Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang luput dari yang namanya
dosa, baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja, kecuali bagi orang-orang
yang di jaga Allah ‫ﷻ‬dari berbuat kemaksiatan atau dosa (ma‘shûm). Karena
memang itulah fitrah kita sebagai manusia. Sebagai mana sabda Rasulullah
‫ﷺ‬. “manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa” (HR. Ahmad). Dosa
umumnya dibagi kedalam dua bagian yaitu dosa kepada Allah ‫ ﷻ‬dan dosa
kepada sesama manusia. Namun kita sangatlah beruntung karena Allah ‫ﷻ‬
senantiasa membukakan pintu taubat kepada kita selama nyawa masih di kandung
badan. Akan tetapi jangan pula hal ini membuat kita menunda-nunda taubat kita
karena urusan maut itu adalah rahasia Allah ‫ ﷻ‬tidak seorang pun yang
mengetahuinya.
Seseorang akan diterima taubatnya apabila ia bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, syarat diterimanya taubat ialah menyesali dosa yang telah diperbuat,
dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi, selanjutnya adalah berdoa, berdzikir
atau melakukan ibadah lain agar taubatnya di terima Allah ‫ﷻ‬. Ada sebuah
kisah dimana seorang pelacur yang diterima taubatnya lantaran memberikan air
untuk minum kepada anjing yang sedang kehausan, Allah ‫ ﷻ‬maha pengasih
dan penyayang. Taubat akan diterima selama seseorang masih hidup didunia, dan
tidak diterima taubatnya apabila nyawanya sudah sampai kerongkongan apalagi
sudah di akhirat. Memohon apapun, ketika seorang manusia sudah di akherat
Allah ‫ ﷻ‬tidak akan menerimanya taubatnya, maka ia harus di siksa terlebih
dahulu merasakan pedihnya siksa di dalam nerakanya Allah ‫ ﷻ‬sampai ia sudah
tidak ada dosa-dosanya lagi, kemudian setelah bersih dirinya dari dosa baru ia
dimasukan kedalam surganya Allah ‫ﷻ‬, kecuali apabila ia mendapatkan syafaat
di akhirat kelak.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian taubat?
2. Apa dalil dari Al-Qur’an yang berkaitan dengan taubat?
3. Apa dalil dari Hadist yang berkaitan dengan taubat?
4. Bagaimana caranya taubat?
5. Apa saja keuntungan taubat?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi sebagai syarat
menyelesaikan pendidikan Daurohtul Hadits Al Fatah Temboro dan
memberikan pemahaman tentang pentingnya melaksanakan taubat
nashuha beserta keuntungannya.
2. Untuk mengetahui dalil Al-Qur’an yang berkaitan dengan taubat
3. Untuk mengetahui dalil hadits Nabi ‫ ﷺ‬tentang taubat.
4. Untuk mengetahui caranya taubat.
5. Untuk mengetahui keuntungannya taubat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Taubat

Kata taubat ‫ توبة‬merupakan bentuk masdar dari kata kerja ‫ تاب‬. Selain kata
taubat, kata kerja ‫ تاب‬masih mempunyai bentuk masdar yang lain, yaitu tauban ‫توبا‬
,mataban ‫متابا‬, tabatan ‫تابة‬, dan tatwibatan ‫ تتوبة‬. Secara etimologis, kata tersebut
dapat berarti kembali ‫ الرجوع‬atau menyesal ‫الندم‬. Secara terminologis, taubat berarti
kembali dari perbuatan maksiat atau dosa menuju taat kepada Allah ‫ ;ﷻ‬dan
menyesali semua perbuatan dosa yang telah dilakukannya. Dan orang yang taubat
disebut at-ta’ib ‫ التائب‬. Karenanya, seorang ta’ib adalah orang yang kembali dari
sifat sifat tercela menuju sifat-sifat yang terpuji; orang yang kembali dari sesuatu
yang dilarang Allah ‫ ﷻ‬menuju apa yang diperintahkanNya, orang yang
kembali dari sesuatu yang dibenci Allah ‫ ﷻ‬menuju sesuatu yang diridlai-Nya;
atau orang yang kembali kepada Allah ‫ ﷻ‬setelah berpisah, menuju taat kepada-
Nya, setelah melakukan pelanggaran atau kedurhakaan (al-mukhalafat).

