A. THAHARAH .................................................................................
1. Pengertian Thaharah ..............................................................
2. Urgensu Thaharah dalam Islam ..............................................
3. Macam-Macam thaharah .........................................................
4. Alat-alat bercusi .....................................................................
5. Pembagian Air ........................................................................
a. Air Suci dan Mensucikan ...................................................
b. Air Suci dan Mensucikan Makruh dipakai .........................
c. Air Suci tapi tidak mensucika ............................................
d. Air Najis .............................................................................
B. Bersuci dari Najis ....................................................................
1. Pengertian Thaharah ..............................................................
2. Pembagian Najis dan Cara Mensucikannya ............................
C. Wudhu .........................................................................................
1. Pengertian Wudhu ...................................................................
2. Dalil-dalil wudhu ....................................................................
3. Syarat sahnya wudhu’ .............................................................
4. Rukun Wudhu ........................................................................
5. Sunnah-sunnah wudhu ..........................................................
6. Wudhu yang disempurnakan dengan tayammum ...................
7. Pembatal Wudhu .....................................................................
D. Mandi Wajib ................................................................................
1. Pengertian ...............................................................................
2. Hal-hal yang mewajibkan mandi ............................................
3. Rukun Mandi ..........................................................................
4. Sunnah-sunnah mandi ..........................................................
E. Tayammum .................................................................................
1. Pengertian Tayammum ............................................................
2. Syarat-syarat Tayammum .......................................................
3. Fardhu Tayammum ................................................................
4. Sunnah Tayammum ...............................................................
5. Hal-hal yang membatalkan Tayammum .................................
BAB I THAHARAH
A. THAHARAH
1. Pengertian Thaharah
Thaharah atau bersuci menurut arti bahasa bermakna bersih.
Sedangkan menurut syara’ thaharah adalah membersihkan diri dari
hadas dan najis agar dapat mengerjakan shalat, seperti berwudlu,
mandi, tayamum dan menghilangkan najis yang melekat di badan,
pakaian dan tempat.
Dengan kata lain, thaharah sebagai sebuah proses dan ritual dalam
rangka mengangkat hadats atau membersihkan najis, membutuhkan
semacam media. Para ulama sepakat bahwa media yang dominan
digunakan untuk berthaharah adalah air, di samping adanya media lain,
yang bahkan menjadi salah satu syarat sempurnanya thaharah seperti
tanah.
1
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah : 222).
Dalam firman yang lain, Allah juga memuji para sahabat yang
menghidupkan Masjid Quba’
َ ب ال حْمطَّ ّه
رين َّ ال حُيبُّو َن أَ ْن يَتَطَ َّه حروا َو
ُّ اَّللح حُي ٌ رج
َ فيه
“Di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan
diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS.
At-Taubah: 108)
Rasulullah bersabda:
الطُّ حه ح
) (رواه مسلم. ور َشط حْر اإلميَان
“Kesucian adalah separuh dari keimanan”. (HR. Muslim & Ahmad ibn
Hambal)
حىت تكونوا كأنكم، وأصلحوا لباسكم، فأصلحوا رحالكم،إنكم قادمون على إخوانكم
فإن هللا الُيب الفحش وال التفحش (رواه أمحد يف مسنده وأبو داود،شامة يف الناس
)واحلاكم والبيهقي
“Sesungguhnya (apabila) kalian mendatangi saudaramu, maka
pereloklah barang-barang (bawaan) mu dan pereloklah pakaianmu,
sehingga menjadi tanda ciri khasmu di kalangan orang banyak
Sesungguhnya Allah tidak senang sesuatu yang keji dan tidak rapid an
teratur”. (HR. Ahmad)
2
3. Macam-macam Thaharah
Berdasarkan pengertian di atas, bersuci dalam Islam dibagi menjadi
dua macam; yaitu :
a. Bersuci dari Hadats. Bersuci dari hadats merupakan kategori
bersuci khusus untuk badan. Bersuci dari hadats ada tiga yaitu
bersuci dari hadats besar (mandi), bersuci dari hadats kecil
(wudhu’) dan pengganti dari keduanya jika ada udzur yaitu
tayammum.
