Anda di halaman 1dari 66

Ini 10 Keutamaan Istighfar

By Ari Cahya Pujianto Last updated Jun 24, 2017

Share

Kita sebagai manusia sudah pasti banyak sekali dilumuri oleh dosa dan
khilaf, Rasulullah mencontohkan kepada kita untuk bertaubat dan
beristighfar kepada kita setiap waktunya.

Sungguh dahsyat sebuah istighfar. Ia mampu mendatangkan banyak


keutamaan dan manfaat, di antaranya:

1. Diampuni dosanya. Seperti firman Allah dalam QS Al Muzzammil [73]:


20, “Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. Sebab, setiap dosa meninggalkan
noda hitam pada hati dan noda hitam itu bisa lenyap dengan istighfar.

2. Menjadi penyebab turunnya hujan yang menghilangkan kekeringan


dan menyebabkan kesuburan tanah.

3. Dilapangkan rezeki dan harta sehingga hidupnya makmur dan


sejahtera.

4. Diberi kemudahan mendapatkan anak dan keturunan.

Tiga keutamaan terakhir ditegaskan Allah dalam ayat di atas, “Niscaya


Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan
membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu
kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-
sungai.”

5. Ditambah kekuatannya. Firman Allah, “Dan (dia berkata): ‘Hai


kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-
Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia
akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu
berpaling dengan berbuat dosa,'” (QS Hud [11]: 52).

RELATED POSTS

Surat At-Taubah Tak Dimulai dengan Basmallah, Ini Penjelasannya

29 Des 2017

Ini Keutamaan Menjenguk Orang Sakit


4 Jul 2017

6. Dimudahkan segala urusannya. Sabda Rasulullah, “Barangsiapa


membiasakan diri untuk beristighfar, Allah akan memberikan jalan
keluar baginya dari setiap kesulitan, akan memberikan kebahagiaan dari
setiap kesusahan, dan akan memberi rezeki dari arah yang tidak
disangka-sangka,” (HR Abu Daud no. 1520 dan Ibnu Majah no. 3951,
dan di-dha’if-kan oleh Albani).

7. Diberi kenikmatan yang baik terus-menerus. Allah berfirman, “Dan


hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertobat
kepada-Nya. (jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus-menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada
tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Aku takut kamu akan ditimpa
siksa hari kiamat,” (QS Hud [11]: 3).

8. Menolak bala dan bencana. Firman-Nya, “Dan tidaklah (pula) Allah


akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun,” (QS Al Anfaal
[8]: 33).

9. Penyebab turunnya rahmat Allah. Allah berfirman, “Hendaklah kamu


meminta ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat,” (QS An
Naml [27]: 46).

10. Dihapus kejelekannya dan diangkat derajatnya. Allah berfirman,


“Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,
kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS An-Nisa’ [4]: 110).

Demikianlah korelasi antara istighfar dengan kemakmuran,


kesejahteraan, kemudahan dan kebahagiaan hidup. Ini merupakan
sunnatullah.

Munculnya beragam bencana, malapetaka, dan krisis multidimensi


adalah akibat lalai, dosa, dan menjauh dari Allah berikut ajaran-ajaran-
Nya, serta enggan beristighfar, Pantaslah jika istighfar kita posisikan
sebagai salah satu solusi dari semua permasalahan.

Para pembaca Islampos yang dirahmati oleh Allah Swt, mudah-


mudahan kita semua dapat beristiqomah untuk mengamalkan amalan
dzikir setiap hari nya sehingga dihapuskan dosa yang ada pada diri kita.
Aamiin Allahumma Aamiin.[]
AYAT HADIST DALIL ISTIGHFAR DAN KEUTAMAANNYA (KULTUM
KEEMPAT)

ISTIGHFAR

KULTUM MALAM KEEMPAT

ِ‫ َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َو‬.َ‫ث َرحْ َمةً لِ ْل َعالَ ِم ْين‬
ِ ْ‫صالَةُ َوال َّسالَ ُم َعلَى ْال َم ْبعُو‬
َّ ‫ َو ال‬.َ‫ اَ ْل َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬.‫َّحي ِْم‬
ِ ‫بس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن الر‬
َ‫َأصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْين‬.

Malam ini kita telah sampai kepada Kultum Ramadhan Keempat,


sekaligus pada malam keempat pula. Semoga Allah senantiasa
mengabulkan puasa dan amal ibadah lain kita semua. Sesungguhnya Dia
Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a.

Saudara-saudara! Rasulullah ‫ ﷺ‬berpesan kepada kita agar


memperbanyak melakukan dua hal yang membuat ِAllah menyenangi
kita, _utama sekali di dalam bulam suci Ramahan_, yaitu:

1. Memperbanyak Syahadat Tauhid

sebagaimana kami terangkan pada Kultum Ketiga tadi malam,


2. Memperbanyak istighfar

Pada Kultum Malam Keempat ini In syaa Allah bi 'awnillah kami


mengupas item kedua, yaitu anjuran memperbanyak istighfar.

Allah menciptakan umat manusia dengan dua unsur pokok, rohani dan
jasmani. Stabilitas jasmaniah banyak dipengaruhi oleh stabilitas
rohaniah.

Allah menciptakan dua gejolak yang berlawanan di dalam jiwa setiap


insan, yaitu motivator kebajikan, dan di satu pihak motivator kejelekan.
Karena motivator yang kedua inilah manusia dapat terjerumus
melakukan dosa-dosa, walaupun telah berusaha keras untuk
menjauhinya. Allah (Maha Tahu, bahwa para hamba-Nya akan
melakukan banyak dosa, karena itulah pintu taubat dan istighfar dibuka,
dengan penuh rahmat dan karunia dari pada-Nya. Allah Maha Sayang
kepada para hamba-Nya, sebagaimana ditegaskan Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam
hadits Qudsi, bahwa Allah (berfirman:

‫ب َج ِم ْيعًا فَا ْستَ ْغفِرُوْ نِ ْي أَ ْغفِرْ لَ ُك ْم‬ ُّ ‫ار َوأَنا َ أَ ْغفِ ُر‬
َ ْ‫الذنُو‬ ِ َ‫يَا ِعبَا ِديْ ! إِنَّ ُك ْم تُ ْخ ِطئُوْ نَ بِاللَّ ْي ِل َو النَّه‬

(‫) رواه مسلم في صحيحه‬


“Wahai para hamba-Ku! Sesungguhnya kalian berbuat salah di malam
dan siang hari. Dan Aku mengampuni dosa-dosa semuanya. Maka
mintalah ampun kepada-Ku, Aku akan mengampinimu._ (HR. Muslim
dalam Shahihnya).

Istighfar artinya permohonan ampunan. Maghfirah artinya


pengampunan, yaitu dihapuskan-Nya dosa dan dirahasiakan-Nya.
Begitulah kata Al Hafizh Ibnu Rajab Al Hanbali rahimahullah. Maka
seseorang yang mengucapkan Astaghfirullah - aku memohon
pengampunan kepada Allah, dia seperti yang mengucapkan kalimat
Allahummaghfir lii Wahai Allah! Ampunilah aku.

Walaupun Rasulullah ‫ ﷺ‬seorang makhluk yang telah diampuni dosa-


dosa yang lalu dan yang akan datang, beliau masih memperbanyak
Istighfar.

Mengapa beliau demikian?

Karena Istighfar salah satu dari antara ibadah-ibadah utama. Sebab


dengan banyak membaca Istighfar Allah semakin senang kepada
hamba-Nya. Sebagaimana kami terangkan pada hadits Salman dalam
Kultum Malam Ketiga.

Demikian pula di dalam riwayat-riwayat lain tentang keutamaan


memperbanyak Istighfar, seperti dalam hadits riwayat Bukhari dari Abu
Hurayrah ra pernah dia mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

)‫َوهللاِ إِنِّ ْي َألَ ْستَ ْغفِ ُر هللا َ َو أَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه فِ ْي ْاليَوْ ِم أَ ْكثَ َر ِم ْن َسب ِْع ْينَ َم َّرةً (رواه البخاري‬

“Demi Allah, sesungguhnya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali aku
beristighfar kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya”(HR Bukhari)

Ibnu Umar ra juga pernah berkata: Kami biasa menghitung bacaan


Rasulullah ‫ ﷺ‬dalam sekali pertemuan, beliau membaca seratus kali:

) ‫ك أَ ْنتَ التَّوَّابُ ال َّر ِح ْي ُم (رواه أبو داود والترمذي وقال حديث حسن صحيح‬ َّ َ‫َربِّ ا ْغفِرْ لِ ْي َوتُبْ َعل‬
َ َّ‫ي إِن‬

“Wahai Tuhanku! Ampunilah aku. Dan terimalah taubat untukku.


Sesungguhnya Engkau Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang”.

(HR. Abu Dawud dan Tirmidzi. Kata dia: Hadits Hasan Shahih).

Karena pentingnya Istighfar, di dalam Al Qur’an, ter-dapat di dalam


berbagai tempat dan sikon.

Antara lain:

1- Dalam bentuk perintah. Seperti:


) 199 :‫َوا ْستَ ْغفِرُوْ ا هللاَ إِ َّن هللاَ َغفُوْ ٌر َر ِح ْي ٌم ( البقرة‬

“Dan mohon ampunlah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha


Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS. Al Baqarah,2:199)

)3 :‫َوأَ ِن ا ْستَ ْغفِرُوْ ا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوْ بُوْ ا إِلَ ْي ِه (هود‬

“Dan hendaklah kamu mohon ampun kepada Tuhanmu, kemudian


bertaubatlah kepada-Nya (QS. Hud,11: 3)

2- Dalam bentuk pujian kepada ahli Istighfar, seperti:

ِ ‫َو ْال ُم ْستَ ْغفِ ِر ْينَ بِاْألَس َْح‬


)15 :‫ار (ال عمران‬

“Dan orang-orang yang membaca Istighfar di waktu-waktu sahur”

(QS. Ali Imran,3:15)

‫صرُّ وْ ا َعلَى َما فَ َعلُوْ ا َوهُ ْم‬ َ ْ‫ظلَ ُموْ ا أَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوْ ا هللاَ فَا ْستَ ْغفَرُوْ ا لِ ُذنُوْ بِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر ال ُّذنُو‬
ِ ُ‫ب إِالَّ هللاُ َولَ ْم ي‬ َ ْ‫َو الَّ ِذ ْينَ ِإ َذا فَ َعلُوْ ا فَا ِح َشةً أَو‬
)135 :‫يَ ْعلَ ُموْ نَ(ال عمران‬

“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka; dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain Allah?! Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu,
sedang mereka mengetahui”.

(QS. Ali Imran,3:135)

3-Dalam bentuk ungkapan, bahwa Allah mengampuni siapapun yang


beristighfar.

ْ َ‫َو َم ْن يَ ْع َملْ سُوْ ًءا أَوْ ي‬


)110 : ‫ظلِ ْم نَ ْف َسهُ ثُ َّم يَ ْستَ ْغفِ ِر هللاَ يَ ِج ِد هللاَ َغفُوْ رًا َر ِح ْي ًما ( النساء‬

“Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya


kemudian dia memohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

(QS. An Nisaa’,4:110)

4- Dalam bentuk ungkapan stimulasi kepada orang yang suka berbuat


maksiat agar mendapatkan ampunan dari Allah.

) 53 :‫َّح ْي ُم ( الزمر‬ َ ْ‫ إِ َّن هللاَ يَ ْغفِ ُر ال ُّذنُو‬.ِ‫ي الَّ ِذ ْينَ أَ ْس َرفُوْ ا َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم الَ تَ ْقنَطُوْ ا ِم ْن َرحْ َم ِة هللا‬
ِ ‫إِنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر الر‬. ‫ب َج ِم ْيعًا‬ َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬

“Katakanlah! Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri


mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Az
Zumar,39:53).

Allah mencintai hamba yang suka memohon ampun dan mengharap


rahmat-Nya. Sebab Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Abu
Hurayrah meriwayatkan hadits Shahih, Rasulullah bersabda:

‫َب هللاُ بِ ُك ْم َولَ َجا َء بِقَوْ ٍم ي ُْذنِبُوْ نَ فَيَ ْستَ ْغفِرُوْ نَ هللاَ تَ َعالَى فَيَ ْغفِ ُر لَهُ ْم‬
َ ‫َوالَّ ِذيْ نَ ْف ِس ْي بِيَ ِد ِه لَوْ لَ ْم تُ ْذنِبُوْ ا لَ َذه‬

(‫) رواه مسلم‬

"Demi Dzat yang jiwaku di tangan kekuasaan-Nya, andaikan kalian


belum pernah bebuat dosa, pasti Allah membiarkan kalian, lalu
mendatang-kan suatu kaum berbuat dosa, kemudian mereka
beristighfar lalu Dia mengampuni mereka. (HR. Muslim )

Hadits ini, sama sekali bukan berarti mendorong kita untuk berbuat
dosa, melainkan stimulasi agar senang beristighfar, dan menjelaskan
bahwa Allah senang dimintai ampun dan mencintai hamba yang
memohon ampun kepada-Nya.

