Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH BAB TAUBAT

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Pendidikan Agama Islam yang Dipandu Oleh Bapak H.
Abdul Wahab, S.Ag., M.Ag

Disusun Oleh:

Dwi Aprillianto NPM: 1522001631

UNIVERSITAS PEKALONGAN

PEKALONGAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati insdahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Abdul Wahab, S.Ag.,
M.Ag yang telah memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang akan membahas tentang Aliran Wahabiyah. Dalam makalah ini saya akan
membahas tentang Sejarah Berdirinya Aliran Wahabiyah, Para Tokoh Ulama Aliran
Wahabiyah,Ciri-Ciri dan Ajaran Aliran Wahabiyah, serta Pengaruh Aliran Wahabiyah di
Indonesia. Saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun
menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.

Pekalongan, 14 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I................................................................................................................

PENDAHULUAN............................................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................

BAB II..............................................................................................................

PEMBAHASAN...............................................................................................

A. Pengertian taubat..................................................................................
B. Tujuan taubat........................................................................................
C. Syarat – syarat taubat............................................................................
D. Syarat diterimanya taubat.....................................................................
E. Tahapan taubat......................................................................................
F. Macam dan Taubat yang tidak diterima Allah swt...............................

BAB III.............................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW untuk (rahmat dan
kesejahteraan) manusia, bahkan seluruh alam, supaya menjadi dasar pedoman hidup. Setiap
manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari berbuat dosa. Ada orang yang melakukan
perbuatan dosa secara sengaja dan ada pula yang tanpa disadari atau memang tidak tahu sama
sekali. Maka dalam hal ini Allah SWT memberi jalan kepada manusia untuk memilih tetap
dalam dosa atau ingin mendapatkan ampunan. Jika manusia memilih mendapat ampunan,
maka Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk bertaubat. Jika seseorang
mendapat penyakit yang disebabkan oleh dosa-dosa yang diperbuatnya, maka ia harus
bertaubat. Itulah cara pengobatan yang Allah SWT berikan kepada mereka yang mendapat
penyakit secara metafisik. Karenanya jalan keluar bagi orang yang berbuat dosa hanya
bertaubat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. TAUBAT

• Pengertian Taubat

Taubat secara etimologis/bahasa yang berarti “kembali” atau “pulang”. Adapun secara
terminologis/menurut Meninggalkan Segala Perbuatan Dosa Yang Telah Dilakukan,
Bertekad Untuk Tidak Mengulanginya Lagi dan Berupaya Memperbaiki Segala Kesalahan di
Masa Lalu.

Dengan kata lain:

Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan tercela/dosa yang telah
dilakukan dan berupaya sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela tersebut.

DALIL TAUBAT

َ ‫ين َويُ ِح ُّب ا ْل ُمتَطَ ِّه ِر‬


‫ين‬ َ ِ‫ِإنَّ هَّللا َ يُ ِح ُّب التَّ َّواب‬
Artinya : “Sungguh, Allah menyukai orang yang tobat

dan menyukai orang yang menyucikan diri” (Q.S. AL-Baqarah : 222)

ْ ‫اِنَّ الَّ ِذ ْي َن َكفَ ُر ْوا بَ ْع َد اِ ْي َمانِ ِه ْم ثُ َّم‬


‫از َداد ُْوا ُك ْف ًرا لَّنْ تُ ْقبَ َل‬
ٰۤ
‫ض ۤالُّ ْو َن‬
َّ ‫ول ِٕىكَ ُه ُم ال‬ ُ‫ت َْوبَتُ ُه ْم ۚ َوا‬
Artinya: Sesungguhnya orang-orang kafir sesudah beriman, kemudian bertambah
kekafirannya,

sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka Itulah orang-orang yang sesat. (QS.
Ali Imran: 90)
ْ‫س ۤ ْو َء ِب َج َهالَ ٍة ثُ َّم يَتُ ْوبُ ْو َن ِمن‬ ‫هّٰللا‬
ُّ ‫اِنَّ َما التَّ ْوبَةُ َعلَى ِ لِلَّ ِذ ْي َن يَ ْع َملُ ْو َن ال‬
ٰۤ َ
‫ان هّٰللا ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما‬
َ ‫ب هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ۗ َو َك‬ ُ ‫ول ِٕىكَ يَتُ ْو‬ ٍ ‫قَ ِر ْي‬
ُ ‫ب فا‬
Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang
mengerjakan

kejahatan lantaran kejahilan[277], yang kemudian mereka bertaubat dengan segera,


Maka mereka

Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

(QS. An-Nisa’: 17).


