
mereka didalam beramal shalih, kita juga baca ayat-ayat dan hadits-hadits yang memberikan
motivasi dalam amal.
Misalnya ketika kita sudah mulai futur menuntut ilmu, kembali kita membaca bagaimana pahala
menuntut ilmu Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bagaimana Salaf terdahulu menuntut ilmu.
Ketika kita sudah mulai futur shalat tahajud, kembali kita baca bagaimana pahala yang besar
daripada shalat tahajud dan bagaimana balasan yang Allah berikan kepada orang yang shalat
tahajud. Sehingga pada waktu itu kita kembali semangat.
Maka dari itulah saudaraku, jangan biarkan futur itu terus menghinggapi hati kita. Jangan
biarkan futur itu terus menghantui keimanan kita. Harus kita lawan. Kita harus terus
bersemangat. Kita ingin berusaha seperti para Nabi. Allah berfirman:
﴿ َ‫ض ُعفُوا َو َما ا ْستَ َكانُوا ۗ َواللَّـهُ ي ُِحبُّ الصَّابِ ِرين‬ َ َ‫َو َكأَيِّن ِّمن نَّبِ ٍّي قَات ََل َم َعهُ ِربِّيُّونَ َكثِي ٌر فَ َما َوهَنُوا لِ َما أ‬
َ ‫صابَهُ ْم فِي َسبِي ِل اللَّـ ِه َو َما‬
١٤٦﴾
“Berapa banyak para Nabi yang berperang bersama sahabat-sahabatnya, mereka tidak lemah
terhadap musibah yang menimpa mereka, mereka pun tidak menjadi futur akibat daripada
rintangan yang mereka hadapi. Tapi mereka terus bertawakal kepada Allah dan Allah cinta
kepada orang-orang yang sabar.” (QS. Ali-Imran[3]: 146)
Nah, saudaraku sekalian. Semangat itu harus dikobarkan terus. Jangan sampai padam. Jangan
biarkan semangat itu lama-kelamaan kemudian padam. Karena itu akan menyebabkan kita
binasa dalam api neraka. Na’udzubillah Nas’alullah as salamah wal ‘afiah..
Materi kultum singkat: Tips Mengatasi Kegalauan
‫ والصاله والسالم على رسول هللا‬،‫الحمد هلل‬..
Kita pernah merasakan kegalauan, kegelisahan, kegundahan, yang tentunya membuat hati kita
tidak enak. Ketahuilah saudaraku, bahwa gundah-gulana atau kegalauan itu ada dua keadaan.
Keadaan yang pertama karena ada sebab. Biasanya karena terlalu menginginkan sesuatu.
Terlebih ketika hati kita sangat menginginkan dunia. Entah itu berupa harta ataupun berupa
kedudukan ataupun berupa perkara-perkara lain dari urusan dunia.
Ketika hati kita sangat menginginkannya, bahkan kita khawatir tidak mendapatkannya, hati kita
sering gundah-gulanah dan galau. Apalagi di saat kita tidak berhasil mendapatkannya, kita
menjadi sedih sekali. Memang demikian orang yang terlalu menginginkan dunia biasanya dia
akan cepat galau, dia akan cepat gundah-gulana. Maka dari itu jangan sampai keinginan kita
yang terbesar adalah kehidupan dunia. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ُ‫ق هَّللا ُ َعلَ ْي ِه أَ ْم َره‬ َ ‫َت ال ُّد ْنيَا هَ َّمهُ فَ َّر‬ْ ‫َم ْن َكان‬
“Siapa yang keinginan terbesarnya adalah dunia, Allah akan cerai beraikan urusannya”
Artinya hatinya menjadi lemah, cepat galau, cepat gelisah.
‫َو َج َع َل فَ ْق َرهُ بَ ْينَ َع ْينَ ْي ِه‬
“dan Allah akan jadikan kefakiran di pelupuk matanya.”
Ia tidak pernah merasa qanaah, tidak pernah merasa cukup dengan apa yang Allah berikan
kepadanya.