b. Bersuci dari Najis (kotoran)
Bersuci dari najis dapat dihilang dengan membasuh, mengusap
dan
4. Alat-alat bersuci
Alat yang dapat digunakan untuk bersuci ada 4 (empat) yaitu: air,
debu yang suci, alat samak, dan perubahan arak menjadi cuka. (Tuhfatut
Thullab, hal. 3).
Dari keempat alat bersuci tersebut, air merupakan alat yang paling
utama yang disyariatkan dalam bersuci. Allah swt berfirman:
ط َعلَى
َ لَيب َّ رج َز
َْ الش ْيطَان َو ْ هب َعْن حك ْم
َ اء ليحطَ ّه َرحك ْم به َويح ْذ
الس َماء َم ا
َّ من
َ َويحنَ ّز حل َعلَْي حك ْم
)11: ت به ْاألَقْ َد َام (االنفال َ ّقحلحوب حك ْم َويحثَب
“Dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan hujan itu dan menghilangkan dari kamu gangguan-
gangguan syaitan dan untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh
dengannya telapak kaki(mu). (QS. Al-Anfal : 11)
5. Pembagian Air
Air adalah media yang paling dominan dipakai dalam ritual
berthaharah (bersuci). Hanya saja tentu tidak semua jenis air atau benda
cair dapat digunakan untuk berthaharah. Atas dasar inilah, para ulama
kemudian mengklasifikasikan jenis air dalam berthaharah sekaligus
hukum menggunakannya dalam beberpa jenis dan hukum. Maksud dari
hukum air adalah status hukum air sebagai pengangkat hadats atau
pensuci benda yang terkena najis.
3
a. Air suci dan dapat mensucikan dan tidak makruh digunakan
Air jenis ini disebut air mutlak atau air yang masih murni. Air
mutlak ada 7 macam, yaitu air hujan, air laut, air sumur, air
sumber, air sungai, air embun dan air es yang telah mencair.
1) Air Hujan
Para ulama sepakat bahwa air hujan yang turun dari langit
hukumnya adalah suci dan juga mensucikan. Sekalipun
seandainya jika air hujan itu telah tercemar dan mengandung
asam yang tinggi karena polusi. Di mana air hujan yang terkena
tercemar oleh ulah tangan manusia itu tetaplah berstatus suci
dan mensucikan.
Dalil kesucian air hujan dan fungsinya yang dapat
mensucikan, di antaranya adalah firman Allah swt:
ِ ِِ ِ السم ِاء م ِ ِ ِّ َإِ ْذ يحغ
َ اء ليحطَ ِّه َرحك ْم به َويح ْذه
ب اس أ ََمنَةا م ْنهح َويحنَ ِّز حل َعلَْي حك ْم م َن َّ َ َ ا
َ ُّع
َ شي حك حم الن
)11 : ت بِ ِه ْاألَقْ َد َام (االنفال َ ِّط َعلَى قحلحوبِ حك ْم َويحثَب َ ِان َولِ َ َْيب
ِ َالشيط
ْ َّ َعنْ حك ْم ِر ْج َز
Ketika Allah menjadikan kamu mengantuk sebagai suatu
penenteraman dari pada-Nya dan Allah menurunkan kepadamu
hujan dari langit untuk mensucikan kamu dengan hujan itu dan
menghilangkan dari kamu gangguangangguan syaitan dan
untuk menguatkan hatimu dan mesmperteguh dengannya
telapak kaki. (QS. Al-Anfal: 11)
2) Air Laut
Para ulama sepakat bahwa air laut juga berstatus hukum suci
dan mensucikan, meskipun rasa air laut itu asin karena
kandungan garamnya yang tinggi, namun hukumnya sama
dengan air hujan, embun, atau pun salju.