Abu Hurayrah ra meriwayatkan hadits Shahih dari Rasulullah ‫ﷺ‬


bersabda:

ُ ْ‫ َغفَر‬. ‫ب َو يَأْ ُخ ُذ بِ ِه‬


‫ ثُ َّم‬. ْ‫ت لِ َع ْب ِدي‬ َ ‫ َعلِ َم َع ْب ِديْ أَ َّن لَهُ َربًّا يَ ْغفِ ُر ال َّذ ْن‬: ‫ قَا َل هللاُ تَ َعالَى‬. ‫ْت َذ ْنبًا فَا ْغفِرْ لِ ْي‬
ُ ‫ َربِّ أَ ْذنَب‬: ‫َب َذ ْنبًا فَقَا َل‬
َ ‫إِ َّن َع ْبدًا أَ ْذن‬
)‫َب َذ ْنبًا آ َخ َر فَ َذ َك َر ِم ْث َل األَو َِّل َم َّرتَي ِْن (رواه البخاري و مسلم‬ َ ‫ث َما َشا َء هللاُ ثُ َّم أَ ْذن‬
َ ‫َم َك‬
َ ‫ال ُكلَّ َما أَ ْذن‬
‫َب اِ ْستَ ْغفَ َر‬ ِ ‫ أَيْ َما دَا َم َعلَى هَ َذا ال َح‬. ‫ت لِ َع ْب ِديْ فَ ْليَ ْع َملْ َما َشا َء‬
ُ ْ‫ قَ ْد َغفَر‬: ‫ وفي رواية لمسلم قَا َل فِ ْي الثَّالِثَ ِة‬.

“Pernah seorang hamba melakukan suatu dosa, lalu berkata: Hai


Tuhanku! Aku telah berbuat dosa, maka ampunilah aku. Allah taala
menanggapinya: Hamba-Ku tahu, bahwa dia mempunyai Tuhan yang
meng-ampuni dosa dan menghukumnya. Aku telah meng-ampuni
hamba-Ku itu. Tidak lama dia melakukan dosa lain. Maka Allah
menanggapi yang kedua kalinya lagi seperti semula” (HR. Bukhari dan
Muslim)

Di dalam riwayat Muslim, pada yang ketiga kalinya Allah menaggapinya:


Aku telah mengampuni hamba-Ku. Maka lakukanlah semaunya. Artinya:
Selagi hamba itu bersikap seperti semula, setiap melakukan dosa dia
beristighfar.

Beberapa faedah membaca istighfar antara lain:

1-Diampuni dosa-dosa

2-Hati menjadi bersih dan bening

3-Istighfar membersihkan bekas-bekas kemaksiatan dalam jiwa dan


hati.

4- Hati tak ubahnya cermin. Setiap cermin kotor, dihapus mengkilat lagi.
Demikian pula hati.

5-Kemaksiatan meninggalkan noda hitam dan kotoran di dalam hati


setiap orang yang melakukannya. Setelah beristighfar, noda dan kotoran
itu hilang, lalu hati menjadi bening kembali seperti cermin mengkilat.

6-Bagi yang berulang kali melakukan kemaksiatan, maka noda hati


bertambah, sebanyak maksiat yang dilakukan. Bahkan sampai penuh
menutupi hati berwarna hitam. Begitulah Abu Hurayrah ra
meriwayatkan sabda Rasulullah ‫ ﷺ‬:

ْ‫ فَ َذلِكَ الرَّانُ الَّ ِذي‬, ُ‫ فَإ ِ ْن عَا َد ِز ْي َد فِ ْيهَا َحتَّى تَ ْعلُ َو قَ ْلبَه‬. ‫ت‬ ُ ‫ فَإ ِ ْن هُ َو نَ َز َع َوا ْستَ ْغفَ َر‬. ٌ‫َت فِ ْي قَ ْلبِ ِه نُ ْكتَة‬
ْ َ‫صقِل‬ ْ ‫إِ َّن ال َع ْب َد إِ َذا أَ ْخطَأ َ َخ ِط ْيئَةً نُ ِكت‬
َ‫َلى قُلُوْ بِ ِه ْم َما َكانُوْ ا يَ ْك ِسبُوْ ن‬
َ ‫ َكالَّ بَلْ َرانَ ع‬: ‫َذ َك َر هللاُ تَ َعالَى‬

(‫)رواه الترمذي وقال حديث حسن صحيح و النسائي وابن ماجة وابن حبان و الحاكم‬

“Apabila seorang hamba melakukan suatu kesalahan, maka ternodalah


hatinya dengan setitik noda hitam. Setelah lepas dan beristighfar, baru
hatinya bersih dan bening kembali. Jika mengulang, bertambahlah
noda-noda itu sampai menutup hatinya. Itulah yang disebutkan "Ar
Raan" oleh Allah di dalam Al Quran: Sekali-kali tidak demikian.
Sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.

(HR. Tirmidzi, Nasaai, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Kata
Tirmidzi: Hadits Hasan Shahih.).

7- Harta dibuat-Nya subur dan barokah

8- Rizkinya dipermurah

9- Anak cucunya pun dibuat-Nya murah.

Allah menyatakannya melalui Nabi Nuh ‫ ﷺ‬:


)10 :‫ال َوبَنِ ْينَ َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم أَ ْنهَارًا (نوح‬
ٍ ‫ َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بِأ َ ْم َو‬. ‫ يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا‬. ‫ت ا ْستَ ْغفِرُوْ ا َربَّ ُك ْم ِإنَّهُ َكانَ َغفَّارًا‬
ُ ‫فَقُ ْل‬
“Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun kepada
Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Niscaya Dia
akan mengirimkan hujan kepadamu yang lebat. Dan memperbanyak
harta-harta dan anak-anak kamu, dan menjadikan untukmu kebun-
kebun dan menjadikan pula untukmu di dalamnya sungai-sungai”. (QS.
Nuh,7:10)

)52 :‫َو يَا قَوْ ِم ا ْستَ ْغفِرُوْ ا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوْ بُوْ ا إِلَ ْي ِه يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا َويَ ِز ْد ُك ْم قُ َّوةً إِلَى قُ َّوتِ ُك ْم َوالَ تَت ََولَّوْ ا ُمجْ ِر ِم ْينَ ( هود‬

“Dan (Hud berkata): Hai kaumku! Mohonlah ampun kepada Tuhanmu,


lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang lebat
kepadamu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu,
dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa”.(QS. Hud,11:52)

Ibnu Rajab Al Hanbali ‫ رحمه هللا‬berkata: Istighfar seutuhnya yang dapat


membuahi pengampunan Allah adalah istighfar yang disertai dengan
ketekadan hati untuk tidak mengulang kembali perbuatan dosa, seperti
yang dijanjikan Allah dan dipuji di dalam firman-Nya:

َ‫ات تَجْ ِريْ ِم ْن تَحْ تِهَا ْاألَ ْنهَا ُر خَ الِ ِد ْينَ فِ ْيهَا َونِ ْع َم أَجْ ُر ْال َعا ِملِ ْين‬ َ ِ‫أُولَئ‬
ٌ َّ‫ك َج َزا ُؤهُ ْم َم ْغفِ َرةٌ ِم ْن َربِّ ِه ْم َو َجن‬

(136 :‫)أل عمران‬

“Mereka itu balasannya, yaitu ampunan dari Tuhan mereka dan surga
yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di
dalamnya. Dan inilah sebaik-baik pahala orang yang beramal”. (QS. Ali
Imran,2:136)

Menurut Ibnu Rajab: Yang paling utama membaca Istighfar, hendaklah


dimulai dengan pujian kepada Allah, lalu mengakui dosa yang telah dia
lakukan. Setelah itu baru memohon ampun kepada Allah. Demikian itu,
diterangkan dalam hadits Syaddad bin Aws ra dari Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda:

‫ْت أَ ُعوْ ُذ بِكَ ِم ْن‬ ُ ‫ك َماا ْستَطَع‬ َ ‫ك َو َو ْع ِد‬ َ ‫ اَللَّهُ َّم أَ ْنتَ َرب ِّْي الَإِلَهَ إِالَّ أَ ْنتَ َخلَ ْقتَنِ ْي َو أَنَا َع ْب ُدكَ َو أَنَا َعلَى َع ْه ِد‬: ‫ارأَ ْن يَقُوْ َل ْال َع ْب ُد‬
ِ َ‫اال ْستِ ْغف‬
ِ ‫َسيِّ ُد‬
َ‫ب إِالَّ أَ ْنت‬
َ ْ‫ي َو أَبُوْ ُء بِ َذ ْنبِ ْي فَا ْغفِرْ لِ ْي فَإِنَّهُ الَيَ ْغفِ ُر ال ُّذنُو‬
َّ َ‫ك َعل‬ َ َ‫ْت أَبُوْ ُء ل‬
َ ِ‫ك بِنِ ْع َمت‬ ُ ‫صنَع‬
َ ‫َشرِّ َما‬

(‫)أخرجه البخاري‬

“Penghulu Istighfar yaitu hamba Allah hendaknya mengucapkan:


_Allaahumma Anta Robbii laa ilaaha illaa Anta khalaq-Ta-nii wa ana
‘abdu-Ka wa ana ‘alaa ‘ahdi-Ka wa wa'di-Ka mastatha'tu, a'uudzu bi-Ka
min syarri maa shana'tu abuu-u la-Ka bi ni'mati-Ka a'layya wa abuu-u bi
dzanbii faghfir lii fa innahuu laa yaghfirudz dzunuuba illaa Anta_ - Wahai
Allah, Engkaulah Tuhanku. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau telah
menciptakanku, dan akulah hamba-Mu. Aku penuhi janjiku terhadap
Engkau dan janji-Mu terhadapku sesuai kemampuanku. Aku berlindung
kepada-Mu dari jahatnya perbuatanku. Aku mengaku kepada-Mu akan
nimat yang telah Engkau berikan kepadaku. Dan aku mengakui dosaku.
Karena itu ampunilah aku. Sesungguhnya tak ada yang meng-ampuni
dosa-dosa selain Engkau”.

(HR. Bukhari)
Hai para hamba Allah, perbanyaklah membaca Istighfar dalam bulan
suci penuh berkah ini. Sebab Istighfar membuat Allah senang. Dosa-
dosa diampuni. Rizki ditambah. Anak cucu diberkati dan hati bersih dari
kotoran. Abdullah bin Busr ra pernah mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:

)‫ص ِح ْيفَتِ ِه ا ْستِ ْغفَا ٌر َكثِ ْي ٌر(رواه ابن ماجة بإسناد صحيح‬ َ ْ‫طُو‬
َ ‫بى لِ َم ْن ُو ِج َد فِ ْي‬

“Berbahagialah orang yang di lembaran amalnya terdapat banyak


Istighfar" (HR. Ibnu Majah dengan Isnad Shahih)

َ‫ك َعلَى خَ ات َِم أَ ْنبِيَائِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َسيِّدنَِا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ َو ْال َح ْم ُد ِهللِ َربِّ ْال َعالَ ِم ْين‬ َ َ‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوب‬
َ ‫ار‬ َ ‫َو‬

7 Keutamaan Istighfar Dalam Al Quran dan Hadist Hafizi Azmi Januari


18, 2018

Keutamaan istighfar. Istighfar dalam bahasa Arab ( ‫إستغفار‬, Istiġfār) atau


Astaghfirullah (‫ أستغفر هللا‬ʾastaġfiru l-lāh) adalah tindakan monhon maaf
atau meminta keampunan kepada Allah yang dilakukan oleh umat
Islam. Istighfar merupakan perbuatan yang dianjurkan dan penting di
dalam ajaran Islam. Perlu Anda ketahui bahwa keutamaan istighfar atau
kalimat astaghfirullah ini sangatlah besar.
Sobat Hafizi Azmi, Kebiasaan seorang muslim menyebut istighfar ini
beberapa kali, tidak hanya ketika mohon ampun dari Allah sebagai doa,
malah juga saat dia sedang berbicara dengan orang lain. Bahkan setelah
salat, seorang Muslim dianjurkan mengucapkan istigfar ini sebanyak tiga
kali. Lantas apa keutamaan istigfar atau astaghfirullah ini?

Keutamaan istighfar

Manusia diciptakan penuh dengan kekurangan, diantara kekurangan


manusia adalah selalu berbuat dosa. Akan tetapi Allah yang maha
penyayang dan maha bijaksana mensyariatkan suatu ibadah yang bisa
menutupi kekurangan tersebut. Ibadah itu adalah istighfar atau ucapan
‘Astagfirullah’ yang artinya “aku memohon ampun kepada Allah” Di
antara keutamaan keutamaan istighfar adalah sebagai berikut.

Keutamaan Istighfar Yang Ada di Dalam Al Quran

Berikut beberapa keutamaan keutamaan yang saya rangkum


berdasarkan sumber yang terpercaya yaitu Al Quran dan hadist.

1. Mendapat kebaikan di dunia


Keutamaan istighfar yang pertama adalah mendapatkan kebaikan
dunia. Tidak disangka sangka bahwa dengan mengucapkan kalimat
astaghfirullah dengan niat yang tulus dan ihklas. Kita akan mendapatkan
ganjaran berupa kebaikan di dunia. Seperti yang sudah dijanjikan Allah
kepada hambnya dalam Al Quran

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

‫ت ُك َّل ِذي فَضْ ٍل فَضْ لَهُ ۖ َوإِ ْن تَ َولَّوْ ا فَإِنِّي أَخَ افُ َعلَ ْي ُك ْم‬
ِ ‫َوأَ ِن ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوبُوا إِلَ ْي ِه يُ َمتِّ ْع ُك ْم َمتَاعًا َح َسنًا إِلَ ٰى أَ َج ٍل ُم َس ّمًى َوي ُْؤ‬
ٍ ِ‫اب يَوْ ٍم َكب‬
‫ير‬ َ ‫َع َذ‬

“Dan minta ampunlah kalian kepada Robb kalian, dan bertaubatlah.


Niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang baik kepadamu sampai
kepada waktu yang sudah ditentukan, dan Dia akan memberikan
kepada hambanya yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut
kamu akan ditimpa siksa hari kiamat.”(Al Quran Surat Hud ayat 3)

2. Sebab turunya hujan pembawa berkah.

Sesuai dengan isi kandungan surat Qaaf ayat 9 yang menyatakan bahwa
hujan merupakan berkah yang diurunkan Allah. Seorang muslim yang
senantiasa mengucap Istighfar akan diberikan keberkahan berupa
hujan. (bukan hujan pembawa musibah).
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman :

َ‫َويَا قَوْ ِم ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوبُوا إِلَ ْي ِه يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا َويَ ِز ْد ُك ْم قُ َّوةً إِلَ ٰى قُ َّوتِ ُك ْم َواَل تَت ََولَّوْ ا ُمجْ ِر ِمين‬

“Dan (dia berkata) : ‘Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu.


Lalu bertaubat lah kepada-Nya, niscaya Dia akan menurunkan hujan
yang deras untukmu.” (Al Quran Surat Hud ayat 52)

3. Terkabulnya doa.

Berdoa merupakan kegiatan seorang muslim untuk memohon sesuatu


kepada sang pencipta. Tentu bagi Anda seorang muslim menginginkan
doanya terkabul. Salah satu keutamaan istighfar yaitu sebab
terkabulnya doa. Maka dari itu rajinlah melafalkan astaghfirullah.

Dalam Al Quran Allah berfirman :

ٰ
ِ ْ‫ال يَا قَوْ ِم ا ْعبُدُوا هَّللا َ َما لَ ُك ْم ِم ْن إِلَ ٍه َغ ْي ُرهُ ۖ هُ َو أَ ْن َشأ َ ُك ْم ِمنَ اأْل َر‬
‫ض َوا ْستَ ْع َم َر ُك ْم فِيهَا فَا ْستَ ْغفِرُوهُ ثُ َّم تُوبُوا‬ َ ‫َوإِلَ ٰى ثَ ُمو َد أَ َخاهُ ْم‬
َ َ‫صالِحًا ۚ ق‬
ٌ‫إِلَ ْي ِه ۚ إِ َّن َربِّي قَ ِريبٌ ُم ِجيب‬
“Shaleh berkata : ‘Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada
bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah dan
menjadikan kamu pemakmurnya. Karena itu mohonlah ampunan-Nya,
kemudian bertaubatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat
dekat rahmat-Nya, dan maha mengabulkan doa-doa hamba-Nya.” (Al
Quran Surat Huud ayat 61)

4. Melimpahnya rezeki.

Keutamaan istighfar selanjutnya yaitu melimpahnya rezeki. Di zaman


sekarang ini tentu uang sangatlah berarti. Namun Anda jangan terlalu
mengandalkan uang, karena uang bisa menjebak Anda. Salah satu ujian
seorang muslim yaitu kekayaan. Bisa jadi karena kekayaan tersebut
seorang muslim jadi buta karena harta. Memohonlah kepada Allah agar
diiberikan rezeki yang berkah. Salah satunya dengan mengucap istighfar.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

ٍ ‫ت ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكانَ َغفَّارًا * يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا * َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بِأ َ ْم َو‬
‫ال‬ ُ ‫ت لَهُ ْم إِ ْس َرارًا * فَقُ ْل‬
ُ ْ‫ت لَهُ ْم َوأَس َْرر‬
ُ ‫ثُ َّم إِنِّي أَ ْعلَ ْن‬
‫ت َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم أَ ْنهَارًا‬ ٍ ‫َوبَنِينَ َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم َجنَّا‬

“Maka aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada


Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun, niscaya Dia
akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat dan memperbanyak
harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan
mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Al Quran
Surat Nuh ayat 9-12)

5. Istighfar mencegah seseorang dari hukuman atau azab atas dosa yang
pernah ia lakukan.

Seperti yang sudah saya sebutkan pada pembuka artikel ini. Bahwa
manusia tidak luput dari kesalahan dan dosa. Akan tetapi Allah maha
pengampun segala dosa. Jika dosa kecil sebaiknya ucapkan istighfar
sebanyak 3x atau 11x dengan niat tulus untuk menyesali perbuatanya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

َ‫َو َما َكانَ هَّللا ُ لِيُ َع ِّذبَهُ ْم َوأَ ْنتَ فِي ِه ْم ۚ َو َما َكانَ هَّللا ُ ُم َع ِّذبَهُ ْم َوهُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون‬

“Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sementara engkau


(Muhammad) masih berada di antara mereka. Dan Allah juga tidak akan
mengazab mereka selama mereka beristighfar.” (Al Quran Surat Al-Anfal
ayat 33)

6. Istighfar mampu melapangkan yang sempit dan menghilangkan


kesusahan.

Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya :

“Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, Allah akan melapangkan


kesusahannya, mengeluarkannya dari kesempitan dan memberinya rizki
dari jalan yang tidak disangka-sangka.” (Hadis Riwayat Muslim)

7. Memperbanyak istighfar adalah sebab kebahagiaan di akhirat.

Keutamaan istighfar yang terakhir adalah mendapatkan kebahagiaan di


akhirat. Rasulullah sangat menganjurkan kita untuk memperbanyak
istighfar dengan niat ikhlas. Sesuai dengan hadist nabi berikut ini

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda yang artinya :

“Keberuntungan bagi seseorang yang mendapati istighfar yang banyak


ada dalam catatan amalnya” (Hadis Riwayat Ibnu Majah)

Nabi juga bersabda yang artinya :


Barangsiapa yang ingin gembira ketika menerima catatan amalnya,
Hendaklah ia memperbanyak istighfar (Hadis Riwayat At-Thabrani)

Demikian artikel tentang keutamaan istighfar dalam Al Quran dan hadist


yang bisa saya rangkum. Semoga bermanfaat untuk Anda dan
menambah pengetahuan. Sampai jumpa lagi di artikel selanjutnya

Perintah Memperbanyak Istighfar

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc June 21, 2013 Amalan 1 Comment


16,941 Views

Hadist Tentang Istighfar Istighfar 70 Kali Sesudah Shalat Ashar Istighfar


Rumaysho Keutamaan Istighfar Perintah Istighfar

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mencontohkan pada umatnya


untuk memperbanyak istighfar (bacaan: astaghfirullah). Karena manusia
tidaklah luput dari kesalahan dan dosa, sehingga istighfar dan taubat
mesti dijaga setiap saat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia mendengar Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,

ً‫َوهَّللا ِ إِنِّى ألَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ َوأَتُوبُ ِإلَ ْي ِه فِى ْاليَوْ ِم أَ ْكثَ َر ِم ْن َسب ِْعينَ َم َّرة‬

“Demi Allah, aku sungguh beristighfar pada Allah dan bertaubat pada-
Nya dalam sehari lebih dari 70 kali.” (HR. Bukhari no. 6307).

Dari Al Aghorr Al Muzanni, yang merupakan sahabat Nabi, bahwa Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫إِنَّهُ لَيُغَانُ َعلَى قَ ْلبِى َوإِنِّى ألَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ فِى ْاليَوْ ِم ِمائَةَ َم َّر ٍة‬

“Ketika hatiku malas, aku beristighfar pada Allah dalam sehari sebanyak
seratus kali.” (HR. Muslim no. 2702).

Al Qodhi ‘Iyadh mengatakan bahwa makna hadits di atas, yaitu ketika


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam keadaan malas beliau
membacanya seperti itu. Artinya, beliau rutin terus mengamalkan dzikir
istighfar setiap harinya. Lihat Syarh Shahih Muslim karya Imam Nawawi,
17: 22.

Beberapa faedah dari hadits di atas:


Hadits di atas memotivasi supaya memperbanyak taubat dan istighfar.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah makhluk terbaik di sisi


Allah dan dosanya yang telah lalu dan akan datang telah diampuni,
namun beliau masih beristighfar sebanyak 70 kali dalam rangka
pengajaran kepada umatnya dan supaya meninggikan derajat beliau di
sisi Allah.

Terus memperbanyak taubat dan istighfar akan menghapuskan dosa


dan kesalahan yang bisa jadi dilakukan tanpa sengaja.

Bilangan istighfar dalam yang disebutkan dalam kedua hadits di atas


tidak menunjukkan angka tersebut sebagai batasan dalam istighfar,
namun yang dimaksud adalah banyaknya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam beristighfar.

Semoga Allah mengampuni setiap kesalahan dan dosa kita dengan


istighfar dan taubat yang terus kita rutinkan. Baca pula artikel: 10
Pelebur Dosa.

Referensi:

Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan


Dar Ibnul Jauzi, cetakan pertama, tahun 1433 H.
Nuzhatul Muttaqin Syarh Riyadhish Sholihin, Dr. Musthofa Al Bugho, dll,
terbitan Muassasah Ar Risalah, cetakan pertama, tahun 1432 H, hal. 20.

@ Pesantren Darush Sholihin, Warak, Girisekar, Panggang, Gunungkidul,


Jum’at pagi, 12 Sya’ban 1434 H

www.rumaysho.com

Sumber : https://rumaysho.com/3437-perintah-memperbanyak-
istighfar.html

Membuka Pintu Rizki dengan Istighfar

Abdullah Zaen, Lc., MA. 17 December 2011 1 Comment


Share on Facebook

Share on Twitter

Membuka Pintu Rizki dengan Istighfar

Segala puji bagi Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah pada
Rasulullah.

“AJIMAT ROJO BRONO: Suatu ritual khusus yang apabila Anda


menjalankan dengan benar, insyaAllah dalam waktu 3 hari Anda akan
segera mendapat rizqi, untuk menambah modal atau melunasi hutang
tanpa tumbal. Mahar kesepakatan”.

“GOMBAL GENDERUWO: Usaha seret, atau sering tertipu, banyak


saingan, untuk apa bingung. Dengan ajimat Gombal Gendruwo bisnis
akan kembali lancar, disegani dan dapat menetralkan kekuatan jahat
yang ingin merusak. Mahar kesepakatan”.

Demikian tawaran pelancar rizki dalam sebuah iklan yang dipasang


salah satu ‘Gus’ yang memimpin sebuah “Padepokan Ilmu Hikmah dan
Seni Pernafasan Tenaga Dalam” di kota Malang.[1]

“Sarana spiritual kerezekian yang ada di majelis kami biasa dinamakan


Bukhur Qomar. Untuk mendapatkan dayanya: tanamlah Bukhur Qomar
di tempat usaha, lalu baca Sholawat Nariyah 11 x bakda subuh, untuk
lafal Kamilatan dibaca 41 x. InsyaAllah dalam waktu tidak lama anda
akan berhasil”.

Demikan jawaban seorang ‘Gus’ pemimpin sebuah “Majlis Taklim wa


Dzikr” di Semarang, tatkala ditanya dalam sebuah rubrik “Konsultasi
Gaib” tentang piranti pembuka rizki.[2]

Dua contoh di atas merupakan segelintir dari puluhan bahkan mungkin


ratusan tawaran pembuka pintu rizki yang ada di media massa. Belum
jika kita mau mencermati tawaran-tawaran pelancar lainnya yang ada di
media elektronik dan dunia maya.

Yang jadi pertanyaan:

Bisakah para pelaku penawaran di atas mendatangkan dalil dari al-


Qur’an dan hadits -yang merupakan pedoman hidup umat Islam-
sebagai landasan dari amaliah atau ajian yang mereka obral? Ataukah
Islam tidak menyentuh permasalahan rizki serta melewatkan hal
penting tersebut dari sorotannya?

Seorang muslim yang cerdas, tentunya akan memilah dan memilih apa
yang ia baca, melihat dan mendengar, serta memfilter hal-hal yang tidak
memiliki landasan syar’i dari yang mempunyainya. Dia sadar betul
bahwa hidupnya di dunia hanyalah sekali, sehingga tidak akan
sembarangan tatkala menempuh suatu langkah atau mengambil suatu
keputusan. Apalagi jika hal itu berkaitan dengan nasibnya di akhirat
kelak.

Dorongan mencari rizki kerap menyebabkan banyak orang terpental dari


jalan yang lurus. Padahal Islam, sebagai agama sempurna yang
mengatur seluruh dimensi kehidupan seorang hamba, telah
memberikan solusi yang begitu jelas dalam usaha memperlancar rizki.

Di antara tuntunan yang ditawarkan untuk menggapai tujuan tersebut:


memperbanyak istighfar. Dalil tuntunan tersebut firman Allah ta’ala,

“ً‫ت َويَجْ َعل لَّ ُك ْم أَ ْنهَارا‬


ٍ ‫ َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بِأ َ ْم َوا ٍل َوبَنِينَ َويَجْ َعل لَّ ُك ْم َجنَّا‬. ً‫ يُرْ ِس ِل ال َّس َماء َعلَ ْي ُكم ِّم ْد َرارا‬. ً‫ت ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكانَ َغفَّارا‬
ُ ‫” فَقُ ْل‬

Artinya: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah


kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan
menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan
memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-
kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)

Ayat di atas menjelaskan dengan gamblang bahwa di antara buah


istighfar: turunnya hujan, lancarnya rizki, banyaknya keturunan,
suburnya kebun serta mengalirnya sungai.
Karenanya, dikisahkan dalam Tafsir al-Qurthubi, bahwa suatu hari ada
orang yang mengadu kepada al-Hasan al-Bashri tentang lamanya
paceklik, maka beliaupun berkata, “Beristighfarlah kepada Allah”.
Kemudian datang lagi orang yang mengadu tentang kemiskinan,
beliaupun memberi solusi, “Beristighfarlah kepada Allah”. Terakhir ada
yang meminta agar didoakan punya anak, al-Hasan menimpali,
“Beristighfarlah kepada Allah”.