ُ‫ب لَه‬ َ ِ‫َولَ ْم يَأْتِ ِه ِم ْن ال ُّد ْنيَا إِاَّل َما ُكت‬
“dan dunia pun tidak akan mendatanginya kecuali sesuai dengan yang ditakdirkan saja
untuknya.” (HR. Tirmidzi)
Maka ini adalah merupakan akibat dari pada terlalu kita mengharapkan dan menginginkan
dunia. Akhirnya sering kali hati kita ditimpa kegalauan.
Ada lagi galau yang datang tiba-tiba tanpa sebab. Tiba-tiba hati kita galau, tiba-tiba hati kita
sedih. Kenapa itu bisa terjadi?
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah dalam kitab majmu fatawa menyebutkan bahwa
galau atau kegundahan seperti itu biasanya akibat dari pada dosa atau kita pernah menginginkan
berbuat dosa dan memikirkan dosa. Akhirnya Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan kepada
kita sanksi dengan cara dijadikan hati kita galau, gundah-gulana, tanpa sebab. Aneh, tiba-tiba
hati kita tidak tenang, tidak tentram, gundah-gulana dan yang lainnya.
Yang seperti ini apa obatnya?
Tentu kita obati dengan banyak istighfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Disaat hati kita
tidak tentram, hati kita tidak tenang tanpa sebab, maka itu biasanya akibat dari pada dosa yang
kita pernah lakukan atau dosa yang pernah kita pikirkan.
Maka banyak kita istigfar kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, banyak kita memohon dan
bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan cara itu insyaAllah akan hilanglah
kegalauan tersebut.
Apa yang kita lakukan ketika galau?
1. Banyak berdzikir kepada Allah
Karena tidak ada sesuatu yang bermanfaat untuk hati yang galau dari berdzikir kepada Allah.
Karena dengan berdzikir itulah hati menjadi tenang dan tentram. Allah Ta’ala berfirman:
ُ‫َط َمئِ ُّن ْالقُلُوب‬ْ ‫أَاَل بِ ِذ ْك ِر اللَّـ ِه ت‬
“Ketahuilah hanya dengan berdzikir kepada Allah hati menjadi tenang dan tentram.” (QS. Ar-
Ra’d[13]: 28)
2. Memperbanyak baca Qur’an
Karena Al-Qur’an adalah obat apa yang ada di dalam hati. Allah berfirman dalam surat Yunus
ayat 57:

٥٧﴿ َ‫ُور َوهُدًى َو َرحْ َمةٌ لِّ ْل ُم ْؤ ِمنِين‬


ِ ‫﴾يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَ ْد َجا َء ْت ُكم َّموْ ِعظَةٌ ِّمن َّربِّ ُك ْم َو ِشفَا ٌء لِّ َما فِي الصُّ د‬
“Wahai manusia, telah datang kepada kamu peringatan dari Rabbmu dan penyembuh apa yang
ada di dadamu dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus[10]:
57)
Berarti Al-Qur’an adalah penyembuh. Sedangkan galau, gundah-gulana, itu merupakan penyakit
hati. Maka Al-Qur’an disebut oleh Allah sebagai penyembuh apa yang ada di hati. Maka disaat
itu kita banyak membaca Al-Qur’an, mentadabburi Al-Qur’an, insyaAllah dengan cara seperti
itu hilanglah kegalauan kita.
3. Banyak-banyak kita mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
Kita harus ingat, sesuatu yang kita harapkan, yang kita inginkan, tidak mungkin bisa kita raih
kecuali dengan izin dari Allah. Apabila kita bertawakal hanya kepada Allah dan kita serahkan
semuanya kepada Allah, dan kita berusaha untuk ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, insyaAllah hati kita tidak akan gundah-gulana, hati kita tidak akan galau.
Kenapa?
Karena hati kita sudah menyerahkan semuanya kepada Allah yang terbaik. Apa yang terbaik di
sisi Allah, itulah yang kita terima dan kita berusaha untuk ridha menerimanya.