Faktor yang membedakan antara air laut dan jenis air lainnya
inilah, yang membuat para shahabat pada awalnya meragukan
kesucian air laut. Sehingga ketika ada dari mereka yang
berlayar di tengah laut dan bekal air tawar yang mereka bawa
hanya cukup untuk keperluan minum, mereka lalu berijtihad
untuk berwudhu menggunakan air laut.
Sesampainya kembali ke daratan, mereka langsung bertanya
kepada Rasulullah saw tentang hukum menggunakan air laut
sebagai media untuk berwudhu. Lantas Rasulullah saw
menjawab bahwa air laut itu suci dan bahkan bangkainya
(bangkai hewan laut) pun suci juga.
4
َِّ ول
اَّلل َ ال ََ َر حس َ َِّب صلى هللا عليه وسلم فَ َق َّ َِع ْن أَيب حه َريْ َرةَ قَا َل َسأ ََل َر حج ٌل الن
ضأح َّ يل ِم َن ال َْم ِاء فَِإ ْن تَ َو
َّ ضأ ََّْن بِ ِه َع ِط ْشنَا أَفَ نَ تَ َو ِ ِ
َ ب الْبَ ْح َر َوََْنم حل َم َعنَا الْ َقلإِ ََّّن نَ ْرَك ح
ور َما حؤهح « حه َو الطَّ حه ح-صلى هللا عليه وسلم- اَّلل
َِّ ول ال َر حس ح َ ِِبَ ِاء الْبَ ْح ِر فَ َق
.» ا ْحلِ ُّل َمْي تَ تحهح
Dari Abi Hurairah ra bahwa ada seorang bertanya kepada
Rasulullah saw: “Ya Rasulullah kami mengarungi lautan dan
hanya membawa sedikit air. Kalau kami gunakan untuk
berwudhu pastilah kami kehausan. Bolehkah kami berwudhu
dengan air laut?.” Rasulullah saw menjawab: “(Laut) itu suci
airnya dan halal bangkainya.” (HR. Abu Daud)
3) Air Sumur
Para ulama sepakat bahwa air sumur, mata air, dan air sungai
adalah air yang suci dan mensucikan. Sebab air itu keluar dari
tanah yang telah melakukan proses pensucian. Dalil tentang
sucinya air sumur atau mata air adalah hadits tentang sumur
budha’ah yang terletak di kota Madinah.
ضأح ِم ْن
َّ اَّلل صلى هللا عليه وسلم أَنَتَ َو َِّ ول
ِ ى أَنَّهح قِيل لِر حس
َ َ ِّ اْلح ْد ِر
ْ يدٍ َعن أَِىب س ِع
َ ْ
ول
ال َر حس ح َ َّْت فَ َق ِ اعةَ و ِهى بِْئ ر يطْرح فِيها ا ْحلِيض و َحلم ال
ِ َْكال َ بِْئ ِر بح
ب َوالن ْ ح ض َ َ َ ٌ ح َ ح َ َ ح َ ْح
» ٌسهح َش ْىء ِ َِّ
ور الَ يحنَ ّج ح
ٌ اَّلل صلى هللا عليه وسلم «ال َْماءح طَ حه
Dari Abi Said al-Khudhri ra berkata bahwa seorang bertanya:
“’Ya Rasulullah, apakah kami boleh berwudhu’ dari sumur
Budha’ah? padahal sumur itu merupakan muara dibuangnya
darah haid, bangkai anjing, dan kotoran. Rasulullah saw
menjawab: “Air itu suci dan tidak dinajiskan oleh sesuatu.” (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, dan Nasa’i).
4) Air Sumber
Mata air atau air sumber adalah air yang suci dan mensucikan.