B. TUJUAN TOBAT

Adapun keutamaan dalam bertaubat kepada Allah swt mempunyai tujuan sebagai
berikut ini :

1. Memelihara diri agar suci dari dosa

2. Agar amal ibadah dapat diterima Allah

3. Agar dapat mengerjakan ibadah dengan sempurna

4. Agar mendapatkan balasan yang baik di akhirat nanti

5. Agar mendapat petunjuk dan hidayah dari Allah SWT

6. Agar jiwa dan perasaan menjadi tenang

C. SYARAT – SYARAT TAUBAT

Adapun syarat – syarat dalam bertaubat kepada Allah swt. agar mendapat ampunan
yaitu sebagai berikut ini :

1. Menyesal atas segala perbuatan dosa yang pernah dilakukan.

2. Mensucikan diri dari perbuatan maksiat yang sudah dilakukan.

3. Karena tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.

4. Bertekad dengan sungguh-sungguh bahawa tidak akan mengulanginya lagi, selama


hayat dikandung badan, sampai mengucapkan selamat tinggal pada dunia yang fana
ini.
D. SYARAT DI TERIMANYA TAUBAT

Adapun syarat diterimanya taubat kepada Allah swt. yang dapat kita ketahui sebagai
berikut ini :

1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena lainnya.

2) Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.

3) Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.

4) Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi


perbuatan dosa tersebut.

5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap
hakNya.

6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya
tersebut.

7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat
seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).

Kriteria
 Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya
 Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak
dapat diterima
 Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah
yang dinilai paling tinggi.
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi
Tiga syarat sebagai berikut :
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi
E. TAHAPAN TAUBAT

Dalam bertaubat, ada tiga tahapan, yaitu:


1) Tahap pertama yaitu berpaling dari dosa karena takut kepada Allah SWT. Tahapan
seperti ini merupakan tahapan orang mukmin biasa.
2) Kedua yaitu inabat, yaitu taubat karena ingin mendapat balasan atau pahala dari Allah
SWT, Inabat merupakan tahapan para wali dan yang diridhai Allah SWT.
3) Ketiga yaitu aubat, aubat adalah taubat karena mematuhi perintah allah SWT, bukan
karena menginginkan pahala atau takut kepada Allah SWT. Aubat merupakan tahapan
para nabi dan rasul.

Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan
berakal). Allah SWT berfirman:

َ‫َوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِمي ًعا َأ ُّي َها ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون‬

“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman. Supaya kamu
beruntung”. (QS. An-nur 24:31)

Adapun hikmah dan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni,
memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah  SWT berfirman:

‫ت ت َْج ِري ِمنْ ت َْحتِ َها ْاَأل ْن َها ُر‬ َ ‫سى َربُّ ُك ْم َأنْ يُ َكفِّ َر َع ْن ُك ْم‬
ٍ ‫سيَِّئاتِ ُك ْم َويُ ْد ِخلَ ُك ْم َجنَّا‬ َ ‫وحا َع‬ ً ‫ص‬ ُ َ‫َياَأيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا تُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ ت َْوبَةً ن‬
َ ُ‫س َعى بَيْنَ َأ ْي ِدي ِه ْم َوبَِأ ْي َمانِ ِه ْم َيقُولُونَ َربَّنَا َأ ْت ِم ْم لَنَا ن‬
َ‫ورنَا َوا ْغفِ ْر لَنَا ِإنَّك‬ ْ َ‫يَ ْو َم الَ يُ ْخ ِزي هَّللا ُ النَّبِ َّي َوالَّ ِذينَ َءا َمنُوا َم َعهُ نُو ُر ُه ْم ي‬
‫َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر‬

“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga”.  (Q.S At-Tahrim, 66 : 8)

Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa taubat merupakan perintah Allah yang
menjadi kewajiban seluruh kaum muslimin, meskipun mereka tidak berbuat maksiat, apalagi
yang telah berbuat maksiat kepada Allah. Karena ternyata Allah SWT memberikan predikat
dzolim, kepada mereka yang tidak mau bertaubat, sebagaimana yang Allah firmankan,
َ‫َو َمنْ لَ ْم َيت ُْب فَُأولَِئ َك ُه ُم الظَّالِ ُمون‬

"Dan barang siapa yang tidak mau bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzolim"
(QS. Al-Hujurat/ 49: 11).

F. MACAM DAN TAUBAT YANG TIDAK DI TERIMA ALLAH SWT

a. Macam-Macam Taubat 

Menurut para sufi yang mempunyai konsepsi tentang jalan menuju Allah. Jalan demikian
yang dimaksudkan

merupakan latihan

latihan rohaniah atau riyadhah yang dilakukan dengan secara bertahap demi menempuh suatu
fase, yang dikenal

dengan istilah maqamat atau tingkatan-tingkatan dan ahwal atau keadaan-keadaan yang
didasarkan dengan

berakhirnya dengan mengenal yang disebut dengan istilah ma’rifat kepada Allah.

Bedasarkan individu yang melakukan taubat dan kondisi mereka, para pakar telah

membagi taubat menjadi tiga bagian sebagai berikut:

• Taubat orang awam. Yaitu mereka yang terhalang dari hakikat, adalah perasaan tidak

nyaman yang muncul disebabakan pelanggaran terhadap perintah Allah SWT yang terasa

menyusahkan di dalam hati. Orang yang bersangkutan mengetahui dosanya dengan

munculnya perasaan di dalam hatinya, sehingga kemudian ia bergerak ke arah pintu Allah

SWT untuk menyampaikan kata-kata taubat dan kalimat-kalimat istighfar yang dikenal

umum.