4. Jangan Mengadu Kepada Manusia
Disaat kita gundah-gulana, disaat kita galau, jangan sekali-kali kita mengeluh dan mengadu
kepada manusia. Karena mengadu kepada manusia tidak ada manfaatnya sama sekali.
Adukanlah kepada Allah. Sebagaimana Nabi Ya’qub ketika sedih karena kehilangan anaknya
yang bernama Nabi Yusuf ‘Alaihish Shalatu was Salam, maka ia berkata:
‫إِنَّ َما أَ ْش ُكو بَثِّي َوح ُْزنِي ِإلَى اللَّـ ِه‬
“Sesungguhnya aku hanya mengadukan kesedihanku, kesusahanku, hanya kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala.” (QS. Yusuf[12]: 86)
Saudaraku sekalian,
Maka dari itu disaat kita ditimpa kegalauan, gundah-gulana, segera kita obati dengan hal-hal
seperti itu. Dan kita berusaha untuk menjadikan hati kita hati yang tenang dan tentram dengan
obat Al-Qur’an, obat dzikir kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Materi kultum singkat: Tips Ketika Sakit
‫ أشهد أنَ ال إله إِالَ هللا وحده ال شريك له واشهد‬،‫ والصاله والسالم على رسول هللا نبينا محمد واله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل‬
‫ أما بعد‬،‫ان محمدا عبده ورسوله‬
Jika kita sakit, kita diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk berobat.
Kata Rasulullah:
ِ ‫َاووْ ا يَا ِعبَا َد هَّللا‬
َ ‫تَد‬
“Berobatlah wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)
Namun ada beberapa poin yang harus diperhatikan dalam masalah yang berhubungan dengan
berobat. Apa itu?
1. Dianjurkan
Berobat adalah perkara yang dianjurkan oleh syariat dan tidak meniadakan sama sekali perintah
untuk sabar dengan ketentuan Allah dan ridha dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Karena yang menganjurkan kita untuk berobat adalah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ِ ‫َاووْ ا يَا ِعبَا َد هَّللا‬
َ ‫تَد‬
“Hendaklah kalian berobat wahai hamba Allah” (HR. Tirmidzi)
Maka tentu yang Rasullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam anjurkan kepada umatnya itu adalah
berasal dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Memang kita diperintahkan untuk sabar menghadapi
ketentuan Allah. Tapi bukan berarti sabar itu diam. Sabar hendaknya disertai dengan adanya
usaha.
Ketika kita sakit, kita diperintahkan untuk berusaha mencari kesembuhan dengan cara kita
berobat. Sama halnya ketika kita lapar. Lapar adalah takdir, tapi apakah berarti kita sabar saja
terus lapar? Tidak! Kita berusaha untuk mencari makan. Nah, berobat merupakan perkara yang
dianjurkan oleh syariat.
Lalu mana yang lebih utama antara berobat atau tidak berobat?
Jawab: Yang lebih sesuai dengan sunnah adalah berobat. Walaupun memang para ulama
mengatakan apabila ia tidak berobat dan ia lebih memilih sabar, silakan saja. Tapi yang sesuai
dengan perintah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam adalah berobat. Ini adalah perkara
pertama yang harus diperhatikan.
2. Berobat adalah wasilah
Ketika kita berobat, niat kita adalah sebagai mencari usaha kesembuhan dari Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Jadikan berobat itu sebagai wasilah. Jangan jadikan berobat itu sebagai tujuan.
Maksudnya kita wajib meyakini bahwa yang memberikan kesembuhan hanya Allah. Dan Allah
Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk berusaha mencari kesembuhan tersebut. Yaitu
dengan cara berobat. Adapun kalau kita jadikan berobat sebagai tujuan, terkadang kita
menganggap bahwa kesembuhan itu karena berobat.