Sebab air itu keluar dari tanah yang telah melakukan
pensucian. Kita bisa memanfaatkan air-air itu untuk wudhu,
mandi atau mensucikan diri, pakaian dan barang dari najis.
Dalil tentang sucinya air sumur atau mata air adalah hadits
5
tentang sumur Bidho`ah yang terletak di kota Madinah
sebagaimana telah disebutkan di atas.
5) Air Sungai
Air sungai itu pada dasarnya suci, karena dianggap sama
karakternya dengan air sumur atau mata air. Sejak dahulu
umat Islam terbiasa mandi, wudhu` atau membersihkan najis
termasuk beristinja dengan air sungai.
6) Air Salju
Salju sebenarnya hampir sama dengan hujan, yaitu sama-
sama air yang turun dari langit. Hanya saja kondisi suhu udara
tertentu yang membuatnya menjadi butir atau kristal salju.
6
7) Air Embun
Sebagaimana salju, embun juga bagian dari air, yang turun
dari langit, meski bukan berbentuk air hujan yang turun deras.
Embun lebih merupakan tetes-tetes air yang akan terlihat
banyak di hamparan dedaunan pada pagi hari. Maka tetes
embun itu bisa digunakan untuk berthaharah.
d. Air Najis
Air najis yaitu air suci yang terkena atau tercampur dengan benda
najis. Air yang tercampur dengan benda najis disebut dengan air
mutanajjis ()متنجس
Para ulama sepakat bahwa jika air tersebut terkontaminasi oleh benda najis hingga yang
mendominasi adalah sifat kenajisan, maka air itu statusnya
adalah tidak suci, yang tentunya juga tidak bisa dipakai untuk
mensucikan, sebesar apapun jumlah volume air tersebut. Untuk
bisa menilai apakah air yang ke dalamnya kemasukan benda najis
itu ikut berubah menjadi najis atau tidak, para ulama membuat
indikator yaitu rasa, warna, dan aroma.
Air najis sekali tidak bisa dipakai pula untuk mensucikan. Air
najis dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
9
a. Air sedikit yang terkena najis, baik berubah salah satu sifatnya
atau tidak berubah. Yang dimaksud air sedikit di sini adalah
air yang kurang dari 2 qullah.
b. Air banyak yang sudah berubah salah satu sifatnya karena
bercampur dengan benda najis, baik berubahnya itu sedikit
atau banyak. Yang dimaksud air banyak adalah air yang
sampai 2 Qullah atau lebih. (Fathul Qarib al-Mujib, hal. 3-4)
Catatan :
a. Para ulama berbeda pendapat tentang banyaknya volume air 2 qullah.
Namum menurut jumhurul ulama (mayoritas ulama), volume air 2
qullah adalah sama dengan 216 liter.
b. Air 2 qullah apabila diukur dengan tempat/wadah air, maka
perinciannya adalah sebagai berikut:
Kalau tempatnya persegi panjang (murabba’), maka panjangnya
1¼ dzira’, lebarnya 1¼ dzira’ dan dalamnya 1¼ dzira’.
Kalau tempatnya bundar (mudawwar) seperti sumur, maka
ukuran adalah garis tengahnya 1 dzira’, dalamnya 2 ¼ dzira’ dan
kelilingnya 3 1/7 dzira’.
Kalau berbentuk segi tiga (mutsallats) Maka panjangnya 1½ dzira’,
lebarnya 1½ dzira’ dan dalamnya 2 dzira’.
c. 1 dzira’ sama dengan 48 cm.
(I'anah Al-Thalibin, juz 1 hal. 54, Al-Bajuri, juz 1 hal. 36, Bujairimi, juz
1 hal. 35, Kasyifah as-Saja, hal. 20, Bughyah Al-Mustarsyidin, hal .12)
B. NAJIS
1. Pengertian Najis
Najis secara bahasa adalah sesuatu yang menjijikkan atau
sesuatu yang kotor. Menurut syara’ najis adalah segala sesuatu yang
haram dikonsumsi/dimakan pada saat keadaan lapang (ikhtiyar), bukan
dalam keadaan terpaksa (dlarurat), yang mana sesuatu tersebut dapat
menghalangi sahnya shalat. (Fathul Qarib al-Mujib, hal. 9).
