PENDAHULUAN
Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang luput dari yang namanya
dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, kecuali bagi orang-orang
yang di jaga Allah ﷻdari berbuat kemaksiatan atau dosa (ma‘shûm). Karena
memang itulah fitrah kita sebagai manusia. Sebagai mana sabda Rasulullah
ﷺ. “manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa” (HR. Ahmad). Dosa
umumnya dibagi kedalam dua bagian yaitu dosa kepada Allah ﷻdan dosa
kepada sesama manusia. Namun kita sangatlah beruntung karena Allah ﷻ
senantiasa membukakan pintu taubat kepada kita selama nyawa masih di kandung
badan. Akan tetapi jangan pula hal ini membuat kita menunda-nunda taubat kita
karena urusan maut itu adalah rahasia Allah ﷻtidak seorang pun yang
mengetahuinya.
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat,
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa, berdzikir
atau melakukan ibadah lain agar taubatnya di terima Allah ﷻ. Ada sebuah
kisah dimana seorang pelacur yang diterima taubatnya lantaran memberikan air
untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan, Allah ﷻmaha pengasih
dan penyayang. Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan
tidak diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi
sudah di akhirat. Memohon apapun, ketika seorang manusia sudah di akherat
Allah ﷻtidak akan menerimanya taubatnya, maka ia harus di siksa terlebih
dahulu merasakan pedihnya siksa di dalam nerakanya Allah ﷻsampai ia sudah
tidak ada dosa-dosanya lagi, kemudian setelah bersih dirinya dari dosa baru ia
dimasukan kedalam surganya Allah ﷻ, kecuali apabila ia mendapatkan syafaat
di akhirat kelak.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taubat?
2. Apa dalil dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan taubat?
3. Apa dalil dari Hadist yang berkaitan dengan taubat?
4. Bagaimana caranya taubat?
5. Apa saja keuntungan taubat?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Taubat
Kata taubat توبةmerupakan bentuk masdar dari kata kerja تاب. Selain kata
taubat, kata kerja تابmasih mempunyai bentuk masdar yang lain, yaitu tauban توبا
,mataban متابا, tabatan تابة, dan tatwibatan تتوبة. Secara etimologis, kata tersebut
dapat berarti kembali الرجوعatau menyesal الندم. Secara terminologis, taubat berarti
kembali dari perbuatan maksiat atau dosa menuju taat kepada Allah ;ﷻdan
menyesali semua perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Dan orang yang taubat
disebut at-ta’ib التائب. Karenanya, seorang ta’ib adalah orang yang kembali dari
sifat sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji; orang yang kembali dari sesuatu
yang dilarang Allah ﷻmenuju apa yang diperintahkanNya, orang yang
kembali dari sesuatu yang dibenci Allah ﷻmenuju sesuatu yang diridlai-Nya;
atau orang yang kembali kepada Allah ﷻsetelah berpisah, menuju taat kepada-
Nya, setelah melakukan pelanggaran atau kedurhakaan (al-mukhalafat).
Mayoritas ulama’ berpendapat, taubat adalah awal dan akhir dari setiap
maqâm (jenjang spiritual), bahkan ia selalu bersama atau menyertai setiap maqâm.
Barang siapa tidak ber-taubat, maka ia tidak akan memperoleh maqâm tertentu .
Berkaitan dengan hakikat taubat itu sendiri, para ulama berselisih pendapat.
Bagi al-Qusyairî (376-465H), taubat merupakan tingkatan pertama bagi orang-
orang yang menempuh jalan spiritual (as-sâlikîn). Taubat diartikan dengan
kembali dari sesuatu yang tercela dalam syara’ menuju sesuatu yang terpuji.
Sedang Zuan-Nun al-Misrî (W. 245H) ketika ditanya tentang taubat, dia
menyatakan, taubat orang awam disebabkan oleh perbuatan dosa, dan taubat
orang khawwâs lahir dari kelalaian. Baginya, orang yang ber-taubat adalah orang
yang benar-benar menyesal atas segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Oleh karena itu, istigfar tanpa dibarengi dengan usaha menghentikan perbuatan
dosanya, sama saja dengan taubat seorang pendusta.
