Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“KETENTUAN TENTANG THOHAROH”

DISUSUN OLEH :

Dendy Kurniawan (19862081055)

Fauzi Andrean (19862081056)

IAIN LAA ROIBA

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2019/2020
KATA PENGANTAR

            Dengan menyebut nama Allah Subhanahu wa ta’ala yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kita panjatkan puji serta syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat, hidayat, dan inayah-Nya, sehigga saya dapat menyelesaikan makalah tentang warga
negara dan negara ini.
            Makalah ini telah saya susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat menperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
            Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari para pembaca agar
dapat memperbaiki makalah ini kedepannya.
            Akhir kata saya berharap semoga makalah tentang waga negara dan negara ini dapat
memberikan manfaat maupun insprirasi terhadap pembaca.

Bogor, 24 Maret 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ................................................................................................... 1

1.2 Tujuan penulisan ................................................................................................. 1

1.3 Rumusan masalah .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................ 2

2.1. Thoharoh ................................................................................................................ 2

a. Pengertian......................................................................................................... 2
b. Alat Bersuci (Bejana)........................................................................................ 2
c. Air dan Macam-macamnya...........................................................................3
d. Istinjak....................................................................................................... 6
e. Adab Buang Air...............................................................................................6
f. Macam macam hadats.....................................................................................7
BAB III PENUTUP ........................................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 11


BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya, manusia harus terlebih dahulu bersuci atau
disucikan. Allah mencintai sesuatu yang bersih dan suci. Dalam hukum Islam bersuci dan
segala seluk beluknya adalah termasuk bagian ilmu dan amalan yang penting terutama karena
diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan melaksanakan
sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya dari najis. Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor dan najis sehingga
thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan diri sendiri agar sah saat
menjalankan ibadah.

B.     RUMUSAN MASALAH

1.      Apa yang dimaksud dengan pengertian?

2.      Sebutkan pembagian thaharah?

3.      Sebutkan macam-macam air dan pembagiannya?

4.      Benda apa sajakah yang najis?

5.      Bagaimana cara-cara bersuci dari hadas dan najis?

C.    TUJUAN

1.      Ingin mengetahui tentang thaharah.

2.      Ingin mengetahui pembagian thaharah.

3.      Ingin mengetahui macam-macam air dan pembagiannya.

4.      Ingin memahami benda-benda yang menyebabkan najis.

5.      Memahami cara-cara bersuci dari hadas dan najis.


BAB II
PEMBAHASAN

A. A. Pengertian thoharoh
  secara  bahasa, thoharoh  berarti kebersihan dari segala kotoran,  baik yang
tampak (nissiyah) seperti najis dan hadas, maupun yang tidak nampak (maknawiyah)
seperti aib, atau kemaksiatan yang kita kerjakan. 
Menurut istilah, thaharah adalah tindakan kita untuk menghilangkan hal hal
yang dapat menghalangi sahnya pelaksanaan ibadah, misalnya, menghilangkan otoran
atau najis. Cara menghilangkannya dengan menggunakan air atau selainnya yang
diperbolehkan oleh syariat.
Islam adalah agama yang memperhatikan kebersihan dan kesucian, baik
kebersihan dan kesucian fisik maupun hati, sebagaimana firman Allah dalam surat Al
Baqoroh ayat 222 :
7‫ َن‬7‫ ي‬7‫ ِر‬7ِّ7‫ ه‬7َ‫ ط‬7َ‫ ت‬7‫ ُم‬7‫ ْل‬7‫ ا‬7‫ب‬ 7ُّ 7‫ ِح‬7ُ‫ ي‬7َ ‫ هَّللا‬7‫ َّن‬7ِ‫إ‬
7ُّ 7‫ح‬7ِ 7ُ‫ ي‬7‫و‬7َ 7‫ن‬7َ 7‫ ي‬7ِ‫ب‬7‫ ا‬7َّ7‫ و‬7َّ‫ت‬7‫ل‬7‫ ا‬7‫ب‬

“ sungguh, Allah menyukai orang yang taubat dan menyukai orang orang yang
menyucikan diri”1

B. ALAT BERSUCI (BEJANA)


Bejana adalah wadah penampungan untuk bersuci, mandi, makan, minum.
Tetapi yag dimaksud disini adalah untuk bersucI.
Diperbolehkan menggunakan apa saja untuk dijadikan bejana, kecuali bejana yang
terbuat dari emas dan perak. Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Hudzaifah bin
al yaman rodhiallahu’anhu, beliau berkata Nabi ‫ﷺ‬