Ar-Rabi’ bin Shabih yang kebetulan hadir di situ bertanya, “Kenapa


engkau menyuruh mereka semua untuk beristighfar?”.

Maka al-Hasan al-Bashri pun menjawab, “Aku tidak mengatakan hal itu
dari diriku sendiri. Namun sungguh Allah telah berfirman dalam surat
Nuh: “Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada
Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan
menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan
memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-
kebun dan sungai-sungai untukmu”.

Adapun dalil dari Sunnah Rasul shallallahu’alaihiwasallam yang


menunjukkan bahwa memperbanyak istighfar merupakan salah satu
kunci rizki, suatu hadits yang berbunyi:

“ُ‫اَل يَحْ تَ ِسب‬ ُ ‫ َو َر َزقَهُ ِم ْن َحي‬،‫ق َم ْخ َرجًا‬


‫ْث‬ ٍ ‫ضي‬ ِ َ‫” َم ْن أَ ْكثَ َر ِم ْن ااِل ْستِ ْغف‬
ِ ‫ َو ِم ْن ُك ِّل‬،‫ار؛ َج َع َل هَّللا ُ لَهُ ِم ْن ُك ِّل هَ ٍّم فَ َرجًا‬
“Barang siapa memperbanyak istighfar; niscaya Allah memberikan jalan
keluar bagi setiap kesedihannya, kelapangan untuk setiap
kesempitannya dan rizki dari arah yang tidak disangka-sangka” (HR.
Ahmad dari Ibnu Abbas dan sanadnya dinilai sahih oleh al-Hakim serta
Ahmad Syakir).

Maka silahkan perbanyaklah istighfar, serta tunggulah buahnya… Jika


buahnya belum terlihat juga, perbanyaklah terus istighfar dan jangan
pernah berputus asa! Di dalam setiap kesempatan, kapan dan di
manapun memungkinkan; di waktu-waktu kosong saat berada di kantor,
ketika menunggu dagangan di toko, saat menunggu burung di sawah
dan lain sebagainya..

Catatan penting:

1. Pilihlah redaksi istighfar yang ada tuntunannya dalam al-Qur’an


ataupun hadits Nabi shallallahu’alaihiwasallam dan hindarilah redaksi-
redaksi yang tidak ada tuntunannya. Di antara redaksi istighfar yang ada
haditsnya:

َ ‫أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا‬

Astaghfirullâh. HR. Muslim. [3]


‫ي ْالقَيُّو َم َوأَتُوبُ إِلَيْه‬
َّ ‫أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ ْال َع ِظي َم الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل ه َُو ْال َح‬

Astaghfirullôhal ‘azhîm alladzî lâ ilâha illâ huwal hayyul qoyyûm wa


atûbu ilaih.

HR. Tirmidzi dan dinilai sahih oleh al-Albani.[4]

َ‫ْت أَبُو ُء لَكَ بِنِ ْع َمتِك‬


ُ ‫صنَع‬ َ ‫ك ِم ْن َشرِّ َما‬ َ ِ‫ْت أَعُو ُذ ب‬ ُ ‫ك َما ا ْستَطَع‬ َ ‫اللَّهُ َّم أَ ْنتَ َربِّي اَل إِلَهَ إِاَّل أَ ْنتَ خَ لَ ْقتَنِي َوأَنَا َع ْب ُدكَ َوأَنَا َعلَى َع ْه ِد‬
َ ‫ك َو َو ْع ِد‬
‫وب إِاَّل أَ ْنت‬ َ َ‫ي َوأَبُو ُء ل‬
َ ُ‫ك بِ َذ ْنبِي فَا ْغفِرْ لِي فَإِنَّهُ اَل يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬ َّ َ‫َعل‬

“Allôhumma anta robbî lâ ilâha illa anta kholaqtanî wa anâ ‘abduka wa


anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’ûdzubika min syarri mâ
shona’tu, abû’u laka bini’matika ‘alayya, wa abû’u bi dzanbî, faghfirlî fa
innahu lâ yaghfirudz dzunûba illa anta”. HR. Bukhari.[5]

Redaksi terakhir ini kata Nabi shallallahu’alaihiwasallam merupakan


sayyidul istighfar atau redaksi istighfar yang paling istimewa. Menurut
beliau, fadhilahnya: barangsiapa mengucapkannya di siang hari dengan
penuh keyakinan, lalu meninggal di sore harinya maka ia akan
dimasukkan ke surga. Begitu pula jika diucapkan di malam hari dengan
meyakini maknanya, lalu ia meninggal di pagi harinya maka ia akan
dimasukkan ke surga.
2. Tidak ada hadits yang menentukan jumlah khusus tatkala
mengucapkan istighfar, semisal sekian ratus, ribu atau puluh ribu. Yang
ada: perbanyaklah istighfar di mana dan kapanpun kita berada, jika
memungkinkan, tanpa dibatasi dengan jumlah sekian dan sekian,
kecuali jika memang ada tuntunan jumlahnya dari sosok sang maksum
shallallahu’alaihiwasallam.

3. Hendaklah tatkala beristighfar kita menghayati maknanya sambil


berusaha memenuhi konsekwensinya berupa menghindarkan diri dari
berbagai macam bentuk perbuatan maksiat. Hal itu pernah diisyaratkan
oleh al-Hasan al-Bashri tatkala berkata, sebagaimana dinukil al-
Qurthubi dalam Tafsirnya,

“‫”استغفارنا يحتاج إلى استغفار‬

“Istighfar kami membutuhkan untuk diistighfari kembali”.

Semoga Allah senantiasa melancarkan rizki kita dan menjadikannya


berbarokah serta bermanfaat dunia akherat, amien.

Wallahu ta’ala a’lam. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa


‘ala alihi wa shahbihi ajma’in.
@ Kedungwuluh Purbalingga, 5 Rabi’uts Tsani 1431 H / 21 Maret 2010
M

Catatan Kaki

[1] Lihat: Tabloid Posmo edisi 566, 24 Maret 2010 (hal. 04).

[2] Periksa: Ibid (hal. 14).

[3] Redaksi lengkap haditsnya:

‫ال اللَّهُ َّم أَ ْنتَ ال َّساَل ُم َو ِم ْنكَ ال َّساَل ُم‬ َ َ‫صاَل تِ ِه ا ْستَ ْغفَ َر ثَاَل ثًا َوق‬
َ ‫ص َرفَ ِم ْن‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم إِ َذا ا ْن‬
َ ِ ‫ “ َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬:‫ع َْن ثَوْ بَانَ قَا َل‬
َ ‫ت لِأْل َوْ َزا ِع ِّي َك ْيفَ ااْل ْستِ ْغفَا ُر قَا َل تَقُو ُل أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا‬
ُ ‫ قَا َل ْال َولِي ُد فَقُ ْل‬.” ‫ تَبَا َر ْكتَ َذا ْال َجاَل ِل َواإْل ِ ْك َر ِام‬.

Tsauban bercerita, “Jika Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam selesai


shalat beliau beristighfar tiga kali, lalu membaca “Allahumma antas
salam wa minkas salam tabarokta ya dzal jalali wal ikrom”. Al-Walid
(salah satu perawi hadits) bertanya kepada al-Auza’i, “Bagaimanakah
(redaksi) istighfar beliau?”. “Astaghfirullah, astaghfirullah” jawab al-
Auza’i.
[4] Redaksi lengkap haditsnya adalah:

ِ ْ‫َوإِ ْن َكانَ فَ َّر ِم ْن ال َّزح‬


“‫ف‬ ُ‫ي ْالقَيُّو َم َوأَتُوبُ إِلَ ْي ِه ُغفِ َر لَه‬
َّ ‫ال أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ ْال َع ِظي َم الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َح‬
َ َ‫” َم ْن ق‬

“Barangsiapa mengucapkan “Astaghfirullahal azhim alladzi la ilaha illah


huwal hayyul qoyyum wa atubu ilaih” niscaya akan diampuni walaupun
lari dari medan perang”.

[5] Redaksi lengkap haditsnya sebagai berikut:

‫ “ اللَّهُ َّم أَ ْنتَ َربِّي اَل إِلَهَ إِاَّل أَ ْنتَ َخلَ ْقتَنِي َوأَنَا َع ْب ُدكَ َوأَنَا َعلَى‬:‫ار‬
ِ َ‫ “ َسيِّ ُد ااِل ْستِ ْغف‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬
َ ‫س ع َْن النَّبِ ِّي‬ ٍ ْ‫ع َْن َش َّدا ِد ْب ِن أَو‬
‫وب إِاَّل أَ ْنتَ أَعُو ُذ بِكَ ِم ْن َشرِّ َما‬َ ُ‫ك بِ َذ ْنبِي فَا ْغفِرْ لِي فَإِنَّهُ اَل يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬ َ َ‫ي َوأَبُو ُء ل‬
َّ َ‫ك بِنِ ْع َمتِكَ َعل‬ َ َ‫ْت أَبُو ُء ل‬ُ ‫ك َما ا ْستَطَع‬ َ ‫َع ْه ِدكَ َو َو ْع ِد‬
ُ‫ َوإِ َذا قَا َل ِحينَ يُصْ بِ ُح فَ َماتَ ِم ْن يَوْ ِم ِه ِم ْثلَه‬,‫َخَل ْال َجنَّةَ أَوْ َكانَ ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة‬
َ ‫ْت” إِ َذا قَا َل ِحينَ يُ ْم ِسي فَ َماتَ د‬ ُ ‫صنَع‬ َ ”.

Dari Syaddad bin Aus, bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam


bersabda, “Istighfar yang paling istimewa adalah: “Allôhumma anta
robbî lâ ilâha illâ anta kholaqtanî wa anâ ‘abduka wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa
wa’dika mastatho’tu, abû’u laka bini’matika ‘alayya wa abû’u laka
bidzanbî, faghfirlî fa innahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ anta, a’ûdzubika
min syarri mâ shona’tu” (Ya Allah, Engkaulah Rabbku itdak ada yang
berhak disembang melainkan diriMu. Engkau telah menciptakanku. Aku
adalah hamba-Mu dan aku akan setia di atas perjanjianku dengan-Mu
semampuku. Aku mengakui nikmat-Mu untukku dan aku mengkaui
dosaku. Maka ampunilah diriku, sesungguhnya tidak ada yang
mengampuni dosa melainkan diri-Mu. Aku memohon perlindungan
dari-Mu dari keburukan perbuatanku). Andaikan seorang hamba
mengucapkannya di sore hari kemudian ia mati maka akan masuk surga
atau akan termasuk penghuni surga. Dan jika ia mengucapkannya di
pagi hari lalu meninggal maka ia akan mendapatkan ganjaran serupa”.

Penulis: Ustadz Abdullah Zaen, Lc, MA

Artikel www.tunasilmu.com, dipublish ulang oleh www.muslim.or.id

Dahsyatnya Istighfar

cizkah Oktober 27, 2015 Bersih Hati

Print Friendly, PDF & Email

Khutbah Pertama:

‫ َو َم ْن‬،ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم‬،‫ت أَ ْع َمالِنَا‬


ِ ‫ َونَعُوْ ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشرُوْ ِر أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيِّئَا‬،‫إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ؛ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْست َِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ؛‬،ُ‫ك لَه‬ َ ‫ َوأَ ْشهَ ُد أَاَّل إِلَهَ ِإاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِر ْي‬،ُ‫ي لَه‬ َ ‫يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد‬
‫ أَجْ َم ِع ْينَ َو َسلَّ َم تَ ْسلِيْما ً َكثِ ْيرًا‬.
ِ‫أَ َّما بَ ْع ُد أَيُّهَا ال ُم ْؤ ِمنُوْ نَ ِعبَا َد هللا‬:

ِ‫ان هللا‬ ِ ‫ق تَ ْق َواهُ فِي ال ِّس ِّر َو ْال َعلَنِيَ ِة َوال َغ ْي‬
ِ ‫ب َوال َّشهَا َد ِة فَإ ِ َّن تَ ْق َوى هللاِ َج َّل َو َعاَل ِه َي خَ ْي ُر زَ ا ٍد يُبلِّ ُغ ِإلَى ِرضْ َو‬ َّ ‫اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى َح‬.

Kaum muslimin sekalian,

Sesungguhnya Rabb kita yang Maha mulia telah memperbanyak pintu-


pintu kebaikan dan jalan-jalan untuk beramal sholeh sebagai bentuk
karunia, kasih sayang, kedermawanan, dan kebaikan Allah yang maha
perkasa dan mulia. Agar seorang muslim masuk ke pintu kebaikan mana
saja dan menempuh jalan ketaatan mana saja sehingga Allah
memperbaiki kehidupan dunianya, dan mengangkat derajatnya di
akhirat. Maka Allah akan memuliakannya dengan kehidupan yang baik
dan penuh kebahagiaan, dan meraih kenikmatan yang abadi serta
keridhoan Rabbnya setelah kematiannya. Allah berfirman:

ِ ْ‫ت أَ ْينَ َما تَ ُكونُوا يَأ‬


‫ت بِ ُك ُم هَّللا ُ َج ِميعًا إِ َّن هَّللا َ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬ ِ ‫فَا ْستَبِقُوا ْال َخي َْرا‬

“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja


kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari
kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-
Baqoroh: 148).
Dan Allah berfirman tentang para Nabi –’alaihis salam- yang merupakan
teladan bagi manusia

َ‫خَاش ِعين‬
ِ ِ ‫ار ُعونَ فِي ْال َخ ْي َرا‬
‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر َغبًا َو َرهَبًا َو َكانُوا لَنَا‬ ِ ‫إِنَّهُ ْم َكانُوا يُ َس‬

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera


dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka
berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah
orang-orang yang khusyu´ kepada Kami.” (QS. Al-Anbiyaa: 90).

Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Mu’adz


radhiallahu ‘anhu:

“Maukah aku tunjukan kepadamu pintu-pintu kebaikan?, puasa adalah


perisai, dan sedekah memadamkan kesalahan sebagaimana air
memadamkan api, dan sholatnya seseorang di tengah malam, lalu Nabi
membacakan firman Allah:

‫) فَاَل تَ ْعلَ ُم نَ ْفسٌ َما أُ ْخفِ َي َلهُ ْم ِم ْن قُ َّر ِة أَ ْعي ٍُن‬16( َ‫ضا ِج ِع يَ ْد ُعونَ َربَّهُ ْم خَ وْ فًا َوطَ َمعًا َو ِم َّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِقُون‬
َ ‫تَتَ َجافَى ُجنُوبُهُ ْم َع ِن ْال َم‬
َ‫َج َزا ًء بِ َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬

“Lambung mereka jauh dari tempat tidurnya dan mereka selalu berdoa
kepada Rabbnya dengan penuh rasa takut dan harap, serta mereka
menafkahkan apa apa rezeki yang Kami berikan. Tak seorangpun
mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang
sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.” (QS. As-
Sajdah: 16-17).

Kemudian Nabi berkata: “Maukah aku kabarkan kepadamu tentang


kepala agama ini dan tiangnya serta puncaknya?”

Aku (Muadz) berkata: “Tentu wahai Rasulullah”

Nabi berkata, “Kepala agama adalah Islam, dan tiangnya adalah sholat,
dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR. At-Tirmidzi dan
dishahihkan olehnya).

Diantara pintu-pintu kebaikan dan jalan-jalan ketaatan serta sebab-


sebab penghapus dosa-dosa adalah beristighfar. Dan istighfar adalah
sunnahnya para nabi dan rasul ‘alaihimus salam. Allah berfirman
tentang dua nenek moyang manusia:

ِ َ‫قَااَل َربَّنَا ظَلَ ْمنَا أَ ْنفُ َسنَا َوإِ ْن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخ‬
َ‫اس ِرين‬

Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami
sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat
kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Al-A’rof: 23).

Dan Allah berfirman tentang Nuh ‘alaihis salam:

ِ ‫ي َولِ َم ْن َدخَ َل بَ ْيتِ َي ُم ْؤ ِمنًا َولِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬


‫ت‬ َّ ‫َربِّ ا ْغفِرْ لِي َولِ َوالِ َد‬

“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke


rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan
perempuan.” (QS. Nuuh: 28).

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman tentang Al-Kholil (Ibrahim):

ُ‫ي َولِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ يَوْ َم يَقُو ُم ْال ِح َساب‬


َّ ‫َربَّنَا ا ْغفِرْ لِي َولِ َوالِ َد‬

“Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian
orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).” (QS.
Ibrahim: 41).

Allah berfirman tentang Musa:


ِ ‫ك َوأَ ْنتَ أَرْ َح ُم الر‬
َ‫َّاح ِمين‬ َ ِ‫ال َربِّ ا ْغفِرْ لِي وَأِل َ ِخي َوأَ ْد ِخ ْلنَا فِي َرحْ َمت‬
َ َ‫ق‬

Musa berdoa: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan saudaraku dan


masukkanlah kami ke dalam rahmat Engkau, dan Engkau adalah Maha
Penyayang di antara para penyayang.” (QS. Al-A’raf: 151).

Dan Allah berfirman:

َ ‫َوظَ َّن دَا ُوو ُد أَنَّ َما فَتَنَّاهُ فَا ْستَ ْغفَ َر َربَّهُ َوخَ َّر َرا ِكعًا َوأَن‬
‫َاب‬

“Dan Daud mengetahui bahwa Kami mengujinya; maka ia meminta


ampun kepada Tuhannya lalu menyungkur sujud dan bertaubat.” (QS.
Shaad: 24).

Allah berfirman seraya memerintahkan Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa


sallam:

ِ ‫فَا ْعلَ ْم أَنَّهُ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ْنبِكَ َولِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَا‬
‫ت‬

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan,


tuhan) selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi
(dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” (QS.
Muhammad: 19).
Diantara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah banyak
beristighfar padahal Allah telah mengampuni bagi beliau dosa beliau
yang telah lalu maupun yang akan datang. Dari Ibnu Umar radhiallahu
‘anhuma ia berkata:

‫ك أَ ْنتَ تَوَّابُ َر ِح ْي ٌم‬ َّ َ‫س ْال َوا ِح ِد ِمائَةَ َم َّر ٍة “ َربِّ ا ْغفِرْ لِي َوتُبْ َعل‬
َ َّ‫ي إِن‬ ِ ِ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فِي ْال َمجْ ل‬
َ ِ‫” ُكنَّا نَ ُع ُّد لِ َرسُو ِل هللا‬

“Kami menghitung dalam satu majelis seratus kali Rasulullah berucap:


“Ya Allah ampuni aku dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau
Maha penerima taubat dan maha penyayang.” (HR Abu Dawud dan At-
Thirmidzi, dan ia berkata : Hadits hasan shahih).

Dan dari Aisyah ia berkata:

“Rasulullah sebelum meninggalnya banyak mengucapkan:

‫ُس ْب َحانَ هللاِ َوبِ َح ْم ِد ِه أَ ْست َِغفِ ُر هللاَ َوأَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه‬

“(Aku mensucikan Allah dan memujiNya, Aku beristighfar kepadaNya


dan bertaubat kepadaNya) (HR Al-Bukhari dan Muslim).”
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata : Aku tidak pernah
melihat seorangpun yang lebih banyak dari pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam mengucapkan:

‫أَ ْستَ ِغفِ ُر هللاَ َوأَتُوْ بُ إِلَ ْي ِه‬

“Aku beristighfar kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya.” (HR. An-


Nasaai).

Dan Nabi shallalahu ‘alaihi wa sallam setelah salam dari sholat beliau
berkata. “Astaghfirullah” (Aku memohon ampunan Allah) sebanyak tiga
kali” (HR. Muslim dari Tsauban), lalu setelah itu Nabi mengucapkan
dzikir yang disyari’atkan setelah sholat.

Istighfar merupakan kebiasaan orang-orang shalih dan amal orang-


orang baik yang bertakwa, serta merupakan syi’ar kaum mukminin.
Allah berfirman tentang mereka :

َ‫) الصَّابِ ِرينَ َوالصَّا ِدقِينَ َو ْالقَانِتِينَ َو ْال ُم ْنفِقِينَ َو ْال ُم ْستَ ْغفِ ِرين‬16( ‫ار‬ َ ‫الَّ ِذينَ يَقُولُونَ َربَّنَا ِإنَّنَا آ َمنَّا فَا ْغفِرْ لَنَا ُذنُوبَنَا َوقِنَا َع َذ‬
ِ َّ‫اب الن‬
ِ ‫بِاأْل َس َْح‬
‫ار‬

“(Yaitu) orang-orang yang berdoa: Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami


telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami
dari siksa neraka, (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap
taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon
ampun di waktu sahur.” (QS. Ali-‘Imron: 16-17).

Dan Allah berfirman:

َ ُ‫ظلَ ُموا أَ ْنفُ َسهُ ْم َذ َكرُوا هَّللا َ فَا ْستَ ْغفَرُوا لِ ُذنُوبِ ِه ْم َو َم ْن يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬
ِ ‫وب إِاَّل هَّللا ُ َولَ ْم ي‬
‫ُصرُّ وا َعلَى َما فَ َعلُوا َوهُ ْم‬ َ ْ‫َوالَّ ِذينَ إِ َذا فَ َعلُوا فَا ِح َشةً أَو‬
َ‫يَ ْعلَ ُمون‬

“Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau


menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni
dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali-Imron: 135).

Ibnu Rojab rahimahullah berkata, “Adapun beristighfar dari dosa-dosa


adalah adalah memohon ampunan, dan seorang hamba sangat
membutuhkan ampunan Allah, karena ia berdosa siang dan malam, dan
telah berulang-ulang dalam Alquran penyebutan taubat dan istighfar
dan perintah untuk melakukan keduanya serta motivasi untuk
melakukannya”

Dan memohon ampunan kepada Rabb Jalla wa ‘Ala maka Allah


menjanjikan untuk mengabulkan dan memberi ampunan.
Dan disyari’atkan seorang hamba memohon ampunan untuk dosa
tertentu berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

ُ ْ‫ب َويَأْ ُخ ُذ بِ ِه قَ ْد َغفَر‬


‫ت لِ َع ْب ِدي‬ َ ‫ َعلِ َم َع ْب ِدي أَ َّن لَهُ ربّا ً يَ ْغفِ ُر ال َّذ ْن‬: ُ‫ فَقَا َل هللا‬،‫ت َذ ْنبًا فَا ْغفِرْ لِي‬
ُ ‫ يَا َربِّ إِنِّي َع ِم ْل‬: ‫َب َذ ْنبًا فَقَا َل‬
َ ‫إِ َّن َع ْبدًا أَ ْذن‬

“Sesungguhnya seorang hamba berbuat suatu dosa, maka ia berkata :


Ya Rabbku sesungguhnya aku melakukan suatu dosa maka ampunilah
aku. Maka Allah berkata, “Hamba-Ku tahu bahwasanya ia memiliki Rabb
yang mengampuni dosa dan menghukum karena dosa, maka sungguh
aku telah mengampuni hamba-Ku.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari
hadits Abu Hurairah).

Sebagaimana juga disyari’atkan agar seorang hamba memohon


ampunan (maghfiroh) secara mutlak yaitu dengan berkata,

‫َربِّ ا ْغفِرْ لِي َوارْ َح ْمنِي‬

“Ya Allah ampuni aku dan rahmatilah aku.”

Allah berfirman:

ِ ‫َوقُلْ َربِّ ا ْغفِرْ َوارْ َح ْم َوأَ ْنتَ خَ ْي ُر الر‬


َ‫َّاح ِمين‬
Dan katakanlah: “Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan
Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik.” (QS. Al-Mukminun:
118).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada seseorang jika ia


masuk Islam agar ia berdoa dengan doa berikut:

‫اللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لِي َوارْ َح ْمنِي َوا ْه ِدنِي َوعَافِنِي َوارْ ُز ْقنِي‬

“”Ya Allah ampuni aku, rahmatilah aku, berilah petunjuk kepadaku,


sehatkanlah tubuhku, dan berilah rezeki kepadaku.” (HR. Muslim dari
hadits Thariq bin Usyaim).

Sebagaiman disyari’atkan bagi seorang hamba untuk memohon dari


Robnya ampunan bagi seluruh dosa-dosanya apa yang ia ketahui dana
yang ia tidak ketahui dari dosa-dosanya tersebut. Karena banyak dari
dosa yang ia tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah sementara
hamba dihukum karenanya.

Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallalahu ‘alaihi
wa sallam bahwasanya beliau berdoa dengan doa berikut ini:

« ،‫ َو َخطَئِي َو َع ْم ِدي‬،‫ اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِي ِجدِّي َوه َْزلِي‬،‫ َو َما أَ ْنتَ أَ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنِّي‬،‫ َوإِ ْس َرافِي فِي أَ ْم ِري‬،‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ ِلي َخ ِطيئَتِي َو َج ْهلِي‬
،ُ‫ أَ ْنتَ ْال ُمقَ ِّد ُم َوأَ ْنتَ ْال ُمؤَ ِّخر‬،‫ َو َما أَ ْنتَ أَ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنِّي‬،‫ت‬
ُ ‫ت َو َما أَ ْعلَ ْن‬
ُ ْ‫ َو َما أَ ْس َرر‬،‫ت‬
ُ ْ‫ت َو َما أَ َّخر‬
ُ ‫ اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِي َما قَ َّد ْم‬،‫ك ِع ْن ِدي‬
َ ِ‫َو ُكلُّ َذل‬
‫» َوأَ ْنتَ َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

“Ya Allah ampunilah bagiku dosa karena kesalahanku, dosa karena


kebodohanku, sikap berlebihanku dalam urusanku, dan dosa yang
Engkau lebih mengetahuinya daripada aku, Ya Allah ampunilah bagiku
dosa yang karena yang kulakukan dengan sungguh-sungguh, dosa
karena candaku, dosa karena ketidak sengajaanku, dosa karena
kesengajaanku, dan itu semua ada pada diriku. Ya Allah ampunilah
dosa-dosakua yang telah lalu dan yang akan datang, dosa yang
kulakukan dengan sembunyi-sembunyi dan yang aku lakukan terang-
terangan, dan dosa yang Engkau lebih mengetahuinya dari pada aku.
Engkau adalah yang menentukan maju atau mundurnya, dan Engkau
Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihin wa sallam:

ِ ‫ك فِي هَ ِذ ِه األُ َّم ِة أَ ْخفَى ِم ْن َدبِ ْي‬


‫ب النَّ ْم ِل‬ ُ ْ‫ال ِّشر‬

“Kesyirikan pada umat ini lebih samar daripada rayapan semut”. Maka
Abu Bakar radhiallahu ‘anhu berkata,

‫فَ َك ْيفَ ْال َخالَصُ ِم ْنهُ يَا َرسُوْ َل هللاِ؟‬

“Bagaimana cara selamat darinya wahai Rasulullah?”


