DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TARBIYAH
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puji serta syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehigga saya dapat menyelesaikan makalah tentang warga
negara dan negara ini.
Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat menperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
dapat memperbaiki makalah ini kedepannya.
Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang waga negara dan negara ini dapat
memberikan manfaat maupun insprirasi terhadap pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
a. Pengertian......................................................................................................... 2
b. Alat Bersuci (Bejana)........................................................................................ 2
c. Air dan Macam-macamnya...........................................................................3
d. Istinjak....................................................................................................... 6
e. Adab Buang Air...............................................................................................6
f. Macam macam hadats.....................................................................................7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11
PENDAHULUAN
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau
disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan
segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan
sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat
menjalankan ibadah.
C. TUJUAN
A. A. Pengertian thoharoh
secara bahasa, thoharoh berarti kebersihan dari segala kotoran, baik yang
tampak (nissiyah) seperti najis dan hadas, maupun yang tidak nampak (maknawiyah)
seperti aib, atau kemaksiatan yang kita kerjakan.
Menurut istilah, thaharah adalah tindakan kita untuk menghilangkan hal hal
yang dapat menghalangi sahnya pelaksanaan ibadah, misalnya, menghilangkan otoran
atau najis. Cara menghilangkannya dengan menggunakan air atau selainnya yang
diperbolehkan oleh syariat.
Islam adalah agama yang memperhatikan kebersihan dan kesucian, baik
kebersihan dan kesucian fisik maupun hati, sebagaimana firman Allah dalam surat Al
Baqoroh ayat 222 :
7 َن7 ي7 ِر7ِّ7 ه7َ ط7َ ت7 ُم7 ْل7 ا7ب 7ُّ 7 ِح7ُ ي7َ هَّللا7 َّن7ِإ
7ُّ 7ح7ِ 7ُ ي7و7َ 7ن7َ 7 ي7ِب7 ا7َّ7 و7َّت7ل7 ا7ب
“ sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang orang yang
menyucikan diri”1
Artinya : “dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”
b. Air laut sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh abu hurairah, beliau
mengatakan
يَا َرسُوْ َل هللاِ إِنَّا نَرْ َكبُ ْالبَحْ َر َونَحْ ِم ُل َم َعنَا ْالقَلِ ْي ُل ِمنَ ْال َما ِء إِ ْن تَ َوضَّأْنَا: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َّ َِسأ َ َل َر ُج ٌل النَّب
َ ي
7ُالحلُّ َم ْيتَتُه
ِ ُالطهُوْ ُر َما ُؤه ُّ هُ َو: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ َط ْشنَا أَفَنَـتَ َوضَّأ ُ بِ َما ِء ْالبَحْ ِر؟ فَقَا َل َرسُوْ ُل هللاِ بِ ِه ع.
“Telah bertanya seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ya Rasulullah, kami akan berlayar di lautan dan kami hanya membawa sedikit
air, maka kalau kami berwudlu dengan mempergunakan air tersebut pasti kami
akan kehausan, oleh karena itu bolehkah kami berwudlu dengan air laut?
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Laut itu suci airnya, (dan)
halal bangkainya.”
c. Air zam-zam.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ali Rodhiallahu
‘anhu.
ثم أفاض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فَدَعا بِ ِس ِج ّل من ماء زمزم فشرب منه وتوضأ
“Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan thawaf Ifadhah
lalu Nabi meminta satu timba air zam zam, beliau minum darinya dan
berwudhu” Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dengan sanad yang
shahih3
2. Air Musta’mal
3
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016,hal 100-101
Air Musta’mal adalah air yang telah dipakai untuk bersuci. Air ini suci, tetapi
tidak mensucikan atau tidak boleh dipakai untuk bersuci. Namun kalau belum
berubah rasa dan baunya, masih tetap suci sebagaimana dalam hadits Nabi
ﷺ:
Jika membersihkan najis dari badan, pakaian, atau bejana dengan air mutlak. Lalu
berpisahlah air bekas basuhan itu dengan sendirinya ataudengan jalan diperas,
maka air itu disebut air musta’mal. Air semacam ini hukumnya najiskarena telah
bersentuhan dengan benda nais walaupun itu tidak mengalami perubahan apapun.
D. Istinjak
4
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016,hal 102-103
Istinjak adalah membersihkan qubul dan dubur sesudah buang air besar dan kecil.
Istinjak dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut :
1. Membasuh tempat keluar najis dengan air sehingga bersih.
2. Menyapunya dengan batu sehingga bersih sekurang kurangnya tiga buah batu
atau benda benda lainnyayang kesat sebagai pengganti batu.
3. Menyapunya lebih dahulu dengan batu atau benda benda lainnya yang kesat,
sesudah itu membasuhnya dengan air.
Jika ketiadaan air, istinjak dapat dilakukan dengan batu
ٍ 7َب أَ َح ُد ُك ْم إلَى ْالغَائِ ِط فَ ْليَ ْذهَبْ َم َعهُ بِثَاَل ثَ ِة أَحْ َج
ا77َت َِطيبُ بِ ِه َّن فَإِنَّه7 ار يَ ْس َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل إ َذا َذه َّ ِأَ َّن النَّب
َ ي
ُتَجْ ِزي َع ْنه
Sesungguhnya Nabi ﷺbersabda : “Apabila salah seorang kamu
pergi buang air besar, maka hendaknya pergi bersama tiga butir batu untuk
istinja’ dengannya , maka itu memadai dengannya.”
