Anda di halaman 1dari 4

10 Pelebur Dosa (1) | Rumaysho.

Com
Syaikhul  Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
Dalil-dalil Al Kitab dan As Sunnah menunjukkan bahwa ada sekitar sepuluh pelebur dosa, (rinciannya
sebagai berikut):
Pertama: Taubat.
Hal ini disepakati oleh kaum muslimin. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
‫وب َج ِميعًا إِنَّهُ هُ َو ْال َغفُو ُر ال َّر ِحي ُم‬ َ ُ‫ي الَّ ِذينَ أَ ْس َرفُوا َعلَى أَ ْنفُ ِس ِه ْم ال تَ ْقنَطُوا ِم ْن َرحْ َم ِة هَّللا ِ إِ َّن هَّللا َ يَ ْغفِ ُر ال ُّذن‬ َ ‫قُلْ يَا ِعبَا ِد‬
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa  semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Az Zumar: 53)
Allah Ta’ala juga berfirman,
‫ت َوأَ َّن هَّللا َ هُ َو التَّوَّابُ ال َّر ِحي ُم‬ ِ ‫ص َدقَا‬َّ ‫أَلَ ْم يَ ْعلَ ُموا أَ َّن هَّللا َ هُ َو يَ ْقبَ ُل التَّوْ بَةَ ع َْن ِعبَا ِد ِه َويَأْ ُخ ُذ ال‬
“Tidaklah mereka mengetahui, bahwasanya Allah menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan menerima
zakat dan bahwasanya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang?” (QS. At Taubah: 104)
Begitu pula Allah Ta’ala berfirman,
ِ ‫َوهُ َو الَّ ِذي يَ ْقبَ ُل التَّوْ بَةَ ع َْن ِعبَا ِد ِه َويَ ْعفُو َع ِن ال َّسيِّئَا‬
‫ت‬
“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hamba-Nya dan memaafkan kesalahan-kesalahan.” (QS.
Asy Syura: 25). Dan masih banyak ayat-ayat lainnya semisal ini yang menunjukkan bahwa taubat akan
melebur dosa.
Kedua: Istighfar (Mohon ampunan pada Allah).
Sebagaimana terdapat dalam hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ َ‫آخَر فَق‬
‫ال‬ َ ‫ب َويَأْ ُخ ُذ بِ ِه قَ ْد َغفَرْ ت لِ َع ْب ِدي ثُ َّم أَ ْذن‬
َ ‫َب َذ ْنبًا‬ َ ‫ َعلِ َم َع ْب ِدي أَ َّن لَهُ َربًّا يَ ْغفِ ُر ال َّذ ْن‬: ‫ أَيْ َربِّ أَ ْذنَبْت َذ ْنبًا فَا ْغفِرْ لِي فَقَا َل‬: ‫َب َع ْب ٌد َذ ْنبًا فَقَا َل‬ َ ‫إ َذا أَ ْذن‬
َ‫ فِي الثَّالِث ِة‬: َ‫ال َذلِك‬ َ ْ ْ َ َ ْ َ
َ ‫ب َويَأخذ بِ ِه قد َغفرْ ت لِ َع ْب ِدي فليَف َعلْ َما َشا َء ق‬ ُ ُ ْ َ ‫ َعلِ َم َع ْب ِدي أ َّن لهُ َربّا يَغفِ ُر الذن‬: ُ‫ فاغفِرْ هُ لِي فقا َل َربُّه‬. ‫أَيْ َربِّ أذنَبْت ذنبًا آخَ َر‬
ْ َّ ْ ً َ َ َ َ ْ َ ْ َ ْ َ
‫أَوْ الرَّابِ َع ِة‬
“Jika seorang hamba berbuat dosa, lalu ia berkata: Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa,
ampunilah aku. Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang Maha
Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku.” Kemudian ia berbuat
dosa lainnya, lantas ia pun mengatakan pada Rabbnya, “Wahai Rabbku, aku betul-betul telah berbuat dosa
lainnya, ampunilah aku.” Rabbnya menjawab, “Hamba-Ku telah mengetahui bahwa ia memiliki Rabb yang
Maha Mengampuni dosa dan menhukumi setiap dosa. Aku telah mengampuni hamba-Ku. Lakukanlah
sesukamu (maksudnya: selama engkau berbuat dosa lalu bertaubat, maka Allah akan mengampunimu,
pen).” Kemudian ia pun melakukan dosa lain yang ketiga atau keempat.”[1]
Dalam shahih Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫َب هَّللا ُ بِ ُك ْم َولَ َجا َء بِقَوْ ِم ي ُْذنِبُونَ ثُ َّم يَ ْستَ ْغفِرُونَ فَيَ ْغفِ ُر لَهُ ْم‬
َ ‫لَوْ لَ ْم تُ ْذنِبُوا لَ َذه‬
“Seandainya kamu sekalian tidak berbuat dosa sama sekali, niscaya Allah akan memusnahkan kalian.
