Kelompok 1
Disusun Oleh :
A. Latar Belakang
Dalam hukum Islam, soal bersuci dan segala selukbeluknya termasuk bagian ilmu dan
amalan yang sangat penting. Karena, di antara syarat-syarat sahnya shalat adalah orang harus
dalam keadaan suci dari hadas dan suci pula dari badan, pakaian dan tempat shalat dari najis.
Sementara shalat adalah tiang agama Islam.
Dalam hukum Islam, kata-kata thaharah (bersuci) ada kalanya dipakai dalam arti yang
sesungguhnya (dzati atau ‘aini), misalnya bersuci dengan air. Adakalanya dipakai dalam arti
hukmi atau syar’I bersuci memakai debu (tayamum). Oleh karena itu thaharah dalam konteks
ini pengertiannya berbeda dengan pengertian bersuci dalam konteks lain, misalnya kesucian
ruhani dalam ilmu tasawuf. Selanjutnya, dalam bab pendahuluan ini akan dibahas mpath al
yaitu (1) pengertian thaharah (2) dasar thaharah (3) fungsi thaharah dan (4) alat thaharah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
…اِنَّ هّٰللا َ ُيحِبُّ ال َّت َّو ِابي َْن َو ُيحِبُّ ْال ُم َت َطه ِِّري َْن
Artinya:
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan mencintai orang-orang yang
mensucikan diri.”
C. Fungsi Thaharah
Fungsi thaharah adalah untuk memenuhi syarat sahnya shalat dan untuk
menyempurnakan ibadah. Orang yang shalat tanpa bersuci shalatnya tidak sah.
Dalam hal ini Rasulullah bersabda:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak diterima shalat tanpa
bersuci (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ibn Majah)
"Allah tidak akan menerima shalat seorang di antara kamu yang berhadas
sehingga ia berwudhu" (HR. Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan Turmuzi).
Istimbat Hukum
Hadis pertama menyatakan tidak sahnya shalat yang tidak didahului bersuci.
Termasuk bersuci ialah : mandi janabat, wudhu, tayamum, istinja' atau menghilangkan
najis. Jadi hadist pertama berisi perintah bersuci secara umum. Hadis kedua khusus
menekankan pentingnya wudhu bagi yang berhadas kecil bila hendak shalat.
Dari kedua hadis tersebut dapat diambil konsepsi hukum bahwa fungsi thaharah
atau bersuci, baik bersuci dari hadas besar maupun bersuci dari hadas kecil dan juga
bersuci dari najis adalah mutlak perlu bagi orang yang hendak mengerjakan shalat agar
shalatnya sah.
D. Alat Thaharah
Alat thaharah telah ditetapkan syara' hanya ada tiga macam:
i. Air
Air adalah alat bersuci yang paling besar peranannya dalam bab thaharah
ini. Namun demikian tidak semua jenis air sah untuk bersuci. Untuk jelasnya
perhatikan klasifikasi berikut:
a. Air Mutlak Air yang termasuk jenis ini:
1.) Air alam yang masih murni Macam-macamnya: air hujan, salju, air
embun termasuk juga air yang keluar dari mata air. Air jenis ini suci
dan mensucikan.
"Dan Dia Allah menurunkan untukmu sekalian air dari langit supaya
kalian menggunakannya untuk bersuci" (QS. Al-Anfal (8): 11).
2.) Air laut Sama dengan air jenis pertama tadi, air laut juga suci
menyucikan, bahkan bangkainya halal dimakan.
Laut itu airnya suci dan menyucikan, bangkainya halal dimakan ". (HR.
Lima Ahli Hadis).
3.) Air Telaga atau Danau.
Air ini termasuk air yang suci dan menyucikan. Berdasarkan riwayat
Ali r.a. bahwa Rasulullah meminta seember air telaga zam-zam,
diminumnya sedikit lalu dipakai buat berwudhu (HR. Ahmad).
4.) Air kolam, air sungai, air dalam genangan yang cukup besar termasuk
air sawah dan sebagainya.
Air jenis ini termasuk air yang suci dan menyucikan. Alasannya:
“Dari Abu Sa'id al-Khudhri r.a, telah bersabda Rasulullah SAW: 'Air
itu suci, tidak ada sesuatu pun yang dapat menajiskannya." (HR. Abu
Dawud, Nasai dan Ahmad).
b. Air Musta'mal (air sudah terpakai)
Menurut beberapa hadist yang sudah penyusun teliti air musta'mal
(air yang sudah terpakai untuk bersuci) hukumnya sah untuk bersuci (mandi
atau wudhu),sebagaimana air mutlak.
ii. Debu
Debu yang sah untuk bersuci lalah debu yang suci dan kering. Debu
semacam ini biasa ada di tanah kering, pasir, tembok, di balik tikar dan
Iainlain. Debu yang digunakan untuk bersuci, yaitu untuk tayamum.
iii. Batu dan Benda-benda Kesat lainnya, selain Tahi dan Tulang
Benda-benda jenis ini dapat digunakan untuk bersuci, yaitu istinja'.
F. Wudhu
Dalil tentang urgensi wudhu terdapat dalam QS. Al-Ma’idah ayat 6
ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَىXوس ۟ حX ِديَ ُك ْم لَى ْٱلم َرافِق َوٱ ْم َسXوهَ ُك ْم َوَأ ْيXُوا ُوج
ِ ُوا بِ ُر ُء ِ َ ِإ َّ ٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذا قُ ْمتُ ْم ِإلَى ٱل
۟ ُلXصلَ ٰو ِة فَٱ ْغ ِس
ْ
…ٱل َك ْعبَي ِْن
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…”
G. Tayammum
Tayamum menurut bahasa adalah sengaja, sedang menurut syara; adalah
sengaja menggunakan tanah (debu) untuk mengusap muka dan kedua tangan agar
dapat melakukan shalat dan lain-lainnya.
Sebab-sebab Bertayamum
Dibolehkan tayamum bagi orang berhadats baik kecil maupun besar, baik dalam keadaan
mukim (menetap) maupun dalam keadaan musafir (bepergian) jika mengalami salah satu
sebab-sebab berikut ini:
a. Jika seseorang tidak mendapat air atau ada tetapi tidak cukup untuk bersuci.
b. Jika seseorang mempunyai luka atau ditimpa sakit dan ia khawatir dengan
menggunakan air penyakitnya bertambah atau lama sembuhnya, baik hal ini
sebagai pengalaman atau nasehat dokter yang dapat dipercaya.
c. Jika Sangat dingin dan keras dugaannya akan timbul bahaya disebabkan ia
menggunakan air dengan syarat tidak sanggup memanaskannya.
d. Jika air berada dekat seseorang tetapi ia khawatir atas keselamatan dirinya,
kehormatan, harta dan lain-lain atau air terhalang oleh musuh yang ditakuti
e. Bila seseorang memiliki air yang sedikit hanya cukup untuk minum dan masak
dan keperluan lainnya