Mayoritas ulama’ berpendapat, taubat adalah awal dan akhir dari setiap
maqâm (jenjang spiritual), bahkan ia selalu bersama atau menyertai setiap maqâm.
Barang siapa tidak ber-taubat, maka ia tidak akan memperoleh maqâm tertentu .
Berkaitan dengan hakikat taubat itu sendiri, para ulama berselisih pendapat.
Bagi al-Qusyairî (376-465H), taubat merupakan tingkatan pertama bagi orang-
orang yang menempuh jalan spiritual (as-sâlikîn). Taubat diartikan dengan
kembali dari sesuatu yang tercela dalam syara’ menuju sesuatu yang terpuji.
Sedang Zuan-Nun al-Misrî (W. 245H) ketika ditanya tentang taubat, dia
menyatakan, taubat orang awam disebabkan oleh perbuatan dosa, dan taubat
orang khawwâs lahir dari kelalaian. Baginya, orang yang ber-taubat adalah orang
yang benar-benar menyesal atas segala perbuatan dosa yang telah dilakukannya.
Oleh karena itu, istigfar tanpa dibarengi dengan usaha menghentikan perbuatan
dosanya, sama saja dengan taubat seorang pendusta.

3
B. Beberapa Dalil Al-Qur’an Tentang Taubat Nashuha

Sebagaimana dalam Al-Quran terdapat banyak ayat-ayat tentang perintah


untuk bertaubat, diantaranya terdapat dalam firman Allah ‫ﷻ‬

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن َآَم ُنوا ُتوُبوا ِإَلى ِهَّللا َتْو َبًة َنُصوًحا َع َس ى َر ُّبُك ْم َأْن ُيَك ِّف َر َع ْنُك ْم َس ِّيَئاِتُك ْم َو ُي ْد ِخ َلُك ْم َج َّن اٍت َتْج ِر ي ِم ْن‬
‫َتْح ِتَها اَأْلْنَهاُر َيْو َم اَل ُيْخ ِز ي ُهَّللا الَّنِبَّي َو اَّلِذ يَن َآَم ُنوا َم َع ُه ُنوُر ُهْم َيْس َع ى َبْيَن َأْيِد يِهْم َو ِبَأْيَم اِنِه ْم َيُقوُلوَن َر َّبَنا َأْتِمْم َلَنا‬
‫ُنوَر َنا َو اْغ ِفْر َلَنا ِإَّنَك َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬

"Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan


nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
nabi dan orang-orang mukmin yang bersamanya." QS. At-Tahrim:8

Sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬maha pemaaf atas segala dosa dan kesalahan


hamba-Nya, asalkan kita bertaubat, tidak mengulangi kesalahan tersebut dan
menjauhi semua kesalahan lainnya maka insyaallah Allah ‫ ﷻ‬akan
mengampuni dosa kita semua. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa
dan memasukannya kedalam surga. Kemudian Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ُقْل َيا ِعَباِدَي اَّلِذ يَن َأْس َر ُفوا َع َلى َأْنُفِس ِه ْم اَل َتْقَنُطوا ِم ْن َر ْح َم ِة ِهَّللا ِإَّن َهَّللا َيْغ ِفُر الُّذ ُنوَب َجِم يًعا ِإَّنُه ُهَو اْلَغ ُفوُر‬
)54( ‫) َو َأِنيُبوا ِإَلى َر ِّبُك ْم َو َأْس ِلُم وا َلُه ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأِتَيُك ُم اْلَع َذ اُب ُثَّم اَل ُتْنَص ُروَن‬53( ‫الَّر ِح يُم‬

Artinya : “Katakanlah“Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas


terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah.
Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan kembalilah kamu kepada
Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu
kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar {39} : 53-54).

