Anda di halaman 1dari 22

BUKU PANDUAN

METODE PRAKTIS MEMAHAMI


DAN MENGHITUNG ZAKAT

Oleh: Munawir
Ketua LBM Lampung

1
PENDAHULUAN

‫ َوالصَالةَ َوالسَالمَ عََلى‬.‫الةه‬


َ َ‫الم كَالص‬ َ‫ان اَْ هَل َْس ه‬َ‫لل الَ هَذىَ فَ َرضَ َعلَ ْيَنَاَ َالزكَاةَ َوجَعََلهَا همَ َْن اَْركَ ه‬ َ‫اَ َْل َْمدَ ه‬
َْ َ‫سََيه هَدنَ َومَ َْولنَ َوقََرةَ اَ َْعيََنهْيَنَا الَ هَذى َوَلهدَ هَبكَةَ مَ َمدَ َوعََلى اََله ههَ َوص‬
.َ‫حبَه هَه َومَ َْن تَبَهعَه‬
Zakat merupakan salah satu dari rukun Islam, sehingga hukum mengeluarkan zakat
adalah fardu a’in (wajib bagi setiap muslim yang memiliki harta tertentu dan telah
mencapai satu nisab dan haul). Hal ini di jelaskan Allah swt dalam surat al-Baqoroh
ayat 43 dan al-Taubah ayat 103:

َ‫الراكَه َعه ْي‬ َ ‫َواََقهَْي َم َْواالصَالةَ َواَتَ َْو‬


َ َ‫االزكَاةَ َو َالركَعَ َْوا مَع‬
"Laksanakanlah sholat, tunaikanlah zakat, dan ruku’lah bersama orang orang yang
melakukan ruku’.
َ ‫حَ َْذ همَ َْن اَ َْم َو‬
َ‫الهه َْم صَدَقَةَ تَطَ هَهرَ هَ َْم َوتََزكَهَْي هَه َْم هَبا َوصَ هَل عََلَْي هَه ْم‬
Ambilah sebagian dari harta shodaqoh (zakat dari mereka ), (dengan zakat itulah)
guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
Hadist Nabi saw:
-‫فذكر الديث‬-‫ب صََلي هللا عليهَ وسلم بَعَثَ مَعَاذَا َاهلَ َاْليَمَ هَن‬ َ ‫اَنَ النَه‬,َ‫عن اب َن عباسَ رضي هللا عنه‬
َ ‫َوَفهَْي هَه اَنَ هللا قَ َْد َاهَفْ َتضَ عََلَْي ههَ َْم صَدَقَةَ هَم َْن اَ ْمَ َو‬
َ ‫الهه َْم تَ َْؤخَذَ همَ َْن اَ َْغَنهيَ َائه هَه َْم فَ َتدَ ه‬
,َ‫ف فَقََرَائه هَه َْم (متف َق عليه‬
)‫واللفظ للبخارى‬
"Di riwayatkan dari ibnu abas ra, sesungguhnya Nabi Muhammad saw mengutus
sahabat Mu’ad (ibnu jabal) ra ke yaman, beliaubersabda, ….. Sesungguhnya Allah
swt mewajibkan shodaqoh(zakat) dari harta mereka yang harus diambil dari orang
orang kaya diantara mereka dan didistribusikan kepada orang orang fakir "
(HR.Bukhori muslim).

Pengertian Zakat

2
Secara litelatur zakat berarti bertambah, berkah, terpuji,, bersih. Dan menurut
istilah sara’ zakat adalah memberikan harta yang tertentu kepada orang orang yang
berhak menerima dengan sarat sarat tertentu

Hikmah/tujuan Zakat
Penyariatan ibadah zakat memiliki tujuan yang berdimensi ganda, pertama,
membangun kemaslahatan hidup orang yang menerima zakat. Orang yang
membayar zakat akan semakin bertambah akumulasi pahalanya, dan semakin
mempunyia rasa aman dilingkungan sekitarnya, sedangkan orang yang menerima
zakat akan sangat terbantu dalam menyelesaikan berbagai kesulitan dan problema
kehidupan. Sedangkan hikmah zakat adalah:
1. Meminimalisasi kesenjangan social yang ada dalam masyarakat.
2. Membantu fakir miskin dan orang orang yang membutuhkan, sehingga
kecemburuan social dapat dihilangkan serta ketentraman dan kestabilan
masyarakat dapat terjamin.
3. Menghindari diri dari sifat kikir dan pelit, sehingga orang kaya meyakini secara
sadar bahwa zakat bukan hanya sekedar kewajiban tetapi juga sebagai
simbolisasi atas solidaritas social yang telah digariskan agama.
4. membersihkan harta yang dalam proses perolehanya dimungkinkan terjadi
kehilafan yang tidak disengaja. Allah swt berfirman dalam surat al-Taubah ayat
103:
َ‫ح َْذ هم َْن ا ْموالهه َْم صدقةَ تط ههرَ ه َْم وت زكهْي هه َْم هبا وص هَل علْي هه ْم‬
Ambilah sebagian dari harta shodaqoh (zakat dari mereka ), (dengan zakat itulah)
guna membersihkan dan menyucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.
5. Wujud dari rasa syukur atas segala ni’mat harta kekayaan yang telah diberikan
allah swt, seperti dalam firman Allah swt dalam surat Ibrahim ayat 7:
َ‫َوَاه َْذتَذَنَ َربَكَ َْم لََئه َْن شَكََْر َْت آلَهزيَْدَنَكَ َْم َولََئه َْن كَفَ َْر َْت َاهنَ عَذَبهَ لَشَ هَدَيْد‬

3
"Dan ingatlah ketika tuhanmu memaklumkan, sesungguhnya jika kamu bersukur,
niscaya aku akan menambah ni’mat-Ku, maka ingatlah azabku yang sangat pedih
akan menimpa kepadamu".