Setelah itu, Allah akan mengganti kalian dengan umat yang pernah berdosa. Kemudian mereka akan
memohon ampunan kepada Allah (beristighfar) dan Allah pun pasti akan mengampuni mereka.”[2]
Dapat kita katakan bahwa sebagai pelebur dosa ialah istighfar (mohon ampunan pada Allah) disertai dengan
taubat. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada hadits,
‫ص َّر َم ْن ا ْستَ ْغفَ َر َوإِ ْن عَا َد فِي ْاليَوْ ِم ِمائَةَ َم َّر ٍة‬ َ َ‫َما أ‬
“Bukanlah orang yang terus berbuat dosa orang yang meminta ampunan (beristighfar) walaupun ia
kembali melakukan dosa dalam sehari sebanyak seratus kali.”[3]
Sebagian ulama mengatakan bahwa istighfar tanpa taubat pun dapat melebur dosa. Penjelasan lebih jauh
tentang hal ini diulas di tempat lainnya. Karena istigfar yang disertai dengan taubat, itulah yang ada pada
orang yang ingin bertaubat. Sedankan istighfar yang tidak disertai dengan taubat, maka ini akan didapati
pada sebagian orang yang beristighfar, di mana istighfar mereka di dalamnya terdapat khosyah (rasa takut
yang sangat pada Allah), ada pula rasa ingin kembali pada-Nya. Inilah yang dapat menggugurkan dosa-
dosanya. Sebagaimana masalah ini dapat kita lihat tentang hadits “bithoqoh”, orang yang memiliki kartu
“Laa ilaha illallah”. Kartu tersebut ternyata lebih berat dari dosa-dosanya yang begitu banyak. Ini semua
karena ia memiliki shidq (sifat selalu membenarkan) dan ikhlas sehingga menghapuskan dosa-dosa yang
ada. Begitu pula dosa seorang pezina yang ia memberikan minuman pada seekor anjing karena di dalam
hatinya ada iman. Masih banyak contoh lainnya selain itu.

10 Pelebur Dosa (2) | Rumaysho.Com


Alhamdulillah, wash shalaatu was salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala aalihi wa shohbihi ajma’in.
Pembaca sekalian yang moga selalu dalam penjagaan Allah dan senantiasa mendapatkan barokah dari-Nya.
Tulisan kali ini adalah tulisan yang tertunda sebelumnya, silakan lihat di sini. Baru sempat saat ini
rumaysho.com melanjutkannya. Bahasan ini adalah bahasan dari Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah mengenai apa saja yang termasuk pelebur dosa yang nanti akan beliau jelaskan sampai sepuluh
rincian. Insya Allah rumaysho.com akan menyicilnya perlahan-lahan. Moga Allah mudahkan dan
memberikan kekuatan. Allahumma yassir wa a’in.