Ayat di atas adalah seruan untuk segenap orang yang terjerumus dalam
maksiat, baik dalam dosa kekafiran dan dosa lainnya untuk bertaubat dan kembali
pada Allah ‫ﷻ‬. Ayat tersebut memberikan kabar gembira bahwa Allah ‫ﷻ‬
mengampuni setiap dosa bagi siapa saja yang bertaubat dan kembali pada-Nya.
Walaupun dosa tersebut amat banyak, meski bagai buih di lautan (yang tak
mungkin terhitung). Sedangkan ayat yang menerangkan bahwa Allah ‫ﷻ‬
tidaklah mengampuni dosa syirik, itu maksudnya adalah bagi yang tidak mau
bertaubat dan dibawa mati. Artinya jika orang yang berbuat syirik bertaubat, maka
ia pun diampuni.

4
Kemudian setelah itu, Allah ‫ ﷻ‬berfirman,

‫ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن‬

Artinya : “sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS.Al-baqarah/2:222).

Setelah Allah ‫ ﷻ‬menyebutkan ayat di atas, lalu Allah ‫ ﷻ‬mendorong untuk


segera bertaubat, jangan ditunda-tunda. Allah ‫ ﷻ‬berfirman:

‫َو َأِنيُبوا ِإَلى َر ِّبُك ْم َو َأْس ِلُم وا َلُه ِم ْن َقْبِل َأْن َيْأِتَيُك ُم اْلَع َذ اُب ُثَّم اَل ُتْنَص ُروَن‬

“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya


sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS.
Az Zumar {39} : 53-54).

C. Beberapa Hadits Rasulullah‫ ﷺ‬tentang Taubat

Imam Nawawi mengatakan, sudah jelas dalil-dalil yang tercantum dalam


Kitabullah, Sunnah Rasulullah ‫ ﷺ‬serta ijma seluruh umat tentang wajibnya
melakukan taubat.

‫َياَأُّيَها الَّناُس ُتْو ُبْو ا ِإَلى ِهللا َو اْسَتْغ ِفُرْو ُه َفِإِّنْي َأُتْو ُب ِفْي الَيْو ِم ِم اَئَة َم َّر ٍة‬

Artinya: “Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah dan memohonlah


ampun kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak 100
kali.” (HR. Muslim).

‫ (َوِهللا َإِّني َأَلْسَتْغ ِفُر َهللا‬:‫ َسِم ْع ُت َر ُسوَل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َليِه َو َس َّلَم َيُقوُل‬: ‫َو َع ْن أِبي ُهَر يَر َة َرِض َي ُهللا َعنُه َقاَل‬
. ‫َو َأُتوُب ِإليِه ِفي الَيوِم َأكَثَر ِم ْن َس بِع يَن َم َّر ًة) َر َو اُه الُبَخ اِر ُّي‬

Dari Abi Hurairoh Ra. beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda, ‘Demi Allah ‫ﷻ‬, sesungguhnya aku pasti memohon ampun kepada Allah
‫ ﷻ‬dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali.’” (HR. Al-
Bukhori). Kalau Rasulullah ‫ ﷺ‬yang merupakan orang suci dan mulia serta
terjaga keimanannya saja bisa tobat sehari lebih dari 70 kali, apalagi kita manusia
biasa yang banyak dosa. Tentulah harus lebih banyak bertobat. Mushthafâ Sa‘îd
al-Khin, Musthafâ al-Bughâ, dkk, dalam Nuzhat al-Muttaqin Syarh Riyâdl as-
Salihin, menyatakan, bahwa hadis di atas merupakan anjuran bagi umat
Muhammad ‫ﷺ‬, untuk melakukan taubat dan istigfar, dan sebagai sarana

5
pengajaran Nabi kepada umatnya, sekaligus untuk menambah derajat Nabi secara
pribadi di sisi Allah. hadis di atas memberi pelajaran, agar setiap hari, setiap saat,
seseorang agar terus-menerus memohon ampun dan bertaubat kepada Allah. Jika
Rasul yang ma‘shûm saja ber-istigfar dan bertaubat lebih dari tujuh puluh hingga
seratus kali, bahkan lebih, maka bagaimana dengan manusia biasa yang sering
dikalahkan oleh dan menuruti hawa nafsu. Tentu, taubat dan istigfar-nya harus
lebih banyak, daripada apa yang telah dilakukan oleh Nabi ‫ﷺ‬.