Ancaman Bagi Yang Meninggalkannya

‫اس هِبلْب ه‬
‫اط هَل ويصدونَ ع َن سبه ه‬
َ‫يل‬ َ‫ين آمنوَاْ إهنَ كثهرياَ هم َن األ ْحبا هَر والرْهب ه‬
َ‫ان ليأْكلونَ أ ْموالَ الن ه‬ َ ‫يَ أي ها ال هذ‬

ْ ‫الل ف ب هش ْرهم بهعذابَ ألهيمَ ي ْوم‬


َ‫َُيمىَعل ْي ها‬ َ‫يل ه‬ َ ‫ين يكْنهزونَ الذهبَ وال هْفضةَ ولَ ي هنفقوَنا ه‬
َ‫ف سبه ه‬ َ‫ه‬
َ ‫الل وال هذ‬
َ‫ف ن هرَجهنمَ فَتكْوى هبا هجباهه َْم وجنوب َْم وظهوره َْم ه ذا ما كن ْز ْتَ ألنف هسك َْم فذوقوَاْ ما كنت ْم‬َ‫ه‬
َ‫تكْنهزون‬
“..Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya
pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka
jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka
(lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."
(QS At Taubah : 34-35)
‫ ما من رجل ل يؤدي زكاة ماله إل جعل‬: ‫ع َن أيب هريرة قال قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم‬
َ‫يوم القيامة شجاعا م َن نر فيكوي با جبهته وجبينه وظهره ف يوم كان مقداره مخسي ألف سنة‬
‫حىت يقضى بي الناس‬

Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah s.a.w bersabda : “Tiada seorangpun yang
menyimpan harta dan tak berkeinginan untuk mengeluarkan zakatnya kecuali akan
dipanaskan harta itu di neraka jahanam dan akan dijadikan keping-kepingan lalu
disetrikakan ke kedua pinggang dan keningnya sama api Allah mengadili hamba-
hambaNya di suatu hari yang lamanya sama dengan lima puluh perhitungan
sekarang kemudian akan dilihatkan nasibnya, apakah akan masuk syurga atau
ataukah neraka.

4
َ‫ فذكرَ ا ْل هديثَ وفه ه‬-‫صلىَ هللا عليه وسلم‬- ‫الل‬
َ‫يه قال‬ َ‫ أت ْيتَ رسولَ ه‬: َ‫ضىَ اللَ عْنهَ قال‬ ‫ع َن أبهَ ذرَ ر ه‬
ْ
َ‫« ما هم َْن رجلَ َيوتَ ف ي ْتكَ غنما أ َْو إهبهالَ أ َْو ب قرا َلْ ي ؤ هَد زكاَتا إهلَ جاءتْهَ أ ْعظمَ ما تكَونَ وأ ْْس َن تطؤه‬:
‫اس ثَ ي عودَ أولها علىَ أ ْخراها‬ َ‫ي الن ه‬ َ ْ ‫وَنا حىتَ ي ْقضى ب‬ ‫هِبظْالفهها وت ْنطحهَ بهقر ه‬
Dan tidak seorangpun pemilik unta yang tidak membayarkan zakatnya kecuali unta
dan akambing tersebut akan dikembalikan dengan bentuk yang lebih besar dan
lebih gemuk, lalu unta itu dihalaukan menginjak-injak tubuhnya dan menanduknya.
Setiap yang akhir selesai menginjaknya, kembali dihalau kepadanya.

Hukum Bagi Yang Tidak Menunaikannya


1. Zakat merupakan salah satu kewajiban yang telah diakui umat Islam secara ijma’
bahkan Al Qur’an sering memasangkannya atau mensejajarkannya dengan
shalat (aqimishholah wa atuzzakah) sehingga seseorang yang tidak menunaikan
zakat karena ia mengingkari hukum wajibnya berzakat maka ia dinyatakan kufur.
“Dari Abu Hurairah ra katanya: Setelah Rasulullah saw wafat dan Abu Bakar
diangkat menjadi Khalifah sepeninggalan beliau dan beberapa orang yang
murtad dari bangsa Arab telah murtad, Umar bin Khatab mengatakan kepda
Abu Bakar : “Mengapa engkau perangi orang-orang itu pdahal Rasulullah saw
telah bersabda :“Aku diperintahkan memerangi manusia sampai mengucapkan
“Tiada tuhan selain Allah” niscaya harta dan jiwanya terjamin kecuali menurut
hak (keadilan) sedang perhitungannya dikembalikan kepada Allah”. Abu Bakr
menjawab : “Demi Allah! Sesungguhnya akan saya perangi siapa yang
membedakan antara shalat dan zakat karena zakat itu adalah kewajiban yang
berkenaan dengan harta. Demi Allah! Kalau mereka tidak mau mebayar zakat
yang pernah dahulu mereka berikan kepada Rasulullah saw niscaya mereka akan
saya perangi karena itu”. Kata Umar: “Demi Allah! Saya telah melihat bahwa
Allah telah membukakan hati Abu Bakar untuk berperang, lalu saya mengetahui
itulah yang benar”. (Shahih Bukhari Jilid IV)

5
2. Seseorang yang tidak mengingkari wajibnya menunaikan zakat tetapi ia enggan
untuk mengeluarkannya maka ia memikul dosa disebabkan keengganan itu
tanpa mengeluarkannya dari Agama Islam. Dan hakim atau lembaga resmi
hendaknya mengambil zakat itu secara paksa dan menjatuhkan ta’zir.
3. Seseorang yang tidak menunaikan zakat karena ketidaktahuannya tentang
hukum itu maka ia dimaafkan dan ia diwajibkan untuk menuntut ilmu untuk
mengetahui kewajiban-kewajibannya itu.

