THAHARAH
Dosen Pembimbing :
Lendrawti, S.Ag., S.Pd., M.A
Disusun Oleh:
Theri Mayora (Nim : 18571013)
Yuriska Soleha (Nim : 18571016)
FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN MATEMATIKA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN CURUP)
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT. atas berkat rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Di dalam makalah ini, saya telah berusaha menguraikan sebaik mungkin semua hal yang
berkaitan dengan PANCASILA DALAM TANTANGAN NKRI.
Akan tetapi, saya menyadari bahwa di dalam makalah ini, masih terdapat banyak
kekurangan yang tentunya mengakibatkan makalah ini masih dikatakan jauh dari sempurna.
Maka dari itu, saya harapkan kepada pembaca untuk dapat memakluminya, karena tida ada
manusia yang tidak luput dari kesalahan.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah ............................................................................ 2
B. Syarat wajib Thaharah ......................................................................... 3
C. Sarana Melakukan Thaharah ............................................................... 3
D. Bentuk Thaharah .................................................................................. 5
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan badani selain rohani. Kebersihan
badani tercermin dengan bagaimana umat muslim selalu bersuci sebelum mereka melakukan
ibadah menghadap Allah SWT. Pada hakikatnya tujuan bersuci adalah agar umat muslim
terhindari dari kotoran atau debu yang menempel di badan sehingga secara sadar atau tidak
sengaja membatalkan rangkaian ibadah kita kepada Allah SWT.
Namun, yang terjadi sekarang adalah, banyak umat muslim hanya tahu saja bahwa
bersuci itu sebatas membasuh badan dengan air tanpa mengamalkan rukun-rukun bersuci lainnya
sesuai syariat Islam. Bersuci atau istilah dalam istilah Islam yaitu “Thaharah” mempunyai
makna yang luas tidak hanya berwudhu saja.
Pengertian thaharah adalah mensucikan diri, pakaian, dan tempat sholat dari hadas dan
najis menurut syariat islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat syahnya seorang muslim
dalam mengerjakan ibadah tertentu. Berdasarkan pengertian tersebut sebenarnya banyak sekali
manfaat yang bisa kita ambil dari fungsi thaharah. Taharah sebagai bukti bahwa Islam amat
mementingkan kebersihan dan kesucian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis bermaksud untuk memaparkan
penjelasan lebih rinci tentang thaharah, menjelaskan bagaimana fungsi thaharah dalam menjalan
ibadah kepada Allah, serta menjelaskan manfaat thaharah yang dapat umat muslim peroleh.
Dengan demikian umat muslim akan lebih tahu makna bersuci dan mulai mengamalkannya
untuk peningkatan kualitas ibadah yang lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian thaharah secara bahasa dan istilah?
A. Pengertian Thaharah
Taharah menurut bahasa berasal dari kata ( طهورThohur), artinya bersuci atau bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dan bersuci dari
najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi SAW
juga bersabda:
َ ِم ْفتَا ُح الص ََّال ِة أَل َّطََ َه:قال عليه الصالة والسالم
ْ َّ َوتَحْ ِل ْيلُهَا الت، َوتَحْ ِر ْي ُمهَا الت َّ ْك ِبي ُْر،ُارة
س ِل ْي ُم
“Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya
adalah salam.”
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam hal
ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa
menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :
ُ ط َّه ْرنَ فَأْتُوه َُّن ِم ْن َحي
ْث ْ َيض َوال ت َ ْق َربُوه َُّن َحتَّى ي
َ َ ط ُه ْرنَ فَإِذَا ت ِ سا َء فِي ْال َم ِح
َ ِِّيض قُ ْل ه َُو أَذًى فَا ْعت َِزلُوا الن ِ َويَ ْسأَلُونَكَ َع ِن ْال َم ِح
)٢٢٢( َط ِ ِّه ِرين َ َ َّللاَ ي ُِحبُّ الت َّ َّوا ِبينَ َوي ُِحبُّ ْال ُمت َّ أ َ َم َر ُك ُم
َّ َّللاُ ِإ َّن
Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-
orang yang suci lagi bersih”. (QS Al Baqarh:222)
d. Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis, maka
hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka hukumnya tidak najis
dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah warna, bau, maupun rasanya.
1. Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak bercampur
dengan sesuatu.
2. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi.
3. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa digunakan untuk
istinjak.
D. Bentuk Thaharah
Taharah terbagi menjadi dua bagian yaitu lahir dan batin. Taharah lahir adalah taharah /
suci dari najis dan hadas yang dapat hilang dicuci dengan air mutlak (suci menyucikan) dengan
wudu, mandi, dan tayamun. Taharah batin adalah membersihkan jiwa dari pengaruh-pengaruh
dosa dan maksiat, seperti dengki, iri, penipu, sombong, ujub, dan ria.
Sedangkan berdasarkan cara melakukan thaharah, ada beberapa macam bentuk yaitu : wudhu,
tayamum, mandi wajib dan istinjak
Wudhu
Wudhu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara’ berarti membasuh anggota
badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan
hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.
يَ صال ِة ِإلَى قُ ْمت ُ ْم ِإذَا آ َمنُوا ا َّلذِينَ أَ ُّي َها ا ِ س ُحوا ْال َم َرا ِف
َّ ق ِإلَى َوأَ ْي ِد َي ُك ْم ُو ُجو َه ُك ْم فَا ْغ ِسلُوا ال َ ْال َك ْع َبي ِْن ِإلَى َوأَ ْر ُجلَ ُك ْم ِب ُر ُءو ِس ُك ْم َو ْام
ط َّه ُروا ُجنُبًا ُك ْنت ُ ْم َوإِ ْن َّ ضى ُك ْنت ُ ْم َوإِ ْن فَا َ سفَ ٍر َعلَى أَ ْو َم ْر َ سا َء ال َم ْست ُ ُم أ َ ْو ْالغَائِ ِط ِمنَ ِم ْن ُك ْم أ َ َحد ٌ َجا َء أ َ ْو َ ِِّفَتَيَ َّم ُموا َما ًء ت َِجد ُوا فَلَ ْم الن
ص ِعيدًاَ طيِِّبًا َ س ُحوا َ َّللاُ ي ُِريد ُ َما ِم ْنهُ َوأَ ْيدِي ُك ْم ِب ُو ُجو ِه ُك ْم فَا ْم َ ُلَعَلَّ ُك ْم َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتَهُ َو ِليُتِ َّم ِلي
َّ ط ِِّه َر ُك ْم ي ُِريد ُ َو َل ِك ْن َح َرجٍ ِم ْن َعلَ ْي ُك ْم ِليَجْ عَ َل
َ( تَ ْش ُك ُرون٦)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka
basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu
sampai mata kaki.”(QS Al maidah :6)
Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau adanya halangan memakai air.
Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau
mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
َ ص ِعيدًا
َ ط ِِّيبًا فَا ْم
س ُحوا َ ِِّسفَ ٍر أ َ ْو َجا َء أ َ َحد ٌ ِم ْن ُك ْم ِمنَ ْالغَائِ ِط أ َ ْو ال َم ْست ُ ُم الن
َ سا َء فَلَ ْم ت َِجد ُوا َما ًء فَت َ َي َّم ُموا َ ضى أ َ ْو َعلَى َ َم ْر
)٤٣( ورا ً َُّللاَ َكانَ َعفُ ًّوا َغف َّ ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْيدِي ُك ْم ِإ َّن
Artinya : “Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.” (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan
salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun
waktu salat masih ada.
Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib adalah
menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai niat
mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
َّ َوإِ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا فَا
)٦( ط َّه ُروا .5
Artinya : “.......dan jika kamu junub maka mandilah.” (QS Al Maidah)
BAB III
KESIMPULAN
Az Zuhaili Prof. Dr .Wahbah. 2010. Fiqih Islam Wa Adillatuhu. Depok. Gema Insani
Darajat, Prof. Dr. Zakiyah.1995. Ilmu Fiqih. Jakarta. dana bakti wakaf.
Drs.Babudin.S.Ag dan Tim Penyusun Kementrian Agama Republik Indonesia. 2005.Fiqih Untuk
X madrasah aliyah, Jakarta. intimedia ciptanusantara
Al-Imam ibnu Qudamah Al Maqdisi. 2012Mukhtasar Minhajul Qasidin. Jakarta. Darul Haq.