‫َع ْن َأَنٍس ْبِن َم اِلٍك َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل ُهَّلَل َأَشُّد َفَر ًحا ِبَتْو َبِة َع ْب ِدِه ِح يَن َيُت وُب‬

‫ِإَلْيِه ِم ْن َأَحِد ُك ْم َك اَن َع َلى َر اِح َلِتِه ِب َأْر ِض َفاَل ٍة َف اْنَفَلَتْت ِم ْن ُه َو َع َلْيَه ا َطَع اُم ُه َو َش َر اُبُه َف َأِيَس ِم ْنَه ا َف َأَتى َش َج َر ًة‬

‫َفاْض َطَجَع ِفي ِظ ِّلَها َقْد َأِيَس ِم ْن َر اِح َلِتِه َفَبْيَنا ُهَو َك َذ ِلَك ِإَذ ا ُهَو ِبَها َقاِئَم ًة ِع ْن َد ُه َفَأَخ َذ ِبِخ َطاِمَه ا ُثَّم َق اَل ِم ْن ِش َّد ِة‬

‫اْلَفَر ِح الَّلُهَّم َأْنَت َع ْبِد ي َو َأَنا َر ُّبَك َأْخ َطَأ ِم ْن ِش َّد ِة اْلَفَر ِح‬

Dari Anas bin Malik semoga Allah ‫ ﷻ‬meridhainya, bahwa Rusululloh


‫ ﷺ‬bersabda; “Sungguh kegembiraan Allah karena taubatnya hamba-Nya
melebihi kegembiraan salah seorang dari kalian terhadap hewan tunggangannya di
sebuah padang pasir yang luas, namun tiba-tiba hewan tersebut lepas, padahal di
atasnya ada makanan dan minuman hingga akhirnya dia merasa putus asa untuk
menemukannya kembali. kemudian ia beristirahat di bawah pohon, namun di saat
itu, tiba-tiba dia mendapatkan untanya sudah berdiri di sampingnya. Ia pun segera
mengambil tali kekangnya kemudian berkata: Ya Allah Engkau hambaku dan aku
ini Tuhan-Mu.” Dia telah salah berdoa karean terlalu senang. (HR. Muttafaqun
‘alaih dan ini adalah lafadz Imam Muslim no. 2747).

Hadits yang mengungkapkan bahwa sesungguhnya Allah ‫ ﷻ‬menyukai


orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Manusia adalah tempatnya salah dan lalai, tidaklah menjadi pembenaran untuk
hidup selalu dalam kesalahan. Akan tetapi Rasulullah ‫ ﷺ‬hanya ingin
menyampaikan bahwa manusia tidak terlepas dari potensi berbuat salah dan lalai.
Oleh karena itu kita wajib berusaha untuk menjadi manusia yang baik dan
berusaha menghindari kesalahan demi kesalahan.

6
‫َع ْن َأِبي ُم وَس ى َاَأْلْش َع ِر ِّي َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُه َأَّن َر ُسوَل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَّن َهَّللا َع َّز َو َج َّل َيْبُس ُط َي َد ُه‬

‫ِبالَّلْيِل ِلَيُتوَب ُمِس يُء الَّنَهاِر َو َيْبُس ُط َيَد ُه ِبالَّنَهاِر ِلَيُتوَب ُمِس يُء الَّلْيِل َح َّتى َتْطُلَع الَّشْم ُس ِم ْن َم ْغ ِرِبَها‬

Dari Abu Musa al Asy’ari ‫ َرِض َي ُهّٰللا َع ْنُه‬semoga Allah meridhainya bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau beliau bersabda :“Allah ‫ ﷻ‬akan
senantiasa membuka lebar-lebar tangan-Nya pada malam hari untuk
menerima taubat orang yang berbuat dosa pada siang hari dan Allah ‫ﷻ‬
senantiasa akan membuka tangan-Nya pada siang hari untuk
menerima taubat orng yang berbuat dosa pada malam hari, dan yang demikian
terus berlaku hingga matahari terbit dari barat.” (HR. Muslim nomor 2759)

