Anda di halaman 1dari 34

Kultum Subuh : 1 Ramadhan 1433 H

TUJUAN DAN HIKMAH PENCIPTAAN MANUSIA dan JIN


Sesungguhnya Allah Taala menciptakan jin dan manusia di alam semesta ini adalah
agar mereka beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya. Allah Taala
berfirman :


Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali agar mereka menyembah-
Ku. ( (QS. Al Dzariyat : 56)

Inilah tujuan yang agung dari penciptaan jin dan manusia, yaitu agar mereka hanya
beribadah kepada Allah. Hal ini menunjukkan bahwa tidaklah Allah menciptakan
mereka karena Allah butuh kepada mereka, akan tetapi justru merekalah yang
membutuhkan Allah. Dan ayat ini menunjukkan pula tentang wajibnya manusia dan
jin untuk mentauhidkan Allah dan barang siapa mengingkarinya maka ia termasuk
orang yang kafir, yang tidak ada balasan baginya kecuali neraka.

MAKNA IBADAH
Arti Ibadah (
) secara bahasa adalah tunduk dan menghinakan diri serta
khusyu. Secara istilah arti ibadah adalah sebagaimana perkataan Ibnu
Katsir :Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan hal-hal yang
diperintahkan dan menjauhi hal-hal yang dilarang. Kemudian Ibnu
Taimiyah berkata : Ibadah ialah sesuatu yang mencakup semua perkara yang
dicintai dan diridhoi Allah berupa perkataan atau perbuatan yang nampak atau pun
tidak nampak.

HUKUM IBADAH
Hukum asal dari ibadah adalah haram kecuali ada dalil. Maksudnya adalah semua
bentuk ibadah adalah haram untuk dikerjakan kecuali kalau ada dalil dari Al-
Quran Al-Karim atau Hadits Shohih yang mewajibkannya atau mensunahkannya.
Seperti sholat, puasa, zakat, haji adalah haram dikerjakan pada asalnya, namun
dikarenakan ada dalil yang mewajibkannya maka hukumnya menjadi wajib untuk
dikerjakan.
Dalil tentang wajibnya sholat dan zakat adalah firman Allah Taala:


Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat ( QS. Al Baqoroh : 83 )

Dalil tentang kewajiban puasa adalah firman Allah Taala:








Hai orang-orang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian agar kalian bertakwa ( QS. Al
Baqoroh : 183 )

Kemudian sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam :





Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu : persaksian bahwa tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata dan persaksian bahwa
Muhammad adalah hamba dan rasul Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
puasa romadhon dan pergi haji. [ HR. Bukhari dan Muslim]

Demikian kultum subuh untuk pagi ini, yang benar sesungguhnya datangnya dari Allah SWT,
dan jika ada kekeliruan semata-mata dari diri kami yang dhoif. Mari kita akhiri dengan doa
kafaratul majlis :
Kultum Subuh : 2 Ramadhan 1433 H

SYARAT UTAMA DITERIMANYA IBADAH


Melanjutkan kultum sebelumnya tentang ibadah, peribadatan seorang hamba yang
muslim akan diterima dan diberi pahala oleh Allah apabila telah memenuhi dua
syarat utama berikut ini, yaitu :

1. Syarat yang pertama adalah IKHLAS ( )


Ikhlas merupakan salah satu makna dari syahadat Bahwa tiada sesembahan yang
berhak disembah selain Allah , yaitu agar menjadikan ibadah itu murni hanya
ditujukan kepada Allah semata. Allah berfirman :





Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan
memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama. [QS. Al Bayyinah
: 5]
Kemudian Rasulullah bersabda :




Sesungguhnya Allah tidak menerima suatu amal perbuatan kecuali yang murni dan
hanya mengharap ridho Allah. [HR. Abu Dawud dan Nasai]
Lawan daripada ikhlas adalah syirik (menjadikan bagi Allah tandingan/sekutu di
dalam beribadah, atau beribadah kepada Allah tetapi juga kepada selain-Nya).

Sebagaimana sabda Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam:






Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takutkan terjadi pada kalian adalah syrik
kecil, para sahabat bertanya : Wahai Rasulullah, apa itu syirik kecil ? Rasulullah
menjawab : Riya. [HR. Ahmad]

Orang yang rajin beribadah kepada Allah namun dalam waktu yang bersamaan ia
belum bertaubat dari perbuatan syirik dengan berbagai bentuknya, maka semua
amal ibadah yang telah dikerjakannya menjadi terhapus dan ia menjadi orang yang
merugi di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah Taala:



Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka
amalan yang telah mereka kerjakan. [QS. Al-Anaam: 88]

2. Syarat yang kedua adalah AL-ITTIBA ( )


Al-Ittiba (Mengikuti Tuntunan Nabi Muhammad SAW) merupakan salah satu dari
makna syahadat bahwa Muhammad adalah utusan Allah , yaitu agar di dalam
beribadah harus sesuai dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.
Karena sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada kita semua untuk
senantiasa mengikuti tuntunan Nabi Muhammad dalam segala hal, dengan firman-
Nya :


Dan apa-apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah.[QS. Al Hasyr : 7]

Dan Rasulullah juga telah memperingatkan agar meninggalkan segala perkara


ibadah yang tidak ada contoh atau tuntunannya dari beliau, sebagaimana sabda
beliau :



Barang siapa mengamalkan suatu amalan yang tidak ada urusannya dari kami maka
amal itu tertolak. [HR. Muslim]

Mengenai hal ini berkata Al Fudhoil bin Iyadh :


Sesungguhnya andaikata suatu amalan itu dilakukan dengan ikhlas namun tidak
benar (tidak sesuai dengan tuntunan Nabi Muhammad ), maka amalan itu tidak
diterima. Dan andaikata amalan itu dilakukan dengan benar (sesuai dengan
tuntunan Nabi ) tapi tidak ikhlas, juga tidak diterima, hingga ia melakukannya
dengan ikhlas dan benar. Ikhlas semata karena Allah, dan benar apabila sesuai
dengan tuntunan Nabi .

Demikian kultum subuh untuk pagi ini, yang benar sesungguhnya datangnya dari Allah SWT,
dan jika ada kekeliruan semata-mata dari diri kami yang dhoif. Mari kita akhiri dengan doa
kafaratul majlis :
Kultum Subuh : 3 Ramadhan 1433 H

Masih melanjutkan kultum subuh sebelumnya bahwa sikap ittiba (berupaya mengikuti
tuntunan Nabi Muhammad SAW) tidak akan tercapai / terwujud kecuali apabila amal
ibadah yang dikerjakan sesuai dengan syariat dalam 6 (enam) perkara, yaitu :

)
1. SEBAB (
Jika seseorang melakukan suatu ibadah kepada Allah dengan sebab yang tidak di
syariatkan, maka ibadah tersebut adalah bidah dan tertolak. Contohnya: ada orang
melakukan sholat Tahajjud khusus pada malam 27 Rajab dengan dalih bahwa
malam itu adalah malam Isro Mirajnya Nabi Muhammad r. Sholat Tahajjud adalah
ibadah yang dianjurkan, tetapi karena dikaitkan dengan sebab tersebut yang tidak
ada syariatnya, maka ia menjadi bidah.

2. JENIS ( )
Ibadah harus sesuai dengan syariat dalam jenisnya. Contohnya: bila seseorang
menyembelih kuda atau ayam pada hari Iedul Adha untuk korban, maka hal ini tidak
sah karena jenis yang boleh dijadikan untuk korban adalah unta, sapi dan kambing.

3. BILANGAN ( )
Kalau ada orang yang menambahkan rokaat sholat yang menurutnya hal itu
diperintahkan, maka sholatnya itu adalah bidah dan tidak diterima oleh Allah. Jadi
apabila ada orang yang sholat Dhuhur 5 rokaat atau sholat Shubuh 3 rokaat dengan
sengaja maka sholatnya tidak diterima oleh Allah karena tidak sesuai dengan
tuntunan Nabi Muhammad.

4. TATACARA ( )
Seandainya ada orang berwudhu dengan membasuh kaki terlebih dulu baru
kemudian muka, maka wudhunya tidak sah karena tidak sesuai dengan tata cara
yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya di dalam Al-Quran Al-Karim dan
Al-Hadits Asy-Syarif.

)
5. WAKTU (
Apabila ada orang yang menyembelih korban sebelum sholat hari raya Idul Adha
atau mengeluarkan zakat Fitri sesudah sholat hari raya Idul Fitri, atau melaksanakan
shalat fardhu sebelum masuk atau sesudah keluar waktunya, maka penyembelihan
hewan korban dan zakat Fitrinya serta shalatnya tidak sah karena tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan oleh syariat Islam, yaitu menyembelih hewan
korban dimulai sesudah shalat hari raya Idul Adha hingga sebelum matahari
terbenam pada tanggal 13 Dzul Hijjah (hari Tasyriq ketiga), dan mengeluarkan zakat
Fitri sebelum dilaksanakannya sholat Idul Fitri.

6. TEMPAT ( )
Apabila ada orang yang menunaikan ibadah haji di tempat selain Baitulah Masjidil
Haram di Mekah, atau melakukan itikaf di tempat selain masjid (seperti di
pekuburan, gua, dll), maka tidak sah haji dan itikafnya. Sebab tempat untuk
melaksanakan ibadah haji adalah di Masjidil Haram saja, dan ibadah itikaf
tempatnya hanya di dalam masjid.

Sehingga dengan memperhatikan enam perkara tersebut, maka kita dapat


mencocokkan / mengoreksi apakah amal ibadah yang kita lakukan sudah sesuai
dengan syariat Allah dan Rasul-Nya atau tidak?.

Demikian rangkaian pembahasan singkat tentang syarat-syarat utama diterimanya


amal ibadah, yang benar sesungguhnya datangnya dari Allah SWT, dan jika ada kekeliruan
semata-mata dari diri kami yang dhoif. Semoga bermanfaat bagi kita semua di dunia dan
akhirat. Amiin. Mari kita akhiri dengan doa kafaratul majlis :
Kultum Subuh : 4 Ramadhan 1433 H

3 CIRI ORANG YANG SUKA RIYA


Riya ialah seseorang melakukan suatu kebaikan atau meninggalkan suatu keburukan dengan
niat dan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh manusia.
Riya merupakan Syirik Kecil yang paling ditakutkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam yang akan menimpa umatnya. Hal ini berdasarkan sabda beliau:






Artinya: Sesungguhnya sesuatu (dosa) yg paling aku takutkan akan menimpa kalian adalah
Syirik Kecil. Maka mereka (para sahabat) bertanya: Apa yg dimaksud Syirik Kecil itu?
Beliau jawab: (Syirik Kecil itu) adalah RIYA. (HR. Imam Ahmad di dlm Al-Musnad
V/428 no.429, dengan sanad Hasan).