Macam macam Zakat


Dalam ajaran islam zakat ada dua macam, yaitu zakat mal (harta) dalam istilah fiqh
disebut istilah zakat mal dhahir, dan zakat fitrah, dalam istilah fiqh disebut zakat mal
batin.
Zakat mal (harta) adalah membayar zakat dari harta kekayaan yang dimiliki
seseorang yang sudah mencapai satu nisab dan haul. Sedangkan zakat fitrah adalah
zakat yang wajib dikeluarkan oleh setiap orang muslim baik laki laki, perempuan,
dewasa atau anak kecil, yang dikelurkan pada waktu tertentu dan bertujuanya
untuk menyucikan diri.

Harta yang wajib di zakati


Jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain: 1. binatang ternak, 2. Emas,
perak, 3. Harta perdagangan, 4. Hasil pertanian, 5. Hasil tambang dan harta temuan.

Orang yang wajib Zakat


1. muslim, 2. Merdeka, 3. Balig, 4. Berakal.

Syarat harta yang wajib dikeluarkan zakatnya


Harta wajib dikeluarkan zakatnya apabila memenuhi sarat sarat sebagai berikut:
1. Telah mencapai ukuran satu nisab.
2. Haul (harta yang telah dimiliki genab satu tahun)
3. Harta milik sendiri secara sempurna.

6
Panduan cara menghitung zakat
Zakat binatang ternak
Binatang ternak wajib dikeluarkan zakatnya bedasarkan hadist Nabi saw yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim dan lainya. Binatang ternak yang wajib
dizakati adalah: kambing, sapi/kerbau dan unta. Dan binatang ternak yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah binatang ternak yang digembala, tidak binatang yang
dicarikan makan.

Nisab Kambing
Nisab Zakatnya
40-120 ekor 1 ekor kambing berumur 1 tahun/lebih
121-200 ekor 2 ekor kambing berumur 1 tahun/lebih
201-399 ekor 3 ekor kambing berumur 1 tahun/lebih
400 → 4 ekor kambing berumur 1 tahun/lebih
Setiap bertambah 100 ekor 1 ekor kambing berumur 1 tahun/lebih

Nisab Sapi dan kerbau


Nisab Zakatnya
30 ekor 1 ekor sapi berumur 1 tahun/lebih
40 ekor 1 ekor sapi berumur 2 tahun/lebih
Setiap bertambah 30 ekor 1 ekor sapi berumur 1 tahun/lebih
Setiap bertambah 40 ekor 1 ekor sapi berumur 2 tahun/lebih

Zakat Hasil Pertanian


Hasil pertanian wajib dikeluarkan zakatnya berdasarkan hadist Nabi saw dari
sahabat Ibnu umar ra, yang menerangkan bahwa, hasil pertanian yang diairi dengan
air hujan atau pengairan alami wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 1/10 (10 %)
dari hasil panenan. Dan hasil pertanian yang diairi dengan proses pengairan yang

7
memakai biaya wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 1/20 (5 %)nya dari dasil panen.
Sedangkan Nisab hasi pertanian adalah 5 wasaq, yaitu:
1. Beras/Jagung : 815,758 kg
2. Gabah : 1323,12 kg

Contoh cara menghitun zakat pertanian


Apabila sawah seorang petani menghasilkan gabah 2 ton dalam satu musim, maka
zakat yang wajib dikeluarkan adalah: 2.000 kg X 1/10 = 200 kg (apabila tanpa biaya
pengairan), dan jika memakai biaya pengairan zakat adalah: 2.000 kg X 1/20 = 100
kg.

Zakat Harta Perdagangan


Yang yang termasuk kategori harta perdagangan adalah: 1. Industri (seperti pabrik
semen, pupuk dll),2.Jasa(seperti,konsultan,notaries, ransportasi, dll), 3. Usaha
perhotelan, restoran dll, 4. usaha perkebunan, perikanan, peternakan dll.
Adapun nisab dari harta dagangan adalah: senilai emas murni 77,58 gr, dan zakat
yang harus dikeluarkan adalah sebesar 2,5 %.

Contoh cara menghitun zakat perdagangan


Apabila ada seseorang memiliki harta perdagangan senilai Rp 50.000.000,- dan
sudah mencapai satu tahun, maka zakat yang wajib dikeluarkan adalah:
Rp 50.000.000,- X 2,5 % = Rp 1.250.000,-

Zakat Emas dan perak


Nisab dari emas adalah 2 misqol (77,58 gr) dan perak 200 dirham (543,35 gr), zakat
yang wajib dikeluakan adalah: 2,5 %.

Contoh cara menghitun zakat emas dan perak

8
• Apabila ada seseorang memiliki emas seberat 100 gr, maka zakat yang wajib
dikeluarkan adalah: 2,5 % X 100 gr = 2,5 gr. Jika dirupiahkan adalah: (semisal
harga emas Rp 350.000,- per gram) 2,5 gr X Rp 350.000,- = Rp 875.000,-
• Apabila ada seseorang memiliki perak seberat 600 gr, maka zakat yang wajib
dikeluarkan adalah: 2,5 % X 600 gr = 15 gr. Jika dirupiahkan adalah: (semisal
harga perak Rp 200.000,- per gram) 15 gr X Rp 200.000,- = Rp 3.000.000,-

Zakat Hasil Pertambangan Dan Barang Temuan


Nisab zakat dari hasil pertambangan dan barang temuan adalah seberat emas 77,58
gr, dan zakat yang wajib dikeluarkan adalah 2,5 % untuk hasil tambang dan 20 %
untuk barang temuan. Hal ini dijelaskan oleh Allah swt dalam surat al-baqoroh ayat
267, dan hadist Nabi saw yang diriwayatkan oleh Imam malik.