‫َع ْن اْبِن ُع َم َر َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم ا َأَّن َر ُس وَل ِهَّللا َع ْن َص َّلى ُهَّللا َع َلْي ِه َو َس َّلَم َق اَل ِإَّن َهَّللا َيْقَب ُل َتْو َب َة اْلَع ْب ِد َم ا َلْم‬
‫ُيَغْر ِغ ر‬

Dari Ibnu Umar ‫ َر ِض َي ُهّٰللا َع ْنُهَم ا‬semoga Allah meridhai mereka berdua
bahwa Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat seorang
hamba selama nyawanya belum sampai ke tenggorokan.” (HR. Tirmidzi nomor
3847 dan Imam Tirmidzi serta Ibnu Hibban menghasankannya)

Hadits tersebut mengisyaratkan, bahwa manusia secara umum


diperintahkan untuk bertaubat dari segala bentuk kemaksiatan, kezaliman dan
dosa yang telah diperbuat, sebelum ajal menjemput. Karena taubat setelah
kematian datang, tidak ada manfaatnya. Dan yang perlu diingat adalah, manusia
tidak mengetahui kapan ia akan meninggal. Oleh karena itu, taubat kepada Allah
sedini mungkin, untuk mempersiapkan diri bertemu Allah dan menyongsong
kematian adalah tindakan bijaksana. Selain itu, ia juga dianjurkan untuk segera
melakukan amal shaleh, sebelum disibukkan dengan aktivitas-aktivitas lain, yang
menyebabkan sulit untuk beramal shaleh.

D. Bagaimana Caranya Taubat Nashuha

7
Bagi orang yang pernah melakukan dosa, perbuatan taubat berfungsi
mengembalikan diri ke jalan yang benar setelah melakukan penyimpangan dari
jalan Allah ‫ﷻ‬, atau mengembalikan diri ke jalan yang diridhai Allah ‫ﷻ‬,
setelah melakukan hal-hal yang bertentangan dengan tuntunan Allah ‫ﷻ‬.
Perbuatan taubat, pada umumnya selalu dikaitkan dengan dosa yang dilakukan
sebelumnya. Taubat adalah sebuah perbuatan yang sangat terpuji yang tidak hanya
menjadi jalan untuk kembali ke halan yang benar, tetapi juga menjadi sarana
untuk peningkatan iman dan kedekatan diri kepada Allah ‫ﷻ‬. Jadi taubat itu
dasarnya harus dilakukan kapan saja. Apakah merasa mempunyai dosa atau tidak,
apakah merasa menyimpang dari jalan yang benar atau tidak dan dalam keadaan
apa pun perbuatan taubat harus senantiasa dilakukan.
Imam Nawawi dalam Kitab Riyadhus Shalihin menyampaikan tentang tiga
syarat taubat kepada Allah ‫ﷻ‬. Ia menyampaikan bertaubat hukumnya wajib
dari segala macam dosa. Dalam kitabnya, Imam Nawawi menyampaikan jika
kemaksiatan terjadi antara seorang hamba dan Allah ‫ ﷻ‬artinya tidak ada
hubungannya dengan hak orang lain. Maka, untuk bertaubat kepada Allah ‫ﷻ‬
harus memenuhi tiga syarat. Pertama, segera hentikan semua kemaksiatan yang
dilakukan sejak saat keinginan taubat muncul. Kedua, harus merasa menyesal
karena telah melakukan kemaksiatan. Ketiga, berniat tidak akan mengulangi
perbuatan maksiat itu untuk selama-lamanya. Kalau tiga syarat ini tidak terpenuhi
semuanya dan ada satu syarat yang tidak dilaksanakan maka tidak sah taubatnya.
Imam Nawawi menyampaikan, jika kemaksiatan yang diperbuat ada
hubungannya dengan orang lain. Maka syarat taubatnya ada empat, yakni tiga
syarat taubat kepada Allah ‫ ﷻ‬harus terpenuhi. Syarat keempat melepaskan
tanggungan itu dari hak orang lain. Jika tanggungan itu berupa harta atau yang
serupa dengan itu, maka wajib mengembalikannya kepada orang yang
berhak. Jika berupa tuduhan zina atau yang serupa dengan itu, maka harus
mencabut tuduhan itu dari orang yang dituduh atau meminta ampun dari orang
yang dituduh itu. Jika maksiat yang dilakukan berupa mengumpat orang lain,
maka harus meminta dimaafkan oleh orang yang diumpat. Imam Nawawi
mengatakan, sudah jelas dalil-dalil yang tercantum dalam Kitabullah, Sunnah
Rasulullah ‫ ﷺ‬serta ijma seluruh umat tentang wajibnya melakukan taubat.