Memang betul kesembuhan itu diantara sebabnya adalah berobat. Tapi yang paling utama harus
kita yakini bahwa kesembuhan itu semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Makanya Allah
Ta’ala berfirman:
٨٠﴿ ‫ين‬ ِ ِ‫ت فَهُ َو يَ ْشف‬ُ ْ‫﴾ َوإِ َذا َم ِرض‬
“dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku,” (QS. Asy-Syu’ara[26]: 80)
3. Bersandar kepada Allah
Perkara yang ke-3 yang harus kita yakini bahwa ketika kita berobat hati kita tetap bersandar
kepada Allah. Jangan sampai hati kita bersandarnya kepada dokter, jangan sampai hati kita
bersandarnya kepada obat. Karena sudah kita sebutkan tadi bahwa yang menyembuhkan adalah
Allah. Adapun dokter dan obat adalah wasilah dan sebab.
Terkadang ada orang yang sudah berobat ke dokter, tapi ternyata belum Allah kasih
kesembuhan. Dia sudah makan berbagai macam obat, tapi ternyata qadarullah belum diberikan
kesembuhan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka dari itu saudaraku sekalian, kalau kita
berobat tapi hati kita bersandar kepada dokter, maka ini bisa masuk kepada jenis kesyirikan. Kita
berobat tapi hati kita bersandar kepada obat, ini juga adalah merupakan salah satu jenis
kesyirikan.
4. Menjaga Ucapan
Jangan sampai kita mengucapkan kata-kata yang berbau syirik. Contoh ketika kita sembuh  kita
berkata, “obat ini yang menyembuhkan saya/dokter yang menyembuhkan saya.” Saya katakan
bahwa ini ucapan yang berbau kesyirikan. Karena yang menyembuhkan hanyalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. (Yang tepat) kita katakan, “Allah menyembuhkan saya melalui dokter
ini/Allah menyembuhkan saya melalui obat ini.” Semua karunia dari Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan pemberian dariNya. Nah, ini yang benar saudara-saudaraku sekalian.
Terkadang sebagian orang mengucapkan kata-kata yang sebetulnya tidak pantas untuk
diucapkan. Seperti mengatakan bahwa dokter yang bisa menyembuhkan, obat bisa
menyembuhkan. Kita katakan bahwa yang menyembuhkan secara hakiki hanyalah Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Adapun obat dan dokter itu adalah hanya sebatas wasilah.
5. Sabar
Jika kita sudah berobat dan kesembuhan belum pula datang, kewajiban kita adalah bersabar dan
terus kita bertawakal kepada Allah dan serahkan semuanya kepada Allah. Terkadang ada orang
yang sudah berobat, berobat dan berobat tapi kemudian belum diberikan kesembuhan oleh
Allah. Lalu yang muncul adalah putus asa. Bahkan na’udzubillah sampai kepada derajat
seseorang su’udzan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka ini tentu berbahaya sekali akan
aqidah dia.
Maka disaat kita belum diberikan oleh Allah kesembuhan, kewajiban kita sabar, kewajiban kita
ridha dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
6. Berharap Pahala dan Ampunan
Perkara yang berakhir adalah hendaknya kita berharap pahala di sisi Allah dan ampunan
disisiNya. Karena semua penyakit yang menimpa seorang mukmin itu hakikatnya adalah
menggugurkan dosa dia dan mengangkat pahala dia. MasyaAllah.. Kata Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam:
ُّ ‫ض فَ َما ِس َواهُ إِاَّل َحطَّ هَّللا ُ بِ ِه َسيِّئَاتِ ِه َك َما تَح‬
‫ُط ال َّش َج َرةُ َو َرقَهَا‬ ٍ ‫ص ْيبُهُ أَ ًذى ِم ْن َم َر‬ ِ ُ‫َما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم ي‬
“Tidak ada seorang muslim yang tertimpa cobaan berupa sakit maupun selainnya, melainkan
dihapuskan oleh Allah Ta’ala dosa-dosanya, seperti sebatang pohon yang menggugurkan
daunnya.” (HR. Muslim)
Maka ketika kita sakit kita selalu berharap, “mudah-mudahan Allah dengan sakit saya ini, Allah
ampuni dosa-dosa saya.” Kita selalu ingat akan dosa-dosa kita. Kita berharap, “mudah-mudahan
dengan sakit ini Allah angkat derajat saya. Sehingga saat itu kita bisa lebih kuat kesabaran kita
dan lebih ridha dengan ketentuan yang Allah berikan kepada kita.”
