Anda di halaman 1dari 9

ZAKAT

Zakat merupakan syi'ar kedua dalam Islam dan merupakan kekuatan pendanaan sosial dari
kekuatan-kekuatan besar lainnya. Zakat merupakan saudara kandung shalat di dalam Al Qur'an
dan As-Sunnah. Al Qur'an telah menyebutkan keduanya secara bersamaan dalam dua puluh
delapan kali. Sebagian disebutkan dalam bentuk perintah (amar), seperti firman Allah:
"Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat." (Al Baqarah: 43)
Kadang-kadang dalam bentuk kalam khabar, seperti firman Allah SWT:
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal shalih, mendirikan shalat dan
menunaikan zakat, mereka dapat pahala di sisi Tuhannnya. Tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah: 277)
Kadang-kadang zakat disebutkan secara bersama dengan shalat dalam bentuk persyaratan untuk
masuk Islam atau masuk di dalam masyarakat Islam Allah SWT berfirman dalam surat At-Taubah
ketika menjelaskan keadaan orang-orang musyrik yang memerangi (kaum Muslimin):
"Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka mereka itu adalah
saudara-saudara seagama." (At-Taubah:11)
Orang yang musyrik tidak dianggap masuk Islam dan tidak sah bergabung dengan masyarakat
Islam serta menjadi saudara mereka kecuali dengan bertaubat dari kekufuran, mendirikan shalat
dan menunaikan zakat.
Zakat merupakan ibadah yang memiliki akar historis yang cukup panjang seperti juga shalat, di
mana para Nabi membawanya dan sangat diserukan oleh mereka. Dan wasiat pertama yang
diberikan Allah kepada mereka adalah zakat, untuk kemudian disampaikan kepada ummatummatnya.
Allah SWT telah menyanjung Abul Anbiya' Ibrahim, Ishaq dan Ya'qub dengan firman-Nya:
"Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan
perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada mereka mengerjakan kebajikan, mendirikan
shalat, membayar zakat, dan hanya kepada Kamilah mereka selalu meyembah." (Al Anblya': 73)
Allah juga memuji Ismail AS dengan firman-Nya sebagai berikut:
"Dan ia (Ismail) menyuruh ahlinya (keluarganya) untuk mendirikan shalat dan menunaikan zakat,
dan ia adalah seorang yang diridhai di sisi Tuhannnya." (Maryam: 55)
Allah SWT juga berfirman yang ditujukan kepada Musa AS sebagai berikut:
"Dan Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. Maka akan aku tetapkan rahmatKu untuk orang-orang
bertaqwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami." (Al
A'raf: 156)
Allah juga berfirman kepada Bani Israil:
"Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat,
anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia,
dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat." (Al Baqarah: 83)
Allah juga berfirman melalui lesan Isa AS ketika di ayunan,
"Dan Dia (Allah) memerintahkan kepadaku (mendinkan) shalat dan (menunaikan) zakat selama
hidup." (Maryam: 31)
Allah SWT juga berfirman mengenai Ahlul Kitab dengan firman-Nya sebagai berikut:
"Padahal mereka tidak diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan
1

