Anda di halaman 1dari 9

Secara bahasa, thaharah artinya bersih atau suci.

Sedangkan menurut istilah, thaharah adalah


mensucikan badan, tempat maupun pakaian dari najis dan hadats. Salah satu contoh pekerjaan
thaharah adalah berwudhu, mandi dan istinja'. Islam sangat memperhatikan kebersihan, sebab
kebersihan itu juga sebahagian dari iman. Sehingga syarat utama dari beberapa ibadah conohnya
shalat harus bersih dan suci badan, pakaian dan tempat ibadah. begitulah pentingnya thaharah atau
bersuci dalam agama Islam. Jika thaharahnya tidak sah,

maka shalatnya pun tidak sah. Air yang di gunakan untuk bersuci bukanlah air sembarangan karena
setiap bentuk dan jenis air yang ada memiliki hukum yang berbeda beda dalam agama Islam.
Agama Islam sendiri mengklasifikasikan pembagian air kedalam empat macam jenis. Adapun
pembagian air ditinjau dari segi hukumnya , air itu dapat dibagi empat bagian :

1. Air Mutlak (Air suci dan mensucikan),


artinya air yang masih murni, tidak tercampur apapun di dalamnya, dapat digunakan untuk
bersuci dengan tidak makruh (air mutlak artinya air yang sewajarnya). Air yang dapat dipakai
bersuci ialah air yang bersih , ( suci dan mensucikan ) yaitu air yang turun dari langit atau
keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci. Seluruh ulama sepakat, bahwa air mutlak
bisa digunakan untuk bersuci. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai hal tersebut. Air yang
suci dan mensucikan ialah :

1. Air hujan

2. Air sumur

3. Air laut

4. Air sungai
5. Air salju
6. Air telaga
7. Air embun

Dalil tentang air suci lagi mensucikan. 1. Firman Allah Swt. ‫اء ِمنََ َوأ َ ْنزَ ْلنَا‬
َِ ‫س َم‬ َ "Dan Kami
َّ ‫ط ُهورا َماءَ ال‬
turunkan dan langit air yang suci lagi mensucikan." (QS. Al-Furqan: 48) 2. Air telaga, sumur dan
sejenisnya karena apa yang diriwayatkan dan Ali : Artinya: "Bahwa Rasulullah Saw meminta
seember penuh dan air zamzam, lalu diminumnya sedikit dan dipakainya buat berwudhuk." (HR
Imam Ahmad dalam Musnadnya (I/76)) 3. Air laut, berdasarkan hadits Abu Hurairah katanya:
Seorang laki-laki menanyakan kepada Rasulullah, katanya: "Ya Rasulullah, kami biasa berlayar
di lautan dan hanya membawa air sedikit. Jika kami pakai air itu untuk berwudhuk, akibatnya kami
akan kehausan, maka bolehkah. kami berwudhuk dengan air laut?" Berkatalah Rasulullah Saw :
"Laut itu airnya suci lagi mensucikan, dan bangkainya halal dimakan." (HR. Malik dalam Al-
Muwatho’َ(1/22)َSyafi’iَdalamَAl-Umm (1/16) Ahmad (2/237,361, 392) Abu Daud (83) Tirmidzi
(69)َ Nasa’iَ (59)َ Ibnuَ Majahَ (386)َ Darimiَ (735)َ Ibnuَ Huzaimahَ (111)َ Ibnuَ Jarudَ dalamَ Al-
Muntaqo’َ (43)َ Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (505)) Berkata Turmudzi: Hadits ini hasan lagi
shahih, dan ketika kutanyakan kepada Muhammad bin Ismail al-Bukhari tentang hadits ini,
jawabnya ialah: Hadits itu shahih.

2. Air Suci dan Dapat Mensucikan, Tetapi Makruh Digunakan, yaitu,

a. air yang musyammas (air yang dipanaskan dengan matahari) di tempat logam yang bukan
emas.

b.Air yang sangat panas, karena ditakutkan orang yang menggunakannya tidak akan
menyempurnakan wudhu nya.

c.Air yang sangat dingin, karena juga ditakutkan orang yang menggunakannya tidak
menyempurnakanَwudhu’nya.َ