Dan jangan lupa saudaraku, kita banyak berdo’a. Berdo’a supaya disabarkan, berdo’a supaya
dijadikan hati kita ridha. Makanya diantara perkara yang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam meminta kepada Allah:
‫ضا ِء‬ َ َ‫ضا بَ ْع َد ْالق‬
َ ‫َوأَسْأَلُكَ ال ِّر‬
“Ya Allah aku minta kepada Engkau keridhaan setelah takdir dan ketentuan yang Engkau
berikan kepadaku.” (HR. An-Nasa’i dan Ahmad)
Karena memang untuk ridha dengan ketentuan Allah itu butuh keimanan.
Inilah beberapa tips atau beberapa perkara yang hendaknya diperhatikan ketika kita diberikan
oleh Allah sakit. Semoga ini bermanfaat buat kita semuanya.
َ‫ أ ْستَ ْغفِرُكَ َوأَتُوبُ إلَ ْيك‬، َ‫أن ال إلهَ إِالَّ أ ْنت‬ ْ ‫ أ ْشهَ ُد‬، ‫ك‬ َ ‫ك اللَّهُ َّم َوبِ َح ْم ِد‬
َ َ‫ ُس ْب َحان‬،‫وب هللا توفيق‬
Materi kultum singkat: Tips Untuk Para Jomblo
‫ والصاله والسالم على رسول هللا‬،‫الحمد هلل‬..
Buat para jomblo, ada tips untuk kalian tentang bagaimana cara mencari jodoh. Mencari jodoh
itu bisa dikatakan susah-susah gampang atau gampang-gampang susah. Namun tentunya bagi
para jomblo yang ingin menikah, hendaklah yang menjadi tolak ukur yang paling utama dan
yang paling pertama adalah agama. Karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
‫تُ ْنك ُح ْال َمرْ أَةُ ألرْ بَ ٍع‬
“Wanita itu dinikahi karena empat” Yaitu:
1. ‫( ول َِج َمالها‬kecantikannya)
2. ‫( لمالها‬hartanya)
3. ‫( ول َِح َسبها‬keturunannya)
4. ‫( َولدينها‬agamanya)
Kata Rasulullah apa?
ْ َ‫ِّين تَرب‬
َ‫ت يَدَاك‬ ْ َ‫ف‬
ِ ‫اظفَرْ بذا‬
ِ ‫ت الد‬
“Maka carilah oleh kamu yang memiliki agama, niscaya kamu akan beruntung.”
Karena kecantikan akan pudar, sedangkan agama tidak. Secantik apapun ketika anda telah
memilikinya, pasti ada rasa bosan. Lalu Anda akan melihat dan melirik wanita lain yang lebih
cantik. Tapi untuk agama, itulah kebahagiaan. Oleh karena itulah Anda yang ingin mencari
jodoh, hendaknya tolak ukur yang pertama dan parameter yang pertama kamu jadikan acuan
adalah “Dia wanita sholehah atau bukan? Dia wanita yang punya akhlak dan agama atau tidak?”
Itu acuan kita.
Nah, ketika kita ingin mendapatkannya ini, apa yang harus kita lakukan?
Saya ingin mendapatkan wanita yang shalihah, sesuai dengan idaman saya. Bagaimana yang kita
lakukan?
1. Menghubungi Teman-Teman Shalih
Kita bisa menghubungi teman-teman yang sudah lama ngaji yang barangkali dia punya relasi
atau teman-teman yang sudah menikah lalu barangkali istrinya bisa mencarikan akhwat-akhwat
yang juga yang masih jomblo. Sehingga pada waktu itu dengan cara kita meminta dicarikan
dengan teman-teman yang shalih dan shalihah, barangkali kita bisa mendapatkan yang shalih
dan shalihah. Dalam hal ini kita berusaha untuk ta‘awun ‘alal birri wa taqwa (saling bahu-
membahu, saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan).