shalat dan menunaikan zakat; dan demikian itu agama yang lurus." (Al Baqarah: 5)
Melalui ayat-ayat tersebut, secara jelas bisa kita lihat bahwa zakat disebutkan oleh Allah
bersamaan dengan shalat, karena keduanya merupakan syi'ar dan ibadah yang diwajibkan.
Kalau shalat merupakan ibadah ruhiyah, maka zakat merupakan ibadah maliyah dan itima'iyah
(harta dan sosial). Tetapi tetap saja zakat juga merupakan ibadah dan pendekatan diri kepada Allah
SWT, maka niat dan keikhlasan merupakan syarat yang ditetapkan oleh syari'at. Tidak diterma
zakat tersebut kecuali dengan niat bertaqarrub kepada Allah, inilah yang membedakan dengan
pajak, suatu aturan yang dibuat oleh manusia.
Hanya saja kita yakin bahwa zakat yang telah diwajibkan oleh Islam meskipun sama dalam
landasan dan namanya dengan zakat dalam agama-agama dahulu sebenarnya ia merupakan sistem
baru yang unik yang belum pernah ada pada agama samawi dahulu maupun dalam undang-undang
bumi sekarang ini.
Zakat bukanlah sekedar amal kebajikan yang bersandar kepada keimanan seseorang, akan tetapi ia
merupakan ibadah yang selalu dijaga oleh keimanan seseorang, pengawasan jamaah dan
kekuasaan daulah.
Pada dasarnya dalam Islam zakat itu dipungut oleh seorang imam (pemimpin) dan lembagalembaga syar'I, atau dengan kata lain melalui daulah Islamlah, dalam hal ini melalui lembaga
resmi yang telah dinash oleh Al Qur'an dengan nama "Al 'Amilina 'Alaiha." Dan Al Qur'an
memberikan kepada mereka bagian dari pembagian zakat. Itu membuktikan atas disendirikannya
anggaran zakat dari pintu-pintu yang lainnya dalam masalah anggaran, sehingga tidak hilang hasil
zakat itu untuk pembiayaan negara yang beragam dan sehingga orang-orang yang berhak
menerima zakat itu memperolehnya. Allah berfirman:
"Ambilah zakat dan sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka." (At-Taubah: 103)
Di dalam hadits disebutkan, "Sesungguhnya zakat itu di ambil dan orang-orang kaya mereka
(kaum Muslimin) dan dibagikan kepada, fuqara' mereka," maka zakat merupakan kewajiban yang
dipungut, bukan sumbangan bebas yang diserahkan atas kemauan seseorang.
Kita tidak akan heran setelah uraian ini, jika data sejarah yang benar telah menceritakan kepada
kita bahwa Khalifah yang pertama yaitu Abu Bakar RA telah memobilisasi pasukan dan
mengirimkan beberapa katibah (batalyon) serta mengumumkan peperangan atas suatu kaum yang
tidak mau membayar zakat. Ketika itu mereka mengatakan, "Kami akan mendirikan shalat tetapi
tidak membayar zakat" maka Abu Bakar menolak untuk berunding dengan mereka sedikit pun dari
sesuatu yang telah diwajibkan oleh Allah, dan beliau berkata dengan kata-katanya yang masyhur:
"Demi Allah, sesungguhnya saya memerangi orang yang membedakan shalat dengan zakat.
DemiAllah, kalau mereka membangkang kepadaku sedikit saja yang semula mereka berikan
kepada Rasulullah, niscaya aku akan memerangi mereka."
Abu bakar tidak membedakan antara orang-orang yang murtad, yaitu yang menjadi pengikut
orang-orang yang mengaku nabi dengan orang-orang yang tidak mau membayar zakat dan beliau
memerangi semuanya.
Ketika zakat telah menjadi suatu kewajiban yang pemungutannya dilakukan oleh Daulah
Islamiyah dari orang-orang yang wajib membayarkannya, kemudian membagikannya kepada
orang-orang yang berhak menerimanya, maka Islam menetapkan batasan ukuran (nishab atau
standar) yang wajib dikeluarkan dan juga menentukan batas yang akan diberikan serta orangorang yang berhak menerimanya. Islam tidak membiarkan zakat itu terserah pada kemauan hati
2

orang-orang yang beriman, baik dalam menentukan ukuran, kadar dan pemasukan atau
pengeluarannya.
Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah mengeluarkan bahan makanan pokok dengan ukuran tertentu setelah
terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan (malam 1 Syawwal) dengan syarat-syarat yang
sudah ditentukan .
Zakat fitrah diwajibkan ditahun kedua Hijriyah
Dasar wajib zakat fitrah:

( )
Diriwayatkan dari Sayyidina Abdullah bin Umar, Sesungguhnya Rasulullah SAW mewajibkan
zakat fitrah bulan Ramadhan berupa satu sho kurma atau satu sho gandum atas setiap orang
muslim, merdeka atau budak, laki2 maupun perempuan
Zakat fitrah wajib bagi setiap orang islam yang mampu dan hidup di sebagian bulan Ramadhan
serta sebagian bulan Syawwal. Artinya, orang yang meninggal setelah masuk waktu maghrib
malam lebaran (malam 1 Syawwal) wajib baginya zakat fitrah (dikeluarkan dari harta
peninggalannya). Begitu juga bayi yang dilahirkan sesaat sebelum terbenamnya matahari di hari
terakhir bulan Ramadhan dan terus hidup sampai setelah terbenamnya matahari malam 1
Syawwal.
Tapi sebaliknya, orang yang meninggal sebelum terbenamnya matahari di akhir bulan Ramadhan
atau bayi yang lahir setelah terbenamnya matahari di malam 1 Syawwal tidak diwajibkan baginya
zakat fitrah.
Yang dimaksud mampu yaitu, memiliki harta lebih dari:
Kebutuhan makan dan pakaian untuk dirinya dan orang yang wajib dinafkahi pada siang hari raya
beserta malam harinya (1 Syawwal dan malam 2 Syawwal) .
Hutang, meskipun belum jatuh tempo (saat membayar).
Rumah yang layak baginya dan orang yang wajib dinafkahi.
Biaya pembantu untuk istri jika dibutuhkan.
Orang yang wajib dinafkahi yaitu:
Anak yang belum baligh dan tidak memiliki harta.
Anak yang sudah baligh namun secara fisik tidak mampu bekerja seperti lumpuh, idiot, dan
sebagainya serta tidak memiliki harta.
Orang tua yang tidak mampu (musir).
Istri yang sah.
Istri yang sudah ditalak roji (istri yang pernah dikumpuli dan tertalak satu atau dua) dalam masa
iddah.
Istri yang ditalak bain (talak 3) apabila dalam keadaan hamil.
Zakat fitrah berupa makanan pokok mayoritas penduduk daerah setempat.
Ukuran zakat fitrah 1 sho beras = 2,75 3 kg.
Urutan dalam mengeluarkan zakat fitrah ketika harta terbatas.
Orang yang memiliki kelebihan harta seperti di atas tetapi tidak mencukupi untuk fitrah seluruh
keluarganya, maka dikeluarkan sesuai urutan berikut :
Dirinya sendiri.
3

Istri.
Pembantu istri sukarela (tanpa bayaran).
Anak yang belum baligh.
Ayah yang tidak mampu.
Ibu yang tidak mampu.
Anak yang sudah baligh dan tidak mampu (secara fisik dan materi).
Jika kelebihan harta tersebut kurang dari 1 sho maka tetap wajib dikeluarkan.
Waktu mengeluarkan zakat fitrah:
1. Waktu wajib, yaitu ketika mendapati sebagian dari bulan Ramadhan dan sebagian dari bulan
Syawwal.
2. Waktu jawaz (boleh), yaitu mulai awal Ramadhan.
Dengan catatan orang yang telah menerima fitrah darinya tetap dalam keadaan mustahiq (berhak
menerima zakat) dan mukim saat waktu wajib.
Jika saat wajib orang yang menerima fitrah dalam keadaan kaya atau musafir maka wajib
mengeluarkan kembali.
3. Waktu fadhilah (utama), yaitu setelah terbitnya fajar hari raya (1 Syawwal) sebelum
pelaksanaan shalat ied.
4. Waktu makruh, yaitu setelah pelaksaan shalat ied hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal,
kecuali karena menunggu kerabat atau tetangga yang berhak menerimanya.
5. Waktu haram, yaitu mengakhirkan hingga terbenamnya matahari 1 Syawwal kecuali karena
udzur seperti tidak didapatkan orang yang berhak didaerah itu. Namun wajib menggodhoi.
Syarat sah zakat fitrah:
I. Niat.
Niat wajib dalam hati. Sunnah melafadzkannya dalam madzhab syafii.
Niat untuk fitrah diri sendiri:

(Saya niat mengeluarkan zakat fitrah saya karena Allah Taala)
Niat untuk zakat fitrah orang lain:



(saya niat mengeluarkan zakat fitrah fulan atau fulanah karena Allah Taala)
CATATAN : Anak yang sudah baligh, mampu secara fisik, tidak wajib bagi orang tua
mengeluarkan zakat fitrahnya. Oleh karena itu apabila orang tua hendak mengeluarkan zakat fitrah
anak tersebut, maka caranya :
Men-tamlik makanan pokok kepadanya (memberikan makanan pokok untuk fitrahnya agar diniati
anak tersebut).
Atau mengeluarkannya dengan seizin anak.
Cara niat zakat fitrah
a. Jika dikeluarkan sendiri, maka diniatkan ketika menyerahkannya kepada yang berhak atau
setelah memisahkan beras sebagai fitrahnya. Apabila sudah diniatkan ketika dipisah maka tidak
perlu diniatkan kembali ketika diserahkan kepada yang berhak.
b. Jika diwakilkan, diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil atau memasrahkan niat kepada
wakil. Apabila sudah diniatkan ketika menyerahkan kepada wakil maka tidak wajib bagi wakil
untuk niat kembali ketika memberikan kepada yang berhak, namun lebih afdhol tetap meniatkan
kembali, tetapi jika memasrahkan niat kepada wakil maka wajib bagi wakil meniatkannya.
4

II. Menyerahkan kepada orang yang berhak menerima zakat, yaitu ada 8 golongan yang sudah
maklum.
Halhal yang perlu diperhatikan:
1. Tidak sah memberikan zakat fitrah untuk masjid.
2. Panitia zakat fitrah yang dibentuk oleh masjid, pondok, LSM, dll (bukan BAZ) bukan termasuk
amil zakat karena tidak ada lisensi dari pemerintah.
3. Fitrah yang dikeluarkan harus layak makan, tidak wajib yang terbaik tapi bukan yang jelek.
4. Istri yang mengeluarkan fitrah dari harta suami tanpa seizinnya untuk orang yang wajib
dizakati, hukumnya tidak sah.
5. Orang tua tidak bisa mengeluarkan fitrah anak yang sudah baligh dan mampu kecuali dengan
izin anak secara jelas.
6. Menyerahkan zakat fitrah kepada anak yang belum baligh hukumnya tidak sah (qobd-nya),
karena yang meng-qobd harus orang yang sudah baligh.
7. Zakat fitrah harus dibagikan pada penduduk daerah dimana ia berada ketika terbenamnya
matahari malam 1 Syawal. Apabila orang yang wajib dizakati berada di tempat yang berbeda
sebaiknya diwakilkan kepada orang lain yang tinggal di sana untuk niat dan membagi fitrahnya.
8. Bagi penyalur atau panitia zakat fitrah, hendaknya berhati-hati dalam pembagian fitrah agar
tidak kembali kepada orang yang mengeluarkan atau yang wajib dinafkahi, dengan cara seperti
memberi tanda pada fitrah atau membagikan kepada blok lain.
9. Mustahiq (orang yang berhak menerima zakat) tetap wajib fitrah sekalipun dari hasil fitrah yang
didapatkan jika dikategorikan mampu.
10. Fitrah yang diberikan kepada kyai atau guru ngaji hukumnya TIDAK SAH jika bukan
termasuk dari 8 golongan mustahiq.
11. Anak yang sudah baligh dan tidak mampu (secara materi) sebab belajar ilmu wajib (fardlu
ain atau kifayah) adalah termasuk yang wajib dinafkahi, sedangkan realita yang ada mereka
libur pada saat waktu wajib zakat fitrah. Oleh karena itu, caranya harus di-tamlikkan atau dengan
seizinnya sebagaimana di atas.
12. Ayah boleh meniatkan fitrah seluruh keluarga yang wajib dinafkahi sekaligus. Namun banyak
terjadi kesalahan, fitrah anak yang sudah baligh dicampur dengan fitrah keluarga yang wajib
dinafkahi. Yang demikian itu tidak sah untuk fitrah anak yang sudah baligh. Oleh karena itu, ayah
harus memisah fitrah mereka untuk di-tamlikkan atau seizin mereka sebagaimana keterangan di
atas.
13. Fitrah dengan uang tidak sah menurut madzhab Syafii. Menurut yang saya ketahui, jika kita
hendak membayar zakat dengan uang, maka orang yang menerima zakat harus menyiapkan beras
sebanyak yang diwajibkan. Selanjutnya kita membeli beras tersebut dengan sebanyak uang yang
akan kita berikan kepadanya.
Sumber Forsansalaf

Kultum #2 : Manfaat Sedekah dan Ancaman Bagi Yang Menolak ZIS (Zakat, Infaq, Sedekah)
by Mudafiq R. Pratama on Jul 28th, 2013 0 Comments
19
5

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.