Ketiga: Amalan kebaikan sebagai pelebur dosa.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala,
ِ ‫ْن ال َّسيِّئَا‬Œَ ‫ت ي ُْذ ِهب‬
‫ت‬ ِ ‫ار َو ُزلَفًا ِمنَ اللَّ ْي ِل إِ َّن ْال َح َسنَا‬ ِ َ‫ط َرفَ ِي النَّه‬ َ َ‫َوأَقِ ِم الصَّالة‬
“Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan
daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk.” (QS. Huud: 114)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ت ْال َكبَائِ ُر‬
ْ َ‫ات لِ َما بَ ْينَه َُّن إ َذا اُجْ تُنِب‬
ٌ ‫ضانَ ُم َكفِّ َر‬ َ ‫ضانُ إلَى َر َم‬ َ ‫ات ْال َخ ْمسُ َو ْال ُج ُم َعةُ إلَى ْال ُج ُم َع ِة َو َر َم‬ ُ ‫صلَ َو‬ َّ ‫ال‬
“Di antara shalat lima waktu, di antara Jum’at yang satu dan Jum’at yang berikutnya, di antara Ramadhan
yang satu dan Ramadhan yang berikutnya, akan mengampuni dosa-dosa di antara kedunya asalkan dosa-
dosa besar dijauhi.”[1]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
‫ضانَ إي َمانًا َواحْ تِ َسابًا ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬ َ ‫صا َم َر َم‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan atas dasar iman dan mengharapkan pahala dari Allah, maka
dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”[2]
Dalam hadits lain, beliau bersabda,
ُ‫ث َولَ ْم يَ ْف ُس ْق َر َج َع ِم ْن ُذنُوبِ ِه َكيَوْ ِم َولَ َد ْتهُ أُ ُّمه‬ ْ ُ‫َم ْن َح َّج هَ َذا ْالبَيْتَ فَلَ ْم يَرْ ف‬
“Siapa yang berhaji ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok dan tidak berbuat kefasikan maka dia
pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.”[3]
Dalam hadits lain disebutkan,
‫ُوف َوالنَّ ْه ُي ع َْن ْال ُم ْن َك ِر‬ ِ ‫ص َدقَةُ َواأْل َ ْم ُر بِ ْال َم ْعر‬ َّ ‫صيَا ُم َوال‬ ِّ ‫صاَل ةُ َوال‬ َّ ‫فِ ْتنَةُ ال َّر ُج ِل فِي أَ ْهلِ ِه َو َمالِ ِه َو َولَ ِد ِه تُ َكفِّ ُرهَا ال‬
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun fitnah itu akan
terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amr ma’ruf (mengajak pada kebaikan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran).”[4]
Hadits lain pula,
‫ُض ًوا ِم ْنهُ ِمنْ النَّا ِر َحتَّى فَ ْر َجهُ بِفَ ْر ِج ِه‬ ْ ‫ُض ٍو ِم ْن َها ع‬ ْ ‫ق هَّللا ُ بِ ُك ِّل ع‬ َ َ‫ق َرقَبَةً ُمؤْ ِمنَةً أَ ْعت‬ َ َ‫َمنْ أَ ْعت‬
“Barangsiapa yang memerdekakan seorang budak mukminah, maka Allah akan memerdakan setiap
anggota tubuhnya dari neraka. Sampai pun kemaluannya yang ia memerdekakan, itu pun akan selamat.”[5]
Hadits-hadits di atas dan semisalnya terdapat dalam kitab shahih.
Dalam hadits lain disebutkan pula,
‫ب‬َ َ‫ت َك َما تَأْ ُك ُل النَّا ُر ْال َحط‬ ِ ‫ُطفِ ُئ ْال َما ُء النَّا َر َو ْال َح َس ُد يَأْ ُك ُل ْال َح َسنَا‬ ْ ‫طفِ ُئ ْال َخ ِطيئَةَ َك َما ي‬ ْ ُ‫ص َدقَةُ ت‬ َّ ‫ال‬
“Sedekah itu akan memadamkan dosa sebagaimana air dapat memadamkan api. Hasad akan memakan
kebaikan sebagaimana api melahap kayu bakar.”[6]
Yang menjadi masalah dalam memahami hadits-hadits di atas, ada yang memahami bahwa amalan
kebaikan itu hanya menghapuskan dosa-dosa kecil saja. Adapun dosa besar, itu baru bisa terhapus dengan
taubat. Sebagaimana dalam sebagian hadits disebutkan,
‫ت ْال َكبَائِ ُر‬ ْ َ‫َما اُجْ تُنِب‬
“Selama seseorang menjauhi dosa-dosa besar.” Maka kami akan menjawab masalah ini dari beberapa sisi.