3
B. Beberapa Dalil Al-Qur’an Tentang Taubat Nashuha
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُتوُبوا ِإَلى ِهَّللا َتْو َبًة َنُصوًحا َع َس ى َر ُّبُك ْم َأْن ُيَك ِّف َر َع ْنُك ْم َس ِّيَئاِتُك ْم َو ُي ْد ِخ َلُك ْم َج َّن اٍت َتْج ِر ي ِم ْن
َتْح ِتَها اَأْلْنَهاُر َيْو َم اَل ُيْخ ِز ي ُهَّللا الَّنِبَّي َو اَّلِذ يَن َآَم ُنوا َم َع ُه ُنوُر ُهْم َيْس َع ى َبْيَن َأْيِد يِهْم َو ِبَأْيَم اِنِه ْم َيُقوُلوَن َر َّبَنا َأْتِمْم َلَنا
ُنوَر َنا َو اْغ ِفْر َلَنا ِإَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر
ُقْل َيا ِعَباِدَي اَّلِذ يَن َأْس َر ُفوا َع َلى َأْنُفِس ِه ْم اَل َتْقَنُطوا ِم ْن َر ْح َم ِة ِهَّللا ِإَّن َهَّللا َيْغ ِفُر الُّذ ُنوَب َجِم يًعا ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفوُر
)54( ) َو َأِنيُبوا ِإَلى َر ِّبُك ْم َو َأْس ِلُم وا َلُه ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأِتَيُك ُم اْلَع َذ اُب ُثَّم اَل ُتْنَص ُروَن53( الَّر ِح يُم
Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam
maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali
pada Allah ﷻ. Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah ﷻ
mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya.
Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak
mungkin terhitung). Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa Allah ﷻ
tidaklah mengampuni dosa syirik, itu maksudnya adalah bagi yang tidak mau
bertaubat dan dibawa mati. Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka
ia pun diampuni.
4
Kemudian setelah itu, Allah ﷻberfirman,
ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن
َو َأِنيُبوا ِإَلى َر ِّبُك ْم َو َأْس ِلُم وا َلُه ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأِتَيُك ُم اْلَع َذ اُب ُثَّم اَل ُتْنَص ُروَن
َياَأُّيَها الَّناُس ُتْو ُبْو ا ِإَلى ِهللا َو اْسَتْغ ِفُرْو ُه َفِإِّنْي َأُتْو ُب ِفْي الَيْو ِم ِم اَئَة َم َّر ٍة
(َوِهللا َإِّني َأَلْسَتْغ ِفُر َهللا: َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َليِه َو َس َّلَم َيُقوُل: َو َع ْن أِبي ُهَر يَر َة َرِض َي ُهللا َعنُه َقاَل
. َو َأُتوُب ِإليِه ِفي الَيوِم َأكَثَر ِم ْن َس بِع يَن َم َّر ًة) َر َو اُه الُبَخ اِر ُّي
Dari Abi Hurairoh Ra. beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah ﷺ
bersabda, ‘Demi Allah ﷻ, sesungguhnya aku pasti memohon ampun kepada Allah
ﷻdan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.’” (HR. Al-
Bukhori). Kalau Rasulullah ﷺyang merupakan orang suci dan mulia serta
terjaga keimanannya saja bisa tobat sehari lebih dari 70 kali, apalagi kita manusia
biasa yang banyak dosa. Tentulah harus lebih banyak bertobat. Mushthafâ Sa‘îd
al-Khin, Musthafâ al-Bughâ, dkk, dalam Nuzhat al-Muttaqin Syarh Riyâdl as-
Salihin, menyatakan, bahwa hadis di atas merupakan anjuran bagi umat
Muhammad ﷺ, untuk melakukan taubat dan istigfar, dan sebagai sarana
5
pengajaran Nabi kepada umatnya, sekaligus untuk menambah derajat Nabi secara
pribadi di sisi Allah. hadis di atas memberi pelajaran, agar setiap hari, setiap saat,
seseorang agar terus-menerus memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Jika
Rasul yang ma‘shûm saja ber-istigfar dan bertaubat lebih dari tujuh puluh hingga
seratus kali, bahkan lebih, maka bagaimana dengan manusia biasa yang sering
dikalahkan oleh dan menuruti hawa nafsu. Tentu, taubat dan istigfar-nya harus
lebih banyak, daripada apa yang telah dilakukan oleh Nabi ﷺ.