ِ ‫ َوالَ تَأْ ُكلُ ْوا فِ ْي‬،‫ض ِة‬


‫ َولَ ُك ْم فِي اآل ِخ َر ِة‬،‫ فَإِنَّ َها لَ ُه ْم فِي ال ُّد ْنيَا‬،‫ص َحافِ ِه َما‬ َّ ِ‫ب َوا ْلف‬ َّ ‫ش َربُ ْوا فِ ْي آنِيَ ِة‬
ِ ‫الذ َه‬ ْ َ‫الَ ت‬
Janganlah kamu minum dengan gelas (yang terbuat) dari emas dan perak, dan
jangan pula kamu makan pada piring yang terbuat dari emas dan perak, karena
sesungguhnya yang seperti itu adalah untuk mereka (orang kafir) di dunia, dan buat
kamu di akhirat. [Muttafaq ‘alaihi].2

C. Air dan Macam-macamnya


1
Nurul Asmayani, perempuan bertanya,fikih menjawab,Gramedia,Jakarta,2018,hal.1-2
2
Al Hafizh Ibnu Hajar Al Atsqalani, Bulughul Maram, darul haq,Jakarta,2014, hal. 27
Air adalah alat yang dipakai untuk bersuci yang terbagi pada empat macam, yaitu air
mutlak, air musta’mal, air yang bercampur dengan barang yang suci, dan air yang
bernajis.
1. Air Mutlak
Hukum air ini lagi mensucika, dengan kata lain, air itu dapat digunakan untuk
mensucikan sesuatu yang berhadas dan bernajis atau tidak boleh dan tidak sah
mengangkat hadas dan menghilangkan najis melainkan dengan air mutlak. Air
mutlak dibagi menjadi :
a. Air hujan, salju, dan embun. Sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Al
Furqon ayat 48 :
‫َوأَن َز ْلنَا ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓا ًء طَهُورًا‬

Artinya : “dan Kami turunkan dari langit air yang amat bersih”

b. Air laut sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh abu hurairah, beliau
mengatakan
‫ يَا َرسُوْ َل هللاِ إِنَّا نَرْ َكبُ ْالبَحْ َر َونَحْ ِم ُل َم َعنَا ْالقَلِ ْي ُل ِمنَ ْال َما ِء إِ ْن تَ َوضَّأْنَا‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َّ ِ‫َسأ َ َل َر ُج ٌل النَّب‬
َ ‫ي‬
7ُ‫الحلُّ َم ْيتَتُه‬
ِ ُ‫الطهُوْ ُر َما ُؤه‬ ُّ ‫ هُ َو‬: ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬ َ ‫َط ْشنَا أَفَنَـتَ َوضَّأ ُ بِ َما ِء ْالبَحْ ِر؟ فَقَا َل َرسُوْ ُل هللا‬ِ ‫بِ ِه ع‬.
“Telah bertanya seorang laki-laki kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
ya Rasulullah, kami akan berlayar di lautan dan kami hanya membawa sedikit
air, maka kalau kami berwudlu dengan mempergunakan air tersebut pasti kami
akan kehausan, oleh karena itu bolehkah kami berwudlu dengan air laut?
Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Laut itu suci airnya, (dan)
halal bangkainya.”

c. Air zam-zam.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ali Rodhiallahu
‘anhu.

‫ثم أفاض رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فَدَعا بِ ِس ِج ّل من ماء زمزم فشرب منه وتوضأ‬
“Kemudian Nabi shallallahu alaihi wa sallam melaksanakan thawaf Ifadhah
lalu Nabi meminta satu timba air zam zam, beliau minum darinya dan
berwudhu”  Diriwayatkan oleh Abdullah bin Ahmad dengan sanad yang
shahih3

2. Air Musta’mal

3
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016,hal 100-101
Air Musta’mal adalah air yang telah dipakai untuk bersuci. Air ini suci, tetapi
tidak mensucikan atau tidak boleh dipakai untuk bersuci. Namun kalau belum
berubah rasa dan baunya, masih tetap suci sebagaimana dalam hadits Nabi
‫ﷺ‬:

َ ‫إِ َّن ال َما َء‬


‫طهُوْ ٌر ال يُنَجِّ ُسهُ شَي ٌء‬
"Sesungguhnya air itu thohur (suci dan mensucikan), tidak ada sesuatupun yang
dapat menajiskannya

Jika membersihkan najis dari badan, pakaian, atau bejana dengan air mutlak. Lalu
berpisahlah air bekas basuhan itu dengan sendirinya ataudengan jalan diperas,
maka air itu disebut air musta’mal. Air semacam ini hukumnya najiskarena telah
bersentuhan dengan benda nais walaupun itu tidak mengalami perubahan apapun.