-Bahasan bahwa kebaikan tidak selamanya menghapus dosa kecil, bisa pula dosa besar akan diulas dalam
bahasan terakhir dari serial ini karena membutuhkan bahasan yang panjang dari Ibnu Taimiyah. Insya
Allah …-
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7/489

10 Pelebur Dosa (3) | Rumaysho.Com


Untuk menghapuskan dosa tidak hanya dengan taubat dan istighfar. Amalan sholeh yang dilakukan oleh
orang beriman itu pun bisa menghapuskan dosa bahkan dikatakan oleh  Ibnu Taimiyah sampai bisa
menghapuskan dosa besar. Totalnya ada 10 amalan yang bisa melebur dosa atau menghindarkan hamba dari
hukuman di akhirat kelak. Tulisan ini kami susun dari penjelasan Abul ‘Abbas Ibnu Taimiyah dalam
Majmu’ Al Fatawa. Dalam serial kali ini kita akan masuk pada pelebur dosa keempat dan kelima.
Keempat: Do’a sesama orang beriman kepada lainnya seperti melalui shalat jenazah.

Dari ‘Aisyah dan Anas bin Malik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
‫صلِّي َعلَ ْي ِه أُ َّمةٌ ِم ْن ْال ُم ْسلِ ِمينَ يَ ْبلُ ُغونَ ِمائَةً ُكلُّهُ ْم يَ ْشفَعُونَ إاَّل ُشفِّعُوا فِي ِه‬
َ ُ‫ت ي‬ٍ ِّ‫َما ِم ْن َمي‬
“Tidaklah seorang mayit dishalati oleh sekelompok kaum muslimin yang jumlahnya hingga 100 orang,
maka mereka semua akan memberikan syafa’at pada mayit tersebut”[1]
Dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata,
‫وت فَيَقُو ُم َعلَى ِجنَا َزتِ ِه أَرْ بَعُونَ َر ُجاًل اَل يُ ْش ِر ُكونَ بِاَهَّلل ِ َش ْيئًا إاَّل َشفَّ َعهُ ْم هَّللا ُ فِي ِه‬ ُ ‫َما ِم ْن َر ُج ٍل ُم ْسلِ ٍم يَ ُم‬
“Tidaklah seorang muslim meninggal dunia lalu ia dishalati (dengan shalat jenazah) oleh 40 orang di mana
mereka tidak berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apa pun melainkan orang yang dishalati tadi
akan mendapatkan syafa’at dari mereka.”[2] Kedua hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim. Ini adalah
do’a bagi seorang mukmin setelah ia mati. Tidak boleh dipahami bahwa ampunan bagi orang mukmin yang
bertakwa ini disyaratkan jika ia menjauhi dosa besar, lalu dosa-dosa kecilnya saja yang diampuni.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa dosa si mayit tadi diampuni menurut dua kubu yang berselisih[3]. Dari
sini dipahami pula bahwa do’a merupakan sebab ampunan bagi si mayit.
Kelima: Amalan kebaikan yang ditujukan untuk mayit.
Contohnya adalah sedekah. Amalan sedekah ini bermanfaat bagi mayit berdasarkan dalil yang shahih dan
tegas serta berdasarkan kesepakatan para ulama. Begitu pula dengan memerdekakan dan haji bagi si mayit
juga bermanfaat. Terdapat hadits shahih dalam Bukhari-Muslim yang menyebutkan bahwa Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫صا َم َع ْنهُ َولِيُّه‬َ ‫صيَا ٌم‬ ِ ‫َم ْن َماتَ َو َعلَ ْي ِه‬
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang puasa, maka ahli warisnya yang  nanti
mempuasakan dirinya.”[4]
Terdapat pula hadits semisal itu mengenai puasa nadzar dari riwayat yang lain. Amalan-amalan tadi tidak
bisa kita pertentangkan dengan ayat,
‫ْس لِإْل ِ ْن َسا ِن إاَّل َما َس َعى‬ َ ‫َوأَ ْن لَي‬
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.”[5] Hal ini
disebabkan dua alasan:
1. Telah terdapat dalil-dalil yang shahih yang mutawatir (lewat jalur yang banyak) ditambah dengan
