الفخذ عورة
“Paha buat laki-laki itu aurat.”
Maka yang seperti ini tentu tidak diperkenankan dalam Islam.
Contoh lagi -misalnya- apabila olahraga itu malah menimbulkan pertengkaran, perkelahian,
maka seperti ini pun tetap perkara yang diharamkan dalam syariah. Contoh lagi -misalnya-
olahraga itu membuat kita lalai dari perbuatan yang sifatnya wajib, maka itu pun juga perkara
yang dilarang dalam syariat.
3. Tidak boleh berlebih-lebihan
Apa maksudnya berlebih-lebihan? Yaitu melebihi kadar batas. Contohnya kalau secara
kesehatan bahwa olahraga itu yang bagus hanya beberapa jam saja -tentunya mereka para ahli
yang paham- tapi akhirnya kita melakukannya melampaui batas sehingga malah membuat badan
kita lemah. Tentu ini perkara yang malah menimbulkan mudharat dalam syariat dan itu sesuatu
yang tidak diperbolehkan.
Berlebih-lebihan juga contohnya jika habis waktu kita untuk olahraga. Sehingga akhirnya waktu
habis untuk oleharaga. Maka ini juga perkara yang berlebih-lebihan (ghuluw). Ghuluw adalah
perkara yang dilarang dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
َ َ فَإِنَّ َمـا هَل،َّإِيَّا ُك ْم َو ْال ُغلُو
ك َم ْن َكانَ قَ ْبلَ ُك ْم
“Jauhi oleh kamu sikap berlebih-lebihan. Karena ghuluw itu bisa membinasakan orang-orang
sebelum kita.” (HR. Ahmad)
Maka jangan sampai kita bersikap ghuluw. Sehingga akhirnya habis waktu kita untuk olahraga.
Padahal di sana tentunya ada kewajiban-kewajiban seorang muslim untuk melakukan taqarrub
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
4. Mubah Bisa Menjadi Ibadah
Sesuatu yang mubah bisa berubah menjadi ibadah apabila diniatkan dalam rangka perkara yang
disyariatkan. Contohnya olahraga bisa bernilai pahala. Niat kita apa? Contohnya niat kita adalah
agar kita sehat. Dengan sehat, kita bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala secara
enak dan tenang. Maka yang seperti ini adalah perkara yang disyariatkan tentunya dan
insyaAllah kalau kita lakukan itu dengan niat yang seperti itu, kita bisa mendapatkan pahala
disisi Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
ِ إنَّ َما األع َمال بالنِّيَّا
ت
“Innamal A’malu Binniyat (Sesungguhnya amal itu disesuaikan dengan niat)” (HR. Bukhari dan
Muslim)
Artinya perkara-perkara yang mubah bisa menjadi pahala disisi Allah kalau itu menjadi wasilah
untuk perkara kebaikan.
Jadi, bahwa niat sangat mempengaruhi didalam perkara yang mubah. Dimana yang mubah bisa
menjadi pahala disisi Allah apabila disertai dengan niat, tujuan untuk sehat, dengan sehat kita
bisa beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
5. Berhati-hati
Jangan sampai niat kita ingin sehat dan bisa beribadah, tapi malah kemudian hati kita lebih asik
berlama-lama dan berpaling dari sesuatu yang lebih bermanfaat dari itu. Karena yang namanya
hati itu bagaikan bejana. Ketika bejana itu dipenuhi oleh cinta sesuatu, maka cinta kepada yang
lainnya itu akan pudar.
Ketika kita -misalnya- berolahraga, berolahraga, berolahraga dan kita menjadi senang dengan
olahraga itu. Semakin senang, semakin senang, akhirnya jatuh kepada sikap ghuluw. Semakin
senang sehingga menjadikan kita lalai dari perkara yang diwajibkan. Ini juga bahaya.
Yang jelas, semua dalam agama ada batasan-batasannya. Dalam agama ada perkara yang harus
kita dahulukan dan tidak kita dahulukan. Misalnya, jangan sampai kita lebih mendahulukan
olahraga sementara disana ada yang lebih bermanfaat buat hati kita dan agama kita. Tapi juga
tidak boleh kita meninggalkan olahraga sama sekali yang berakibat badan kita lemah. Akibat
daripada kita tidak olahraga kita jadi sakit-sakitan, badan kita lemah, akibatnya banyak penyakit,
ini juga kurang bagus.
Maka dari itulah saudara-saudaraku sekalian, ini perkara-perkara yang hendaknya kita
perhatikan dalam batasan-batasan dalam masalah olahraga. Semoga ini bermanfaat buat saya
pribadi dan buat kita semuanya.