Nabi berkata, “Hendaknya engkau berdoa:

‫ب الَّ ِذي الَ أَ ْعلَ ُم‬ َ ‫ك َش ْيئًا َوأَنَا أَ ْعلَ ُمهُ َوأَ ْستَ ْغفِ ُر‬
ِ ‫ك ِمنَ ال َّذ ْن‬ َ ‫اللَّهُ َّم إِنِّي أَ ُعوْ ُذ بِكَ أَ ْن أُ ْش ِر‬
َ ِ‫ك ب‬

“Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari berbuat syirik apapun


kepadaMu yang aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan
kepadaMu dari dosa yang aku tidak mengetahuinya.” (HR. Ibnu Hibban
dari hadits Abu Bakar, dan Ahmad dari hadits Abu Musa).

Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bahwasanya beliau berdoa:

ِ ‫ َخطَأَهُ َو َع ْم َدهُ َو ِس َّرهُ َو َعاَل نِيَتَهُ َوأَ َّولَهُ َو‬،ُ‫ َو ِجلَّه‬،ُ‫اللهُ َّم ا ْغفِرْ لِي َذ ْنبِي ُكلَّهُ ِدقَّه‬
ُ‫آخ َره‬

“Ya Allah ampunilah dosaku seluruhnya, yang kecil dan yang besar, yang
tanpa sengaja maupun yang disengaja, yang tersembunyi maupun yang
tampak, yang awal dan yang terakhir.” (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Jika seorang hamba memohon kepada Rabbnya ampunan dosa-dosanya


dengan doa yang ikhlas dan penuh permohonan serta permintaan
penuh ketundukan dan kehinaan maka mencakup taubat dari dosa-
dosa.
Dan memohon taubat serta bimbingan untuk taubat mencakup
istighfar, maka istighfar dan taubat jika disebutkan masing-masing
sendirian maka mencakup yang lainnya. Dan jika disebutkan keduanya
(secara bersamaan) dalam nash-nash maka makna istighfar adalah
memohon dihapuskannya dosa-dosa dan dihilangkannya sisa dan
dampaknya serta memohon perlindungan dari buruknya dosa-dosa
yang telah lalu serta agar ditutup. Dan taubat maknanya adalah kembali
kepada Allah dengan meninggalkan dosa-dosa dan memohon
perlindungan dari apa yang dikhawatirkan di kemudian hari dari
keburukan-keburukan amalannya serta tekad untuk tidak kembali
melakukannya lagi.

Dan telah dikumpulkan antara istighfar dan taubat dalam firman Allah:

‫ت ُك َّل ِذي فَضْ ٍل فَضْ لَهُ َوإِ ْن تَ َولَّوْ ا فَإِنِّي أَخَ افُ َعلَ ْي ُك ْم‬
ِ ‫َوأَ ِن ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوبُوا إِلَ ْي ِه يُ َمتِّ ْع ُك ْم َمتَاعًا َح َسنًا إِلَى أَ َج ٍل ُم َس ّمًى َوي ُْؤ‬
ٍ ِ‫اب يَوْ ٍم َكب‬
‫ير‬ َ ‫َع َذ‬

“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Tuhanmu dan bertaubat


kepada-Nya. (Jika kamu mengerjakan yang demikian), niscaya Dia akan
memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai
kepada waktu yang telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada
tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan) keutamaannya.
Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa
siksa hari kiamat.” (QS. Huud: 3) dan ayat-ayat lainnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ فَإِنِّي أَتُوْ بُ إِلى هللاِ َوأَ ْستَ ْغفِ ُرهُ ُك َّل يَوْ ٍم ِمائَةَ َم َّر ٍة‬،ُ‫يَا أَيُّهَا النَّاسُ ! تُوْ بُوا إِلَى َربِّ ُك ْم َوا ْستَ ْغفِرُوْ ه‬

“Wahai manusia! bertobatlah kalian kepada Tuhan kalian dan mintalah


ampun kepadaNya. Sesungguhnya aku sendiri bertobat kepada Allah
dan memohon ampunanNya setiap hari Seratus kali.” HR An-Nasai dari
hadis Al-Muzani radhiyallahu ‘anhu).

Seorang hamba seharusnya selalu sangat butuh untuk memohon


ampun kepada Allah, terutama di zaman seperti sekarang ini karena
bermacam-macam cobaan lantaran banyaknya dosa dan fitnah,
sehingga Allah membimbingnya dalam kehidupannya dan setelah
matinya serta memperbaiki urusannya. Sesungguhnya istighfar
merupakan pintu masuk segala kebaikan dan benteng dari segala
keburukan berikut hukumannya. Maka umat ini sangat perlu
beristighfar secara terus menerus agar Allah mengangkat bencana yang
menimpa umat ini, dan menghapuskan sanksi hukuman yang akan
dijatuhkan. Tidak ada yang enggan beristighfar kecuali orang yang tidak
memahami manfaatnya dan keberkahannya. Alquran dan As-Sunnah
telah banyak menjelaskan tentang keutamaan istighfar.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Salih:


َ‫قَا َل يَاقَوْ ِم لِ َم تَ ْستَ ْع ِجلُونَ بِال َّسيِّئَ ِة قَب َْل ْال َح َسنَ ِة لَوْ اَل تَ ْستَ ْغفِرُونَ هَّللا َ لَ َعلَّ ُك ْم تُرْ َح ُمون‬

“Dia [Shalih] berkata, “ Hai kaumku ! Mengapa kalian meminta


disegerakan suatu keburukan sebelum kebaikan, mengapakah kalian
tidak memohon ampun kepada Allah supaya kalian mendapatkan
rahmat.” (QS. An-Naml: 46).

Maka dengan Istighfar, turunlah rahmat Allah kepada umat ini.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nuh:

‫ت َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم‬ ٍ ‫) َويُ ْم ِد ْد ُك ْم بِأ َ ْم َو‬11( ‫) يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا‬10( ‫ت ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم إِنَّهُ َكانَ َغفَّارًا‬
ٍ ‫ال َوبَنِينَ َويَجْ َعلْ لَ ُك ْم َجنَّا‬ ُ ‫فَقُ ْل‬
‫أَ ْنهَارًا‬

“Mintalah ampun kepada Tuhan kalian, sesungguhnya Dia adalah Maha


Pengampun. Supaya Dia menurunkan kepada kalian hujan deras dari
langit. Dan mengirim bantuan kepada kalian [berupa] harta benda dan
[keturunan] anak-anak lelaki serta menjadikan untuk kalian kebun-
kebun dan sungai-sungai.” (QS. Nuuh: 10-12).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman tentang Nabi Hud:


َ‫َويَاقَوْ ِم ا ْستَ ْغفِرُوا َربَّ ُك ْم ثُ َّم تُوبُوا ِإلَ ْي ِه يُرْ ِس ِل ال َّس َما َء َعلَ ْي ُك ْم ِم ْد َرارًا َويَ ِز ْد ُك ْم قُ َّوةً ِإلَى قُ َّوتِ ُك ْم َواَل تَتَ َولَّوْ ا ُمجْ ِر ِمين‬

“Wahai kaumku ! mohonlah ampun kepada Tuhan kalian kemudian


bertobatlah kalian kepadaNya, niscaya Dia akan mengirimkan hujan
deras kepada kalian dan menambah kekuatan lebih dari kekuatan yang
ada pada kalian, dan janganlah kalian berpaling sebagai orang-orang
yang berdosa”. (QS. Huud: 52).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫َو َما َكانَ هَّللا ُ لِيُ َع ِّذبَهُ ْم َوأَ ْنتَ فِي ِه ْم َو َما َكانَ هَّللا ُ ُم َع ِّذبَهُ ْم َوهُ ْم يَ ْستَ ْغفِرُون‬

“Tidaklah mungkin Allah menghukum mereka sementara engkau berada


di tengah-tengah mereka, dan tidak mungkin pula Allah menghukum
mereka sementara mereka sedang beristighfar.” (QS. Al-Anfaal: 33).

Abu Musa berkata : “Kalian dahulu mendapatkan dua jaminan


keamanan; Adapun Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka telah wafat,
namun istighfar tetap ada pada kalian hingga hari Kiamat.

Seringnya istighfar yang dilakukan umat ini dapat mengangkat bencana


yang telah terjadi dan menolak bencana yang akan terjadi. Tiada suatu
bencana yang melanda kecuali disebabkan suatu dosa manusia, dan
tidak ada cara lain menghilangkan bencana kecuali bertobat dan
beristighfar”.

Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda:

ُ ‫ق َم ْخ َرجًا َو ِم ْن ُك ِّل هَ ٍّم فَ َرجًا َو َرزَ قَهُ ِم ْن َحي‬


ُ‫ْث اَل يَحْ ت َِسب‬ ِ ‫َم ْن لَ ِز َم ااِل ْستِ ْغفَا َر َج َع َل هَّللا ُ لَهُ ِم ْن ُك ِّل‬
ٍ ‫ضي‬

“Barangsiapa yang selalu beristighfar, maka Allah menjadikan baginya


pada setiap kesempitan suatu solusi, dan setiap keprihatinan suatu
jalan keluar, dan Allah memberinya rezeki dari jalan yang tak terduga.”
(HR. Abu Dawud).

Telah datang dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. sabda-sabda beliau


yang terjaga yang penuh berkah tentang Istighfar, dimana istighfar
mendatangkan pahala yang besar. Antara lain sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam:

ِ ْ‫ي ْالقَيُّو َم َوأَتُوبُ إِلَ ْي ِه ُغفِ َر لَهُ َوإِ ْن َكانَ قَ ْد فَ َّر ِمنَ ال َّزح‬
‫ف‬ َّ ‫ أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ الَّ ِذي اَل إِلَهَ إِاَّل هُ َو ْال َح‬:‫َم ْن قَا َل‬

“Barangsiapa mengucapkan kalimat : Aku memohon ampun kepada


Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Maha
Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat kepadaNya, maka diampuni
dosa-dosanya meskipun ia pernah lari dari barisan perang”. (HR Abu
Dawud dan At-Turmuzi dan Al-Hakim). Dikatakannya, sebagai hadis
Shahih sesuai syarat Bukhari dan Muslim.

Dari Abi Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda:

‫َت ِم ْث َل‬ ْ ‫ت َغفَ َر هَّللا ُ لَهُ ُذنُوبُهُ َوإِ ْن َكان‬ ٍ ‫ث َمرَّا‬َ ‫ي القيو َم وأتوبُ إِلي ِه ثَاَل‬ َ ‫ أَ ْستَ ْغفِ ُر هَّللا َ الَّ ِذي اَل إِله إِال‬:‫َم ْن قَا َل ِحينَ يَأْ ِوي إِلَى فِ َرا ِش ِه‬
َّ ‫هو الح‬
‫ق ال َّش َج ِر أَوْ َع َد َد أَي َِّام ال ُّد ْنيَا‬
ِ ‫ج أَوْ َع َد َد َو َر‬ ٍ َ‫زَ بَ ِد ْالبَحْ ِر أَوْ َع َد َد َر ْم ِل عَال‬

“Barangsiapa berucap ketika hendak menuju tempat tidurnya, “Aku


memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat
kepadaNya tiga kali, maka Allah ampuni dosa-dosanya meskipun
sebanyak buih di laut .” (HR. At-Turmuzi).

Dari Ubadah Bin As-Shamit radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫ك َولَهُ ْال َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر َو ُس ْب َحانَ هَّللا ِ َو ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َواَل إِلَه‬
ُ ‫ك لَهُ لَهُ ْال ُم ْل‬
َ ‫ اَل إِلَهَ إِاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري‬:‫ال‬
َ َ‫َم ْن تَ َعا َّر ِمنَ اللَّ ْي ِل فَق‬
ُ‫صاَل تُه‬َ ‫ت‬ ْ َ‫صلَّى قُبِل‬ َ ‫ ث َّم َدعَا استيجيب لَهُ فَإ ِ ْنت ََوضَّأ َ َو‬:‫ َربِّ ا ْغفِرْ لِي أَوْ قَا َل‬:‫إِاَّل هَّللا ُ َوهَّللا ُ أَ ْكبَ ُر َواَل َحوْ َل َواَل قُ َّوةَ ِإاَّل بِاهَّلل ِ ثُ َّم قَا َل‬

“Barangsiapa yang terjaga di malam hari lalu mengucapkan zikir, ‘Tiada


Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah semata, tiada sekutu
bagiNya. Hanya milikNya kerajaan dan hanya milikNya pula segala
pujian. Dia atas segala sesuatu Maha Kuasa. Maha Suci Allah, segala puji
bagi Allah. Tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Allah Maha
Besar. Ya Allah ampunilah aku’. Lalu berdoa, niscaya dikabulkan doanya.
Jika dia shalat, niscaya diterima shalatnya.” (HR. Bukhari).

Disebutkan dalam hadis pula:

‫ أستغفر هللا الذي ال إله إال هو الحي القيوم وأتوب إليه ثالث مرات غفر هللا تعالى‬:‫من قال صبيحة يوم الجمعة قبل صالة الغداة‬
‫ذنوبه ولو كانت مثل زبد البحر‬

“Barangsiapa yang berzikir sebelum terbitnya fajar hari Jum’at, “Aku


memohon ampun kepada Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah
kecuali Dia Yang Maha Hidup dan Yang Mengayomi. Aku bertobat
kepadaNya Tiga kali, maka diampuni dosa-dosanya meskipun sebanyak
buih di laut”.