َع ْن َأَنٍس ْبِن َم اِلٍك َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُهَّلَل َأَشُّد َفَر ًحا ِبَتْو َبِة َع ْب ِدِه ِح يَن َيُت وُب
ِإَلْيِه ِم ْن َأَحِد ُك ْم َك اَن َع َلى َر اِح َلِتِه ِب َأْر ِض َفاَل ٍة َف اْنَفَلَتْت ِم ْن ُه َو َع َلْيَه ا َطَع اُم ُه َو َش َر اُبُه َف َأِيَس ِم ْنَه ا َف َأَتى َش َج َر ًة
َفاْض َطَجَع ِفي ِظ ِّلَها َقْد َأِيَس ِم ْن َر اِح َلِتِه َفَبْيَنا ُهَو َك َذ ِلَك ِإَذ ا ُهَو ِبَها َقاِئَم ًة ِع ْن َد ُه َفَأَخ َذ ِبِخ َطاِمَه ا ُثَّم َق اَل ِم ْن ِش َّد ِة
اْلَفَر ِح الَّلُهَّم َأْنَت َع ْبِد ي َو َأَنا َر ُّبَك َأْخ َطَأ ِم ْن ِش َّد ِة اْلَفَر ِح
6
َع ْن َأِبي ُم وَس ى َاَأْلْش َع ِر ِّي َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَّن َهَّللا َع َّز َو َج َّل َيْبُس ُط َي َد ُه
ِبالَّلْيِل ِلَيُتوَب ُمِس يُء الَّنَهاِر َو َيْبُس ُط َيَد ُه ِبالَّنَهاِر ِلَيُتوَب ُمِس يُء الَّلْيِل َح َّتى َتْطُلَع الَّشْم ُس ِم ْن َم ْغ ِرِبَها
Dari Abu Musa al Asy’ari َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُهsemoga Allah meridhainya bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau beliau bersabda :“Allah ﷻakan
senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk
menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah ﷻ
senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk
menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian
terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim nomor 2759)
َع ْن اْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم ا َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا َع ْن َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَّن َهَّللا َيْقَب ُل َتْو َب َة اْلَع ْب ِد َم ا َلْم
ُيَغْر ِغ ر
Dari Ibnu Umar َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم اsemoga Allah meridhai mereka berdua
bahwa Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang
hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.” (HR. Tirmidzi nomor
3847 dan Imam Tirmidzi serta Ibnu Hibban menghasankannya)
7
Bagi orang yang pernah melakukan dosa, perbuatan taubat berfungsi
mengembalikan diri ke jalan yang benar setelah melakukan penyimpangan dari
jalan Allah ﷻ, atau mengembalikan diri ke jalan yang diridhai Allah ﷻ,
setelah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan tuntunan Allah ﷻ.
Perbuatan taubat, pada umumnya selalu dikaitkan dengan dosa yang dilakukan
sebelumnya. Taubat adalah sebuah perbuatan yang sangat terpuji yang tidak hanya
menjadi jalan untuk kembali ke halan yang benar, tetapi juga menjadi sarana
untuk peningkatan iman dan kedekatan diri kepada Allah ﷻ. Jadi taubat itu
dasarnya harus dilakukan kapan saja. Apakah merasa mempunyai dosa atau tidak,
apakah merasa menyimpang dari jalan yang benar atau tidak dan dalam keadaan
apa pun perbuatan taubat harus senantiasa dilakukan.
Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin menyampaikan tentang tiga
syarat taubat kepada Allah ﷻ. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib
dari segala macam dosa. Dalam kitabnya, Imam Nawawi menyampaikan jika
kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah ﷻartinya tidak ada
hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah ﷻ
harus memenuhi tiga syarat. Pertama, segera hentikan semua kemaksiatan yang
dilakukan sejak saat keinginan taubat muncul. Kedua, harus merasa menyesal
karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan mengulangi
perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Kalau tiga syarat ini tidak terpenuhi
semuanya dan ada satu syarat yang tidak dilaksanakan maka tidak sah taubatnya.