Zakat Fitrah
Zakat fitrah hukumnya wajib atas tiap tiap orang Islam baik laki laki, perempuan,
besar kecil, merdeka atau budak. Zakat fitrah wajib dikeluarkan dengan memakai
makanan yang mengenyangkan (makan pokok suatau daerah)
Sabda Rasulullah saw:
َ‫يه َوسََلمَ َزكَاةَ اَلْ هَف َطْ هَر هَم َْن َرمَضَانَ عََلى‬
َ‫هللاَ صَلي هللاَ عََل ه‬ ‫ فَ َرضَ َرسَ َولَ ه‬:َ‫ قَال‬,َ‫ضىَ هللاَ َعْنَه‬
ْ َ‫َع َْن َاهَبْ هَن عَ َمرَ َر ه‬
‫ي (رواه البخارى‬ َ ْ ‫سَله هَم‬َْ ‫ري عََلى حََراَ َْو َعْبَدََذكََراَ َْواَنَْثَى همَ َن اَلْ َم‬
َْ ‫اعاَ هَم َْن شَ َعه‬
َ َ‫اعا هَم َْن تََْراَ َْو ص‬
َ َ‫اس ص‬ َ‫النَ ه‬
)‫ومسلم‬
“Dari Ibnu umar, berkata: Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah pada bulan
ramadhan satu sho’ kurma atau gandum atas tiap tiap orang muslim merdeka atau
budak, laki laki atau perempuan”.(HR.Bukhori muslim)

Membayat zakat fitrah banyaknya 1 sho’ dan kalau dihitung dengan ukuran
timbangan adalah 2719,19 gr. Tapi perlu diketahui bahwa dalam menghitung
banyaknya zakat fitrah adalah dengan memakai ukuran takaran bukan ukuran

9
timbangan, hal ini disebabkan (semisal) berat beras satu gantang dari beberapa
jenis beras tidak sama. Kalau dalam kitab fathal qodir ukuran satu sho’ adalah 14,65
cm dalam bentuk kubus.

Sarat sarat wajib zakat fitrah


1. Islam
2. orang tersebut ada (hidup) sewaktu terbenamnya matahari pada hari
penghabisan bulan ramadhan (menemukan sebagian dari bulan ramadhan dan
bulan sawal)
3. Mempunyai kelebihan harta dari keperluan makan, minum (kebutuhan primer
lainya) untuk dirinya dan orang orang yang wajib diberi nafakoh.

Waktu membayar zakat fitrah


Waktu membayar zakat fitrah dan hukumnya membayar zakat fitrah pada waktu
tersebut ada 5, yaitu:
1. Waktu yang diperbolehkan (waktu jawas), yaitu; mulai awal ramadhan sampai
hari penghabisan ramadhan.
2. Waktu wajib, yaitu ketika terbenamnya matahari pada hari penghabisan
ramadhan.
3. Waktu fadilah, yaitu: dari waktu wajib sampai sebelum pergi untuk sholat ‘id.
4. Waktu makruh, yaitu: setelah sholat ‘id dan sebelum terbenamnya matahari
pada hari tersebut.
5. Waktu haram, yaitu: membayar zakat setelah terbenamnya matahari pada hari
raya pertama.

Orang yang berhak menerima zakat


Mustahiq adalah orang yang berhak atas zakat, dan didalam al-qur’an dijelaskan ada
8 golongan, yaitu: Fakir, miskin, amil, mu’alaf, budak, ibnu sabil, sabilillah.
1. Fakir, adalah orang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan, atau memiliki harta
dan pekerjaan yang tidak layak sehingga tidak bisa untuk mencukupi kebutuhan

10
makan, minum, pakian, tempat tinggal dan kebutuhan primer lainya. Seperti
orang yang memiliki harta / penghasilan rata Rp 10.000,- tetapi kebutuhan yang
wajib dipenuhi adalah Rp 20.000,-
2. Miskin, adalah orang yang memiliki harta / penghasilan tetapi belum mencukupi
kebutuhan makan, minum, pakian, tempat tinggal dan kebutuhan primer lainya.
Seperti orang yang memiliki harta / penghasilan rata Rp 15.000,- tetapi
kebutuhan yang wajib dipenuhi adalah Rp 20.000,-
3. Amil, adalah orang yang ditunjuk oleh Imam (pemerintah) untuk mengambil,
mengumpulkan, membagi harta zakat, baik dari muzaki atau ke mustahiq. Kalau
dilihat dari fungsi dan tugas amil maka seorang amil disaratkan harus
memahami tentang zakat dan juga dapat dipercaya.
4. Mu’alaf, adalah orang yang baru masuk islam dan memiliki niat / keyakinan
belum kuat.
5. Riqob, adalah budak yang dijanjikan oleh tuanya bahwa dia boleh menebus
dirinya.
6. Ghorim, adalah orang yang mempunyai hutang untuk kemaslahatan dirinya
sendiri dalam melaksanakan ketaatan dan kebaikan atau untuk kemaslahatan
umat
7. Sabilillah, adalah Segala usaha dan kegiatan perorangan atau golongan yang
bertujuan untuk menegakan kepentingan agama atau kemaslahatan umat,
tetapi pendapat yang kuat adalah tentara yang berjuang menegakan agama dan
tidak mendapat bayaran, sehingga untuk saat ini tidak ada namanya sabilillah
8. ibnu sabil, adalah orang yang bepergian bukan untuk maksiat.
(Keteranagan kami ambil dari kitab; I’anatut thalibin juz II, hal;108-241, kifayatul
ahyar, juz I hal; 140-165, Hikmatu tasri’ wal falsafah,juz I hal: 110-129, Mazahibul
arba’ah juz I hal 501-533, Al-bajuri jiz I hal 396-444, Al-mahali juz II hal 3-61, Iqna’
juz I hal 211-233)

