Disusun Oleh:
UNIVERSITAS PEKALONGAN
PEKALONGAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesehatan jasmani dan
rohani sehingga kita masih tetap bisa menikmati insdahnya alam ciptaan-Nya. Sholawat dan
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada teladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama yang sempurna dan menjadi
rahmat bagi seluruh alam. Saya juga berterima kasih kepada Bapak Abdul Wahab, S.Ag.,
M.Ag yang telah memberikan tugas ini untuk pembelajaran dan penilaian untuk mata kuliah
Pendidikan Agama Islam ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Agama Islam yang akan membahas tentang Aliran Wahabiyah. Dalam makalah ini saya akan
membahas tentang Sejarah Berdirinya Aliran Wahabiyah, Para Tokoh Ulama Aliran
Wahabiyah,Ciri-Ciri dan Ajaran Aliran Wahabiyah, serta Pengaruh Aliran Wahabiyah di
Indonesia. Saya menyadari sepenuhnya, bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bisa membangun
menuju kesempurnaan dari pada pembaca untuk kesempurnaan makalah kami selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I................................................................................................................
PENDAHULUAN............................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
BAB II..............................................................................................................
PEMBAHASAN...............................................................................................
A. Pengertian taubat..................................................................................
B. Tujuan taubat........................................................................................
C. Syarat – syarat taubat............................................................................
D. Syarat diterimanya taubat.....................................................................
E. Tahapan taubat......................................................................................
F. Macam dan Taubat yang tidak diterima Allah swt...............................
BAB III.............................................................................................................
A. Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
Agama Islam diturunkan Allah SWT kepada Muhammad SAW untuk (rahmat dan
kesejahteraan) manusia, bahkan seluruh alam, supaya menjadi dasar pedoman hidup. Setiap
manusia hidup di dunia ini tidak terlepas dari berbuat dosa. Ada orang yang melakukan
perbuatan dosa secara sengaja dan ada pula yang tanpa disadari atau memang tidak tahu sama
sekali. Maka dalam hal ini Allah SWT memberi jalan kepada manusia untuk memilih tetap
dalam dosa atau ingin mendapatkan ampunan. Jika manusia memilih mendapat ampunan,
maka Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk bertaubat. Jika seseorang
mendapat penyakit yang disebabkan oleh dosa-dosa yang diperbuatnya, maka ia harus
bertaubat. Itulah cara pengobatan yang Allah SWT berikan kepada mereka yang mendapat
penyakit secara metafisik. Karenanya jalan keluar bagi orang yang berbuat dosa hanya
bertaubat.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TAUBAT
• Pengertian Taubat
Taubat secara etimologis/bahasa yang berarti “kembali” atau “pulang”. Adapun secara
terminologis/menurut Meninggalkan Segala Perbuatan Dosa Yang Telah Dilakukan,
Bertekad Untuk Tidak Mengulanginya Lagi dan Berupaya Memperbaiki Segala Kesalahan di
Masa Lalu.
Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan tercela/dosa yang telah
dilakukan dan berupaya sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela tersebut.
DALIL TAUBAT
sekali-kali tidak akan diterima taubatnya; dan mereka Itulah orang-orang yang sesat. (QS.
Ali Imran: 90)
ْس ۤ ْو َء ِب َج َهالَ ٍة ثُ َّم يَتُ ْوبُ ْو َن ِمن هّٰللا
ُّ اِنَّ َما التَّ ْوبَةُ َعلَى ِ لِلَّ ِذ ْي َن يَ ْع َملُ ْو َن ال
ٰۤ َ
ان هّٰللا ُ َعلِ ْي ًما َح ِك ْي ًما
َ ب هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه ْم ۗ َو َك ُ ول ِٕىكَ يَتُ ْو ٍ قَ ِر ْي
ُ ب فا
Artinya: Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang yang
mengerjakan
Itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Adapun keutamaan dalam bertaubat kepada Allah swt mempunyai tujuan sebagai
berikut ini :
Adapun syarat – syarat dalam bertaubat kepada Allah swt. agar mendapat ampunan
yaitu sebagai berikut ini :
3. Karena tidak ada artinya bertaubat jika dosa masih terus dikerjakan.
Adapun syarat diterimanya taubat kepada Allah swt. yang dapat kita ketahui sebagai
berikut ini :
1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena lainnya.