5
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016, hal 103
6
Ibid, hal. 104
7
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah,al kautsar,hal 52-53
MACAM-MACAM HADATS
Hadats secara bahasa artinya terjadinya sesuatu. Sedangkan secara istilah, hadast
adalah keadaan yang mewajibkan wudhu atau mandi jjka hendak sholat. Hadats terbagi
menjadi dua macam yaitu :
1. Hadats Kecil , Yaitu segala sesuatu yang mewajibkan wudhu, seperti : buang air kecil,
buang air besar dan lain-lain.
2. Hadats Besar , Yaitu segala sesuatu yang mewajibkan mandi , seperti keluar mani,
Haidh, nifas dan lain-lain.
“SAYA NIAT BERWUDHU UNTUK MENGHILANGKAN HADAST KECIL FARDU (WAJIB) KARENA
ALLAH TA’ALA”
2. Membasuh wajah
Batas wajah adalah dari puncak kening hingga dagu, sedangkan lebar wajah
dari pinggir telinga kanan sampai telinga kiri. Menurut madzhab hambali, hidung
dan mulut merupakan bagian dari wajah, maka membersihkan hidung dan kumur-
kumur menjadi wajib ketika berwudhu. Sementara itu, mennurut madzhab maliki
dan syafi’I, membersihkan hidung dan berkumur tidak wajib ketika melakukan
wudhu dan mandi wajib. Menurut madzhab hanafi, keduanya adalah sunnah
dalam wudhu.
3. Membasuh kedua tangan hingga ke siku, diawali tangan kanan lalu tangan kiri.
4. Menyapu kepala,
Tentang menyapu kepala ini juga terdapat perbedaan antar mazhab
Menurut mazhab hambali dan maliki, seluruh bagian kepala wajib disapu
dengan air. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin zaid bahwa rasulullah saw
bersabda ‘ beliau menyapu kepalanya dengan kedua tangannya, maka ditariknya
dari muka kemudian kebelakang, dimulainya dari bagian depan kepalanya lalu
ditariknya kedua tangannya itu kearah pundak, kemudian dibawanya kembali
ketempat bermula tadi. “ (HR Bukhari dan Muslim)
Menurut mazhab syafi’I dan hanafi , hanya sebagian kepala yang wajib
diusap. Dalam sebuah hadits dari mughiroh bin syu’bah ra, “ Rasulullah saw
berwudhu, maka disapunya ubun-ubun serta surbannya, begitupun kedua
sepatunya.” (HR Muslim)
2. Tayamum
Tayamum secara bahasa artinya menyengaja. Secara istilah artinya menyengaja
untuk mengusap wajah dan kedua tangan menggunakan debu dengan tujuan untuk
bersuci.
a. Sebab tayamum
Dalam kitab safinantunnajah ada tiga hal yang menjadi sebab untuk
tayamum
1. Tidak ada air
Dalam keadaan kemarau yang memang kondisinya tidak ada sama sekali
air maka di syariatkan untuk bertayamum.
2. Sakit
Jika kita sakit yang memungkinkan bila terkena air maka akan
berdampak buruk maka di syariatkan bertayamum.
3. Ada air tapi air tersebut diperlukan untuk keperluan hayawan yang dimuliakan
kecuali : orang yang meninggalkan sholat, orang yang zina mukhshon, orang
murtad, orang kafir harbi, anjing galak dan babi.
b. Syarat tayamum
1. Harus dengan debu
2. Debu harus suci
3. Debu bukan musta’mal
4. Debu tidak becampur dengan tepung dan seumpamanya
5. Harus menyengaja menggunakan debu atau sengaja tayamum
6. Mengusap wajah dan dua tangannya dengan dua kali tepukan tanah
7. Sebelumnya sudah membersihkan najis
8. Bersungguh-sungguh (berijtihad) menghadap kiblat
9. Tayamum setelah masuknya waktu
10. Harus tayamum disetiap melakukan sholat fardhu
c. Fardhu tayamum
1. Memindahkan debu
2. Niat
3. Mengusap wajah
4. Mengusap kedua tangan sampai siku
5. Tertib diantara dua usapan
d. Hal yang membatalkan tayamum
1. Semua hal yang bisa membatalkan wudhu
2. Murtad (keluar dari islam)
3. Beranggapan ada air jika bertayamum karena sebab tidak adanya air
3. Mandi
Secara umum para ulama mengartikan mandi dalam bahasan fiqih ini adalah
meratakan air keseluruh anggota tubuh. Adapun macam-macam mandi yaitu :
1. Mandi yang dianjurkan
Mandinya orang yang telah memandikan jenazah dan mandinya orang yang
memasuki kota suci mekkah al mukarromah
2. Mandi yang disunnahkan
Mandinya seseorang pada hari jum’at, hari arafah, dua hari raya (idul fitri dan
idul adha), dan saat hendak memakai pakaian ihram untuk berhaji atau umroh.
3. Mandi yang diwajibkan
Yaitu mandi yang dilakukan setelah selesai haidh, nifas dan lainnya.
PENUTUP
KESIMPULAN