Ukuran dalam Fiqh:


1 sho’ beras = 2719,19 gr

11
1 mud beras = 679,79 gr
1 qiroth menurut imam tsalasah= 0,215 gr
1dirham menurut imam tsalasah=2,715 gr
1 msqol menurut imam tsalasah= 3,879 gr
1 daniq = 0,430 gr
1 dziro’ menurut an-Nawawi = 44,720 cm
Ritl Baghdadi menurut an-Nawawi = 349,16 gr
Jarak yang diperbolehkan qosor sholat:
Al-ma’mun = 89,999,992 km
Aktsarul fuqoha’ = 119,999,88 km
Air dua qullah menurut an-Nawawi = 174,580 lt

Manajemen Amil

I. Definisi, Macam, dan Syarat Amil Zakat


a. Definisi Amil

Amil dalam konteks syar’i adalah orang yang ditunjuk Imam (penguasa tertinggi
negara) sebagai penarik, pengumpul dan pendistribusi zakat kepada delapan
golongan yang berhak menerima zakat. Amil merupakan kepanjangan tangan dari
Imam.
Ket: al-Muharrar al-Wajiz, Fath al-Qarib:

b. Tugas Amil
Melihat tugas tugas amil, maka dapat dipahami bahwa macam-macam amil terdiri
dari:
1. Penarik zakat dari orang-orang yang wajib zakat (as-Sa’i).
2. Pengumpul orang-orang yang wajib zakat dan pengumpul orang-orang yang
berhak menerima zakat (al-Hasyir).
3. Pemberi informasi tentang orang-orang yang berhak menerima zakat dan orang
orang yang wajib zakat kepada penarik zakat (al-‘Arif).
4. Pencatat harta zakat yang masuk dan yang didistribusikan kepada yang berhak
(Al-Katib).

12
5. Pendistribusi zakat kepada orang orang yang berhak menerimanya (Al-Qasim).
6. Pengkalkulasi (nishob & kadar) zakat (Al-Hasib).
7. Penjaga harta zakat (Al-Khazin).
8. Penghitung zakat yang terkait hewan ternak (Al-‘Addad).
9. Penakar zakat (Al-Kayyal).
10. Juru timbang (Al-Wazzan).
11. Dan orang-orang yang dibutuhkan dalam pengurusan zakat.
Ket: Asna Matholib, Juz 1 hal 395, Al Hawi al Qubro, juz 1 hal: 495, al Mausy’ah al
Fiqhiyah, juz 9 dan 10 hal: 226-227.

c. Tugas dan Syarat Amil

Sedangkan melihat kewenangan tugasnya, amil terbagi menjadi dua: 1) Amil


Tafwidh, yaitu amil yang diberi kewenangan secara menyeluruh; dan 2) Amil
Tanfidz, yaitu amil yang hanya menjalankan tugas sesuai arahan atasannya.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi amil tafwidh adalah:

1. Islam.
2. Berakal.
3. Baligh.
4. Adil (tidak fasiq/adil dalam hal kesaksian).
5. Bisa mendengar.
6. Bisa melihat.
7. Laki-laki. (Menurut satu pendapat yang lemah, tidak disyaratkan harus laki-
laki/ boleh wanita).
8. Mengerti tentang bab zakat.
9. Merdeka (bukan budak).
10. Bukan keturunan Bani Hasyim (syarat ke sembilan dan ke sepuluh
diperselisihkan ulama).

Sementara syarat-syarat yang harus dipenuhi amil tanfidz adalah:

1. Islam. (Menurut satu pendapat tidak disyaratkan harus Islam).


2. Berakal.
3. Baligh.
4. Adil (tidak fasiq/adil dalam hal kesaksian).
5. Bisa mendengar.

13
6. Bisa melihat.
7. Bukan keturunan Bani Hasyim.

Ket: Mugni al Muhtaj, Juz 4 hal: 192, Nihatul Muhtaj, Juz 6 hal: 169, al Majmu’ juz
6 hal: 141-132, al hawi al qubro, Juz 10 ahl: 551, al Ahkamu al Sultoniyah
halaman:145-146.

II. Prosedur Pengangkatan Amil Zakat

1. Pengangkatan amil dilakukan dengan lafal-lafal yang mengesahkan wilayah


(kekuasaan)
2. Muwalli (Pemimpin tertinggi negara atau pejabat pembantunya) mengetahui
bahwa Muwalla (calon amil zakat) memenuhi syarat diangkat sebagai amil.
3. Dalam pengangkatannya disebutkan tugas amil zakat adalah menangani
urusan zakat.
4. Dalam pengangkatannya disebutkan wilayah kerjanya.
5. Diangkat secara langsung (bi al-lafzhi musyafahah) atau tidak langsung
(ma’al ghaibah murasalatan wa mukatabatan).
6. Calon amil zakat mengetahui bahwa muwalli berhak mengangkatnya, telah
mengangkatnya, dan berhak menggantikan (mendelagasikan) tugasnya dalam
urusan zakat.
7. Muwalla menyampaikan menjawab atas kesanggupannya atau langsung
bekerja.
8. Muwalla resmi menjadi amil.

Ket: Al Ahkamu al Sultoniyah, Juz 1 hal: 117-118, al-Tajrid li Naf’ al-’Abid, Juz 1 hal
381

III. Pihak yang Berwenang Mengangkat Amil Zakat di Indonesia, dari Tingkat
Nasional sampai Desa

Pengangkatan amil adalah kewenangan imam (penguasa tertinggi) seperti dalam


definisi amil di atas. Namun demikian, kewenangan itu bisa dilimpahkan kepada
para pejabat pembantunya, yang ditunjuk untuk mengangkat amil yang menurut PP
No 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat, adalah gubernur, bupati, atau walikota dan mereka pun boleh mengangkat
pegawai (‘ummal) untuk membantu tugas mereka dalam mengelola zakat.