kesepakatan para ulama salaf bahwa seorang mukmin akan mendapatkan manfaat dari amalan yang bukan ia
usahakan. Seperti dari do’a dan permintaan ampun dari para malaikat padanya sebagaimana disebutkan
dalam firman Allah Ta’ala,
‫ش َو َم ْن َحوْ لَهُ يُ َسبِّحُونَ بِ َح ْم ِد َربِّ ِه ْم َوي ُْؤ ِمنُونَ بِ ِه َويَ ْستَ ْغفِرُونَ لِلَّ ِذينَ آ َمنُوا‬ َ ْ‫الَّ ِذينَ يَحْ ِملُونَ ْال َعر‬
“(Malaikat-malaikat) yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji
Rabbnya dan mereka beriman kepada-Nya serta memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman.”[6]
Begitu pula dengan firman Allah Ta’ala,
ِ ‫ت ال َّرس‬
‫ُول‬ ِ ‫صلَ َوا‬َ ‫ت ِع ْن َد هَّللا ِ َو‬
ٍ ‫ق قُ ُربَا‬ ُ ِ‫ب َم ْن ي ُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َويَتَّ ِخ ُذ َما يُ ْنف‬ ِ ‫َو ِمنَ اأْل َ ْع َرا‬
“Di antara orang-orang Arab Badwi itu ada orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, dan
memandang apa yang dinafkahkannya (di jalan Allah) itu, sebagai jalan untuk mendekatkannya kepada
Allah dan sebagai jalan untuk memperoleh doa Rasul.”[7]
‫ك َولِ ْل ُم ْؤ ِمنِينَ َو ْال ُم ْؤ ِمنَات‬َ ِ‫َوا ْستَ ْغفِرْ لِ َذ ْنب‬
“Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.”[8]
Seperti juga do’a orang yang melaksanakan shalat jenazah pada si mayit dan bagi orang –beriman- berziarah
ke kuburnya.
2. Ayat di atas (surat An Najm ayat 39) secara tekstual tidaklah menunjukkan bahwa manusia akan
mendapatkan manfaat dari hasil usahanya saja. Tidaklah dipahami bahwa ia tidak memiliki atau tidak
berhak selain dari yang ia usahakan atau usaha orang lain tidak akan ia peroleh manfaatnya. Yang tepat
adalah Allah masih mungkin memberinya manfaat dan rahmat dari amalan orang lain dan itu tidak
menghalangi sama sekali. Sebagaimana Allah merahmati hamba dengan memberinya sebab agar keluar dari
kesempitan. Allah subhanahu wa ta’ala dengan hikmah dan rahmat-Nya menyayangi hamba dengan sebab
yang ia lakukan dan ini akan mengokohkannya dan semakin merahmatinya. Sebagaimana disebutkan dalam
hadits bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ آ ِمينَ َولَك بِ ِم ْث ِل‬: ‫ك ْال ُم َو َّك ُل بِ ِه‬ُ َ‫َما ِم ْن َر ُج ٍل يَ ْدعُو أِل َ ِخي ِه بِ َد ْع َو ِة إاَّل َو َّك َل هَّللا ُ بِ ِه َملَ ًكا ُكلَّ َما َدعَا أِل َ ِخي ِه قَا َل ْال َمل‬
“Tidaklah seseorang mendoakan saudaranya dengan suatu do’a melainkan Allah akan mengutus malaikat
yang bertugas ketika ia berdo’a kepada saudaranya, malaikat itu pun berkata, “Aamiin (semoga Allah
kabulkan), engkau pun akan dapat semisalnya.”[9]
Sebagaimana terdapat hadits, di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
‫يراطٌ ؛ َو َم ْن تَبِ َعهَا َحتَّى تُ ْدفَنَ فَلَهُ قِي َراطَا ِن ؛ أَصْ َغ ُرهُ َما ِم ْث ُل أُ ُح ٍد‬ َ ِ‫صلَّى َعلَى ِجنَازَ ٍة فَلَهُ ق‬ َ ‫َم ْن‬
“Barangsiapa yang shalat jenazah, maka ia akan mendapatkan satu qiroth. Barangsiapa yang menambah
dengan mengikutinya hingga dikuburkan, maka ia akan mendapatkan dua qiroth. Minimal ukuran qiroth
adalah semisal gunung Uhud.”[10] Sebagaimana Allah merahmati orang yang melaksanakan shalat jenazah
lantas berdo’a untuk si mayit, demikian pula si mayit dirahmati dengan do’a orang yang masih hidup
untuknya.