Namun ingat, kalau kita ingin mendapatkan istri yang shalihah, kita pun juga harus menjadi
lelaki yang shalih. Jangan sampai “Saya ingin punya wanita yang shalihah, yang hafidzah”, tapi
sementara dirinya sendiri masih jauh dari keshalihan. Bagaimana?
Ada orang bertanya, “Ustadz, saya ingin punya istri seperti Khadijah.” Saya katakan kepada dia,
“Kalau begitu kamu harus seperti Rasulullah.” Berkhayal ingin punya istri seperti Khadijah
sementara kita tidak seperti Rasulullah. Kita ingin punya istri seperti Fatimah, tapi kita tidak
seperti Ali bin Abi Thalib. Maka kita pun juga harus memperbaiki diri.
Ini tips yang pertama.. yaitu kita coba cari tahu teman-teman kita terutama yang sudah menikah,
relasi-relasi, untuk kita hubungi mereka barangkali ada akhwat yang juga masih jomblo dan siap
menikah.
Kalau sudah kita mendapatkannya, apa yang kita lakukan?
2. Nadzor (melihat)
Nah, Islam menganjurkan kita untuk nadzor. Hal ini sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda:
‫انظر إليها‬
“Lihatlah wanita yang hendak kamu nikahi itu”
Namun kata Syaikh Utsaimin Rahimahullah bahwa nadzor boleh dilakukan dengan beberapa
syarat:
1. Sudah ada keingingn kuat untuk menikah. Sehingga tidak seperti orang yang sebatas melihat-
lihat saja. Ini haram hukumnya, saudaraku.
2. Tidak boleh berdua-duaan dengan wanita tersebut saat nadzor. Wajib ditemani oleh walinya.
Maka dari itu kalau kita ingin menadzor seorang akhwat kita harus menghubungi walinya
terlebih dahulu. Misalnya dengan cara telepon, “Maaf Pak, saya boleh nggak nadzor putri
Bapak, saya ingin menikah.” Kalau walinya tidak mengizinkan, ya sudah. Makanya kata Syaikh
Utsaimin Rahimahullah kalau kita tidak ada perjanjian dulu dengan wali wanita tersebut, kita
harus yakin dulu kira-kira kita bakal diterima atau tidak oleh walinya. Jangan-jangan pas kita
datang ke rumahnya diusir oleh walinya. Tentu yang seperti ini tidak bagus.
3. Nadzor sebatas yang dibutuhkan saja, nggak boleh lebih. Terjadi ikhtilaf diantara para ulama,
apa yang harus dilihat. Kalau jumhur mengatakan cukup wajah dan telapak tangan. Karena
wajah mewakili kecantikan sedangkan telapak tangan itu menunjukkan dia kurus apa tidak.
Sedangkan sebagian ulama berpendapat bahwa yang boleh dilihat adalah semua yang biasa
tampak di rumahnya di depan mahram-mahramnya (ayah, kakak dan adiknya). Yaitu rambut,
leher, lengan, betis. Seperti ini boleh dan ini yang dirajihkan oleh Syaikh Sayyid Sabiq, juga
dirajihkan oleh Syaikh Albani Rahimahullah, demikian pula Syaikh Utsaimin merajihkan
pendapat ini dan pendapat ini juga yang saya rajihkan. Hal ini berdasarkan hadits Jabir, bahwa
jabir mengatakan “Aku ingin menikahi seorang wanita dan aku berusaha untuk melihat di
rumahnya” Berarti yang biasa tampak di rumahnya. Maka dari itu saudaraku sekalian, boleh
melihat rambutnya. Terkadang wajahnya cantik, pas dibuka rambutnya aneh. Itu pendapat yang
shahih, yang rajih, wallahu a’lam..
