taubat masih
terbuka?
ُقْل َي ا ِع َب اِدَي اَّلِذيَن َأْس َر ُفوا َع َلى َأْنُفِس ِه ْم اَل َت ْق َن ُط وا ِم ْن َر ْح َمِة ِهَّللا ِإَّن َهَّللا
) َو َأِنيُبوا ِإَلى َر ِّب ُك ْم53( َي ْغ ِفُر الُّذ ُنوَب َج ِميًعا ِإَّن ُه ُه َو اْلَغ ُفوُر الَّر ِحيُم
)54( َو َأْس ِلُموا َلُه ِم ْن َقْب ِل َأْن َي ْأِتَي ُك ُم اْلَع َذ اُب ُثَّم اَل ُتْن َص ُروَن
“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui
batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya
Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu,
dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang
azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong
(lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54).
Doa Rasul
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa membaca
do’a:
الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى َخ ِط يَئ ِتى َو َج ْهِلى َو ِإْس َر اِفى ِفى َأْم ِر ى َو َم ا َأْن َت َأْع َلُم ِبِه
ِم ِّن ى الَّلُهَّم اْغ ِفْر ِلى ِج ِّد ى َو َه ْز ِلى َو َخ َط ِئى َو َع ْم ِدى َو ُك ُّل َذ ِلَك ِع ْن ِدى
(Ya Allah, ampunilah kesalahanku, kejahilanku,
sikapku yang melampaui batas dalam urusanku dan
segala hal yang Engkau lebih mengetahui hal itu dari
diriku. Ya Allah, ampunilah aku, kesalahan yang
kuperbuat tatkala serius maupun saat bercanda dan
ampunilah pula kesalahanku saat aku tidak sengaja
maupn sengaja, ampunilah segala kesalahan yang
kulakukan)
HR. Bukhari no. 6398 dan Muslim no. 2719
Syaikh Muhammad bin Sholeh Al ‘Utsaimin
rahimahullah memberikan faedah berharga
mengenai do’a:
1. Hendaknya seseorang menghadirkan segala
apa yang ingin ia minta.
2. Ketika berdo’a berarti kita sedang berinteraksi
dengan Allah. Ketika seseorang merinci atau
banyak meminta kepada Allah ketika interaksi
tersebut, itu membuat Allah lebih menyukainya
dibanding dengan hanya ringkas saja dalam
meminta.
3. Semakin banyak seseorang berdo’a, berarti ia
semakin dekat dengan Allah.
4. Semakin banyak seseorang berdo’a
(memohon), itu tanda bahwa ia semakin butuh
pada Allah Ta’ala
[Disarikan dari Syarh Ad Du’aa, Hamir bin ‘Abdul
Humaid bin Miqdam, do’a no. 84]