10
pada najis tersebut. (Hawasyil Madaniyah, hal. 174, Nihayah
al-Zain, hal. 45)
b. Najis mughallazhah
yaitu najis berat, yaitu najis anjing dan babi dan keturunan
dari keduanya. Cara mensucikan najis atau benda yang terkena
najis mughallazhah adalah sebagai berikut:
Dibasuh dengan air sebanyak 7 kali yang salah satunya
dicampur dengan debu atau tanah yang suci.
Apabila najis mughallazhah tersebut terdapat di lantai maka
sebelum mensucikan, najisnya harus dibuang terlebih
dahulu, baik dengan kain atau benda lainnya yang dapat
menghilangkan zat najis. (I'anah al-Thalibin, juz 1 hal 96)
Campuran debu tersebut lebih utama diletakkan pada
basuhan yang pertama. Namun apabila airnya sudah keruh
(lekko: madura) karena sudah bercampur dengan tanah
seperti air hujan, maka airnya tidak perlu dicampur dengan
debu lagi. (Nihayah al-Zain, hal. 45)
c. Najis mutawassithah
yaitu najis sedang/ pertengahan antara najis mukhaffafah dan
najis mughallazah. Termasuk dalam najis ini adalah segala
sesuatu yang keluar dari qubul dan dubur apapun bentuknya
kecuali air mani, seperti kotoran binatang dan bangkai selain
bangkai manusia, belalang dan ikan.
3. Rukun Wudlu
1. Niat. Niat adalah menyengaja melakukan sebuah pekerjaan
saat memulai pekerjaan tersebut. Niat wudlu harus dilakukan
ketika membasuh permulaan muka.
12
2. Membasuh muka dari tempat tumbuhnya rambut kepala
sebelah atas sampai kedua tulang dagu bawah, dan dari telinga
kanan sampai ke telinga kiri.
3. Membasuh dua tangan, sampai ke dua siku.
4. Mengusap sebagian dari kepala, baik itu berupa kulit atau
rambut yang ada dalam batas kepala.
5. Membasuh dua kaki sampai kedua mata kaki.
6. Tertib, yaitu mengurutkan rukun-rukun di atas.
4. Sunnah-sunnah Wudlu
1. Membaca bismillah pada permulaan wudlu dan berdoa :
ك
َ َابك َوَكثْ َرة ال ّذ ْكر ل ّ اَلْلَّ حه َّم أ
َ ََعّن َعلَى َتال َوة كت
“Ya Allah berikanlah pertolongan kepadaku untuk selalu
membaca kitab-MU (Al-Qur’an) dan bedzikir kepada-MU.”
4. Menghisap air ke dalam hidung (istinsyaq) sambil berdoa:
ٍ ت َع ّّن َر
اض َ ْائحةَ ا ْْلَنَّة َوأَن اَلَّ ح
َ له َّم أ َْوج ْد يل َر
“Ya Allah perkenankanlah aku untuk menghirup udara surga
sedang Engkau Ridla kepadaku.”
َّ من حسوء
الدار ْ من َرَوائح النَّار َو
ْ بك ّ اَللَّ حه َّم
َ إّن أَعح ْوذح
“Ya Allah aku berlindung kepada-MU dari udara api neraka dan
tempt tinggal yang buruk.”
سَيا
ْ َحساَبا ي
َ اسبّن ْ َاَللَّ حه َّم أَ ْعطّن كتَايب بي
ْ ميّن َو َح
“Ya Allah berikanlah buku catatanku dari tangan kananku dan
hisablah dengan hisab yang ringan”.