• Kembalinya orang-orang khusus ( khawash) yang mulai menyadari hakikat-hakikat


yang ada

dibalik tirai. Pada saat itu mereka membentangkan sayap-sayap tekat, setelah melakukan
berbagai
gerakan, suara dan pikiran yang menyimpang adab-adab al-hudhur (kehadiran bersama
Allah) dan al

ma’iyyah (kebersamaan dengan Allah). Tujuannya adalah demimeraih rahmat Allah SWT
serta

berlindung dibawah pertolongan-Nya, di hadapan berbagai kesalahan baik yang kecil maupun
yang

besar, yang menyasaki hati dan menutup cakrawala mata batin.

• Tawajuh yang dilakukan kaum khusus di antara yang khusus (akhashsh al-khawash)
yang selalu

menjalani hidup mereka dalam cakrawala “Sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi hatiku
tidak

tidur.” Mereka menanggalkan segala hal yang berhubungan dengan semua yang selain Allah
SWT

yang menjadi tabir dalam hati mereka, dalam sirr mereka, dan dalam bagian yang
tersembunyi dari

diri mereka. Mereka menyingkirkan semua yang selain Allah dari kedalaman jiwa mereka,
dan

melemparkannya kedalam lembah ketiadaan. Mereka selalu membiasakan diri merasakan


hubungan

mereka dengan sang Nur al-Anwar sembari menunjukkan hakikat dari firman Allah SWT
dalam

QS Shad:38:44.

Macam Jenis Taubat Menurut Dzun Nun Al-Mishri

• Dzun Nun Al-Mishri membedakan taubat atas tiga tingkatan, yaitu:

• Orang yang bertaubat dari dosa dan keburukannya

• Orang yang bertaubat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Allah.

• Orang yang bertaubat karena memandang kebaikan dan ketaatannya


b. Taubat yang tidak di terima Allah swt

•  Bertaubat Menjelang Ajal

Kisah Fir’aun dalam Al-Qur’an bisa menjadi pelajaran menarik mengenai tobat yang tidak
bisa

diterima oleh Allah SWT. Raja Fir’aun yang kejam dan menindas Bani Israil memutuskan
untuk

bertobat di akhir hayatnya, sayang Allah SWT tidak menerima pertaubatan tersebut.

Rasulullah SAW sendiri pun bersabda bahwa Allah SWT tidak menerima pertaubatan
manusia

menjelang ajalnya. Allah SWT menerima taubat hamba-Nya selama napasnya belum sampai
di

tenggorokan (sakaratul maut) (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Alasannya, Dia ingin manusia

bertaubat selama masih hidup, tidak ada keterpaksaan karena sudah diimpit dengan kematian.

• Meninggal dalam Kekafiran

Masih merujuk pada ayat di atas, Allah SWT juga tidak menerima taubat orang yang
meninggal

dalam kekafiran (kemusyirikan). Kafir di sini maksudnya tidak membawa keimanan kepada
Allah

SWT. Saat manusia sudah menghembuskan nafas terakhirnya, pintu pengampunan Allah
SWT sudah

ditutup dan keberadaan-Nya sudah tidak ada lagi.

“Sungguh, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu
bagi siapa

yang Dia kehendaki… “ (Surat An-Nisa’ ayat 116)


BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan tercela/dosa yang
telah dilakukan dan berupaya sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela
tersebut.

Adapun syarat diterimanya taubat kepada Allah swt. yang dapat kita ketahui sebagai berikut
ini :

1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena lainnya.

2) Menyesali dosa yang telah diperbuatnya.

3) Meninggalkan sama sekali maksiat yang telah dilakukannya.

4) Tidak mengulangi. Artinya, seorang muslim harus bertekad tidak mengulangi


perbuatan dosa tersebut.

5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap
hakNya.

6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya
tersebut.

7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat
seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
DAFTAR PUSTAKA

Hanafi, Ahmad. 1989. Pengantar Teologi Islam.cet. III.Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Abu Zahrah, Imam Muhammad.1996.Aliran Politik Dan Akidah Dalam Islam. Kuala
Lumpur, Malaysia: Edaran Kalam

Algar, Hamid.2011. Wahhabisme: Sebuah Tinjauan Kritis. Jakarta: Yayasan Abad


Demokrasi.

A. Nasir,Sahilun.2010. Pemikiran Kalam Teologi Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

WAMY. --. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan Penyebarannya).
Jakarta : Al Islahi Press.

Abdul Hadi al-Mishri, Muhammad. 1992. Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah
Menurut Pemahaman Ulama Salaf/Ahlussunnah wal jama'ah, ma 'alimu al-inthilaqoh al-
kubro. Jakarta : GIP.

Abbas, Siradjudin. 1989. Figad Ahlus Summah Waljama'ah. Jakarta : Pustaka Abiyah, Cet.
Ke-5.

Anda mungkin juga menyukai