Ali bin Abi Tholib radhiyallahu anhu berkata:


Orang yang suka riya (pamer dan tidak ikhlas dlm beramal) memiliki tiga buah tanda
(yaitu):

1. Apabila sendirian, maka dia menjadi pemalas.


2. Apabila berada di tengah orang-orang, ia semakin bertambah semangat.
3. Dia akan meningkatkan amalnya jika dipuji dan akan mengurangi amalnya jika dicela
orang (karena melakukannya).

Demikian Faedah Ilmiyah dan Mauizhoh Hasanah yg dapat kami sampaikan pd pagi hari ini.
Smg Allah memberikan taufiq dan kemudahan kpd kita dlm beramal ibadah dgn niat ikhlas
karena mengharapkan ridlo-Nya semata, dan melindungi kita dari riya dan apa saja yang
membatalkan keikhlasan. Amiin.
Kultum Subuh : 5 Ramadhan 1433 H

Rasulullah SAW pernah memberikan tiga buah nasehat kepada kedua sehabatnya
Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman bin Jabal:

Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada, dan ikutilah


kesalahanmu dengan kebaikan niscaya ia dapat menghapuskannya. Dan
pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji. HR. Tirmidzi

Tiga pesan Rasulullah SAW tersebut layak untuk kita perhatikan karena sangat
berkaitan erat dengan kehidupan kita sehari-hari.

1- BERTAQWA DIMANA SAJA


Definisi dari kata taqwa dapat dilihat dari percakapan antara sahabat Umar dan
Ubay bin Kaab ra. Suatu ketika sahabat Umar ra bertanya kepada Ubay bin Kaab
apakah taqwa itu? Dia menjawab;Pernahkah kamu melalui jalan berduri? Umar
menjawab; Pernah! Ubay menyambung, Lalu apa yang kamu lakukan? Umar
menjawab; Aku berhati-hati, waspada dan penuh keseriusan. Maka Ubay
berkata; Maka demikian pulalah taqwa!

2. KEBAIKAN YANG MENGHAPUSKAN KESALAHAN


Setiap orang selalu melakukan kesalahan. Hari ini mungkin kita sudah melakukan
kesalahan baik yang kita sadari maupun yang tidak kita sadari. Oleh sebab itu,
segeralah setelah kita melaksanakan kesalahan, lakukan kebaikan. Kebaikan
tersebut dapat menghapuskan kesalahan yang telah dilakukan.
Untuk dosa yang merugikan diri sendiri, maka salah satu cara untuk menghapusnya
adalah dengan bersedekah.
Rasulullah SAW bersabda sedekah itu menghapus kesalahan sebagaimana air
memadamkan api.
Sedang dosa yang dilakukan terhadap orang lain maka yang perlu dilakukan adalah
memohon maaf, yang bagi beberapa orang sangat sulit untuk dilakukan. Padahal
Rasulullah SAW pun meminta maaf ketika bersalah bahkan terhadap Ibnu Ummi
Maktum beliau memeluknya dengan hangat seraya berkata Inilah orangnya, yang
membuat aku ditegur oleh Allah (QS. Abasa).

3- AKHLAQ YANG TERPUJI

Akhlaq terpuji adalah keharusan dari setiap muslim. Tidak memiliki akhlaq tersebut
akan dapat mendekatkan seseorang dalam siksaan api neraka. Dari beberapa jenis
akhlaq kita terhadap orang lain, yang perlu diperhatikan adalah akhlaq terhadap
tetangga.

Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka jangan menyakiti
tetangganya. (HR. Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah)

Dari Abu Syuraih ra, bahwa Nabi Muhammad saw bersabda: Demi Allah seseorang
tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak beriman, Demi Allah seseorang tidak
beriman. Ada yang bertanya:Siapa itu Ya Rasulullah? Jawab Nabi: Yaitu orang
yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.(HR. Bukhari)

Dari hadits tersebut, peringatan Allah sangat keras sampai diulangi tiga kali yaitu
tidak termasuk golongan orang beriman bagi tetangganya yang tidak aman dari
gangguannya. Maka terkadang kita perlu instropeksi dengan menanyakan kepada
tetangga apakah kita mengganggu mereka.
Wallahualam bish showab.
Demikian Faedah Ilmiyah dan Mauizhoh Hasanah yg dapat kami sampaikan pd pagi
hari ini. Smg Allah memberikan taufiq dan kemudahan kpd kita dlm beramal ibadah
dgn niat ikhlas karena mengharapkan ridlo-Nya semata, dan melindungi kita dari
riya dan apa saja yang membatalkan keikhlasan. Amiin
Kultum Subuh : 6 Ramadhan 1433 H

Berdoa di Bulan Ramadhan

Aturan untuk shoum di bulan Ramadhan telah ditetapkan Allah SWT dalam surat Al
Baqarah dari ayat 183 sampai ayat 187. Hampir seluruh ayat tersebut terdapat kata-
kata shoum:

(Al Baqarah 183)

Al Baqarah 184)

(Al Baqarah 185)

Al Baqarah 187)
Hanya ayat 186 yang tidak mengandung kata shoum:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),


bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.

Peletakan ayat ini diantara ayat-ayat tentang shoum Ramadhan bukan tanpa
maksud. Kalau ditilik dari asbabun nuzul ayat ini adalah berkenaan dengan
datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: Apakah Tuhan
kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh,
sehingga kami harus menyeru-Nya? Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini.
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-
lain).
Menurut riwayat lain, ayat ini turun berkenaan dengan sabda Rasulullah
SAW: Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah
berfirman Uduni astajib lakum (berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku
mengijabahnya) (QS 40:60). Berkatalah salah seorang di antara mereka:Wahai
Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana? Sebagai
jawabannya, turunlah ayat ini (Diriwayatkan oleh Ibnu Asakir yang bersumber dari
Ali.)
Menurut Sayyid Qutb dalam kitabnya Fii Zhilalil Quran, Allah menjawab langsung
tentang keberadaanNya yang sangat dekat dan langsung berfirman bahwa Dia akan
mengabulkan segala doa kita. Dalam ayat ini juga terdapat tiga syarat untuk
diterimanya suatu doa.
1. Doa tersebut harus dipanjatkan kepada-Nya secara langsung. Jadi janganlah kita
berdoa kepada mahluk Allah seperti jin, makam atau pohon. Dan kalaupun
berdoa akan lebih baik apabila doa tersebut diucapkan secara langsung kepada-
Nya.
2. Dalam berdoa adalah kita harus memenuhi segala perintah Allah SWT. Seperti
ketika seorang anak sebaiknya mengikuti nasehat/perintah orang tuanya untuk
mendapatkan yang diinginkannya.
3. Kita harus beriman kepada-Nya agar doa kita diterima.

Walaupun ayat 186 ini tidak mengandung kata shoum, tapi penempatan ayat ini
menunjukkan pentingnya kita berdoa pada bulan Ramadhan. Hal ini sesuai dengan
hadits nabi SAW:

Orang yang berpuasa memiliki doa yang mustajab pada waktu berbuka.
(Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud)

Atau dalam hadits lain, nabi SAW bersabda:

Ada tiga orang yang tidak akan ditolak doanya yaitu pemimpin yang adil, orang
yang berpuasa sehingga dia berbuka dan orang yang dianiaya. Doa mereka
diangkat oleh Allah di bawah awan pada hari kiamat dan dibukakan untuknya pintu-
pintu langit dan Allah berfirman, Demi keagungan-Ku, Aku akan menolongmu
walaupun sesudah suatu waktu (Riwayat Imam Ahmad, Tirmidzi, Nasai dan Ibnu
Majah)

Demikianlah, urgensi dari berdoa dalam bulan Ramadhan karena hal itu
meningkatkan kemungkinan doa kita diterima. Maka perbanyaklah kita berdoa dalam
bulan Ramadhan. Semoga Allah SWT menerima doa kita.

Wallahualam bish showab.


MEMADUKAN ILMU DAN AMAL

Ibnu Bathah menuturkan sebuah riwayat dari Masruq, dari Abdullah yang berkata,
Sesungguhnya kalian berada pada suatu zaman yang di dalamnya beramal adalah lebih baik
daripada berpendapat. Kelak akan datang suatu zaman yang di dalamnya berpendapat lebih
baik daripada beramal. (Ibn Baththah, Al-Ibanah al-Kubra, I/207).