5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap
hakNya.
6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya
tersebut.
7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat
seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
Kriteria
Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni dosanya
Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini sudah tidak
dapat diterima
Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah tobat yang
dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah
yang dinilai paling tinggi.
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi
Tiga syarat sebagai berikut :
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya
2) Harus menyesalai perbuatannya
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi
E. TAHAPAN TAUBAT
Hukum taubat adalah wajib bagi setip muslim atau muslimah yang sudah mukallaf (balig dan
berakal). Allah SWT berfirman:
ََوتُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ َج ِمي ًعا َأ ُّي َها ا ْل ُمْؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُحون
“Bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang yang beriman. Supaya kamu
beruntung”. (QS. An-nur 24:31)
Adapun hikmah dan manfaat yang diperoleh dari taubat itu antara lain: dosanya diampuni,
memperolah rahmat Allah, dan bimbingan untuk masuk surga. Allah SWT berfirman:
ت ت َْج ِري ِمنْ ت َْحتِ َها ْاَأل ْن َها ُر َ سى َربُّ ُك ْم َأنْ يُ َكفِّ َر َع ْن ُك ْم
ٍ سيَِّئاتِ ُك ْم َويُ ْد ِخلَ ُك ْم َجنَّا َ وحا َع ً ص ُ ََياَأيُّ َها الَّ ِذينَ َءا َمنُوا تُوبُوا ِإلَى هَّللا ِ ت َْوبَةً ن
َ ُس َعى بَيْنَ َأ ْي ِدي ِه ْم َوبَِأ ْي َمانِ ِه ْم َيقُولُونَ َربَّنَا َأ ْت ِم ْم لَنَا ن
َورنَا َوا ْغفِ ْر لَنَا ِإنَّك ْ َيَ ْو َم الَ يُ ْخ ِزي هَّللا ُ النَّبِ َّي َوالَّ ِذينَ َءا َمنُوا َم َعهُ نُو ُر ُه ْم ي
َعلَى ُك ِّل ش َْي ٍء قَ ِدي ٌر
“Wahai orang-orang yang beriman bertaubatlah kepada Allah dengan taubat semurni-
murninya, mudah-mudahan Tuhan kamu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan
memasukkan kamu ke dalam surga”. (Q.S At-Tahrim, 66 : 8)
Dari sini dapat diambil suatu kesimpulan, bahwa taubat merupakan perintah Allah yang
menjadi kewajiban seluruh kaum muslimin, meskipun mereka tidak berbuat maksiat, apalagi
yang telah berbuat maksiat kepada Allah. Karena ternyata Allah SWT memberikan predikat
dzolim, kepada mereka yang tidak mau bertaubat, sebagaimana yang Allah firmankan,
ََو َمنْ لَ ْم َيت ُْب فَُأولَِئ َك ُه ُم الظَّالِ ُمون
"Dan barang siapa yang tidak mau bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzolim"
(QS. Al-Hujurat/ 49: 11).
a. Macam-Macam Taubat
Menurut para sufi yang mempunyai konsepsi tentang jalan menuju Allah. Jalan demikian
yang dimaksudkan
merupakan latihan
latihan rohaniah atau riyadhah yang dilakukan dengan secara bertahap demi menempuh suatu
fase, yang dikenal
dengan istilah maqamat atau tingkatan-tingkatan dan ahwal atau keadaan-keadaan yang
didasarkan dengan
berakhirnya dengan mengenal yang disebut dengan istilah ma’rifat kepada Allah.