3. Jauhi Pelanggaran-Pelanggaran Saat Ta’aruf
Setelah kita Nadzor, kita tidak boleh berbincang-bincang memuaskan keinginan (syahwat),
disaat kita nadzor pun kita tidak boleh kita cekakak-cekikik, bercanda dengan dia dan yang
lainnya. Sebatas kita melihat, hati kita sudah cocok, dia juga melihat kita, sudah selesai.
Setelah itu juga tidak boleh dilanjutkan dengan hubungan telepon-teleponan, chatting-chattingan
seperti halnya dilakukan oleh banyak ikhwah di zaman sekarang dengan alasan katanya pengen
kenalan. Apalagi sampai pacaran, na’udzubillah.. Ini jelas fitnah, saudara.
Lalu bagaimana saya bisa tahu akhlaknya dia?
Kan kita bisa tanya kepada walinya, kepada kakaknya, kepada adiknya, kepada teman akrabnya,
bagaimana akhlak si wanita tersebut, bisa kita tanya kepada orang-orang dekatnya. Tentu ini
adalah perkara-perkara yang harus diperhatikan bagi mereka yang mau ta’aruf dengan seorang
akhwat. Jangan sampai memudah-mudahkan. Jangan sampai di sini bermain syahwat kita.
Semua kita harus sesuai dengan syariat, bukan sesuai dengan syahwat dan keinginan.
Nah, dari itulah wahai para jomblo, selamat mencari pasangan Anda. Jangan lama-lama
ngejomblo ya, ngejomblo itu kurang bagus. Kata Umar bin Khattab, “Orang yang menunda-
nunda nikah itu tidak lepas dari dua; apakah dia orang impoten (nggak punya nafsu) atau dia
orang fasik. Nah, Anda yang mana dari dua ini?
Maka, wahai para jomblo, sadarilah bahwa menikah itu adalah menyempurnakan setengah
agama Anda kata Rasulullah. Itu kebaikan buat kita.
‫وب هللا توفيق‬
Materi kultum singkat: Tips Olahraga
‫ أشهد أنَ ال إله إِالَ هللا وحده ال شريك له واشهد‬،‫ والصاله والسالم على رسول هللا نبينا محمد واله وصحبه ومن وااله‬،‫الحمد هلل‬
‫ أما بعد‬،‫ان محمدا عبده ورسوله‬
Ikhwatal Islam, olahraga adalah merupakan hal yang berhubungan dengan muamalah. Ada
beberapa point yang hendaknya kita mengetahui dalam masalah olahraga.
1. Hukumnya Mubah
Pada asalnya yang berhubungan dengan olahraga itu mubah-mubah saja. Karena kaidah ushul
fiqh mengatakan:
‫األصل في المعامالت اإلباحة‬
Yang berhubungan dengan masalah muamalah pada asalnya boleh-boleh saja sampai ada dalil
yang menunjukkan akan keharamannya. Maka, semua jenis olahraga pada asalnya mubah.
Silahkan kita melakukannya.
2. Mubah Bisa Menjadi Haram
Sesuatu yang mubah bisa menjadi haram apabila ternyata yang mubah itu diwarnai dengan
maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Contohnya sepak bola, demikian pula tenis meja,
demikian pula olahraga-olahraga yang lainnya, mubah saja. Tetapi ketika -misalnya- diwarnai
dengan maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, misalnya dengan memperlihatkan aurat.
Allah mengatakan:

‫الفخذ عورة‬
“Paha buat laki-laki itu aurat.”
Maka yang seperti ini tentu tidak diperkenankan dalam Islam.
Contoh lagi -misalnya- apabila olahraga itu malah menimbulkan pertengkaran, perkelahian,
maka seperti ini pun tetap perkara yang diharamkan dalam syariah. Contoh lagi -misalnya-
olahraga itu membuat kita lalai dari perbuatan yang sifatnya wajib, maka itu pun juga perkara
yang dilarang dalam syariat.