Ath-Thabrani juga meriwayatkan sebuah hadis dari penuturan al-Ala bin al-Harits, dari
Hizam bin Hakim bin Hizam, dari ayahnya, dari Baginda Nabi Muhammad saw. yang
bersabda, Kalian benar-benar berada pada suatu zaman yang di dalamnya banyak sekali
fuqaha dan sedikit sekali para ahli pidatoPada zaman ini amal adalah lebih baik daripada
ilmu. Kelak akan datang suatu zaman yang di dalamnya sedikit sekali fuqaha dan banyak
para ahli pidatoPada zaman ini ilmu lebih baik daripada amal. (Ath-Thabrani, Al-Mujam
al-Kabir III/236)

Dari kedua hadis di tersebut setidaknya dapat dipahami bahwa pada zaman yang pertama
(yakni generasi Sahabat Nabi saw.) kebanyakan orang memahami Islam secara mendalam.
Karena itu, yang dibutuhkan saat itu adalah mengamalkan apa yang telah dipahami.
Sebaliknya, pada zaman yang kedua-kemungkinan adalah zaman kita hari ini-saat orang-
orang yang memahami Islam secara mendalam sangat sedikit maka banyak orang yang
beramal tanpa ilmu. Karena itu, pada zaman kini memahami dan mendalami Islam-yang
kemudian diamalkan-tentu lebih penting daripada beramal tanpa didasarkan pada ilmu.
Kesimpulan ini setidaknya sesuai dengan makna riwayat yang diungkapkan oleh Imam Malik
saat menuturkan hadis penuturan Yahya bin Said yang berkata bahwa Abdullah bin Masud
pernah berkata kepada seseorang, Sesungguhnya engkau berada pada suatu zaman yang di
dalamnya banyak para fuqaha dan sedikit para pembaca al-Quran yang menjaga hukum-
hukumnya dan tidak terlalu fokus pada huruf-hurufnyaKelak akan datang kepada manusia
suatu zaman yang di dalamnya sedikit para fuqaha dan banyak para pembaca al-Qurannya
yang menjaga huruf-hurufnya tetapi mengabaikan hukum-hukumnya. (Imam Malik, Al-
Muwaththa, II/44).
Dari hadis ini setidaknya dapat dipahami tiga perkara. Pertama: Ibn Masud tidak bermaksud
menyatakan orang-orang yang membaca al-Quran pada zamannya sedikit. Namun, yang
beliau maksud bahwa orang-orang yang membaca al-Quran pada zamannya-yang
perhatiannya hanya pada bacaan tanpa memperhatikan hukum-hukumnya-amatlah sedikit.
Dengan kata lain, pada zaman Sahabat Nabi saw. orang-orang biasa membaca al-Quran
sekaligus memahami dan mengamalkan hukum-hukumnya, dan tidak memokuskan
perhatiannya pada huruf-hurufnya, karena memang al-Quran adalah bahasa mereka.
Sebaliknya, pada zaman kini-zaman yang mungkin diisyaratkan dalam hadis ini oleh Ibn
Masud-banyak orang membaca al-Quran hanya fokus pada bacaan (huruf-huruf)-nya saja,
tetapi tidak memahami apalagi mengamalkan hukum-hukumnya.
Kedua: Akan datang suatu zaman-yang tentu berbeda dengan zaman Ibn Masud alias zaman
Sahabat Nabi saw.-yang di dalamnya sedikit para fuqaha (ahli fikih). Maksudnya, pada
zaman itu-boleh jadi zaman kita hari ini-orang-orang yang memahami Islam secara
mendalam amatlah sedikit. Kebanyakan mereka adalah yang bisa dan biasa membaca al-
Quran tetapi tidak memahami isinya secara mendalam. Tentu hadis ini tidak sedang mencela
para pembaca dan penghapal al-Quran. Yang dicela adalah sedikitnya para fuqaha dari
kalangan mereka karena tujuan akhir mereka sebatas membaca dan menghapal al-Quran,
bukan memahami isinya apalagi mengamalkan dan menerapkan hukum-hukumnya.
Ketiga: Akan datang suatu zaman yang di dalamnya huruf-huruf al-Quran benar-benar dijaga,
tetapi hukum-hukumnya ditelantarkan. Maknanya, para pemelihara mushaf al-Quran
jumlahnya banyak. Namun, kebanyakan mereka tidak memahami isi al-Quran itu. Tidak pula
pada saat itu-yang sesungguhnya telah terjadi pada zaman kini-manusia dipimpin oleh imam
atau para penguasa yang menerapkan al-Quran di tengah-tengah mereka. Akibatnya, hukum-
hukum al-Quran ditelantarkan. Ini jelas bertentangan dengan zaman Sahabat Nabi saw. saat
manusia dipimpin oleh para pemimpin yang berhukum dengan al-Quran dan menerapkan al-
Quran kepada mereka (Lihat: Al-Muntaqa Syarh al-Muwaththa, I/429).
Alhasil, pesan inti dari hadis di atas sesungguhnya adalah: Pertama, dorongan kepada setiap
Muslim untuk membaca dan memahami al-Quran atau mendalami Islam. Kedua,
mengamalkan isi al-Quran termasuk berusaha terus mendorong para penguasa untuk
menerapkan hukum-hukumnya (syariah Islam) di tengah-tengah masyarakat.
Inilah wujud nyata dari sikap memadukan ilmu dan amal. Sudahkah kita melakukannya?
WalLahu alam bi ash-shawab
Membiasakan Berbuat Baik

Dalam suatu hadits qudsi, Allah SWT berfirman Jikalau seseorang hamba itu
mendekat padaKu sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta dan jikalau ia
mendekal padaKu sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jikalau hamba itu
mendatangi Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan
bergegas. (HR. Bukhari)
Didalam melihat jalan hidup masyarakat di sekitar kita, bisa kita lihat bahwa
beberapa orang mempunyai kecenderungan tertentu. Orang yang terbiasa berbuat
maksiyat, maka dari hari kehari dia akan semakin terjerumus kedalam lembah yang
hitam. Sebaliknya orang yang suka sholat berjamaah ke masjid, maka dia akan
ramah ke tetangganya, rutin berinfaq dan bahagia kehidupan keluarganya.
Semakin seseorang memperbanyak dan membiasakan berbuat baik, maka semakin
banyak terbuka pintu-pintu kebaikan yang lain. Hal ini sesuai dengan hadits qudsi
diatas bahwa semakin tinggi intensitas dan kualitas ibadah kita kepada Allah SWT
maka semakin dekatlah kita dengan-Nya.
Salah satu kunci kesuksesan hidup kita adalah bagaimana kita membiasakan
berbuat baik. Semakin kita terbiasa berbuat baik, maka semakin mudah jalan kita
untuk mencapai kebahagiaan hidup. Agar manusia terbiasa beribadah, maka
beberapa ibadah dilakukan berulang dalam kurun waktu tertentu seperti sholat lima
kali dalam sehari, puasa sunnah dua kali seminggu dan sholat jumat sekali
sepekan.
Permasalahan awal yang biasanya ditemukan dalam melakukan sesuatu yaitu
dalam memulainya. Memulai suatu aktifitas terkadang lebih berat dibandingkan
ketika melaksanakannya. Maka ketika kita mendorong mobil yang mogok, akan
diperlukan tenaga yang besar saat sebelum mobil bergerak. Setelah mobil
tersesebut bergerak, diperlukan daya dorong yang kecil. Ada juga sifat kita yang
menunda perbuatan baik, padahal perbuakan baik janganlah ditunda. Kalau kita ada
keinginan untuk menunda, maka tundalah untuk menunda. Hal ini seperti yang
disampaikan Rasulullah saw:
Bersegeralah untuk beramal, jangan menundanya hingga datang tujuh perkara.
Apakah akan terus kamu tunda untuk beramal kecuali jika sudah datang: kemiskinan
yang membuatmu lupa, kekayaan yang membuatmu berbuat melebihi batas, sakit
yang merusakmu, usia lanjut yang membuatmu pikun, kematian yang tiba-tiba
menjemputmu, dajjal, suatu perkara gaib terburuk yang ditunggu, saat kiamat, saat
bencana yang lebih dahsyat dan siksanya yang amat pedih. (HR. Tirmidzi)
Salah satu cara untuk mempermudah kita dalam memulai suatu amal ibadah adalah
dengan mengetahui akan besarnya manfaat yang akan dirasakan. Segala hambatan
atau godaan untuk tidak melaksanakan kebaikan tersebut akan bisa dilewatkan
dengan keyakinan yang kuat. Oleh sebab itu, kita wajib untuk mencari ilmu tentang
fadhilah (kelebihan) dari suatu amalan atau ibadah. Bahkan untuk menguatkan hati,
kita juga perlu mencari ilmu secara berulang kali. Bahkan beberapa pengulangan
dalam Al Quran digunakan agar manusia semakin ingat.

Dan sesungguhnya dalam Al Quran ini Kami telah ulang-ulangi (peringatan-


peringatan), agar mereka selalu ingat. Dan ulangan peringatan itu tidak lain
hanyalah menambah mereka lari. (QS. Al Israa 41)
Jadi, mulailah perbuatan baik yang ingin anda lakukan sekarang dan jangan ditunda.
Kalau belum yakin, perluas dan perdalam ilmu agar kita semakin yakin.
Wallahu alam bish showab.

3 Cara Allah SWT Mengawasi


Karena taku didatangi pencuri, maka warga suatu perumahan menyewa penjaga
atau hansip. Tetapi terkadang pencurian masih terjadi walau hansip sudah dibayar.
Hal ini bisa terjadi bila hansip tersebut lengah atau ketiduran, sehingga si pencuri
bisa melakukan aksinya. Hansip juga manusia!
Bagaimana dengan Yang Maha Mengetahui? Allah SWT mengawasi manusia 24
jam sehari atau setiap detik tidak ada lengah. Didalam melakukan pengawasan, ada
3 cara yang dilakukan Allah SWT:
1
Allah SWT melakukan pengawasan secara langsung. Tidak tanggung-tanggung,
Yang Menciptakan kita selalu bersama dengan kita dimanapun dan kapanpun saja.
Bila kita bertiga, maka Dia yang keempat. Bila kita berlima, maka Dia yang keenam
(QS. Al Mujadilah 7). Bahkan Allah SWT teramat dekat dengan kita yaitu lebih dekat

dari urat leher kita.


Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya. (QS. Qaaf 16)
2
Allah SWT melakukan pengawasan melalui malaikat.

ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah
kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. (QS. Qaaf 17)
Kedua malaikat ini akan mencatat segala amal perbuatan kita yang baik maupun
yang buruk; yang besar maupun yang kecil. Tidak ada yang tertinggal. Catatan
tersebut kemudian dibukukan dan diserahkan kepada kita (QS. Al Kahfi 49).
3
Allah SWT melakukan pengawasan melalui diri kita sendiri. Ketika kelak nanti
meninggal maka anggota tubuh kita seperti tangan dan kaki akan menjadi saksi bagi
kita. Kita tidak akan memiliki kontrol terhadap anggota tubuh tersebut untuk
memberikan kesaksian sebenarnya.

Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka
dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka
usahakan. (QS. Yaasiin 65)
Kesimpulannya, kita hidup tidak akan bisa terlepas dimanapun dan kapanpun saja
dari pengawasan Allah SWT. Tidak ada waktu untuk berbuat maksiyat. Tidak ada
tempat untuk mengingkari Allah SWT. Yakinlah bahwa perbuatan sekecil apapun
akan tercatat dan akan dipertanyakan oleh Allah SWT dihari perhitungan kelak.
Wallahu alam bish showab.

diolah dari ceramah ust. Zaki


Pentingnya Menghafal dan Memahami Al Quran

Al Quran diturunkan kepada Muhammad Rasulullah SAW selama 23 tahun masa


kerasulan beliau. Al Quran di turunkan secara berangsur-angsur kepada Rasulullah
SAW dengan perantaraan malaikat Jibril. Malaikat Jibril menurunkan Al Quran ke
dalam hati Rasulullah dan beliaupun langsung memahaminya. Hal ini disebutkan
dalam Al Quran surat Al Baqarah (2) : 97.