Diriwayatkan dari Syaddad Bin Aus radhiyallahu ‘anhu dari Nabi


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

pnghulu Istighfar adalah ucapan seorang hamba:

‫ْت أَعُو ُذ بِكَ ِم ْن َشرِّ َما‬ ُ ‫ك َما ا ْستَطَع‬ َ ‫ك َوأَنَا َعلَى َع ْه ِد‬
َ ‫ك َو َو ْع ِد‬ َ ‫ اللَّهُ َّم أَ ْنتَ َربِّي اَل إِلَهَ إِاَّل أَ ْنتَ َخلَ ْقتَنِي َوأَنَا َع ْب ُد‬:‫ار أَ ْن تَقُو َل‬
ِ َ‫َسيِّ ُد ااِل ْستِ ْغف‬
‫ار ُموقِنًا بِهَا فَ َماتَ ِم ْن‬ ِ َ‫ « َو َم ْن قَالَهَا ِمنَ النَّه‬:‫ قَا َل‬.“ َ‫وب إِاَّل أَ ْنت‬ َ ُ‫الذن‬ ُّ ‫ي َوأَبُو ُء بِ َذ ْنبِي فَا ْغفِرْ لِي فَإِنَّهُ اَل يَ ْغفِ ُر‬ َ َ‫ت أَبُو ُء ل‬
َّ َ‫ك بِنِ ْع َمتِكَ َعل‬ ُ ‫صنَ َع‬ َ
‫»يَوْ ِم ِه قَ ْب َل أَ ْن يُ ْم ِس َي فَه َُو ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة َو َم ْن قَالَهَا ِمنَ اللَّ ْي ِل َوهُ َو ُموقِ ٌن بِهَا فَ َماتَ قَ ْب َل أَ ْن يُصْ بِ َح فَه َُو ِم ْن أَ ْه ِل ْال َجنَّ ِة‬
“Ya Allah, Engkau Tuhanku, tiada Tuhan yang berhak disembah selain
Engkau. Engkau telah ciptakan diriku, dan aku hambaMu, aku tetap
setia memegang janjiMu dengan segala kemampuanku, aku berlindung
kepadaMu dari kejahatan perbuatanku, aku mengakui besarnya
nikmatMu kepadaku dan aku mengakui dosaku, maka ampunilah aku,
sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali
Engkau. Barangsiapa yang mengucapkannya di siang hari dengan penuh
keyakinan lalu meninggal pada hari itu sebelum menjelang sore, maka
masuklah ia ke dalam surga. Dan barangsiapa yang mengucapkannya di
malam hari dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum menjelang
pagi, maka diapun termasuk penghuni surga”. (HR. Bukhari).

Dari Anas radhiyallahu ‘anhu berkata, aku mendengar Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

‫ك َواَل أُبَالِي‬ ُ ْ‫ك َعنَانَ ال َّس َما ِء ثُ َّم ا ْستَ ْغفَرْ تَنِي َغفَر‬
َ َ‫ت ل‬ َ ُ‫َت ُذنُوب‬
ْ ‫يَا ابنَ آد َم إِنَّك لَوْ بَلَغ‬

“Wahai anak Adam, Andaikata dosa-dosamu telah mencapai setinggi


langit lalu maku meminta ampun kepadaKu, Akupun mengampunimu
tanpa mempedulikan.” (HR. Turmuzi. Dikatakannya sebagai hadis
hasan).

Sebagaimana pula seseorang diperintahkan beristighfar ketika sedang


melaksanakan ibadah dan ketika selesai beribadah untuk menutup
kekurangan yang terjadi, serta menghindari rasa ujub (bangga diri) dan
riya’. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirma :

َ َ‫ْث أَف‬
‫اض النَّاسُ َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬ ُ ‫ثُ َّم أَفِيضُوا ِم ْن َحي‬

“Kemudian bertolaklah kalian dari tempat di mana orang-orang lainnya


bertolak dan mintalah ampun kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah
Maha Pengampun dan Maha Pemurah.” (QS. Al-Baqoroh: 199).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫صاَل ةَ َوآتُوا ال َّز َكاةَ َوأَ ْق ِرضُوا هَّللا َ قَرْ ضًا َح َسنًا َو َما تُقَ ِّد ُموا أِل َ ْنفُ ِس ُك ْم ِم ْن َخي ٍْر تَ ِجدُوهُ ِع ْن َد هَّللا ِ هُ َو َخ ْيرًا َوأَ ْعظَ َم أَجْ رًا‬
َّ ‫َوأَقِي ُموا ال‬
‫َوا ْستَ ْغفِرُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َغفُو ٌر َر ِحي ٌم‬

“Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada


Allah dengan suatu pinjaman yang baik. Apapun kebaikan yang kalian
lakukan untuk diri kalian, niscaya akan kalian dapatkannya di sisi Allah
suatu balasan yang lebih baik dan pahala yang lebih besar. Dan mintalah
ampun kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Pengampun dan Maha
Pemurah.” (QS. Al-Muzammil: 20).

Sebagaimana disyariatkan juga seorang muslim memintakan ampun


untuk kaum mukminin dan mukminat, muslimin dan muslimat, baik
yang masih hidup maupun yang telah meninggal, sebagai suatu
persembahan amal baik dan rasa cinta yang tulus kepada mereka yang
seagama dan sebagai syafaat bagi mereka di sisi Allah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ان َواَل تَجْ َعلْ فِي قُلُوبِنَا ِغاًّل ِللَّ ِذينَ آ َمنُوا َربَّنَا ِإنَّك‬
ِ ‫َوالَّ ِذينَ َجا ُءوا ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم يَقُولُونَ َربَّنَا ا ْغفِرْ لَنَا وَإِل ِ ْخ َوانِنَا الَّ ِذينَ َسبَقُونَا بِاإْل ِ ي َم‬
‫وف َر ِحي ٌم‬ ٌ ‫َر ُء‬

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka berdoa, “Ya Tuhan kami
ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami
dalam iman, janganlah Engkau jadikan dalam hati kami rasa dendam
terhadap orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami, sesungguhnya
Engkau Maha Penyayang dan Pemurah.” (QS. Al-Hasyr: 10).

Dari Ubadah Bin Shamit radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu‘alaihi


wa sallam bahwa beliau bersabda:

ً‫َب هللاُ لَهُ بِ ُك ِّل ُم ْؤ ِم ٍن َو ُم ْؤ ِمنَ ٍة َح َسنَة‬ ِ ‫َم ِن ا ْستَ ْغفَ َر لِ ْل ُم ْؤ ِمنِ ْينَ َولِ ْل ُم ْؤ ِمنَا‬
َ ‫ت َكت‬

“Barangsiapa yang memintakan ampun untuk orang-orang yang


beriman lelaki dan perempuan, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala
mencatat baginya suatu kebaikan sebanyak orang mukmin lelaki dan
perempuan.” (Al-Haitsami berkata : Isnad hadis ini adalah Jayyid
[bagus]).
Istighfar yang dimaksud seperti ketika mendoakan mereka dalam shalat
Jenazah dan memintakan ampun untuk mereka yang ada di alam kubur
ketika berziarah kubur.

Dan memohonkan ampunan bagi kaum mukminin adalah untuk


meneladani para Malaikat pembawa Arasy dan Malaikat Muqarrabin.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ش َو َم ْن َحوْ لَهُ يُ َسبِّحُونَ بِ َح ْم ِد َربِّ ِه ْم َوي ُْؤ ِمنُونَ بِ ِه َويَ ْستَ ْغفِرُونَ لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا َربَّنَا َو ِسعْتَ ُك َّل َش ْي ٍء َرحْ َمةً َو ِع ْل ًما‬
َ ْ‫الَّ ِذينَ يَحْ ِملُونَ ْال َعر‬
‫اب ْال َج ِح ِيم‬
َ ‫ك َوقِ ِه ْم َع َذ‬ َ َ‫فَا ْغفِرْ لِلَّ ِذينَ تَابُوا َواتَّبَعُوا َسبِيل‬

“Mereka [malaikat] pemikul Arasy di sekelilingnya bertasbih dengan


memuji Tuhan mereka, dan beriman kepadaNya serta memintakan
ampun bagi orang-orang yang beriman, “Ya Tuhan kami, Engkau
meliputi segala sesuatu dengan rahmat dan pengetahuan, maka
ampunilah orang-orang bertobat dan mengikuti jalanMu, lindunginlah
mereka dari siksa neraka Jahim.” (QS. Ghofir: 7).

Dan ini merupakan bentuk berbuat baik yang besar untuk kaum
mukminin. Wahai hamba-hamba Allah. Laksanakanlah perintah
TuhanMu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam hadis Qudsi:
‫وب َج ِميعًا فَا ْستَ ْغفِرُونِي أَ ْغفِرْ لَ ُك ْم‬ ُّ ‫ار َوأَنَا أَ ْغفِ ُر‬
َ ُ‫الذن‬ ِ َ‫يَا ِعبَا ِدي إِنَّ ُك ْم تُ ْخ ِطئُونَ بِاللَّي ِْل َوالنَّه‬

“Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua berbuat salah di


malam dan siang hari, sedangkan Aku mengampuni segala dosa, maka
mohonlah ampun kepadaKu, niscaya Aku mengampuni kalian semua.”
(HR. Muslim dari hadis Abi Zar).

Maka, bersungguh-sungguhlah kalian beristighfar kepada Allah, niscaya


akan kalian rasakan kemurahan dan keberkahan Allah Swt, akan kalian
rasakan pula pengaruhnya pada penghapusan dosa dan terangkatnya
derajat kalian.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata : Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda:

‫َب هَّللا ُ بِ ُك ْم َولَ َجا َء بِقَوْ ٍم ي ُْذنِبُونَ فَيَ ْستَ ْغفِرُونَ هَّللا َ فَيَ ْغفِ ُر لَهُ ْم‬
َ ‫َوالَّ ِذي نَ ْف ِسي بِيَ ِد ِه لَوْ لَ ْم تُ ْذنِبُوا لَ َذه‬

“Demi Allah yang jiwaku ada pada genggamanNya, seandainya kalian


tidak berbuat dosa niscaya Allah akan melenyapkan kalian dan
mendatangkan kaum lain yang berbuat dosa lalu mereka memohon
ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala lalu Allah mengampuni
mereka.” (HR. Muslim).

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha luas ampunanNya,


‫‪Maha Pemurah dan Maha Mulia.‬‬

‫‪Firman Allah:‬‬

‫َو َم ْن يَ ْع َملْ سُو ًءا أَوْ يَ ْ‬


‫ظلِ ْم نَ ْف َسهُ ثُ َّم يَ ْستَ ْغفِ ِر هَّللا َ يَ ِج ِد هَّللا َ َغفُورًا َر ِحي ًما‬

‫‪“Barangsiapa yang melakukan suatu kejahatan atau berbuat aniaya‬‬


‫‪terhadap dirinya sendiri lalu memohon ampun kepada Allah, niscaya ia‬‬
‫‪dapatkan Allah Maha Pengampun dan Maha Pemurah.” (QS. An-Nisaa:‬‬
‫‪110).‬‬

‫‪Semoga Allah mencurahkan keberkahan atas kita semua berkat Alquran‬‬


‫‪yang agung.‬‬

‫الزلَ ِل‪َ ،‬وأَ ْن ي ُِع َذنَا‬


‫ص َراطا ً ُم ْستَقِ ْي ًما‪َ ،‬وأَ ْن يُقِ ْينَا َج ِم ْيعًا ِم ْن ُّ‬
‫صفَاتِ ِه ال ُعاَل أَ ْن يَ ْه ِديَنِي َوإِيَّا ُك ْم إِلَ ْي ِه ِ‬
‫أَسْأ َ ُل هللاَ َج َّل َو َعاَل بِأ َ ْس َمائِ ِه ال ُح ْسنَى َو ِ‬
‫الر َجا ِء َوه َُو َح ْسبُنَا‬ ‫ِم ْن ال َخطَ ِل‪َ ،‬وأَ ْن يَأْ ُخ َذ بِنَ َو ِ‬
‫اص ْينَا إِلَى ْال َخي ِْر‪َ ،‬وأَ ْن اَل يَ ِك ْلنَا إِلَى أَ ْنفُ ِسنَا طَرْ فَةَ َع ْي ٍن؛ إِ َّن َربِّي لَ َس ِم ْي ُع ال ُّدعَا ِء َوهُ َو أَ ْه ُل َ‬
‫‪َ .‬ونِ ْع َم َ‬
‫الو ِكي ِْل‬

‫‪Khutbah Kedua:‬‬

‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوبَا َركَ َوأَ ْن َع َم َعلَى َع ْب ِد هللاِ َو َرسُوْ لِ ِه َو ُمصْ طَفَاهُ ُم َح َّم ِد ْب ِن‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد هَّلِل ِ َع ِظي ِْم ا ِإلحْ َسا ِن َو ِ‬
‫اس ِع الفَضْ ِل َوالجُوْ ِد َوا ِال ْمتِنَا ِن‪َ ،‬و َ‬
‫‪َ .‬ع ْب ِد هللاِ َو َعلَى آلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ‬
ُ‫ َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن ال َّس َعا َدةَ فِي تَ ْق َواه‬،‫ اِتَّقُوْ ا هللاَ تَ َعالَى‬:ِ‫أَ َّما بَ ْع ُد ِعبَا َد هللا‬.

Kaum muslimin,

Waspadalah terhadap fitnah (bencana ) yang sangat membahayakan


agama dan urusan dunia, membinasakan hamba di akhirat dan merusak
penghidupannya di dunia ini. Maka orang yang selamat adalah orang
yang menghindarkan dirinya dari fitnah. Dan fitnah (bencana) yang
paling besar adalah ketika seseorang rancu kepadanya kebenaran yang
telah bercampur baur dengan kebatilan, petunjuk dengan kesesatan,
amal kebajikan dengan kemungkaran, yang halal dengan yang haram.