Alhamdulillahi robbil alamin. washolatu wassalamu ala asrofil ammbiyai wal mursalin, wa
ala alihi washohbihi ajmain. amma badu.

Tiada kata yang pantas untuk diucapkan kecuali memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segala rahmat, taufik, dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita
masih dapat menikmati anugrah terindah-Nya berupa kesehatan dan kebahagiaan. Shalawat serta
salam mudah-mudahan selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kita dari jalan yang gelap gulita menuju jalan yang terang benderang.
Jamaah sholat tarawih yang dirahmati Allah Subhanahu Wa Taala. Pada kesempatan yang
berbahagia ini, judul kultum yang saya bawakan adalah tentang Manfaat Sedekah dan Ancaman
Bagi Yang Menolak ZIS (Zakat Infaq Sedekah).
Golongan Yang Berhak Menerima Zakat
Sebenarnya siapa sih yang berhak menerima zakat? Mustahiq zakat atau orang-orang yang berhak
menerima zakat terdiri dari 8 golongan, sesuai dengan firman Allah dalam Surat At-Taubah Ayat
60.
Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin,
pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak,
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah (orang yang berjihad) dan orang-orang yang
sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-Taubah: 60)
Ancaman Bagi Yang Menolak Membayar Zakat
Selain kita diperintahkan melaksanakan zakat, Allah dan Rasulullah juga mengancam orang-orang
yang menolak menunaikan ZIS (Zakat Infaq Sedekah).
Allah SWT memperingatkan orang yang menolak membayar zakat dengan berfirman, Dan
orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung,
dan punggung mereka, (lalu dikatakan) kepada mereka: Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan
itu. (At-Taubah: 34-35)
Begitu pedih ancaman dari Allah bagi orang-orang yang menolak membayar zakat harta
bendanya.
6

Mengenai ancaman tersebut, Rasulullah SAW juga bersabda, Tidak seorangpun yang memiliki
simpanan, kemudian ia tidak mengeluarkan zakatnya, pasti akan dipanaskan simpanannya itu di
atas jahanam, dijadikan cairan panas yang diguyurkan di lambung dan dahinya, sehingga Allah
berikan keputusan di antara para hamba-Nya di hari yang lama seharinya sekitar lima puluh ribu
tahun, sampai diketahui ke mana perjalanannya, ke surga atau neraka. (HR. Asy-Syaikhani)
Begitu bunyi sabda Rasulullah SAW yaitu simpanannya akan dipanaskan dan dijadikan cairan
yang diguyurkan di lambung dan dahinya selama lima puluh ribu tahun.
Dalam hadist lain, Rasulullah SAW juga bersabda, Demi Allah, kalau seandainya mereka tidak
mau membayar zakat walaupun hanya berupa anak unta betina yang di masa Rasulullah mereka
selalu membayarkannya, niscaya akan kuperangi mereka karena pengingkarannya tersebut.
(HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Dalam hadist tersebut, Nabi Muhammad akan memerangi orang-orang yang menolak membayar
zakat.
Perintah Sedekah
Dalam Surat At-Taubah ayat 103, Allah berfirman:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan
berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu menumbuhkan ketentraman jiwa bagi mereka.
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (At-Taubah: 103)
Allah berfirman, Hai orang orang yg beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian rezeki
yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang hari yg pada hari itu tidak ada lagi jual beli
dan tidak ada lagi persahabatan yang akrab dan tidak ada lagi syafaat. Dan orang orang kafir
itulah orang orang yg zalim. (Al Baqarah : 254)
Yang dimaksud Syafaat di atas ialah usaha perantara dalam memberikan sesuatu manfaat bagi
orang lain atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Melalui ayat diatas Allah
memerintahkan hamba-hamba-Nya supaya menginfakkan sebagian dari apa yang telah Dia
karuniakan kepada mereka dijalan-Nya, yaitu jalan kebaikan.
Di dalam Al-Quran termaktub hendaklah kita menyedekahkan sebagian dari harta yang kita
miliki. Entah berapa kali kata sebagian itu disebutkan.
Jika sebagian kecil berarti sekitar 5-10%
Jika setengah berarti 50%
Jika sebagian besar berarti sekitar 60-90%
Nah, dalam surat-surat diatas disebutkan sebagian dari harta kita yang berarti berkisar antara
20-40%.
7