3. Air yang bernajis


Yaitu air yang bercampur dengan najis yang merubah salah satu diantara rasa dan
baunya, maka tidak dapat dipakai untuk bersuci. Maksudnya air yang kemasukkan
benda najis didalamnya, andaikata air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis
yang dibuang dipinggirnya maka airnya tidak najis, sebab tidak bertemu langsung
dengan najisnya.
Dan yang dimaksud dengan berubah dengan adanya najis atau najisnya hanya
sedikit dan hancur dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis. Dan
seluruh air itu boleh digunakan menurut mazhab yang shahih4

D. Istinjak
4
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016,hal 102-103
Istinjak adalah membersihkan qubul dan dubur sesudah buang air besar dan kecil.
Istinjak dapat dilakukan dengan salah satu cara sebagai berikut :
1. Membasuh tempat keluar najis dengan air sehingga bersih.
2. Menyapunya dengan batu sehingga bersih sekurang kurangnya tiga buah batu
atau benda benda lainnyayang kesat sebagai pengganti batu.
3. Menyapunya lebih dahulu dengan batu atau benda benda lainnya yang kesat,
sesudah itu membasuhnya dengan air.
Jika ketiadaan air, istinjak dapat dilakukan dengan batu
ٍ 7‫َب أَ َح ُد ُك ْم إلَى ْالغَائِ ِط فَ ْليَ ْذهَبْ َم َعهُ بِثَاَل ثَ ِة أَحْ َج‬
‫ا‬77َ‫ت َِطيبُ بِ ِه َّن فَإِنَّه‬7 ‫ار يَ ْس‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل إ َذا َذه‬ َّ ِ‫أَ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ُ‫تَجْ ِزي َع ْنه‬
Sesungguhnya Nabi ‫ ﷺ‬bersabda : “Apabila salah seorang kamu
pergi buang air besar, maka hendaknya pergi bersama tiga butir batu untuk
istinja’ dengannya , maka itu memadai dengannya.”

Adapun syarat beristija dengan batu tersebut adalah :


1. Batu atau benda yang kesat itu suci dan dapat menarik najis.
2. Batu atau benda yang suci itu bukan barang yang dihormati, seperti bahan
makanan
3. Tempat keluar najis disapu sampai bersih.
4. Najis itu belum kering.
5. Najis itu tidak berpindah dari tempat keluarnya atau tidak melewati ujung
kemaluan atau daratan yang terkatup ketika berdiri pada tempat buang air 5.

E. Adab Buang Air


Jika akan buang air, seharusnya memperhatikan beberapa hal sebagai adab, antara lain
1. Tidak menghadap kiblat dan membelakangi 6
2. Sebaiknya menjauhi tempat-tempat yang dibutuhkan oleh orang banyak
Contohnya seperti jalan, naungan, tempat penampungan air, tempat-tempat yang biasa
dipergunakan untuk beristirahat oleh para musafir, dan lain sebagainya.
3. Jangan buang air kecil di air yang tenang, atau di tempat yang dijadikan sebagai
pemandian, atau di air yang mengalir tetapi sedikit. 7

5
Dr. Hafsah, MA, pembelajaran Fiqh,citapustaka,Bandung,2016, hal 103
6
Ibid, hal. 104
7
Syaikh Hasan Ayyub, Fiqih Ibadah,al kautsar,hal 52-53
MACAM-MACAM HADATS
Hadats secara bahasa artinya terjadinya sesuatu. Sedangkan secara istilah, hadast
adalah keadaan yang mewajibkan wudhu atau mandi jjka hendak sholat. Hadats terbagi
menjadi dua macam yaitu :
1. Hadats Kecil , Yaitu segala sesuatu yang mewajibkan wudhu, seperti : buang air kecil,
buang air besar dan lain-lain.
2. Hadats Besar , Yaitu segala sesuatu yang mewajibkan mandi , seperti keluar mani,
Haidh, nifas dan lain-lain.