Katakanlah: Barang siapa yang menjadi musuh Jibril, maka Jibril itu telah
menurunkannya (Al Quran) ke dalam hatimu dengan seizin Allah; membenarkan apa
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi
orang-orang yang beriman.
Kemudian Rasulullah SAW mengajarkan Al Quran itu kepada para shahabatnya.
Mereka menuliskannya di pelepah daun daun kering, batu, tulang dll. Pada saat itu
belum ada kertas seperti zaman modern sekarang ini. Kemudian para shahabat
langsung menghafalnya dan mengamalkannya. Demkian Al Qur;an di ajarkan
kepada para shahabat-shahabat yang lain. Al Quran difahami dengan menghafal.
Bukan dengan sekedar membaca.
Pada saat Rasulullah telah wafat, banyak terjadi peperangan. Dalam peperangan
Yamamah misalnya , banyak para sahabat pemghafal Quran yang syahid. Melihat
kondisi ini Umarpun meminta Abu bakar sebagai khalifah untuk membuat Mushaf Al
Quran. Abu bakar sempat menolak. Apakah engkau meminta aku untuk melakukan
apa yang Rasulullah tidak lakukan ? ujar beliau. Tapi dengan gigih Umar bin
Khattab menjelaskan urgensinya pembuatan Mushaf bagi kepentingan kaum
muslimin di masa yang datang. Akhirnya Abu Bakarpun dapat diyakinkan dan
kemudian setuju dengan ide Umar bin Khattab.
Abu Bakarpun lalu meminta Zaid bin Haritsah untuk melakukan tugas ini. Zaid bin
Haritsah pun sempat berkata : Apakah engkau meminta aku untuk melakukan apa
yang Rasulullah tidak lakukan ?. Tapi akhirnya Zaidpun setuju dan mulai
mengumpulkan shahifah-sahhifah yang tersebar di tangan para shahabat yang lain.
Batu, daun-daun kering, tulang dll itupun disimpan di rumah Hafsah.
Barulah pada zaman Khalifah Utsman bin Affan, Mushaf Al Quran selesai sebanyak
5 buah. Satu disimpan Utsman dan 4 yang lain disebar ke : Makkah, Syria, Basrah
dan Kufah. Jadi pada saat itu para shahabat, tabiit dan thabii tabiin mempelajari al
Quran dengan menghafal karena jumlah Mushaf yang sangat sedikit.
Bagaimana dengan kondisi zaman sekarang? Bila kita perhatikan di sekitar kita,
diantara teman-teman dan keluarga kita, ada berapa persen diantara mereka yang
hafal Al Quran ? Berapa persen yang sedang menghafal Al Quran? Mungkin kita
susah memberikan persentase karena dihitung dengan jari-jari tangan kita belum
tentu genap semuanya.
Kaum muslimin saat ini masih cukup berpuas diri dengan membaca Mushaf Al
Quran dan tidak memahami maknanya. Padahal membaca Al Quran baru langkah
awal interaksi Al Quran. Al Quran sebagai petunjuk bagi kita tidak cukup dibaca tapi
juga dihafal dan difahami.
Mungkin ada sebagian yang berkata mengapa perlu menghafal ? Tidakkah cukup
dengan membaca Mushaf dan membaca tarjemahan ? Ternyata tidak cukup.
Dengan menghafal Al Quran ada rasa (atau zauk) yang diberikan Allah kepada hati
kita. Rasa ini didapat karena ayat-ayat yang dibaca berulang-ulang. Pengulangan
kalam-kalam suci itulah yang menjadi makanan untuk hati. Dan sesuai dengan
ayat di Al Baqarah : 97 diatas, Al Quran itu diturunkan di hati Nabi Muhammad.
Bukan di akal fikiran beliau. Artinya Al Quran itu konsumsi/makanan hati bukan
sekedar fikiran.
Rasa inilah yang menjadikan kita nikmat mengenal Allah, memahami kehendakNya
dan ringan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala laranganNya. Rasa
ini kurang ada juga sedikit ketika kita hanya membaca. Apalagi bila membacanya
tidak diiringi dengan pemahaman artinya. Dan membaca tidak diulang-ulang.
Efeknya sangat berbeda dengan mengulang-ulangnya.
Kaum muslimin saat ini cukup berpuas diri dengan membaca buta Al Quran dan
menimba ilmu dari para ustadz, kiai dan pemuka-pemuka agama. Tanpa
menghilangkan rasa hormat kepada para penyampai-penyampai risalah agama, kita
sebagai hamba Allah, secara individual juga mempunyai kewajiban berusaha
memahami Al Quran dari aslinya langsung dari firman-firmanNya.
Bila kita menghafal dan mentadaburi Al Quran maka Allah akan mengajarkan
kepada kita pengetahuan melalui hati kita dengan perantaraan ilham. Seperti yang
difirmankan Allah SWT dalam surat Asy Syams ayat 8-10:

Maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan Sesungguhnya merugilah orang
yang mengotorinya.

Ilham ini dapat dirasakan dengan dalam hati kita. Bukankah kita pernah bingung
tentang suatu masalah, kemudian pada suatu saat kita, cling mememukan cara
untuk menyelesaikan masalah dengan baik. Itulah ilham.
Atau ilham itu sebagai furqan atau pembeda mana-mana amal yang haq dan mana-
man yang bathil. Sebagai misal ketika kita masuk ke tempat maksiat maka hati kita
akan terasa tidak enak, tidak nyaman. Itulah peringatan dari hati kita yang bersih.
Furqan inilah yang dibutuhkan di dalam kehidupan ketika berperang dengan bisikan-
bisikan syaithan yang membujuk-bujuk kita untuk berbuat maksiat dengan iming-
iming duniawi yang menggiurkan. Karena itu sangatlah kita memerlukan furqan yang
menjadikan kita mantap mengetahui yang haq dan yang bathil. Seperti disebutkan
oleh Allah Azza wa Jalla dalam surat Al Anfaal ayat 29:

Hai orang-orang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan
kepadamu Furqaan. dan Kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu,
dan mengampuni (dosa-dosa)mu. dan Allah mempunyai karunia yang besar.
Al Quran juga sebuah petunjuk/pedoman hidup bagi kita kaum muslimin :

Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang
bertaqwa.
(QS Al Baqarah : 2)
Jadi intinya Al Quan adalah pedoman hidup. Tapi hanya segelintir orang yang hafal
dan faham Al Quran. Bagaimana Al Quran bisa menjadi pedoman hidup seorang
muslim secara individual bila membaca dan memahaminya secara tuntas saja belum
dilakukan ? Dan banyak diantara kaum muslimin yang meninggal dalam keadaan
belum pernah membaca dengan tuntas Al Quran.
Bayangkan apabila kita akan pergi ke puncak Gunung Semeru. Sebelum pergi kita
dibekali dengan peta, rambu-rambu dan petunjuk-petunjuk oleh seorang pendaki
gunung profesional. Tetapi kita tidak memahami petunjuk-petunjuk tersebut. Apakah
kita dijamin akan sampai di puncak gunung semeru dengan selamat ? Kita mungkin
lebih senang bertanya dengan penduduk setempat. Bila kita bertemu dengan
penduduk yang sangat kenal gunung semeru mungkin kita akan sampai dengan
selamat. Tetapi bila orang kita tanya juga kurang faham jalan ke puncak gunung,
akankah kita sampai ke puncak dengan selamat atau mungkin kita bisa tersesat ?
Padahal bila kita memahami, petunjuk, peta dan juga bertanya maka kita akan
mendapat jalan pintas untuk sampai ke puncak gunung.
Memang solusi pemahaman Al Quran ini tidak akan dapat berhasil bila sistem
pendidikan agama tidak berjalan intensif sejak dini. Sebagai permisalan, bahasa
Inggris diajarkan sejak SD. Maka kita lihat ketika lulus SMA para mahasiswa sudah
bisa belajat dari diktat berbahas Inggris. Bila sistem ini diterpakan juga untuk bahasa
Arab (sebagai media inti pemahaman Al Quran) maka ketika berumur 20-25 seorang
muslim sudah mulai bisa memahami Al Quran dengan mandiri.
Wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, memahami Al Quran bukan fardhu
kifayah yang dibebankan kepada ulama, kiai atau ustadz. Tapi seperti dicontohkan
oleh para sahabat, membaca, menghafal, memahami dan melaksanakan Al Quran
dilakukan sebagai kewajiban indivial setiap kaum muslimin. Bila secara individu
seorang muslim meningkat kualitasnya, keluarga yang dibinanya juga akan
berkulaitas sehingga akhirnya sebuah masyarakat madani yang dirindukan selama
ini juga dapat terwujud.
Demikianlah renungan kita tentang Al Quran. Semoga Allah memberikan taufik dan
hidayahNya kepada kita semua sehingga kita menjadi orang-orang yang mencintai
Al Quran, membacanya, menghafalkannya, memahaminya dan mengamalkannya.
Wallahu alam bi shawab
Iman yang Haq