3. Tidak boleh berlebih-lebihan
Apa maksudnya berlebih-lebihan? Yaitu melebihi kadar batas. Contohnya kalau secara
kesehatan bahwa olahraga itu yang bagus hanya beberapa jam saja -tentunya mereka para ahli
yang paham- tapi akhirnya kita melakukannya melampaui batas sehingga malah membuat badan
kita lemah. Tentu ini perkara yang malah menimbulkan mudharat dalam syariat dan itu sesuatu
yang tidak diperbolehkan.
Berlebih-lebihan juga contohnya jika habis waktu kita untuk olahraga. Sehingga akhirnya waktu
habis untuk oleharaga. Maka ini juga perkara yang berlebih-lebihan (ghuluw). Ghuluw adalah
perkara yang dilarang dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َ َ‫ فَإِنَّ َمـا هَل‬،َّ‫إِيَّا ُك ْم َو ْال ُغلُو‬
‫ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم‬
“Jauhi oleh kamu sikap berlebih-lebihan. Karena ghuluw itu bisa membinasakan orang-orang
sebelum kita.” (HR. Ahmad)
Maka jangan sampai kita bersikap ghuluw. Sehingga akhirnya habis waktu kita untuk olahraga.
Padahal di sana tentunya ada kewajiban-kewajiban seorang muslim untuk melakukan taqarrub
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Mubah Bisa Menjadi Ibadah
Sesuatu yang mubah bisa berubah menjadi ibadah apabila diniatkan dalam rangka perkara yang
disyariatkan. Contohnya olahraga bisa bernilai pahala. Niat kita apa? Contohnya niat kita adalah
agar kita sehat. Dengan sehat, kita bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara
enak dan tenang. Maka yang seperti ini adalah perkara yang disyariatkan tentunya dan
insyaAllah kalau kita lakukan itu dengan niat yang seperti itu, kita bisa mendapatkan pahala
disisi Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ِ ‫إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا‬
‫ت‬
“Innamal A’malu Binniyat  (Sesungguhnya amal itu disesuaikan dengan niat)” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya perkara-perkara yang mubah bisa menjadi pahala disisi Allah kalau itu menjadi wasilah
untuk perkara kebaikan.
Jadi, bahwa niat sangat mempengaruhi didalam perkara yang mubah. Dimana yang mubah bisa
menjadi pahala disisi Allah apabila disertai dengan niat, tujuan untuk sehat, dengan sehat kita
bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Berhati-hati
Jangan sampai niat kita ingin sehat dan bisa beribadah, tapi malah kemudian hati kita lebih asik
berlama-lama dan berpaling dari sesuatu yang lebih bermanfaat dari itu. Karena yang namanya
hati itu bagaikan bejana. Ketika bejana itu dipenuhi oleh cinta sesuatu, maka cinta kepada yang
lainnya itu akan pudar.
Ketika kita -misalnya- berolahraga, berolahraga, berolahraga dan kita menjadi senang dengan
olahraga itu. Semakin senang, semakin senang, akhirnya jatuh kepada sikap ghuluw. Semakin
senang sehingga menjadikan kita lalai dari perkara yang diwajibkan. Ini juga bahaya.
Yang jelas, semua dalam agama ada batasan-batasannya. Dalam agama ada perkara yang harus
kita dahulukan dan tidak kita dahulukan. Misalnya, jangan sampai kita lebih mendahulukan
olahraga sementara disana ada yang lebih bermanfaat buat hati kita dan agama kita. Tapi juga
tidak boleh kita meninggalkan olahraga sama sekali yang berakibat badan kita lemah. Akibat
daripada kita tidak olahraga kita jadi sakit-sakitan, badan kita lemah, akibatnya banyak penyakit,
ini juga kurang bagus.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, ini perkara-perkara yang hendaknya kita
perhatikan dalam batasan-batasan dalam masalah olahraga. Semoga ini bermanfaat buat saya
pribadi dan buat kita semuanya.

Anda mungkin juga menyukai