Doa ketika membasuh tangan kiri
14
antaranya. Dan perdengarkanlah aku panggilan surga bersama
orang-orang yang baik.”
9. Sunnah mengusap leher dengan air yang baru sambil membaca
doa :
ُّ َالصراط يَ ْوَم ت
زل ْفيه أَقْ َد ح َّ
افقني
َ ْ َام ال حْمن َ ّ بك أَ ْن تَزل قَ َدمي َع ْن
َ أَعح ْوذح
Ya Allah aku berlindung kepada-MU dari tergelincirnya kakiku
ke dalam neraka di hari kaki-kaki orang-orang munafiq
tergelincir ke dalam neraka
11. Do’a sesudah wudlu.
15
maka ampunilah aku dan terimalah taubatku. Sesungguhnya
Engkau adalah Maha Penerima Taubat dan Maha Penyayang.”
(Doa-doa di atas dikutip dari Ihya’ Ulum Ad-Din)
Catatan:
1. Setiap anggota Sunnah dibasuh atau diusap sebanyak 3 kali. Begitu
juga berkumur-kumur dan menghisap air ke dalam hidung.
2. Dalam wudlu juga diSunnahkan:
Muwalah, yaitu membasuh anggota kedua sebelum anggota
sebelumnya kering.
Tayamun, yaitu mendahulukan anggota kanan dari pada anggota
yang kiri.
Menghadap kiblat.
Bersiwak atau menyikat gigi.
Menyela-nyelai jenggot yang tebal dengan air.
16
4. Sulit untuk melepaskan perban karena khawatir sakitnya
bertambah parah atau menimbulkan bahaya.
6. Pembatal wudlu
1. Keluarnya sesuatu dari pintu depan (qubul) dan pintu belakang
(dubur), baik berupa zat atau angina; biasa, seperti darah atau
tidak biasa seperti ulat; baik yang keluar itu najis ataupun suci.
2. Hilangnya akal (kesadaran) yang disebabkan karena mabuk,
gila, pingsan atau tidur yang tidak menetapi pada tempatnya
(ghairu mumakkin).
3. Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang sudah dewasa
dan bukan mahramnya secara langsung dan tidak ada
penghalang (ha-il).
4. Menyentuh kemaluan atau pintu dubur dengan telapak tangan
tanpa ada penutup, baik kemaluan sendiri maupun kemaluan
orang lain, kemaluan orang dewasa maupun kemaluan anak
kecil. (Tuhfah At-Thullab, hal. 7-8).
D. MANDI WAJIB
1. Pengertian
Yang dimaksud mandi wajib adalah mengalirkan air ke seluruh
badan dengan niat tertentu dan karena ada sebab-sebab tertentu pula.
(Fathul Qarib al-Mujib, hal. 6). Allah berfirman :
17
3. Haid, yaitu darah yang keluar dari kemaluan perempuan dalam
kondisi sehat dan bukan karena melahirkan.
اء يف ال َْمحيض َوَال َس َ ّك َعن ال َْمحيض قح ْل حه َو أَذاى فَا ْعتَزلحوا الن َ ََويَ ْسأَلحون
َّ ث أ ََم َرحك حم
اَّللح من َحْي ح وه َّن َح َّىت يَط حْه ْر َن فَإ َذا تَطَ َّه ْر َن فَأْتح ح
ْ وه َّن تَ ْق َربح ح
“Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidl
itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haidl; dan janganlah
kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepadamu. (QS. Al-Baqarah: 222)
4. Nifas, yaitu darah yang keluar dari kemaluan perempuan
setelah melahirkan.
5. Melahirkan
6. Mati selain mati syahid. Yang dimaksud mati syahid adalah
mati di medan perang karena jihad fi sabilillah.
E. TAYAMUM
1. Pengertian Tayamum
Menurut arti bahasa tayamum adalah menyengaja. Menurut syara’
tayamum adalah menyengaja mengusap muka dan kedua tangan sampai
siku dengan debu yang suci dengan syarat-syarat tertentu.