Bedasarkan individu yang melakukan taubat dan kondisi mereka, para pakar telah
• Taubat orang awam. Yaitu mereka yang terhalang dari hakikat, adalah perasaan tidak
nyaman yang muncul disebabakan pelanggaran terhadap perintah Allah SWT yang terasa
munculnya perasaan di dalam hatinya, sehingga kemudian ia bergerak ke arah pintu Allah
SWT untuk menyampaikan kata-kata taubat dan kalimat-kalimat istighfar yang dikenal
umum.
dibalik tirai. Pada saat itu mereka membentangkan sayap-sayap tekat, setelah melakukan
berbagai
gerakan, suara dan pikiran yang menyimpang adab-adab al-hudhur (kehadiran bersama
Allah) dan al
ma’iyyah (kebersamaan dengan Allah). Tujuannya adalah demimeraih rahmat Allah SWT
serta
berlindung dibawah pertolongan-Nya, di hadapan berbagai kesalahan baik yang kecil maupun
yang
• Tawajuh yang dilakukan kaum khusus di antara yang khusus (akhashsh al-khawash)
yang selalu
menjalani hidup mereka dalam cakrawala “Sesungguhnya kedua mataku tidur, tapi hatiku
tidak
tidur.” Mereka menanggalkan segala hal yang berhubungan dengan semua yang selain Allah
SWT
yang menjadi tabir dalam hati mereka, dalam sirr mereka, dan dalam bagian yang
tersembunyi dari
diri mereka. Mereka menyingkirkan semua yang selain Allah dari kedalaman jiwa mereka,
dan
mereka dengan sang Nur al-Anwar sembari menunjukkan hakikat dari firman Allah SWT
dalam
QS Shad:38:44.
Kisah Fir’aun dalam Al-Qur’an bisa menjadi pelajaran menarik mengenai tobat yang tidak
bisa
diterima oleh Allah SWT. Raja Fir’aun yang kejam dan menindas Bani Israil memutuskan
untuk
bertobat di akhir hayatnya, sayang Allah SWT tidak menerima pertaubatan tersebut.
Rasulullah SAW sendiri pun bersabda bahwa Allah SWT tidak menerima pertaubatan
manusia
menjelang ajalnya. Allah SWT menerima taubat hamba-Nya selama napasnya belum sampai
di
tenggorokan (sakaratul maut) (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Alasannya, Dia ingin manusia
bertaubat selama masih hidup, tidak ada keterpaksaan karena sudah diimpit dengan kematian.
Masih merujuk pada ayat di atas, Allah SWT juga tidak menerima taubat orang yang
meninggal
dalam kekafiran (kemusyirikan). Kafir di sini maksudnya tidak membawa keimanan kepada
Allah
SWT. Saat manusia sudah menghembuskan nafas terakhirnya, pintu pengampunan Allah
SWT sudah
“Sungguh, Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni dosa selain itu
bagi siapa
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Taubat adalah meminta ampun kepada Allah atas segala perbuatan tercela/dosa yang
telah dilakukan dan berupaya sekuat hati untuk tidak akan mengulangi perbuatan tercela
tersebut.
Adapun syarat diterimanya taubat kepada Allah swt. yang dapat kita ketahui sebagai berikut
ini :
1) Ikhlas. Artinya, taubat pelaku dosa harus ikhlas semata-mata karena Allah, bukan
karena lainnya.
5) Istighfar. Yaitu memohon ampun kepada Allah atas dosa yang dilakukan terhadap
hakNya.
6) Memenuhi hak bagi orang-orang yang berhak, atau mereka melepaskan haknya
tersebut.
7) Waktu diterimanya taubat itu dilakukan di saat hidupnya, sebelum tiba ajalnya. Sabda
Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam : “Sesungguhnya Allah akan menerima taubat
seorang hambaNya selama belum tercabut nyawanya.” (HR. At-Tirmidzi, hasan).
DAFTAR PUSTAKA
Abu Zahrah, Imam Muhammad.1996.Aliran Politik Dan Akidah Dalam Islam. Kuala
Lumpur, Malaysia: Edaran Kalam
WAMY. --. Gerakan Keagamaan dan Pemikiran (Akar Ideologis dan Penyebarannya).
Jakarta : Al Islahi Press.
Abdul Hadi al-Mishri, Muhammad. 1992. Manhaj dan Aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah
Menurut Pemahaman Ulama Salaf/Ahlussunnah wal jama'ah, ma 'alimu al-inthilaqoh al-
kubro. Jakarta : GIP.
Abbas, Siradjudin. 1989. Figad Ahlus Summah Waljama'ah. Jakarta : Pustaka Abiyah, Cet.
Ke-5.