Kita sebagai orang yang memeluk agama Islam tidak boleh berpuas diri dengan
predikat seorang Muslim. Karena keislaman seseorang tidak cukup untuk dapat
menurunkan pertolongan Allah dalam kehidupan kita di dunia. Keislaman juga belum
tentu bisa menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Hanya orang-orang yang
beriman sejati yang mendapatkan semua janji2Nya yaitu kebahagian dunia dan
akhirat.
Bagaimanakah kriteria atau ciri-ciri orang-orang beriman yang sering dipanggil Allah
dengan mesra yaa ayyuhal ladzina aamanu.. ? Allah yang Maha Pengasih
telah menyebutkan di dalam Al Quran surat Al Anfal :2-4
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal. (yaitu)
orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki
yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan
sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi
Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.
Dalam firman Allah SWT tersebut jelas sekali menyebutkan bahwa seorang mukmin
yang Haq, yang benar-benar tulen, mempunyai ciri-ciri sebagai berikut>
1. Hatinya yang gemetar hatinya bila disebutkan Asma Allah
Gemetarnya bisa disebabkan karena banyak hal, karena kagum dan takluk pada
Kebesaran Allah. Kebesaran dan Kemuliaan Dzat , Sifat maupun PerbuatanNya.
Bisa juga karena takut terhadap siksa api neraka yang sangat pedih dan
terbayangkan dosa dan kebodohan yang telah dilakukan. Bisa juga gemetar karena
berharap karunia surga dunia maupun akhirat-. Terkadang gemetar haru
mengingat sifat Kasih Sayang dan PengampunNya ataupun gemetar hati karena
melihat Kebesaran ciptaanNya.
Asma Allah yang disebutkan dalam Al Quran dan hadits biasa disebut dengan 99
Asmaul Husna (bahkan lebih dari itu) menunjukkan Sifat-Sifat Allah yang Agung
yang wajib kita ketahui, fahami dan hayati maknanya. Pemahaman atas makna dan
tafakkur pada ciptaan2Nya dan Kebesaran Asma-asma Allah itulah yang dapat
menghantarkan seseorang pada wajilat quluubukum
2. Keimanannya bertambah bila dibacakan ayat-ayat Tuhan
Ayat dalam bahasa Arab artinya bukti. Orang-orang yang imannya tulen bila
dihadapannnya dibacakan ayat Al Quran (dalil naqli) ataupun bukti aqli yang berupa
demonstrasi Kebesaran Allah dalam penciptaan makhluk-makhlukNya maka
bibirnyapun berucap Subhanallah. Bila membaca Al Quran yang menyebutkan
tentang janji-janji Allah keimanannya bertambah, semangat hidupnya makin
membara dan semakin giat beramal shalih.
Dan bila dia melihat Kebesaran Allah dalam penciptaan langit , buni dan jagad raya
alam semesta maka diapun makin tunduk dan kagum pada Kuasa Allah. Bahkan
ketika melihat betapa sempurna dan hebatnya pasukan-pasukan Allah yang berupa
misalnya lebah lebah dan madu yang dihasilkan, maka diapun makin yakin dan
kagum pada Allah.
Hari-hari orang beriman tidak pernah ada yang menjemukan. Setiap detik yang
dilalui dipakai untuk melihat demonstrasi Kekuasaan Allah, bertafakkur dan
kemudian bertasbih kepada Allah. Dan itu semua makin meningkatkan imannya.
3. Bertawakkal hanya kepada Allah
Bagi orang yang imannya Haq, tidak pernah ada rasa takut dan gentar menghadapi
pernak-pernik dan badai di dalam kehidupan dunia. Ketergantungannya kepada
Allah dan keyakinan bahwa Allah selalu menuntun dan melindunginya menjadikan
langkahnya pasti menapaki roda kehidupan.
. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan Mengadakan baginya
jalan keluar. dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. dan
Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.
Putus asa tidak ada dalam kamus hidupnya. Hidup dijalani dengan lapang dan
mudah karena jalan keluar dalam tiap masalah, insya Allah ada. Dan rezeki juga
sudah ditanggung oleh Allah Azza wa Jalla.
4. Mendirikan Shalat
Mereka ini adalah orang-orang yang gandrung shalat. Shalat menjadi obat segala
masalah kehidupan. Persis seperti yang disabdakan junjungan kita Rasulullah SAW
:
Apabila engkau mempunyai masalah maka shalat (sunnah) lah 2 rakaat (HR
Bukhari)
Mereka ini bukan sekedar melakukan shalat tapi mendirikannya. Menjaga rukun-
rukunnya, waktunya, sunnah-sunnahnya dan juga kekhusyuannya. Shalat
merupakan saat-saat yang indah bermunajat kepada Allah, mengadukan beban
hidup, memohonkan kemudahan hidup di dunia dan juga kemuliaan hidup di akhirat.
Shalat tidaklah menjadi beban bagi mereka bahkan shalat merupakan saat
beristirahat dari keruwetan hidup. Dan tepatlah sabda Rasulullah saat menyuruh
Bilal adzan dengan berkata : Wahai Bilal, berilah istirahat kepada kita semua!
Dan bukti mereka mendirikan shalat adalah akhlaknya di luar shalat. Mengapa ?
Karena shalat itulah yang menghalangi mereka berbuat maksiat dan mungkar.
Semakin baik mutu shalat maka semakin tinggilah akhlak seseorang
5. Menafkahkan rezeki yang dipunyai
Ciri terakhir seorang mukmin yang tulen adalah mudahnya dia bersedekah. Baginya
harta karunia Allah yang didalamnya ada hak fakir miskin. Sedekah adalah tanda
syukur kepada Allah kerena diberi kelapangan dalam harta. Tapi dia juga
bersedekah dalam keadaan sempit karena jalan kemudahan akan datang dengan
derasnya sedekah. Hati orang yang mukmin tidak terikat oleh harta yang dimiliki.
Harta diletakkannya di tangan bukan di hati
Demikianlah ciri-ciri seorang mukmin yang Haq, yang tulen. Dan mukmin sejati inilah
yang mendapatkan janji Allah yaitu kemuliaan derajat, pengampunan dosa-dosa dan
rezeki yang halal dan berkah.
Semoga bahasan ini bisa menjadi jalan intropeksi bagi diri kita masing-masing.
Apakah kita sudah mempunyai 5 ciri-ciri di atas ? Bila sudah, kita harus mensyukuri
dan meminta Allah mengekalkan sifat-sifat mulia ini dalam diri kita. Bila kita belum
memiliki 5 ciri ini maka kita perlu berusaha semaksimal mungkin agar kita bisa
menjadi seorang mukmin sejati, yang dicintai Allahu Rabbi.
Tehnik Menghafal dan Murajaah Al Quran

Bagi para penghafal Al Quran yang pemula, menambah hafalan mempunyai


kesulitan tersendiri. Tetapi seiring dengan waktu kesulitan ini akan terlampaui.
Ketika itu kesulitan lain timbul yaitu mengulang hafalan (murajaah). Pada saat
hafalan makin bertambah banyak, murajaah juga semakin berat.
Untuk surat-surat yang agak panjang (50 ayat) dan yang panjang (diatas 100 ayat),
biasanya kita sangat hafal separuh awal dari surat tersebut. Untuk separuh terakhir
sulit bagi kita untuk mengingatnya. Ini akan ditandai dengan macet ketika saat
memurajaah. Mengapa hal ini terjadi? Hal ini disebabkan kita selalu
menghafal/murajaah dari awal surat (ayat 1). Ketika selesai menghafalkan sebuah
surat, ayat-ayat awal itulah yang lebih sering dilafadzkan dibandingkan dengan ayat-
ayat yang akhir. Sehingga otak kita lebih hafal ayat-ayat awal. Itulah sebabnya kita
sangat hafal ayat-ayat awal surat dan sering lupa pada ayat-ayat akhir surat.
Kesulitan kedua adalah ketika kita macet sulit bagi kita untuk mengetahui ayat
selanjutnya. Ayat-ayat setelah ayat macet menjadi gelap. Ini dikarenakan kita
menghafal secara sekuensial/berurutan, sehingga satu ayat selalu diingat setelah
ayat sebelumnya. Sehingga kalau ayat sebelumnya macet maka ayat selanjutnya
menjadi hilang juga. Dalm hal ini tidak ada cara lain untuk mengingatnya selain
membuka mushaf Al Quran.
Lalu bagaimana cara efektif untuk menanggulangi masalah tersebut?
Kuncinya adalah ketika proses menghafal sebuah surat dilakukan. Hafalkan surat
dengan cara memotongnya menjadi 10 ayat 10 ayat. Di dalam tiap sepuluh ayat
potong-potong lagi menjadi 5 ayat-5 ayat.
Misalnya kita menghafal surat An Naba yang didalamnya ada 40 ayat. Caranya
adalah sebagai berikut :
1. Hafalkan ayat 1 sampai lancar. Lakukan sampai ayat 5.
2. Kemudian hafalkan secara berurut ayat 1 sampai dengan ayat 5.
Ikatlah ayat 1 sampai ayat 5 dengan mengulang-ulangnya bersama-sama
sampai lancar. Gerak-gerakkan jari-jari tangan anda sesuai dengan ayat yang
sedang di hafal. Bila menghafal ayat 1 gerakkan ibu jari, ayat 2 gerakkan jari
telunjuk, ayat 3 gerakkan jari tengah, ayat 4 gerakkan jari manis dan ayat 5
gerakkan jari kelingking.
3. Kemudian hafalkan ayat 6 sampai 10 sambil menggerak-gerakkan jari-
jari tangan kiri sama seperti yang dilakukan oleh tangan kanan. Ulang-ulang
ayat 6 sampai 10 sampai lancar. Kegiatan ini mengikat ayat 6 sampai dengan
ayat 10
4. Sekarang mengulang menghafal ayat 1 sampai 10 dengan sambil
menggerak-gerakkan jari sesuai dengan nomor ayat yang dilafazkan.
Lakukan sampai lancar. Hal ini mengikat ayat 1 sampai 10.
5. Lakukan langkah diatas untuk ayat 11-20, ayat 21-30 dan ayat 31-40.
6. Terakhir gabungkan semua ayat (ayat 1 sampai 40) dalam surat tsb.
Ulang-ulang sampai lancar
Kemudian bagaimana anda murajaah sebuah surat bila kita telah menghafal secara
konvensional? Bila surat tersebut ayat-ayatnya pendek maka kelompokkan menjadi
10 ayat-10 ayat. Hafalkan per 10 ayat. Bila suratnya berayat yang panjang-panjang
seperti Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa dll, maka pecah 10 ayat menjadi 5 ayat-ayat.
Manfaat dari menghafal dengan sistem potongan ini adalah:
1. Ketika murajaah kita tidak selalu harus memulai dari awal surat
ayat1- sehingga untuk surat yang panjang murajaah dapat dilakukan
sepotong-sepotong di dalam shalat kita. Misalnya: untuk setiap rakaat shalat
kita membaca 10 ayat. Maka ketika shubuh kita sudah dapat murajaah
sampai 40 ayat (sunnat shubuh 2 rakaat dan shubuh 2 rakaat). Ini cukup
bagus untuk surat An Naba yang 40 ayat. Atau untuk surat yang panjang
seperti Al Baqarah, bila dilakukan 10 ayat untuk setiap rakaat shalat, maka
selesai shalat isya kita sudah murajaah 100 ayat! Bila ditambah dengan
shalat2 sunnah rawatib maka kita bisa murajaah 200 ayat dalam sehari. Dan
bila ditambahkan dengan shalat dhuha dan tahajjud kita bisa mnyelesaikan
286 ayat Al Baqarah dalam shalat yang dilakukan sehari semalam!
2. Kita tidak merasa susah murajaah karena seakan-akan kita sedang
menghafal surat-surat yang pendek saja. Secara psikologis kita merasa lebih
ringan. Dan di dalam memurajaah surat yang panjang kita mempunyai
3. Menguatkan secara merata ayat-ayat di seluruh surat. Bukan hanya
ayat-ayat awal surat saja. Ketika memurajaah surat-surat yang panjang dan
kemudian terputus oleh kondisi eksternal tamu datang, telfon berdering,
anak menangis, masakan gosong dll- kita masih tetap bisa melanjutkan ayat
selanjutnya setelah kondisi eksternal tertangani. Tanpa harus mengulangi dari
awal surat. Dengan metoda menghafal konvensional maka kita kita harus
selalu mengulangi mulai dari awal surat lagi. Kondisi-kondisi seperti ini akan
menguatkan hafalan ayat-ayat awal dan menurunkan kualitas hafalan ayat-
ayat akhir.
4. Hafal nomot ayat tanpa kita sadari. Ini adalah bonus yang sangat
bermanfaat untuk kita
5. Mengatasi kasus ayat macet. Bila macet di satu ayat biasanya akan
berhenti memurajaah surat tersebut karena ayat-ayat yang selanjutnya
sangat bergantung pada ayat yang macet/lupa. Tetapi dengan sistem potong
surat ini kita masih tetap bisa terus memurajaah ayat-ayat setelah ayat macet
ini. Mengapa ? Karena dalam menghafal sistem ini setiap ayat independen
diletakkan dalam memori otak kita. Sebuah ayat tidak hanya dikaitkan dengan
ayat yang sebelumnya seperti dalam sistem menghafal konvensional- tapi
juga dikaitkan dengan nomornya (yang diingat secara tidak sadar dengan
menggerak-gerakkan jari tangan ketika menghafal). Ketika memori yang
terkait dengan ayat sebelum terlupakan maka ada pengait yang lain yaitu
nomor surat. Percaya atau tidak? Anda tinggal mencoba sistem ini dan
merasakan hasilnya!
Melakukan metoda ini tak sesulit membaca baris-baris di atas. Bila anda
melakukannya ini adalah hal yang sangat simpel. Metoda ini menjadikan kita santai
dan tidak stres dalam memurajaah. Karena kita mempunyai petunjuk/milestones
dalam surat-surat hafalan kita yaitu ayat 1, 11, 21, 31, 41 dst. Kita akan memurajaah
ayat-ayat pendek, yaitu 10 ayat saja. Cobalah anda praktekkan dan anda akan
terkejut dengan hasilnya.
Selamat bermurajaah!
Membangun Peradaban

kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan
mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang mumin dan
bersikap tegas kepada orang kafir, yang berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela .(QS Al-Maidah: 54)
Rasulullah saw yang telah membawa perubahan superbesar dalam sejarah
kehidupan manusia memulai masa kenabiannya di usia 40 tahun. Dan hanya dalam
23 tahun masa kenabiannya, beliau mampu membangun dasar peradaban rabbani,
yang menjunjung tinggi aspek superioritas hukum Islam, keseimbangan peran dan
kewajiban antarkomponen masyarakat.
Ketika ada pertanyaan bagaimana bisa dalam waktu sesingkat itu dapat terbangun
sebuah sistem yang mengalami masa kejayaan selama berabad-abad, maka
jawaban yang paling tepat adalah karena Rasulullah menggunakan sistem ilahiyah
dalam membangun peradabannya. Sistem yang mengacu kepada kitabullah. Sistem
ini integral dan komprehensif serta mampu memecahkan seluruh persoalan hidup
manusia.
Menurut Dr Ali Abdul Halim Mahmud setidaknya ada 2 pilar pokok yang harus
dibangun ketika kita ingin membangun (kembali) sebuah peradaban rabbani.
Pertama adalah pilar tarbawi (pembinaan dan pendidikan), berupa pola belajar-
mengajar, dengan ragam perangkatnya dengan tujuan untuk menyempurnakan
potensi pribadi. Kemudian yang kedua, yaitu pilar tanzhimi (institusional) berupa
pembangunan institusi internal masyarakat yang mengatur kode etik dalam
kehidupan bermasyarakat, dan institusi eksternal yang mengatur kekuasaan dan
hubungan antarbangsa.
Perubahan peradaban ini bisa dimulai. Caranya dengan membangun kepribadian
individu Muslim dengan Islam pada seluruh aspek kehidupan. Kemudian
pembentukan keluarga-keluarga shalihah dengan seluruh nilai dan moralitasnya.
Akhirnya akan terbentuk sistem masyarakat dengan seluruh interaksi sosial dan
pengaturannya yang dinaungi dalam wadah institusi yang menjunjung tinggi nilai-
nilai ilahiyah.
Muaranya adalah perubahan peradaban. Perubahan yang berakar pada tegaknya
sistem nilai yang mengacu pada nilai-nilai transendental dan ilahiyah. Peradaban
yang di dalamnya terbentuk struktur kemasyarakatan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai kebenaran ilahi.
13 Alasan Agar Sholat Lebih Khusuk

Dari banyak ibadah kita kepada Allah SWT, ada satu ibadah yang merupakan kunci dari
seluruh ibadah dan amal yang lain dimana kalau kita berhasil melakukannya maka akan
terbuka ibadah atau amal yang lain. Kunci dari segala ibadah adalah sholat.

Amal yang pertama kali ditanyai Allah pada seorang hamba di hari kiamat nanti
adalah sholat. Bila sholatnya dapat diterima, maka akan diterima seluruh amalnya,
dan bila sholatnya ditolak, akan tertolah seluruh amalnya.

Pada kenyataannya, bagaimana amalan sholat kita pada umumnya? Seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW:

Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan sholat namun pada
hakikatnya mereka tidak sholat.

Banyak dari kita menganggap bahwa sholat adalah suatu perintah bukan
suatu kebutuhan. Jadi sholat sering dianggap suatu beban dan hanya bersifat
menggugurkan kewajiban. Betapa sering kita rasanya malas untuk sholat, sholat
sambil memikirkan pekerjaan, sholat secepat kilat tanpa tumakninah, mengakhirkan
waktu sholat atau bahkan lupa berapa rakaat yang telah dilakukan.

Padahal kunci amal ibadah kita adalah sholat. Jadi, kita bisa memasang strategi
dalam hidup dengan memperbaiki sholat kita terlebih dahulu sehingga amalan yang
lain akan mengikuti. Dan hal ini butuh suatu kesungguhan untuk mencapainya.
Tahap awal untuk mencapai kekhusukan sholat adalah mengetahui kegunaan bagi
diri kita apabila kita dapat melakukan sholat dengan khusuk. Berikut adalah 13
alasan mengapa kita perlu khusuk dalam sholat:
1. Mendapatkan keberuntungan yang besar, yaitu masuk dalam surga firdaus. Hal ini
tersebut dalam QS. Al Mukminun 2 dan 11:

2. Solusi terhadap permasalahan kita.

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang


demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu (QS. Al Baqarah
45)

Bila ada problema hidup maka sholatlah, bila ada keiinginan sholatlah, bila akan
marah sholatlah. Maka ketika akan bertemu dua kekuatan utama pada perang
Badar, Rosululloh SAW sholat dan bermunajat kepada Allah SWT agar diberikan
kemenangan dalam perang.

3. Mencegah perbuatan keji dan mungkar (QS. Al Ankabut 45)

Karena sholat khusuk hanya bisa dilaksanakan dengan menghadirkan perasaan


dekatnya Allah SWT, maka bila akan berbuat maksiyat akan ingat akan Allah SWT.

4. Melembutkan hati. Terkadang hati kita menjadi keras karena kesibukan dalam
bekerja atau menghadapi masalah kehidupan. Dengan sholat yang khusuk, hati
menjadi lebih lunak karena kita seringnya kita berserah diri dan merendah
dihadapan Allah SWT.

5. Memupuk kesabaran. Dengan sholat yang dilaksanakan dengan tumakninah, maka


diperlukan waktu beberapa saat untuk sholat; tidak dengan tergesa-gesa. Hal ini
akan memupuk rasa kesabaran kita.

6. Menghapuskan dosa. Didalam suatu hadits disebutkan bahwa dosa-dosa kecil kita
akan dihapus diantara sholat 5 waktu. Tentu saja hal ini bila kita menghayati bacaan
didalam duduk diantara dua sujud rabbighfirli dan wafuanni.

7. Menyembuhkan penyakit. Prof. M. Sholeh dari Universitas Airlangga Surabaya telah


meneliti bahwa sholat malam bisa meningkatkan imunitas tubuh kita. halat bisa
mencegah naik turunnya hormon kortisol yang berperan sebagai indikator stres.
Sedangkan stres merupakan salah satu faktor utama pemicu penyakit, termasuk
kanker. Yang sederhana saja, bila kita sedang pening atau sakit gigi maka sholatlah
dengan khusuk maka rasa sakit tersebut akan hilang. Hal lain yang perlu
diperhatikan adalah ada pendapat bahwa sholat juga merupakan sarana terbaik
untuk bermeditasi.
8. Menunggu-nunggu waktu sholat. Karena sholat adalah kesempatan untuk
bermunajat, berdialog dan mencurahkan hati ke Yang Maha Kuasa, maka waktu
sholat akan selalu ditunggu. Pekerjaan rumah, rapat atau aktifitas lain akan
diberhentikan 10-15 menit sebelum waktu sholat sehingga memberi kesempatan
untuk sholat berjamaah di masjid. Perasaan untuk menunggu waktu sholat adalah
seperti seorang perjaka yang menunggu waktu untuk bertemu yang dicinta.