14
Sebagian isi pasal dalam PP No 14 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU No 23
Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat adalah:

1. BAZNAS tingkat Nasional diangkat oleh Presiden, BAZNAS Provinsi di bentuk


oleh Menteri atas usulan Gubenur, dan BAZNAS kabupaten/kota di bentuk oleh
DIRJEN yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada Kementrian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama atas usulan
Bupati/Wali Kota.
2. LAZ berskala Nasional di beri izin oleh Mentri, LAZ berskala Provinsi diberi
izin oleh DIRJEN yang mempunyai tugas dan fungsi di bidang zakat pada
Kementrian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama, dan
LAZ berskala Kabupaten/Kota di berikan oleh Kepala KANWIL KEMENAG
Provinsi.
3. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, BAZNAS, BAZNAS Provinsi dan
BAZNAS Kabupaten/Kota dapat membentuk UPZ.
4. Dalam hal di suatu komunitas dan wilayah tertentu belum terjangkau oleh
BAZNAS dan LAZ kegiatan pengelola Zakat dapat di lakukan oleh Perseorangan
atau perkumpulan orang, Perseorangan tokoh ulama islam (alim ulama) atau
pengurus/tokoh masjid/mushola sebagai amil zakat dapat di lakukan dengan
memberitahukan secara tertulis kepada kepala KUA Kecamatan.

Ket: al-Ahkam as-Sulthaniyah Imam al-Mawardi juz 1 halaman 48 – 49.

IV. Status Kepanitiaan Zakat yang dibentuk atas Prakarsa Masayarakat Seperti di
Pedesaan, Perkantoran, Sekolahan dan Semisalnya

Status kepanitiaan zakat perseorangan atau perkumpulan orang, perseorangan tokoh


ulama islam (alim ulama) atau pengurus/tokoh masjid/mushola bisa di katakan amil
jika sudah memberitahukan secara tertulis kepada kepala KUA Kecamatan atau di
bentuk langsung oleh BAZNAS Kabupaten dengan setatus sebagai UPZ (Unit
Pengumpul Zakat)

Ket: Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab, Juz 2 hal: 365 dan Juz 6 hal: 137, al Um, juz 2
hal: 74, Bugyatul Mustarsydin hal: 147, Ghoyatu Talhisil Murot hal: 143, Al Hawi
lilfatawa Juz 1 hal: 244, Tuhafatul Muhtaj, Juz 3 hal: 350-251.

V. Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif oleh Amil Zakat

15
Amil Zakat tidak diperkenankan mendayagunakan zakat untuk usaha produktif
sebelum sampai kepada yang berhak.
Ket:Al Majmu’ Syarah Al Muhadzab, Juz 6 hal: 178, Al Fiqhul Islam wa Adilatuhu, Juz
3 hal: 174, Al Mausyu’ah al Fighiyah, Juz 9 hal: 232

VI. Tugas Pokok Amil Zakat

Amil harus menyerahkan harta zakat kepada mustahiqin sesuai aturan syar’i,
sebagaimana berikut:

1. Fakir dan miskin yang mempunyai keahlian (pekerjaan) tertentu diberi bagian
zakat untuk membeli peralatan sesuai keahliannya–atau dibelikan peralatannya
secara langsung–; yang pandai berdagang diberi modal secukupnya; sedangkan
yang tidak mempunyai keahlian tertentu dan tidak pandai berdagang diberi zakat
yang dapat mencukupi kebutuhannya sampai umur ghalib (60 th), yaitu diberi
zakat yang kemudian dibelanjakannya untuk membeli lahan pertanian, hewan
ternak dan semisalnya, sehingga dengannya mereka tidak bergantung pada zakat–
dalam konteks ini imam (pemerintah) boleh memaksa mereka membeli lahan
pertanian, hewan ternak dan semisalnya, dan melarang mengeluarkannya dari hak
milik mereka.
2. Mukatab (budak yang telah berakad untuk mencicil tebusan bagi
kemerdekannya) dan gharim (orang yang punya hutang), diberi bagian zakat
yang dapat melunasi hutang yang belum mampu dilunasinya.
3. Ibnu Sabil (musafir), diberi bagian zakat yang bisa mengantarkannya ke tempat
tujuan atau tempat hartanya.
4. Ghazi (orang yang berperang fi sabilillah), diberi bagian zakat yang mencukupi
kebutuhannya selama pergi, bermukim dan pulang berperang.
5. Mu’allaf diberi bagian zakat sesuai kebijakan imam atau muzaki.
6. Amil, diberi bagian zakat sesuai umumnya upah

Ket: Fath al-Wahhab dan Hasyiyah al-Jamal juz 4 halaman 104-

Tanya jawab seputar zakat :