8
Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa dosa terhadap manusia lebih
susah untuk di maafkan dibanding kan dengan dosa terhadap Allah ‫ﷻ‬. Oleh
karnanya sebaiknya didalam kita bergaul dengan sesama ada baiknya kita
menjaga sopan santun kita supaya tidak menyakiti orang lain. Rasulullah ‫ﷺ‬
bersabda “Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah
keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergaulilah manusia
dengan akhlak yang baik “ (Riwayat Turmuzi, dia berkata haditsnya hasan, pada
sebagian cetakan dikatakan hasan shahih).

E. Keuntungannya Taubat

Imam al-Ghazali berpendapat bahwa, taubat adalah suatu usaha dari beberapa
pekerjaan hati. Singkatnya, menurut para ulama, taubat itu ialah membersihkan
hati dari dosa. Guru kami Rahimahullah berkata, taubat itu adalah tidak lagi
mengerjakan dosa yang pernah dikerjakan, maupun segala dosa yang setingkat
dengan itu, dengan niat mengagungkan Allah ‫ ﷻ‬dan takut akan murka-Nya.
Beberapa pahala taubat yang dilakukan dengan tulus maka akan dibalas Allah
‫ﷻ‬, beberapa hikmah yang diberikan kepada petaubat, di antaranya:
Pertama, taubat membawa kesuksesan. Jika menempuh jalan yang
dilarang Allah ‫ﷻ‬, maka berarti memilih untuk kehilangan rahmat,
penghargaan, bantuan, dan perlindungan Allah ‫ﷻ‬. Tetapi dengan sungguh-
sungguh bertaubat, maka yakinlah akan ampunan-Nya. Allah ‫ ﷻ‬memberitahu
kita, dalam surat An Nur ayat 31 sebagai berikut:

‫ۚ َو ُتوُبوا ِإَلى ِهَّللا َجِم يًعا َأُّيَه اْلُم ْؤ ِم ُنوَن َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman,
agar kamu beruntung.”

Kedua, bartaubat menjauhkan dari kesulitan. Semakin banyak kita berbuat


dosa, semakin kita kehilangan berkah Allah ‫ ﷻ‬dan semakin banyak cobaan
yang mungkin harus kita tanggung. Taubat dapat memberi kita jalan keluar dari
kesulitan hidup kita, sebagaimana Allah ‫ ﷻ‬berfirman dalam surat At Taubah
ayat 126:

9
‫َأَو اَل َيَر ْو َن َأَّنُهْم ُيْفَتُنوَن ِفي ُك ِّل َعاٍم َم َّر ًة َأْو َم َّرَتْيِن ُثَّم اَل َيُتوُبوَن َو اَل ُهْم َيَّذ َّك ُروَن‬

“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka


diuji sekali atau dua kali setiap tahun, namun mereka tidak (juga) bertaubat dan
tidak (pula) mengambil pelajaran?”

Ketiga, Allah ‫ ﷻ‬mencintai orang yang bertaubat. Tahukah kamu


bahwa taubat adalah salah satu ibadah yang paling dicintai-Nya? Allah ‫ﷻ‬
berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 222:

‫ۚ ِإَّن َهَّللا ُيِح ُّب الَّتَّواِبيَن َو ُيِح ُّب اْلُم َتَطِّهِر يَن‬

“Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat dan menyukai orang yang
menyucikan diri.”