Cara mensucikan dari hadats yaitu :


1. Wudhu
Wudhu merupakan salah satu cara untuk menghilangkan hadats kecil, karena
syarat sah sebuah ibadah yaitu salah satu nya bersih dan suci dari hadats kecil. Maka
dari itu kita di wajibkan berwudhu. Adapun dibawah ini ketentuan-ketentuan dalam
berwudhu yaitu :
a. Syarat-syarat wudhu
Dalam kitab safinatunnajah syarat-syarat wudhu ada sepuluh
1. Islam
2. Tamyiz
3. Bersih dari haidh
4. Bersih dari nifas
5. Bebas dari sesuatu yang mencegah sampainya air ke kulit
6. Tidak ada sesuatu yang bisa merubah air pada anggota wudhu
7. Mengetahui fardhu-fardhunya wudhu
8. Tidak boleh menganggap satu fardhu diantara fardhu-fardhunya wudhu sebagai
sunnah
9. Memasuki waktu sholat (bagi da-imul hadats)
10. Bersegera bagi yang selalu berhadats (da-imul hadats)
b. Fardhu-fardhu wudhu
1. Niat
Tempat niat ada didalam hati. Merupakan ungkapan kemauan untuk
melakukan sebuah perbuatan. Rasulullah saw menegaskan pentingnya niat ini
dalam hadits yang di riwayatkan umar bin khatab ra. “ semua perbuatan itu
tergantung pada niatnya, dan setiap manusia mendapatkan apa yang ia niatkan. “
dan dalam berwudhu waktu niat adalah ketika membasuh wajah. Adapun lafadz
niat sebagai berikut :
‫ضاِلل ِهتَ َعالَى‬ ْ َ‫ض ْو َءلِ َر ْف ِعا ْل َح َدثِاْال‬
ً ‫ص َغ ِرفَ ْر‬ ُ ‫نَ َو ْيتُا ْل ُو‬

“SAYA NIAT BERWUDHU UNTUK MENGHILANGKAN HADAST KECIL FARDU (WAJIB) KARENA
ALLAH TA’ALA”

2. Membasuh wajah
Batas wajah adalah dari puncak kening hingga dagu, sedangkan lebar wajah
dari pinggir telinga kanan sampai telinga kiri. Menurut madzhab hambali, hidung
dan mulut merupakan bagian dari wajah, maka membersihkan hidung dan kumur-
kumur menjadi wajib ketika berwudhu. Sementara itu, mennurut madzhab maliki
dan syafi’I, membersihkan hidung dan berkumur tidak wajib ketika melakukan
wudhu dan mandi wajib. Menurut madzhab hanafi, keduanya adalah sunnah
dalam wudhu.

3. Membasuh kedua tangan hingga ke siku, diawali tangan kanan lalu tangan kiri.
4. Menyapu kepala,
Tentang menyapu kepala ini juga terdapat perbedaan antar mazhab
Menurut mazhab hambali dan maliki, seluruh bagian kepala wajib disapu
dengan air. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin zaid bahwa rasulullah saw
bersabda ‘ beliau menyapu kepalanya dengan kedua tangannya, maka ditariknya
dari muka kemudian kebelakang, dimulainya dari bagian depan kepalanya lalu
ditariknya kedua tangannya itu kearah pundak, kemudian dibawanya kembali
ketempat bermula tadi. “ (HR Bukhari dan Muslim)
Menurut mazhab syafi’I dan hanafi , hanya sebagian kepala yang wajib
diusap. Dalam sebuah hadits dari mughiroh bin syu’bah ra, “ Rasulullah saw
berwudhu, maka disapunya ubun-ubun serta surbannya, begitupun kedua
sepatunya.” (HR Muslim)

5. Membasuh kedua kaki hingga kemata kaki


6. Tertib
Semua fardhu dikerjakan dengan berurutan, tidak boleh terbolak-balik, tidak
ada yang tertinggal, serta tidak diselingi perbuatan lain.

c. Hal yang membatalkan wudhu


Dalam kitab safinatunnajah ada hal yang membatalkan wudhu ada 4 yaitu :
1. Keluarnya sesuatu dari qubul atau dubur baik berupa angina tau lainnya kecuali
keluar mani
2. Hilangnya akal sebab tidur dan lainnya kecuali tidurnya orang yang duduk, yang
menetapkan pantatnya pada bumi (pada alas)
3. Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang sama-sama dewasa tanpa
adanya penghalang
4. Memegang (menyentuh) qubul anak adam ( manusia ) atau area duburnya dengan
telapak tangan atau telapak jari-jari tangan.