1. Samakah dasar hukum pembagian zakat mal dan zakat fitrah ?

16
Jawab : Dasar hukum pembagian zakat mal dan zakat fitrah sama yaitu surat At-
taubah ayat 60. dalam hal ini Syeh Ibrahim Albaijuri dalam kitab Al-Baijuri juz 1 hal.
418 menjelaskan bahwa yang dimaksud memberikan zakat kepada 8 golongan
dalam ayat tersebut adalah : Harta zakat baik zakat mal dan zakat fitrah diserahkan
kepada 8 golongan, bukan hanya khusus zakat mal yang harus diserahkan kepada 8
golongan, tapai zakat fitrah juga harus di serahkan kepada 8 golongan.
2. Berapa persentasi (%) kah pembagian zakat (baik zakat mal dan zakat fitrah)
pada masing – masin asnaf ?
Jawab : Cara pembagian zakat ketika setelah terkumpul adalah dengan membagi
sama rata atas golongan yang ada tidak diwajibkan membagi sama rata pada
individu dari golongan tersebut. Semisal zakat yang terkumpul ada 350 kg dan
golongan yang ada hanya empat yaitu amil, fakir, miskin dan sabilillah, maka cara
membaginya adalah sebagai berikut :
a. Amil mengambil bagiannya terlebih dahulu yaitu upah yang sepadan, jika upah
sepadan bagi seorang amil 5 kg dan jumlah amil ada 10 orang maka bagian yang
untuk amil adalah 50 kg.
b. Sisa dari zakat (300 kg) dibagi sama rata antar golongan fakir, miskin, dan
sabilillah. Sehingga bagian dari masing – masing golongan tersebut adalah 100
kg
c. Dari ketiga bagian tersebut kemudian dibagikan kemasing – masing individu
yang ada, dalam hal ini tidak diwajibkan untuk membagi sama rata diantara
individu yang ada.
(Sulaiman Jamal Juz 4 hal 106 – 108)

3. Wajibkah seseorang yang mendapat gaji dari sertivikasi mengeluarkan zakat ?


dan adakah dasar hukumnya ?
Jawab : Kalau melihat pada kitab – kitab salaf para ulama tidak mewajibkan adanya
zakat provesi tetapi dari mayoritas ulama sekarang seperti Yusuf Kordowi, Wabah
Az-zuaili menerangkan bahwa adanya zakat provesi yaitu dengan menyamakan

17
zakat hasil perdagangan. (2,5 % dari penghasilan). Mereka beralasan kepada hal
yang lebih manfaat.
(Kifayatul Akhyar juz 1 Hal. 140-141)

4. Bolehkah zakat fitrah dikembangkah ? Misalnya dibelikan hewan kemudian


hewan tersebut digadohkan (bagi hasil kepada seorang yang fakir ?
Jawab : Harta Zakawi (Zakat mal dan zakat fitrah) tidak boleh untuk dikembangkan
kecuali setelah mendapat izin dari orang yang berhak menerimanya. Sedangkan
zakat fitrah harus segera diserahkan kepada mustahik sebelum hari raya habis (hari
pertama), jika penyerahanya ke mustahiq sampai lewat hari raya dan tidak alasan
sama sekali maka hukumnya haram.
(Al-Anwar juz 1 hal 100, I’anatutolibin juz 2 Hal. 196, Al-Muhadzab juz 1 hal 169)

5. Masih ada sebagian masyarakan muslim yang mengeluarkan zakat fitrah


secara borongan, sahkah menurut agama ? contoh seorang KK mempunyai
tanggungan sepuluh jiwa, ketika bayar fitrah seorang KK tersebut
mengeluarkan zakat hanya 10 – 15 kg.
Jawab : orang yang membayar zakat yang dilakukan dengan cara borongan seperti
tersebut diatas kurang mencukupi tetapi jika zakat yang dikeluarkan sesuai dengan
jumlah orang yang wajib dizakati maka hukumnya sah. Adapun zakat yang harus
dikeluarkan adalah 1 sho’ (2719,19 gram) per orang.
(I’anatutolibin juz 2 hal 195-197)

6. Panitia / amil zakat fitrah menggunakan sebagian uang fitrah (sebelum


dibagikan kepada mustahik) untuk kepentingan makan minum bersama,
adakah dasar hukumnya?
Jawab : Panitia zakat / amil tidak boleh menggunakan sebagian dari zakat yang telah
terkumpul kecuali untuk kepentingan yang ada hubungannya dengan
pendistribusian harta zakat, seperti untuk biaya pengiriman zakat kepada mustahik
(Al-Anwar juz 1 hal 155)

18
7. Apa syarat seorang menjadi amil?
Jawab :Syarat bagi seorang amil adalah:
1. Ahli shahadah (Isalam, berakal, baligh, laki laki, adil)
2. Memahami hukum tentang zakat
(Sulaiman Jamal Juz 4 hal 106 – 108)
8. Berapa bagian amil dalam hal zakat, dan bagaiman hukumnya amil mengambil
bagian yang melebihi dari bagianya?
Jawab :Bagian seorang amil adalah upah sepadan suatu daerah, semisal upah
seorang pekerja suatu daerah mulai pagi sampai malam Rp 30.000,- maka bagian
amil adalah Rp 30.000,-, dan jika amil tersebut mengambil bagian lebih maka wajib
dikembalikan.
(Sulaiman Jamal Juz 4 hal 106 – 108)
9. Apakah tugas dan fungsi panitia / amil zakat yang sebenarnya menurut syariat
islam?
Jawab : Tugas dan fungsi amil yang pokok adalah :
a. Mendata orang orang yang berhak menerima dan orang yang wajib zakat
b. Mengumpulkan harta zakat baik dengan menjemput (mengambil dari dari
muzaki) atau menerima langsung dari muzaki.
c. Membagikan kepada mustahik
(Kifayatul Akhyar juz 1 hal 141 – 148)

10. Mustahik dalam kenyataannya masih ada mustahik bukannya menerima


tetapi (oleh panitia disuruh) mengambil sendiri, dalam hal ini apakah arti
mustahik yang sebenarnya ?
Jawab : Mustahik adalah orang yang berhak menerima harta zakat, sedangkan
dalam memahami menerima disini tidak boleh diartikan secara sempit, tetapi
diartikan secara luas yaitu : orang yang berhak menerima zakat baik orang tersebut
mengambil sendiri atau tidak.