9. Mempersiapkan sholat dengan sebaiknya. Karena kita merasa akan bertemu


dengan Yang Maha Agung, maka pakaian akan diperhatikan seperti baju koko,
kopyah dan sarung digunakan yang bersih. Tidak lupa minyak wangi juga dipakai
agar harum ketika bertemu dengan Yang Maha Pencipta.

10. Menangis dalam sholat. Kesejukan dalam sholat akan membawa hati untuk
bersyukur dan mohon ampun kepada Allah SWT. Tidak terasa air mata akan
mengalir bahkan ketika sholat Dhuhur di masjid kantor.

11. Merasa sedih ketika sholat akan selesai. Tertanam rasa ingin berlama-lama
dengan Yang Maha Pengasih. Ketika tasyahud akhir rasanya tidak ingin
menyelesaikan sholat.

12. Merasakan nikmatnya sholat di masjid. Akan terasa suasana sholat di masjid
lebih indah dibandingkan sholat di rumah. Sehingga, keinginan untuk sholat
berjamaah di masjid akan selalu ada. Maka tidak heran ketika sahabat Umar ra
menjual kebunnya dikarenakan terlupa sholat jamaah di masjid karena sibuk
mengurus kebunnnya.

13. Tetap khusuk dalam berzikir. Terkadang dzikir yang kita lantunkan setelah sholat
fardhu hanya mengalir sebatas di mulut saja tanpa penghayatan dalam hati kita.
Setelah sholat dengan khusuk, maka kekhusukan tersebut akan berlanjut hingga kita
berdzikir.

Allahumma ainni ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatika. Ya Allah, bantulah aku
dalam mengingatMu dan dan bersyukur kepadaMu dan perbaiki ibadahku.

Wallahu alam bish showab.

Beberapa Tips Diterimanya Doa

Pada suatu hari, seorang Arab Badui bertanya kepada Nabi SAW: Apakah Tuhan
kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat/memohon kepada-Nya, atau jauh,
sehingga kami harus menyeru-Nya? Nabi SAW terdiam, hingga turunlah surat Al-
Baqarah ayat 186:

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),


bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada
dalam kebenaran.
Didalam ayat disebutkan bahwa keberadaan Allah SWT adalah sangat dekat,
sehingga kita semua tidak perlu untuk berteriak keras ketika memohon kepadanya.
Bahkan Allah SWT lebih dekat daripada urat leher kita (Qaaf 16):

Dalam ayat di surat Al-Baqarah diatas merupakan janji Allah SWT untuk
mengabulkan doa bila kita berdoa kepadaNya. Jadi doa itu harus dilakukan secara
langsung kepadanya, tidak perlu perantara mahluk Allah yang lain dalam berdoa.
Yakinlah akan janji ini dan berprasangkalah yang baik bahwa doa kita akan
dikabulkan. Allah SWT dalam suatu hadits qudsi pernah bersabda:

Aku mengikuti persangkaan hamba-Ku


Jadi berprasangkalah baik bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa kita, niscaya Dia akan
bersama dengan harapan kita. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam berdoa adalah jangan
tergesa-gesa. Rasulullah SAW pernah berkata:

Akan diterima doa siapapun yang tidak tergesa-gesa.


Maksudnya adalah jangan cepat berkata bahwa Allah tidak menerima doaku
setelah beberapa kali berdoa. Ada kemungkinan Allah SWT masih menunda
mengabulkan doa. Kita harus bersabar sampai doa kita diterima atau Allah SWT
memberikan solusi lain yang lebih baik bagi kita.
Yang menarik ayat 186 surat Al-Baqarah ini terletak diantara ayat-ayat berhubungan
tentang ibadah di bulan Ramadhan. Hal ini menunjukkan bahwa didalam bulan Ramadhan
kita sangat dianjurkan untuk berdoa. Bukankah orang yang berpuasa itu doanya tidak akan
ditolak seperti hadits Nabi SAW tentang tiga golongan yang tidak ditolak doanya yaitu
pemimpin yang adil, orang yang berpuasa sampai dia berbuka dan orang yang didzalimi:

Wallahu alam bish showab,


Al Mujahirin

Penulisan judul diatas adalah tepat, bukan salah ketik dari Al Muhajirin yang
berarti sahabat nabiyang hijrah dari Mekkah ke Madinah. Al Mujahirin yang
dimaksud terdapat dalam hadits berikut:
Abu Hurairah ra berkata, Saya telah mendengar Rasulullah saw bersabda,
Semua ummatku selamat, kecuali yang terang-terangan berbuat dosa (Al
Mujahirin). Dan termasuk dari mujaharah yaitu seorang berbuat dosa di waktu
malam gelap mendadak pagi-pagi diceritakan pada lain orang, padahal semalam
itu Allah menutupinya, tetapi pagi-pagi ia membuka apa yang ditutupi Allah
itu.HR. Bukhari, Muslim.
Al Mujahirin adalah orang yang secara terang-terangan membuka aibnya dengan
tanpa rasa malu, walau Allah swt telah menutupinya. Orang inilah yang tidak akan
mendapatkan ampunan Allah swt.
Pada saat ini ternyata Al Mujahirin ini banyak ditemui disekitar kita. Melesatnya
teknologi internet selain membawa hal-hal yang positif tetapi juga memberikan
dampak negatif. Dari sebuah penelitian (medio April 2007) disebutkan bahwa sudah
beredar tidak kurang 500 video porno yang mempertontonkan remaja Indonesia
yang berhubungan seksual. Hal ini sangat mengenaskan. Mereka sudah tidak malu
lagi berbuat dosa. Apakah ini karena mereka mencontoh perbuatan orang tua atau
tokoh masyarakat lain?
Bisa dibayangkan kalau Allah sudah mencabut perasaan malu untuk berbuat dosa
pada bangsa ini. Maka kita bisa saja, naudzubillahi min dzalik, kembali ke tempo
jahiliyahan sehingga manusia selalu menuruti hawa nafsunya.
Sudah selayaknyalah kalau kita selalu membentengi diri, keluarga dan lingkungan
sekitar kita terlebih dahulu dengan siraman iman dan taqwa.
Wallahu alam bish showab.

Lupa dan Motivasi yang Lemah

Disamping banyak kelebihan, kita sebagai manusia memiliki juga beberapa


kelemahan. Dua kelemahan utama kita telah ditunjukkan oleh Allah swt dalam
kisah nabi Adam as. Seperti kita ketahui, Allah swt telah memberikan nikmat yang
besar kepada Adam as untuk tinggal di surga dengan syarat tidak makan buah
khuldi. Tetapi akhirnya nabi tercinta kita ini makan buah tersebut.
Dalam QS. Thaahaa 115 disebutkan ada dua sifat Adam as (yang juga kita miliki)
sehingga terjerumus oleh godaan iblis yaitu:

Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa,
dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat.

Sifat lupa dan motivasi yang lemah inilah kelemahan kita semua. Ada yang
menyebutkan bahwa lupa berhungan dengan intelectual capacity yaitu kemampuan
kita untuk mengingat sesuatu. Dan hal ini bisa diperburuk dengan campur tangan
setan seperti hadits yang menyebutkan godaan setan terhadap orang yang sedang
sholat hingga dia lupa jumlah rakaat yang telah dilakukan. Oleh sebab itu,
perbanyaklah meminta perlindungan Allah swt dari godaan setan agar kita tidak
gampang lupa.

Motivasi yang lemah bisa dikaitkan dengan emotional capacity yang berasal dari
kemauan kita sendiri. Motivasi lemah bisa dilihat dengan sikap enggan, malas,
tidak bersemangat ataupun cuek. Titik ekstrim dari orang dengan motivasi nol
adalah ketika dia melakukan bunuh diri. Motivasi dalam hidup kita bisa diibaratkan
sebagai lilin di kegelapan. Ketika motivasi kita meredup, kita bisa malas makan,
malas bekerja, enggan belajar sampai tidak punya ide apapun.
Tugas kita adalah menjaga agar motivasi ini terus menyala sehingga kita menjadi
lebih bersemangat dalam hidup. Jagalah semangat hidup ini dengan banyak
bersyukur, memiliki visi-misi hidup, menjauhi kebosanan dan think positively.

Wallahu alam bish showab.

Meraih Derajat Tertinggi

Memang kita bukan nabi, tetapi inginkah kita disejajarkan dengan Nabi
Muhammad saw?
Memang kita bukan orang yang jujur, tetapi inginkah kedudukan kita sama
dengan Abu Bakar ra?
Memang kita belum tentu mati syahid, tetapi inginkah kita berkedudukan
sama seperti Hamzah ra?

Jawabannya: bisa, untuk mendapatkan derajat yang sama seperti mereka telah
disebutkan dalam QS. An-Nisaa 69:

Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-
sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi,
para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan
mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
Jadi singkatnya: ikutilah perintah Allah dan Rasul-Nya maka kita akan meraih
kedudukan seperti orang yang telah Allah beri nikmat yang besar atas mereka.

Tapi apakah hanya itu saja caranya? Ternyata peluang yang sama juga diberikan
kepada pedagang yang jujur dan dapat dipercaya seperti pada hadits berikut:

Sahabat Abi Said Al-khudri ra berkata, bahwa Nabi saw telah bersabda: Pedagang
yang jujur dan dapat dipercaya, kelak pada hari kiamat akan mendapat kedudukan
bersama para nabi, para shiddiqin, dan para syuhada. (HR. Timidzi dan termasuk
hadis hasan).
Pedagang dalam hadits ini bisa juga dimaksudkan karyawan. Begitu besar
hikmahnya bila kita bisa menjadi orang yang jujur dan amanat. Dan dengan
semangat yang tersirat dalam hadits ini, marilah kita bekerja dengan kejujuran
dan kepercayaan.
Semoga kita dapat mencapai derajat yang tinggi baik di dunia maupun di akhirat
kelak.
Wallahu alam bish showab,
Legalisasi Amal

Terkadang atau sering dalam hidup, kita berusaha memaafkan tindakan kita atau
kata lainnya melegalisasikan perbuatan kita. Maksudnya, kita mengatakan
perbuatan kita benar dengan dalih yang berusaha kita cari kebenarannya. Sebagai
contoh, ketika kita menunda melaksanakan sholat ketika adzan berkumandang,
maka kita berdalih Saya harus menyelesaikan tugas, Saya harus mengasuh anak
dulu dan lain sebagainya sehingga begitu pintarnya kita mendapatkan alasan yang
seolah alasan kitalah yang paling benar. Atau cerita lain seperti seorang pencopet
atau pelacur yang melegalkan usahanya demi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
dan keluarganya.