2. Tayamum
Tayamum secara bahasa artinya menyengaja. Secara istilah artinya menyengaja
untuk mengusap wajah dan kedua tangan menggunakan debu dengan tujuan untuk
bersuci.
a. Sebab tayamum
Dalam kitab safinantunnajah ada tiga hal yang menjadi sebab untuk
tayamum
1. Tidak ada air
Dalam keadaan kemarau yang memang kondisinya tidak ada sama sekali
air maka di syariatkan untuk bertayamum.
2. Sakit
Jika kita sakit yang memungkinkan bila terkena air maka akan
berdampak buruk maka di syariatkan bertayamum.
3. Ada air tapi air tersebut diperlukan untuk keperluan hayawan yang dimuliakan
kecuali : orang yang meninggalkan sholat, orang yang zina mukhshon, orang
murtad, orang kafir harbi, anjing galak dan babi.
b. Syarat tayamum
1. Harus dengan debu
2. Debu harus suci
3. Debu bukan musta’mal
4. Debu tidak becampur dengan tepung dan seumpamanya
5. Harus menyengaja menggunakan debu atau sengaja tayamum
6. Mengusap wajah dan dua tangannya dengan dua kali tepukan tanah
7. Sebelumnya sudah membersihkan najis
8. Bersungguh-sungguh (berijtihad) menghadap kiblat
9. Tayamum setelah masuknya waktu
10. Harus tayamum disetiap melakukan sholat fardhu

c. Fardhu tayamum
1. Memindahkan debu
2. Niat
3. Mengusap wajah
4. Mengusap kedua tangan sampai siku
5. Tertib diantara dua usapan
d. Hal yang membatalkan tayamum
1. Semua hal yang bisa membatalkan wudhu
2. Murtad (keluar dari islam)
3. Beranggapan ada air jika bertayamum karena sebab tidak adanya air
3. Mandi
Secara umum para ulama mengartikan mandi dalam bahasan fiqih ini adalah
meratakan air keseluruh anggota tubuh. Adapun macam-macam mandi yaitu :
1. Mandi yang dianjurkan
Mandinya orang yang telah memandikan jenazah dan mandinya orang yang
memasuki kota suci mekkah al mukarromah
2. Mandi yang disunnahkan
Mandinya seseorang pada hari jum’at, hari arafah, dua hari raya (idul fitri dan
idul adha), dan saat hendak memakai pakaian ihram untuk berhaji atau umroh.
3. Mandi yang diwajibkan
Yaitu mandi yang dilakukan setelah selesai haidh, nifas dan lainnya.

a. Hal yang menyebabkan mandi wajib


1. Memasukannya hasyafah kepada farji’
2. Keluar mani
3. Haidh
4. Nifas
5. Melahirkan
6. Maut

b. Fardhu mandi wajib


1. Niat
Niat mandi wajib adalah

“NAWAITUL GHUSLA LIFRAF’IL HADATSIL AKBARI FARDHAN LILLAHI TA’AALA.”

“AKU BERNIAT MANDI BESAR UNTUK MENGHILANGKAN HADATS BESAR FARDHU


KARENA ALLAH TA’AALA.”

2. Meratakan seluruh badan dengan air.


BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan


masalah yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah
yang menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam keadaan
bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya yang
mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada diri dan
tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat menjijikkan bagi
manusia
DAFTAR PUSTAKA

Asmayani,Nurul,2018,perempuan bertanya,fikihmenjawab, Jakarta, Gramedia


Al Atsqalani,hajar,ibnu,Al Hafizh, 2014,BULUGHUL MARAM,Jakarta,Darul Haq
Hafsah, 2016, pembelajaran Fiqh Bandung,citapustaka
Ayyub, Hasan, Fiqih Ibadah,al kautsar,Jakarta

Anda mungkin juga menyukai