Pembahasan ini masih dilanjutkan pada pelebur dosa keenam s/d kesepuluh. Semoga Allah melebur setiap
dosa kita dengan taubat, istighfar dan amalan kebaikan. Ya Allah, terimalah setiap taubat kami.
Wallahu waliyyut taufiq.
Sumber: Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7: 498-500

10 Pelebur Dosa (4) | Rumaysho.Com


Kesempatan kali ini adalah serial terakhir dari 10 Pelebur Dosa yang sebelumnya telah dibahas. Di antara
sebab dosa bisa lebur adalah berkat syafa’at Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bagi pelaku dosa besar, bisa
pula karena musibah yang menimpa seorang muslim. Dan yang lebih besar dari itu semua adalah karena
rahmat dan ampunan Allah.
Sebab Keenam: Syafa’at[1] Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan yang lainnya pada pelaku (dosa
besar)[2] di hari kiamat kelak.
Sebagaimana telah terdapat hadits mutawatir (dengan jalur periwayatan yang banyak) yang membicarakan
tentang syafa’at. Seperti sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang shahih,
‫َشفَا َعتِي أِل َ ْه ِل ْال َكبَائِ ِر ِم ْن أُ َّمتِي‬
“Syafa’atku untuk pelaku dosa besar dari umatku.”[3]
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
‫ين المتلوثين‬ ْ َ‫ُخيِّرْ ت بَ ْينَ أَ ْن يَ ْد ُخ َل نِصْ فُ أُ َّمتِي ْال َجنَّةَ ؛ َوبَ ْينَ ال َّشفَا َع ِة ف‬
Œَ ِ‫ َولَ ِكنَّهَا لِ ْل ُم ْذنِب‬. ‫اختَرْ ت ال َّشفَا َعةَ أِل َنَّهَا أَ َع ُّم َوأَ ْكثَ ُر ؛ أَتَ َروْ نَهَا لِ ْل ُمتَّقِينَ ؟ اَل‬
َ‫ْال َخطَّائِين‬
“Separuh dari umatku akan dipilih untuk masuk surga atau akan diberi syafa’at. Maka aku pun memilih
agar umatku diberi syafa’at kareana itu tentu lebih umum dan lebih banyak. Apakah syafa’at itu hanya
untuk orang bertakwa? Tidak. Syafa’at itu untuk mereka yang terjerumus dalam dosa (besar).”[4] [5]
Sebab Ketujuh: Musibah di dunia yang menjadi sebab terhapusnya dosa.
Sebagaimana disebutkan dalam shahihain (Bukhari-Muslim), Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫ب ؛ َواَل هَ ٍّم ؛ َواَل َح َز ٍن ؛ َواَل َغ ٍّم ؛ َواَل أَ ًذى – َحتَّى ال َّشوْ َكةُ يَ َشا ُكهَا – إاَّل َكفَّ َر هَّللا ُ بِهَا ِم ْن خَ طَايَاه‬ َ ‫ب ؛ َواَل ن‬
ٍ ‫َص‬ ٍ ‫ص‬ َ ‫ُصيبُ ْال ُم ْؤ ِمنَ ِم ْن َو‬ ِ ‫َما ي‬
“Tidaklah menimpa seorang mukmin berupa rasa sakit (yang terus menerus), rasa capek, kekhawatiran
(pada pikiran), sedih (karena sesuatu yang hilang)[6], kesusahan hati[7] atau sesuatu yang menyakiti[8]
sampai pun duri yang menusuknya melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”[9]
Sebab Kedelapan: Ujuan di alam kubur, juga siksaan dan kenikmatan yang menjadi sebab
terhapusnya dosa-dosanya.
Sebab Kesembilan: Kengerian dan kesulitan pada hari kiamat.
Sebab Kesepuluh: Rahmat dan ampunan dari Allah tanpa sebab yang dilakukan oleh hamba.
Jika sudah jelas bahwa celaan dan hukuman akan terhindar pada pelaku dosa karena sepuluh sebab di atas,
maka anggapan yang menyatakan bahwa hukuman bagi pelaku dosa besar (al kabair) hanya bisa terhapus
dengan taubat berarti menyelisihi keterangan di atas.
[10 Pelebur Dosa ini diterjemahkan dari Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 7: 487-501]

Anda mungkin juga menyukai