Imam Nawawi menyampaikan, jika kemaksiatan yang diperbuat ada
hubungannya dengan orang lain. Maka syarat taubatnya ada empat, yakni tiga
syarat taubat kepada Allah ﷻharus terpenuhi. Syarat keempat melepaskan
tanggungan itu dari hak orang lain. Jika tanggungan itu berupa harta atau yang
serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya kepada orang yang
berhak. Jika berupa tuduhan zina atau yang serupa dengan itu, maka harus
mencabut tuduhan itu dari orang yang dituduh atau meminta ampun dari orang
yang dituduh itu. Jika maksiat yang dilakukan berupa mengumpat orang lain,
maka harus meminta dimaafkan oleh orang yang diumpat. Imam Nawawi
mengatakan, sudah jelas dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah
Rasulullah ﷺserta ijma seluruh umat tentang wajibnya melakukan taubat.
8
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa dosa terhadap manusia lebih
susah untuk di maafkan dibanding kan dengan dosa terhadap Allah ﷻ. Oleh
karnanya sebaiknya didalam kita bergaul dengan sesama ada baiknya kita
menjaga sopan santun kita supaya tidak menyakiti orang lain. Rasulullah ﷺ
bersabda “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah
keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik “ (Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada
sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).
E. Keuntungannya Taubat
Imam al-Ghazali berpendapat bahwa, taubat adalah suatu usaha dari beberapa
pekerjaan hati. Singkatnya, menurut para ulama, taubat itu ialah membersihkan
hati dari dosa. Guru kami Rahimahullah berkata, taubat itu adalah tidak lagi
mengerjakan dosa yang pernah dikerjakan, maupun segala dosa yang setingkat
dengan itu, dengan niat mengagungkan Allah ﷻdan takut akan murka-Nya.
Beberapa pahala taubat yang dilakukan dengan tulus maka akan dibalas Allah
ﷻ, beberapa hikmah yang diberikan kepada petaubat, di antaranya:
Pertama, taubat membawa kesuksesan. Jika menempuh jalan yang
dilarang Allah ﷻ, maka berarti memilih untuk kehilangan rahmat,
penghargaan, bantuan, dan perlindungan Allah ﷻ. Tetapi dengan sungguh-
sungguh bertaubat, maka yakinlah akan ampunan-Nya. Allah ﷻmemberitahu
kita, dalam surat An Nur ayat 31 sebagai berikut:
ۚ َو ُتوُبوا ِإَلى ِهَّللا َجِم يًعا َأُّيَه اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman,
agar kamu beruntung.”
9
َأَو اَل َيَر ْو َن َأَّنُهْم ُيْفَتُنوَن ِفي ُك ِّل َعاٍم َم َّر ًة َأْو َم َّرَتْيِن ُثَّم اَل َيُتوُبوَن َو اَل ُهْم َيَّذ َّك ُروَن
ۚ ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن
“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”
BAB III
10
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga,
tetapi ada pula manusia yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka
yang beriman dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan
kehidupan diakhirat kelak. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari
salah dan lalai. Dirinya sering dihinggapi hawa nafsu yang selalu mengajak
kejahatan dan bermaksiat pada Allah ﷻ. Dalam ‘peperangan’ itu, tak jarang
manusia sering kalah. Oleh karena itu, manusia hendaknya selalu ber-taubat
dengan taubat nashûha, dan ber-istigfar setiap saat. Baik Alquran dan hadits jelas
bahwa orang yang bertobat dengan tulus kepada Allah dan berkomitmen untuk
tidak kembali lagi kepada dosa-dosa itu akan diampuni dosa-dosanya,
mendatangkan rahmat-Nya. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa
dan memasukannya kedalam surga.
3.2 SARAN
hikmah keuntungan dunia maupun akhirat dari taubat nashuha. Senantiasa taubat
secara lahir dan batin, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi, serta
menghiasi perbuatannya sehari-hari dengan perbuatan yang baik dan diridlai oleh
Allah ﷻ.
DAFTAR PUSTAKA
11
Abd al-Baqi, Muhammad Fu’ad, al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz alQur’an al-
Falah.
Syarh as-Sunnah, ditahqiq oleh Syu‘ayb Arna’ut, cet. Ke-1 Bairut : al-
Ibn Hanbal, Ahmad Ibn Muhammad (164-241 H), al-Musnad Ahmad Ibn
Ibn Hajar, Ahmad Ibn ‘Alî, al-‘Asqalani (773-852 H), Fat-h al-Barî, ditakhrij dan
Salafiyyah, t.t
Khin al-, Mushthafa Sa‘id, al-Bughâ, Musthafâ, Nuzhat al-Muttaqîn Syarh Riyadl
12