Bolehkah kita melakukan hal tersebut?

Cerita yang mirip tertuang dalam kisah nabi Yusuf dalam surat Yusuf. Ketika itu,
saudara-saudara Yusuf melempar Yusuf ke dalam sumur dan mereka melaporkan
kepada nabi Yaqub (ayah mereka) bahwa Yusuf telah dimakan serigala. Maka
Yaqub tidak mempercayai hal tersebut dan berkata:

Hanya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu
QS. Yusuf 18

Perkataan yang sama diulangi oleh nabi Yaqub dalam ayat 83 kepada saudara-
saudara Yusuf beberapa puluh tahun kemudian. Pengungkapan perkataan ini secara
berulang mengisyaratkan bahwa pentingnya Allah swt mengingatkan kita semua
untuk tidak dengan mudah mendalihkan bahwa perbuatan kita adalah benar.

Bagaimana agar kita tidak terjerumus pada hal tersebut? Janganlah kita terburu-
buru dalam bertindak. Seringlah kita bertanya pada diri kita sendiri Apakah
memang yang saya lakukan ini berbuah amal kebaikan atau berbuah
kemaksiyatan? Atau Apakah saya mendapatkan ridho Allah dalam melakukan hal
ini atau malah membuat murka-Nya. Jadi, sering-seringlah kita berinstropeksi.

Wallahu alam bish showab.

Bertemu yang Dicinta

Mungkin pernah diantara kita yang lagi punya idola seorang penyanyi. Yang kita
lakukan adalah mengoleksi kaset atau CDnya. Sering mendendangkannya kapan
saja. Sampai sebelum tidurpun kita masih lantunkan. Maka ketika penyanyi tersebut
mengadakan konser dikota kita, kita udah pesan tiketnya jauh hari takut kalau
tidak kebagian. Semua agenda atau janji dibatalkan demi ingin menghadiri
konsernya.
Bandingkan dengan bagaimana hubungan kita dengan Allah SWT. Apakah kita
benar-benar mencintai Allah SWT? Mungkin kalau kita buka koleksi kaset dan CD
kita tidak ada koleksi tilawah Al Quran atau nasyid Islami. Sudah berapa seringkah
kita mengulang hafalan Al Quran kita? Atau seringkah kita mendendangkan nasyid
dikala senggang kita?
Sudahkah kita mempersiapkan pertemuan kita dengan Allah SWT? Atau
mungkin, na udzu billahi min dzalik, tidak terpikir sama sekali. Kalau kita tidak
pernah berpikir ingin ketemu Allah maka kelihatannya sulit bagi kita untuk
bertemu. Allah hanya akan menemui hambaNya yang rindu ingin bertemu
denganNya.
Seharusnya kita punya keinginan yang sangat untuk bertemu dengan Allah SWT
sehingga kita akan mempersiapkan untuk bertemu dengannya. Seperti cerita diatas,
kita juga harus mempersiapkan pertemuan dengan Sang Pencipta. Lakukan amal
yang disenangi dan jauhi apa yang dilarang. Dan kita tidak tahu kapan Allah akan
memanggil kita meninggalkan dunia ini. Maka bersegeralah untuk meningkatkan
iman, taqwa dan amal kita. Sehingga kapanpun sakaratul maut menjemput: I am
looking forward to see you Allah

Maka segeralah kembali kepada (mentaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang


pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu. QS Adz Dzariyat 50
2 Parameter pada 2 Kehidupan

Sahabat Abi Hurairah ra berkata, bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Allah
swt tidak akan melihat kemolekan wajahmu dan kekayaanmu, tetapi Allah akan
melihat hati dan amal perbuatanmu. (HR. Muslim).
Hadits ini menuturkan kepada kita adanya dua parameter pada dua fase kehidupan
kita yaitu di dunia dan di akhirat. Pada kehidupan di dunia kebanyakan manusia
akan memberikan penilaian terhadap manusia berdasarkan tampilan dan
kekayaannya. Orang akan terpesona atau hormat kepada orang yang lebih cantik
atau tampan. Atau juga orang kaya lebih dihormati daripada orang miskin. Sering
jeritan rakyat kecil tidak digubris oleh pemerintah kita. Sedang kalau yang
meminta adalah pengusaha, maka akan segera dikeluarkan peraturan untuk
melindunginya.
Pada fase kedua, yaitu kehidupan di akhirat, Allah swt akan menilai hati dan amal
perbuatan kita didunia. Hati dan amal merupakan satu kesatuan yang tidak bisa
terpisahkan. Tidak bisa kita mempunyai niat baik tapi bertindak merampas hak
orang lain. Atau ada orang yang berpendapatYang penting ingat Allah tapi tak
perlu sholat. Sementara itu, amal kita juga tidak diterima bila kita tidak
mengharapkan ridha Allah. Seperti, melakukan sholat karena ingin dilihat mertua
dan contoh lainnya.
Bagi seorang muslim yang diutamakan adalah menjaga dua parameter yang dilihat
Allah dengan tidak melupakan dua parameter yang dilihat manusia. Jadi, jangan
sekali-kali mengenyampingkan hati dan perbuatan kita karena itulah bekal kita di
kehidupan yang kekal kelak.
Wallahu alam bish showab.
Kultum Subuh : 1 Ramadhan 1433 H

HUKUM MEMELIHARA KUCING, BURUNG, ANJING DAN SELAINNYA


DALAM PANDANGAN ISLAM

Bismillah. Hukum memelihara binatang pada dasarnya BOLEH namun dengan beberapa
syarat, diantaranya:
1) Binatang yg dipelihara itu bukan babi dan Anjing. Karena ia kotor (najis) dan haram
dikonsumsi dan diperjualbelikan, kecuali jika tujuan memelihara anjing adalah utk berburu
atau penjaga ladang atau hewan ternak, maka ini hukumnya boleh.

Hal ini berdasarkan firman Allah yg artinya: dan (buruan yang ditangkap) oleh binatang-
binatang buas yang telah kamu ajarkan dengan melatihnya untuk berburu, kamu mengajarnya
menurut apa yang telah diajarkan Allah kepadamu, maka makanlah dari apa yang
ditangkapnya untukmu, dan sebutlah nama Allah atas binatang buas itu (waktu melepasnya).
Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah amat cepat hisab-Nya. (QS. Al-Maidah:
4)

Dan berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:


) ( .

Barang siapa memelihara anjing selain anjing berburu atau penjaga hewan ternak, maka
pahalanya akan berkurang setiap hari sebesar dua qirath (1 qirath sebesar gunung uhud).
(HR. Bukhari no.2322 dan Muslim no.1571-1575).

Adapun jika tujuan memelihara anjing hanya sebagai hobi atau kebanggaan saja, maka
hukumnya HARAM karena hal itu termasuk perbuatan tasyabbuh (meniru-niru) thdp
kebiasaan orang2 non muslim yg tlh diharamkan oleh Nabi shallallahu alaihi wasallam di dlm
hadits yg shohih, beliau bersabda:

Barangsiapa yang meniru-niru (kebiasaan) suatu kaum maka ia termasuk dari mereka. (HR.
Abu Daud no.4031, Ahmad II/50 no.92 dengan tambahan padanya, ath-Thabrani dalam
Ausath no. 8327, dan derajat hadits ini Hasan. Lihat: Fathul Bari X/271, Majma Zawaid
X/271, Faidhul Qadir VI/104-105).

2) Harus memberikan makan & minum kpd binatang piaraan tsb, serta tidak menyakiti atau
menyiksanya dlm bentuk apapun.

Hal ini berdasarkan hadits shohih yg diriwayatkan oleh Ibnu Umar radhiyallahu anhuma,
bahwa Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya: Seorang wanita masuk
Neraka karena seekor kucing yang disekapnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak
membiarkannya makan serangga bumi. (HR. Bukhari)

Di dalam riwayat lain, Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda (yg artinya): Seorang
wanita disiksa karena seekor kucing yang dia kurung sampai mati. Dia masuk Neraka
karenanya. Dia tidak memberinya makan dan minum sewaktu menyekapnya. Dia tidak pula
membiarkannya makan serangga bumi. (HR. Bukhari)

3) Tidak boleh memperjual belikan binatang piaraan tsb Jika ia trmsuk binatang yg haram
dimakan spt kucing, anjing, babi, ular, kodok, dll.

Hal ini berdasarkan hadits shohih berikut ini:

. : :

Abu Az-Zubair, menuturkan: Saya pernah bertanya kepada sahabat Jabir tentang hasil
penjualan anjing dan kucing? Ia menjawab: Nabi shallallahu alaihi wasallam melarang hal
itu. (HR. Muslim).

Dan diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma, ia berkata: bahwa Nabi
shallallahu alaihi wasallam melarang jual beli anjing dan kucing. (HR. Abu Daud)

Dan diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhuma, ia berkata: bahwa Nabi
shallallahu alaihi wasallam melarang memakan kucing dan memakan hasil penjualannya.
(HR. Baihaqi).
Dan binatang apapun yg haram dikonsumsi dlm agama Islam maka haram pula hasil
penjualannya. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam, Sesungguhnya
apabila Allah telah mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, pasti Dia
mengharamkan pula atas mereka hasil penjualannya. (HR. Ahmad, Abu Dawud dan
diShohihkan oleh Ibnu Hibban).

Jadi kesimpulannya, jika syarat-syarat ini terpenuhi maka hukum memelihara binatang adalah
BOLEH. Akan tetapi yg perlu direnungkan pula oleh sbgian kita yg hobi memelihara
binatang piaraan yg harganya dan harga makanan n perawatannya sangat mahal agar lebih
peduli thdp keadaan kaum fakir n miskin dari kaum muslimin. Menginfakkan sebagian harta
kekayaan kpd mereka jauh lebih besar manfaat n pahalanya daripda kpd binatang.

Demikian kultum subuh untuk pagi ini, yang benar sesungguhnya datangnya dari Allah SWT,
dan jika ada kekeliruan semata-mata dari diri kami yang dhoif. Mari kita akhiri dengan doa
kafaratul majlis :

Anda mungkin juga menyukai