Keempat, bertaubat akan membuat bahagia. Bertaubat adalah


membersihkan hati. Sehingga membuat kita merasa lebih ringan, sama seperti
beban dosa membuat merasa berat. Katakan saja pada diri sendiri, siapa yang bisa
menghentikan saya untuk kembali kepada Allah ‫?ﷻ‬

Kelima, Allah ‫ﷻ‬ akan mengampuni orang yang bertaubat.


Pengampunan adalah tujuan dari bertaubat. Orang yang bertaubat dapat meyakini
bahwa Allah ‫ ﷻ‬pasti akan mengampuni dosa-dosanya. Selain itu orang yang
bertaubat akan mendapatkan banyak pahala berupa kesucian hati, penghapus dosa,
dan memperbanyak amal saleh. Baik Alquran dan hadits jelas bahwa mereka yang
bertobat dengan tulus kepada Allah ‫ﷻ‬, mengakui dosa-dosa mereka, dan
berkomitmen untuk tidak kembali lagi kepada dosa-dosa itu akan diampuni dosa-
dosanya.

BAB III

10
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat kembalinya adalah syurga,
tetapi ada pula manusia yang merugi sehingga tempatnya adalah neraka. Mereka
yang beriman dan beramal shalehlah yang mendapatkan jaminan kebahagiaan
kehidupan diakhirat kelak. Manusia adalah makhluk yang tidak pernah luput dari
salah dan lalai. Dirinya sering dihinggapi hawa nafsu yang selalu mengajak
kejahatan dan bermaksiat pada Allah ‫ﷻ‬. Dalam ‘peperangan’ itu, tak jarang
manusia sering kalah. Oleh karena itu, manusia hendaknya selalu ber-taubat
dengan taubat nashûha, dan ber-istigfar setiap saat. Baik Alquran dan hadits jelas
bahwa orang yang bertobat dengan tulus kepada Allah dan berkomitmen untuk
tidak kembali lagi kepada dosa-dosa itu akan diampuni dosa-dosanya,
mendatangkan rahmat-Nya. Sebab Taubat yang Nashuha akan menghapus dosa
dan memasukannya kedalam surga.

3.2 SARAN

Semoga para pembaca dan kami selaku pembuat makalah bisa

melaksanakan taubat nashuha dengan istiqomah agar bisa mendapatkan baik

hikmah keuntungan dunia maupun akhirat dari taubat nashuha. Senantiasa taubat

secara lahir dan batin, dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya lagi, serta

menghiasi perbuatannya sehari-hari dengan perbuatan yang baik dan diridlai oleh

Allah ‫ﷻ‬.

DAFTAR PUSTAKA

11
Abd al-Baqi, Muhammad Fu’ad, al-Mu‘jam al-Mufahras li Alfaz alQur’an al-

Karîm, Turki : al-Maktabah al-Islâmiyyah, 1984.

Amin, Mubin Ahmad.2002. “Empat Syarat Taubat Nashuha”.Jakarta : Darul

Falah.

Baghawi, al-Husain Ibn Mas‘ud, al-Imam al-Muhaddits alFaqîh (436-516 H),

Syarh as-Sunnah, ditahqiq oleh Syu‘ayb Arna’ut, cet. Ke-1 Bairut : al-

Maktabah al-Islami, 1983.

Ibn Hanbal, Ahmad Ibn Muhammad (164-241 H), al-Musnad Ahmad Ibn

Muhammad Ibn Hanbal, disyarah oleh Ahmad Muhammad Syâkir,

Bairut : Dâr al-Jîl, 1994.

Ibn Hajar, Ahmad Ibn ‘Alî, al-‘Asqalani (773-852 H), Fat-h al-Barî, ditakhrij dan

ditahqiq oleh Muhib ad-Dîn al-Khathib, Kairo : al-Maktabah as-

Salafiyyah, t.t

Khin al-, Mushthafa Sa‘id, al-Bughâ, Musthafâ, Nuzhat al-Muttaqîn Syarh Riyadl

as-Salihin, cet. Ke-14, Bairut : Mu’assasah arRisâlah, 1991.

Rahardjo, M. Dawan.2002. “Ensiklopedi Al-Qur’an”. Yogyakarta : Paramadina.

12

Anda mungkin juga menyukai