Nah kini fitnah itu telah mengacaukan negeri dan penduduknya


sehingga sebagian anak-anak muda kaum muslimin keluar dari tempat
naungan dan lingkungan mereka yang aman dan kokoh, dari komunitas
masyarakat yang santun beralih ke jalan pemikiran yang menyimpang
dan sesat karena mengikuti dan loyal kepada kelompok khawarij masa
kini yang menyeret mereka untuk mengkafirkan kaum muslimin dan
menumpahkan darah tak berdosa, bahkan menfatwakan untuk
meledakkan bom bunih diri – Naudzu billah-.

Apakah mereka yang meledakkan dirinya itu mengira bahwa dengan


perbuatannya itu akan masuk surga? Apakah mereka tidak tahu bahwa
orang yang bunuh diri itu tempatnya di neraka?
Tidakkah mereka mendengar atau membaca firman Allah:

َ ِ‫ك ُع ْد َوانًا َوظُ ْل ًما فَ َسوْ فَ نُصْ لِي ِه نَارًا َو َكانَ َذل‬
)30( ‫ك َعلَى هَّللا ِ يَ ِسيرًا‬ َ ِ‫) َو َم ْن يَ ْف َعلْ َذل‬29( ‫َواَل تَ ْقتُلُوا أَ ْنفُ َس ُك ْم إِ َّن هَّللا َ َكانَ بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬

“Janganlah kalian membunuh diri kalian, sesungguhnya Allah Maha


Pengasih terhadap kalian. Barangsiapa yang melakukan perbuatan itu
karena melampaui batas dan aniaya, maka Kami akan masukkan dia ke
dalam neraka. Dan yang demikian itu bagi Allah sangat mudah.” (QS An-
Nisaa : 29-30)

Apakah orang yang membunuh orang islam itu mengira bahwa


perbuatannya itu menjadi penyebab dirinya masuk surga? Apakah dia
tidak tahu bahwa membunuh seorang muslim itu menyebabkan dirinya
kekal di neraka? Apakah dia tidak mendengar atau membaca firman
Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ِ ‫ب هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َولَ َعنَهُ َوأَ َع َّد لَهُ َع َذابًا ع‬


‫َظي ًما‬ ِ ‫َو َم ْن يَ ْقتُلْ ُم ْؤ ِمنًا ُمتَ َع ِّمدًا فَ َج َزا ُؤهُ َجهَنَّ ُم خَالِدًا فِيهَا َو َغ‬
َ ‫ض‬

“Barangsiapa yang membunuh orang yang beriman dengan sengaja,


maka balasannya neraka Jahannam, kekal di dalamnya dan Allah murka
kepadanya serta mengutuknya dan menyedikan baginya siksa yang
besar.” (QS. An-Nisaa: 93).
Apakah tidak sampai kepadanya peringatan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam:

‫َم ْن قَتَ َل ُم َعاهَدًا لَ ْم يَ َرحْ َرائِ َحةَ ْال َجنَّ ِة‬

“Barangsiapa yang membunuh seorang kafir mu’ahad (yang terikat


perjanjian damai), maka ia tidak akan mencium aroma surga.”

Apakah mereka tidak mengambil pelajaran dari rekan-rekannya


sebelumnya di mana mereka melanggar ketentuan-ketentuan Allah lalu
akhirnya mereka menyesali perbuatan mereka pada saat penyesalan
tidak lagi berguna dan orang-orang yang memperdayakan pun tidak
mampu menyelamatkan mereka.

Katakan kepada orang yang menyuruh Anda meledakkan diri, supaya


mereka meledakkan dirinya sendiri terlebih dahulu, dan ia tidak
mungkin berani melakukannya sendiri, karena ia ingin mencampakkan
diri Anda ke neraka. Ia ingin memerangi kaum muslimin melalui tangan
Anda, mengacaukan keamanan dengan bantuan Anda, menciptakan
huru hara melalui perbuatan Anda. Demikian pula kerusakan perusakan
dan pertumpahan darah jiwa tak berdosa, mereka jadikan Anda sebagai
alat dan mengeluarkan Anda dari masyarakat muslim dan pemimpin
umat islam. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah berpesan:

ِ َّ‫َعلَ ْي ُك ْم بِ ْال َج َما َع ِة َو َم ْن َش َّذ َش َّذ فِي الن‬


‫ار‬
‫‪“Hendaklah kalian tetap bersama jemaah kaum muslimin, barangsiapa‬‬
‫”‪yang menyendiri akan menyendiri pula di neraka.‬‬

‫‪Ibadallah,‬‬

‫‪Sesungguhnya Allah dan malaikatNya bershalawat kepada Nabi, wahai‬‬


‫‪orang-orang yag beriman bershalawatlah kalian kepadanya dan‬‬
‫‪sampaikan doa keselamatan kepadanya.‬‬

‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا‬


‫صلُّوْ ا َو َسلِّ ُموْ ا َرعَا ُك ُم هللاُ َعلَى ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْب ِد هللاِ َك َما أَ َم َر ُك ُم هللاُ بِ َذلِكَ فَقَا َل‪ ﴿ :‬إِ َّن هَّللا َ َو َماَل ئِ َكتَهُ ي َ‬
‫َو َ‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه بِهَا َع ْشرًا))‬ ‫صالةً َ‬ ‫ي َ‬ ‫صلَّى َعلَ َّ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ‪َ (( :‬م ْن َ‬ ‫ال َ‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِيما ً ﴾ [األحزاب‪َ ، ]٥٦:‬وقَ َ‬ ‫‪َ .‬‬

‫آل‬‫ار ْك َعلَى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬ ‫صلَّيْتَ َعلَى إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِنَّ َ‬
‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ ،‬وبَ ِ‬ ‫ص ِّل عَلى ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫اَللَّهُ َّم َ‬
‫َّاش ِد ْينَ َواأْل َئِ َّم ِة ال َم ْه ِديِ ْينَ أَبِي بَ ْك ٍر‬
‫ض اللَّهُ َّم ع َِن ال ُخلَفَا ِء الر ِ‬ ‫ك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪َ .‬وارْ َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَا َر ْكتَ َعلَى إِب َْرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل إِ ْب َرا ِه ْي َم إِنَّ َ‬
‫ص َحابَ ِة أَجْ َم ِع ْينَ ‪َ ،‬و َع ِن التَّابِ ِع ْينَ َو َم ْن تَبِ َعهُ ْم بِإِحْ َسا ٍن إِلَى يَوْ ِم ال ِّد ْينَ ‪َ ،‬و َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َمنِّكَ‬ ‫َو ُع َم َر َوع ُْث َمانَ َو َعلِ ٍّي‪َ ،‬وارْ َ‬
‫ض اللَّهُ َّم َع ِن ال َّ‬
‫‪َ .‬و َك َر ِمكَ َوإِحْ َسانِكَ يَا أَ ْك َر َم اأْل َ ْك َر ِم ْينَ‬

‫ك َوال ُم ْش ِر ِك ْينَ ‪َ ،‬و َد ِّمرْ أَ ْعدَا َء‬ ‫اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ِع َّز ا ِإل ْساَل َم َوال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ،‬وأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ‬
‫ال ِّد ْينَ َواحْ ِم َحوْ َزةَ ال ِّد ْينَ يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‪ .‬اَللَّهُ َّم آ ِمنَّا فِي أَوْ طَانِنَا َوأَصْ لِحْ أَئِ َّمتَنَا َو ُواَل ةَ أُ ُموْ ِرنَا َواجْ َعلْ ِواَل يَتَنَا فِ ْي َم ْن خَ افَكَ َواتَّقَاكَ َواتَّبَ َع‬
‫ضاهُ َوأَ ِع ْنهُ َعلَى البِرِّ َوالتَّ ْق َوى َو َس ِد ْدهُ فِي أَ ْق َوالِ ِه َوأَ ْع َمالِ ِه َوارْ ُز ْقهُ‬ ‫ك يَا َربَّ ال َعالَ ِم ْينَ‪ .‬اَللَّهُ َّم َوفِّ ْق َولِ َي أَ ْم ِرنَا لِ َما تُ ِحبُّهُ َوتَرْ َ‬ ‫ضا َ‬ ‫ِر َ‬
‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫ك ُم َح َّم ٍد َ‬ ‫َاص َحةَ‪ .‬اَللَّهُ َّم َو َوفِّ ْق َج ِم ْي َع ُواَل ةَ أَ ْم ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ لِ ْل َع َم ِل بِ ِكتَابِكَ َواتِّبَ ِ‬
‫اع ُسنَّ ِة نَبِيِّ َ‬ ‫البِطَانَةَ الصَّالِ َحةَ الن ِ‬
‫‪َ .‬واجْ َع ْلهُ ْم َرحْ َمةً َو َر ْأفَةً َعلَى ِعبَا ِدكَ ال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬

‫اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ لَنَا ِد ْينَنَا اَلَّ ِذيْ هُ َو ِعصْ َمةُ أَ ْم ِرنَا‪َ ،‬وأَصْ لِحْ لَنَا ُد ْنيَانَا اَلَّتِي فِ ْيهَا َم َعا ُشنَا‪َ ،‬وأَصْ لِحْ لَنَا آ ِخ َرتَنَا اَلَّتِي فِ ْيهَا َم َعا ُدنَا‪َ ،‬واجْ َع ِل ْال َحيَاةَ‬
‫ف بَ ْينَ قُلُوْ بِنَا َوا ْه ِدنَا ُسب َُل ال َّساَل ِم ‪َ ،‬وأَ ْخ ِرجْ نَا ِمنَ‬ ‫ِزيَا َدةً لَنَا فِي ُك ِّل خَ ي ٍْر‪َ ،‬و ْال َموْ تَ َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِّل َشرٍّ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَصْ لِحْ َذاتَ بَ ْينِنَا َوأَلِّ ْ‬
‫ارنَا َوقُوَّاتِنَا َوأَ ْز َوا ِجنَا َو ُذ ِّريَاتِنَا َوأَ ْم َوالِنَا َواجْ َع ْلنَا ُمبَا َر ِك ْينَ أَ ْينَ َما ُكنَّا‬
‫ص ِ‬‫ار ْك لَنَا فِي أَ ْس َما ِعنَا َوأَ ْب َ‬ ‫ت إِلَى النُّوْ ِر‪َ ،‬وبَ ِ‬‫الظلُ َما ِ‬ ‫‪ُّ .‬‬

‫ص َّحةَ َوال َعافِيَةَ َوال َّساَل َمةَ َوال َغنِ ْي َمةَ لِ ُع ُموْ ِم ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم‬ ‫ب ال ُم ْذنِبِ ْينَ ِمنَ ال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوتُبْ َعلَى التَّائِبِ ْينَ َوا ْكتُبْ ال ِ‬ ‫اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ ُذنُوْ َ‬
‫ت َوال ُم ْؤ ِمنِ ْينَ‬ ‫ضى ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪َ ،‬وارْ َح ْمنَا َموْ تَانَا َو َموْ تَى ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َولِ َوالِ َد ْينَا َولِ ْل ُم ْسلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬‫ضانَا َو َمرْ َ‬ ‫ف َمرْ َ‬ ‫َوا ْش ِ‬
‫ت‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا ُذنُبَنَا ُكلَّهُ؛ ِدقَّهُ َو ِجلَّهُ‪ ،‬أَ َولَّهُ َوآ ِخ َرهُ‪ِ ،‬س َّرهُ َو َعلَنَهُ‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْغفِرْ لَنَا َما قَ َّد ْمنَا َو َما آ َّخرْ نَا‬ ‫ت اَأْل َحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواألَ ْم َوا ِ‬
‫َوال ُم ْؤ ِمنَا ِ‬
‫َخ ُر اَل إِلَهَ إِاَّل أَ ْنتَ‬ ‫‪َ .‬و َما أَ ْس َررْ نَا َو َما أَ ْعلَنَّا َو َما أَ ْس َر ْفنَا َو َما أَ ْنتَ أَ ْعلَ ُم بِ ِه ِمنَّا أَ ْنتَ ال ُمقَ ِّد ُم َوأَ ْنتَ ال ُمؤ ِّ‬

‫اَللَّهُ َّم ا ْسقِنَا َوأَ ِغ ْثنَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْسقِنَا َوأَ ِغ ْثنَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم أَ ْع ِطنَا َواَل تَحْ ِر ْمنَا َو ِز ْدنَا َواَل تَ ْنقُصْ نَا َوآثِرْ نَا َواَل تُ ْؤثِرْ َعلَ ْينَا‪ ،‬اَللَّهُ َّم ا ْسقِنَا ال َغيْثض َواَل‬
‫تَجْ َع ْلنَا ِ َمن القَانِ ِط ْينَ ‪َ .‬وآ ِخ ُر َد ْع َوانَا أَ ِن ْال َح ْم ُد هَّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِم ْينَ َو َ‬
‫صلَّى هللاُ َو َسلَّ َم َوبَا َركَ َوأ ْن َعم َعلَى َع ْب ِد هللاِ َو َرسُوْ لِه ِنَبِيِّنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى‬
‫صحْ بِ ِه أَجْ َم ِع ْينَ‬
‫‪.‬آلِ ِه َو َ‬

‫‪Diterjemahkan dari khotbah Jumat Syaikh Ali al-Hudzaifi (Imam dan‬‬


‫)‪khotib Masjid Nabawi‬‬

‫‪Penerjemah: Abu Abdil Muhsin Firanda‬‬

‫‪Sumber: firanda.com‬‬

‫‪Read more https://khotbahjumat.com/3631-dahsyatnya-istighfar.html‬‬

Anda mungkin juga menyukai