Tayamum adalah cara bersuci yang menjadi pengganti wudlu atau
mandi dan sebagai rukhsah (keringanan) dari Allah swt bagi orang yang
tidak dapat memakai air karena beberapa halangan (udzur). Dengan
demikian manusia tetap bisa melaksanakan shalat dan ibadah lainnya
walaupun tidak ada air. Allah swt berfirman:
ِ ِِ ِ ِ ضى أَو علَى س َف ٍر أَو جاء أ
اء فَ لَ ْم
َس َ َ َ ْ َ َ ْ َ َوإِ ْن حكْن تح ْم َم ْر
َ َّح ٌد مْن حك ْم م َن الْغَائط أ َْو َال َم ْستح حم الن
َّ وه حك ْم َوأَيْ ِدي حك ْم ِمْنهح َما يح ِري حد
اَّللح لَِي ْج َع َل ِ ََِت حدوا ماء فَ ت ي َّمموا ص ِعي ادا طَيِبا فَامسحوا بِوج
ّا ْ َ ح ح ح َ َ ا ََ ح
)6 :َعلَْي حك ْم ِم ْن َح َر ٍج َولَ ِك ْن يح ِري حد لِيحطَ ِّه َرحك ْم َولِيحتِ َّم نِ ْع َمتَهح َعلَْي حك ْم لَ َعلَّ حك ْم تَ ْش حك حرو َن (املائدة
“…dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat
buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak
memperoleh air, Maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih);
sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS. Al-
Maidah: 6)
ك األَ ْش َج ِع ِّى َع ْن ِربْ ِع ٍّى ٍ ِضْي ٍل َعن أَِىب مال َ َح َّدثَنَا أَبحو بَ ْك ِر بْ حن أَِىب َشْي بَةَ َح َّدثَنَا حُمَ َّم حد بْ حن فح
َ ْ
ت ْ َث حج ِعل ٍ ََّاس بِثَال
ِ ضلْنَا َعلَى الن ِّ اَّلل صلى هللا عليه وسلم « فح َِّ ول
ال َر حس ح َ َال ق
َ ََع ْن حح َذيْ َفةَ ق
ورا ْ َض حكلُّ َها َم ْس ِج ادا َو حج ِعل ْ َوف ال َْمالَئِ َك ِة َو حج ِعلِ ص حفوفحنَا َكص حف
ت تح ْربَتح َها لَنَا طَ حه ا ت لَنَا األ َْر ح ح ح
)اء » (رواه مسلم ِِ ِ
َ إذَا ََلْ ََند ال َْم
Kita diunggulkan atas manusia yang lain dengan tiga perkara; barisan
kita dijadikan seperti barisannya para malaikat; seluruh permukaan bumi
19
dijadikan untuk kita sebagai masjid, dan tanahnya dijadikan untuk kita
sebagai alat bersuci, jika kita tidak mendapati air (HR. Muslim)
2. Syarat-syarat Tayamun
1. Adanya udzur (halangan), yaitu:
Udzur karena sakit, yaitu apabila memakai air maka akan
bertambah parah atau lambat sembuhnya menurut
keterangan dokter ahli.
Karena dalam perjalanan (musafir).
Karena tidak ada air atau ada air tapi air tersebut
dibutuhkan untuk hal yang lebih penting dan mendesak,
misalnya untuk diminum.
2. Sudah masuk waktu shalat. Karena tayamum itu disyariatkan
bagi orang yang dalam keadaan terpaksa. Sebelum masuk
waktunya shalat, maka ia belum terpaksa, sebab shalat belum
wajib atasnya ketika itu.
3. Sudah berusaha mencari air, setelah masuk waktu shalat, tapi
belum mendapatkan.