Katakanlah kepada hamba-hamba-Ku yang telah beriman : Hendaklah mereka mendirikan


Sholat, menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka secara sembunyisembunyi ataupun terang-terangan sebelum datang hari ( kiamat ) yang pada hari itu tidak ada jual
beli dan persahabatan. (Ibrahim : 31)
Manfaat Sedekah
Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang
menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi
siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui. (QS Al-Baqarah: 261)
Artinya, minimal 700 kali lipat ganjaran dari Allah SWT bagi siapa pun yang membelanjakan
hartanya di jalan Allah.
Allah berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan
dan meminjamkan kepada ALLAH pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan
(ganjaranya) kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak. ( QS. 57:18 ).
Nabi berpesan, Tidaklah berkurang harta dikarenakan sedekah!
Khalifah Abu Bakar Shidiq pernah bersedekah 100% dari hartanya.
Khalifah Ali bin Abi Thalib menyatakan, Pancinglah rezeki dengan bersedekah.
Terdapat jamu manjur 4-in-1 : jamu tolak bala, jamu galian rezeki, jamu enteng jodoh, jamu sehat
perkasa. Apakah jamu itu? Ya jamu sedekah. Dapat menolak bala, memudahkan rezeki,
memudahkan jodoh, dan memelihara kesehatan.
Sedekah itu pasti dibalas. Itulah janji Allah. Berapapun sedekah pasti dibalas dan dilipatgandakan.
Tidak jadi soal apakah ikhlas ataupun tidak, beriman ataupun tidak. Buktinya banyak hartawan
yang dermawan menjadi semakin kaya padahal mereka atheis yang hampir tidak ada istilah ikhlas
dan iman. Padahal tujuan mereka bersedekah kadang cuma untuk mengangkat merk dan
mengurangi pajak.
Bill Gates dan Warren Buffet Dua orang terkaya di muka bumi telah mendermakan 50% harta
mereka. Sampai saat ini kekayaan mereka tidak berkurang.
Donald Trump, ketika bangkrut pada tahun 1990-an, malah membagi-bagikan hartanya yang
masih tersisa. Sampai hari ini kekayaanya malah bertambah.

Bahkan malaikat pun bisa disogok dengan sedekah. Pernah diriwayatkan, dahulu Nabi Ibrahim
pernah diberitahu oleh Malaikat Maut bahwa sahabatnya akan meninggal keesokan harinya. Itulah
takdirnya. Ternyata keesokan harinya si pemuda masih hidup dan terus hidup sampai usia 70
tahun. Apakah yang menyebabkan dia tidak meninggal? Nabi Ibrahim menanyakan penyebabnya
8

kepada Malaikat Maut, maka dijawab oleh Malaikat Maut, Memang aku hendak mencabut
nyawanya, namun malam itu ia menyedekahkan setengah hartanya. Lalu Allah pun mengubah
takdirnya. Allah memanjangkan umurnya.

Zakat untuk menjaga harta, dan sedekah dapat meningkatkan harta. Misalkan harta kita Rp. 100,
jika kita tidak sedekah nilainya akan merosot, jika kita berzakat akan tetap menjadi Rp 100,
sedangkan sedekah akan meningkat lebih dari Rp 100. Bisa dibilang, zakat itu proteksi dan
sedekah itu investasi.
Demikin sedikit kultum singkat yang saya berikan, semoga bermanfaat, kurang lebihnya mohon
maaf.
Akhirul kalam, Billahi Fissabilhaq, Fastabiqul Khoirot.
Wassalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh.

Anda mungkin juga menyukai