19
11. Bagaimana hukumnya orang yang membayar zakat fitrah dengan memakai
uang dari meminjam, bahkan sampai satu tahun belum bisa mengembalikan ?
Jawab : Orang yang ketika waktu wajib zakat tidak memiliki harta yang lebih maka
orang tersebut tidak diwajibkan untuk membayar zakat. Tetapi jika orang tersebut
mempunyai keyakinan (pengharapan) setelah waktu wajib akan memiliki harta lebih
maka orang tersebut diperbolehkan untuk berhutang dalam hal ini ada ulama yang
menghukumi sunah.(I’anatuttolibin juz 2 hal 194)
12. Ada beberapa sekolah mulai SD sampai SLTA menganjurkan kepada anak
didiknya agar membayar zakat fitrah disekolah, apakah tindakah ini menurut
syari’at islam dibenarkan ?
Jawab : Membayar zakat seperti tersebut diatas diperbolehkan, sebab dalam
membayar zakat boleh untuk didahulukan sebelum waktu wajib, yaitu mulai awal
bulan ramadhan. Tetapi apabila beras zakat tersebut cara pentasarupanya keliru
kepada orang yang tidak berhak menerima maka hukumnya tidak sah.
(I’anatuttolibin juz 2 hal 198)
13. Apakah yang dimaksud dengan amil, dan berapakah bagian untuk amil
tersebut?
Jawab : Amil adalah orang yang diangkat oelh imam untuk mengambil dan
mendistribusikan zakat kepada yang berhak, untuk itu panitia zakat jikat tidak
dilegalkan oleh pemerintah tidak termasuk amil, dan tidak boleh untuk mengambil
zakat atas nama amil. Sedangkan bagian bagi seorang amil adalah upah yang
sepadan, jika seorang amil mengambil bagian lebih dari upah sepadan maka amil
tersebut wajib untuk mengembalikan.(anwarul masalik, hal: 115, I’anatuttolibin juz
2 hal 215)
14. Bolekah zakat diberikan kepada orang tuanya sendiri atau kepada kerabatnya?
Jawab :Zakat fitarh boleh diberikan kepada orang tuanya sendiri atau kerabatnya
jika orang tua, atau kerabatnya bukan orang yang wajib untuk
dinafakohi.(I’anatuttolibin juz 2,hal 224-226)
15. Bolehkah zakat fitrah diqodo’?

20
Jawab :Boleh, karena dalam pembayaran zakat tidak ada batas ahir, yang ada dalam
pemabayaran zakat adalah waktu jawaz, waktu wajib, waktu fadilah, waktu haram,
dan jika ada seseorang yang belum membayar zakat pada waktu wajib maka orang
tersebut harus segera membayar zakat .(I’anatuttolibin juz 2 hal 197)
16. Bolehkah zakat diberikan untuk pembangunan masjid / mushola /
madrasah/pondok pesentren? Dan Apakah boleh guru guru ngaji/kyi atau
khotib jum’ah, imam sholat menerima zakat? Dan Bagaimana hukumnya
seorang murid memberikan zakat kepada gurunya?
Jawab :Zakat boleh diberikan untuk pembangunan masjid / madrasah / pondok
pesantren, guru ngaji / kyai, imam sholat atau khotib. Dalam hal mengikuti
pendapat ulama yang mengartikan sabilillah dengan arti sabilil khoir(segala hal yang
mengarah kepada kebaikan)(Tafsir munir juz I, hal:349, Jawahirul bukhori, hal:173)
17. Apakah zakat fitrah boleh diganti dengan uang?
Jawab : Kalau menurut mazhab Imam syafi’i zakat fitrah tidak boleh dengan uang,
harus dengan makanan pokok suatu daerah.(I’anatuttolibin juz 2 hal 195-197)
18. Bolehkah zakat fitrah dijual dalam satu kepanitiaan?
Jawab : Dalam hal ini panitia zakat/amil tidak diperbolehkan untuk menjual harta
zakat sebelum diserahkan kepada orang yang berhak menerima, terlebih lagi amil
menjual beras zakat kepada orang yang akan membayar zakat.untuk menyikapi hal
ini hendaknya amil menyediakan beras khusus yang nantinya dijual kepada orang
yang akan membayar zakat.(Al-muhadzah juz I hal:227)
19. Apakah bayi yang lahir sebelum hari raya dan orang yang meninggal pada
bulan ramadhan wajib dizakati?
Jawab :Bayi yang lahir setetelah waktu wajib atau orang yang meninggal sebelum
waktu wajib tidak wajib untuk dizakati.
(I’anatuttolibin juz 2 hal 195-197)
21. Bolehkah zakat mal yang diberikan melalui ‘amil dan oleh amil sebagian zakat
itu diberikan secara langsung kepada mustahiq dan sebagian dipinjamkan
kepada mustahiq pada musim paceklik, dengan alasan supaya tidak meminjam
kepada rentenir?

21
Jawab:Tidak diperbolehkan, hal ini dijelaskan oleh Imam Nawawi dalam kitab
mejmu’ juz IV, hal:178 sebagai berikut:”Tidak diperbolehkan bagi orang yang
mengumpulkan zakat (‘amil) dan Imam (pemerintah) untuk mentasarufkan
(memanfatkan) harta zakat yang sudah dikumpulkan sehingga menyerahkan
kepada mustahiq (yang berhak menerimanya), karena fuqoro’ masakin termasuk
ahlurrusdi yang tidak membutuhkan perwalian, dan tidak boleh mentasarufkan
harta bendanya kecuali mendapat izin”
20. Bagaimana hukumnya mengeluarkan zakat dengan jenis barang lain? Semisal
zakat dengan memakai uang!
Jawab:Pada dasarnya zakat tidak boleh memakai uang baik zakat mal atau zakat
fitrah tetapi untuk zakat mal dari sebaian ulama syafi’iah ada yang
memperbolehkan zakat mal memakai uang, yaitu pendapat yang mengikuti Imam
Bulkini, dengan alasan zakat memakai uang lebih bermanfaat bagi
mustahiq.(Ghoyatuttalhisilmurod, hal:112)

22

Anda mungkin juga menyukai