4. Menggunakan tanah yang suci dan berdebu serta tidak
bercampuran dengan benda lain.
5. Menghilangkan najis yang mungkin melekat pada tubuh
sebelum tayamum.
3. Fardu-fardu Tayamum
1. Niat. Niat tayamum harus dilakukan bersamaan ketika
memindahkan debu ke wajah. Orang yang bertayamum
hendaklah berniat hendak mengerjakan shalat dan sebagainya
bukan semata-mata untuk menghilangkan hadats saja. Karena
sifat tayamum tidak dapat menghilangkan hadats. Lafadz niat
tayamum:
20
4. Sunnah Tayamum
1. Membaca bismilah.
2. Menghadap kiblat.
3. Mendahulukan tangan yang kanan dari pada tangan yang kiri.
4. Mendahulukan bagian atas ketika mengusap wajah.
5. Meniup debu dari telapak tangan agar menjadi tipis, sehingga
tidak mengotori wajah atau tangan.
6. Mengusap anggota tayamum dengan melebihi batas yang wajib
diusap, baik dalam wajah atau tangan.
7. Muwalah yaitu sambung menyambung dalam mengusap
anggota tayamum.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abdi Al-Rahman Ibnu Muhammad Ibnu Husain Ibnu Amr. Bugiyah al-
Mustarsyidin. Surabaya: Al-Hidayah.
Abdu al-Hamid Ibnu Muhammad Ali Qudus. Syarhu Lathaif al-Isyarah. Dar
Kutub Ihya’ al-Arabiyah.
Abu Hamid Al-Ghazali. Ihya’ Ulum Ad-Din. Sankapura: Darul Kutub Al-
Islamiyah.
Abu Zakariya Yahya Al-Anshari. Fathu al-Wahhab Ala Syarhi Minhaj al-Thullab.
Bairut : Dar Makrifah.
Dawud, Muhammad Ali. tt. Ulum al-Qur'an wa al-Hadits. Oman: Dar al-Bashir.
Ibnu Abdil Mu’thi Muhammad Ibnu Amr Ibnu Ali Nawawi. Nihayah al-Zai.
Surabaya : Al-Hidayah.
Ibnu Zakariya Muhyiddin Ibnu Syaraf Al-Nawawi. Al-majmu’ ‘Ala Syarhi al-
Muhadzdzab. Al-nasyir : Zakariya Ali Yusuf.
22
Muhammad Nawawi Al-Banteni. Riyadu Al-Badi’ah. Dar Ihya Kutub al-
Arabiyah.
Syihabuddin Abi Al-Abbas Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Ali Ibnu Hajar al-
Haitami. 2005 . Tuhfah Al-Muhtaj. Bairut : Dar Kutub al-Alamiyah
23
SAHRONI
TEBAK LOKASI GAMBAR…..?
ANDA SUKA GAMBAR YANG MANA?
GAMBAR 1 GAMBAR 2
َِن اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِين
َّ إ
َوَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِين
Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri
MEMAHAMI ARTI THAHARAH
• Thaharah menurut arti bahasa adalah suci
dan bersih.
• Sedangkan menurut syara’ thaharah
adalah melakukan sebuah pekerjaan yang
membolehkan seseorang untuk
mengerjakan shalat, seperti wudlu, mandi
dan tayamum. (Fathul Qarib Al-Mujib, hal.
3)
Alat-alat untuk bersuci
MUKHAFFAFAH (Ringan)
MUTAWASSITHAH
(Sedang)
MUGHALLADZAH (Berat)
1. MUKHAFFAFAH (RINGAN)
Bangkai Binatang
Darah
Nanah
Muntah
Kotoran Manusia dan
Binatang
Arak (Khamar)
Najis Mutawassithah Ada 2 Macam :
1. Niat
2. Membasuh Muka
3. Membasuh Kedua Tanggan
4. Mengusap Kepala
5. Membasuh Kedua Kaki
6. Tertib