3. Air Suci Tetapi Tidak Dapat Mensucikan.

a.َAirَmusta’malَ(telahَdigunakanَuntukَbersuci)َ

menghilangkan hadats dan menghilangkan naijs walaupun tidak berubah rupanya , rasanya dan
baunya.َPerbedaanَpendapatَdiَkalanganَulamaَterjadiَsaatَmenentukanَapakahَairَmusta’malَituَ
suci dan mensucikan ataukah suci tetapi tidak mensucikan. Dan perbedaan ini terjadi dikarenakan
sudut pandang yang berbeda mengenai dalil yang ada, dan dalil tersebut juga sama-sama shahih.
Pendapatَ Yangَ Mengatakanَ Airَ Musta’malَ adalahَ suciَ Tetapiَ Tidakَ Mensucikan.َ Dalilَ yangَ
digunakan oleh ulama yang berpegang pada pendapat ini adalah : Dari seorang sahabat Nabi Saw
diaَ berkata,َ “Rasulullahَ Sawَ melarang wanita (istri) mandi dengan air bekas mandi laki-laki
(suami), atau laki-laki (suami) mandi dengan air bekas mandi wanita (istri), dan hendaknya mereka
berdua menciduk air bersama-sama.”َ(HR.َAbuَDawud,َAnَNasa-i, dan sanad-sanadnya shahih)
Dalil di atas dengan jelas menggambarkan bahwa air bekas digunakan dilarang untuk digunakan
bersuci.َ“Janganlahَseseorangَdariَkalianَmandiَdiَairَyangَdiamَ(tidakَmengalir),َsedangَiaَdalamَ
keadaanَjunub.”(HR.َMuslimَno.َ283).َKetikaَorang-orangَmenanyakanَ:َ“WahaiَAbu Hurairah,
lantasَ bagaimanaَ iaَ harusَ berbuat,”.َ Beliauَ menjawabَ :َ “Denganَ menciduk”.َ Pendapatَ Yangَ
MengatakanَAirَMusta’malَadalahَSuciَdanَMensucikan.َDalilَyangَdigunakanَolehَulamaَyangَ
berpegangَpadaَpendapatَiniَadalahَ:َDariَIbnuَAbbasَra:َ“NabiَSaw pernah mandi dengan air
bekasَmandinyaَMaimunahَrah."َ(HR.َMuslimَno.َ323).َDariَIbnuَ‘Abbas,َiaَberkata,َ“Sebagianَ
istri Nabi Saw pernah mandi di satu wadah besar. Lalu datang Nabi Saw dan beliau mengambil air
dari sisa mandi istrinya, atau beliau berkeinginan untuk mandi. Maka salah satu istrinya berkata,
“Wahaiَ Rasulullah,َ akuَ tadiَ junubَ (danَ ituَ sisaَ mandiku,َ pen).َ Rasulullahَ Sawَ punَ bersabda:َ
Sesungguhnyaَairَituَtidakَterpengaruhَolehَjunub.”َ(HR.َAbuَDaudَno.َ68,َTirmidziَno.َ65,َdanَ
Ibnu Majah no. 370)

b. Air Mutlak Yang Berubah Sifatnya

Sedangkan macam kedua dari air yang dihukumi suci tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci
(thaharah) adalah air mutlak yang berubah salah satu sifatnya atau semuanya (bau, warna dan
rasanya). misalnya air itu berubah dikarenakan bercampur dengan sesuatu yang suci, seperti air
teh, kopi, sirup dan lain-lain.

Maka hukumnya suci dapat dikonsumsi, tetapi tidak dapat digunakan untuk bersuci.

4. Air Mutanajis. Yaitu air yang kena najis (kemasukan najis),

sedang jumlahnya kurang dari dua kullah , maka air yang semacam ini tidak suci dan tidak dapat
mensucikan . Jika lebih dari dua kullah dan tidak berubah sifatnya , maka sah untuk bersuci . Dua
kullah sama dengan 216 liter , jika berbentuk bak , maka besarnya = panjang 60 cm dan dalam /
tinggiَ 60َ cmَ .َ “Jikaَ airَ telahَ mencapaiَ duaَ qullah,َ makaَ tidakَ adaَ sesuatupunَ yangَ
menajiskannya.”َ(HR.َIbnuَMajahَdanَAdَDarimi)َPendapatَyangَmengatakanَbahwaَ:َjikaَairَ
tidak merubah bau, rasa, atau warnanya, maka air tersebut tidak najis (suci). Ini adalah pendapat
dan Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Hasan Basri, Ibnul Musaiyab, Ikrimah, Ibnu Abi Laila, Tsauri,
Daud Azh-Zhahiri, Nakhai, Malik dan lain-lain.َPendapatَiniَberdasarkanَhaditsَNabiَ:َ“Seseorangَ
Badui datang kemudian kencing di suatu sudut masjid, maka orang-orang menghardiknya, lalu
Nabi Saw melarang mereka. Ketika ia telah selesai kencing, Nabi Saw menyuruh untuk di
ambilkanَsetimbaَairَlaluَdiَsiramkanَdiَatasَbekasَkencingَitu.”َ(HR.َBukhariَno.َ221َdanَMuslimَ
no. 284) Dari hadits di atas, bisa diambil kesimpulan, bahwa air yang sedikit tetapi bisa
menghilangkan bau, rasa dan warnanya, maka air tersebut bisa mensucikan. Demikianlah sahabat
bacaan madani ulasan tentang macam-macam air yang dapat di gunakan untuk bersuci dalam
Islam. Dari beberapa penjelasan macam-macam air tersebut ada beberepa poin yang muncul
perbedaan ulama. Dari perbedaan sudut pandang para Imam Madzhab yang sama-sama
mempunyai dalil. Selama dalil tersebut adalah shahih, maka tidak masalah perbedaan itu terjadi.
Dan di atas telah disajikan bagaimana perbedaan yang ada ternyata masing-masing pihak juga
sama-sama mengambil dari dalil yang shahih.

Air Suci Namun Tidak Menyucikan

Air ini dzatnya suci namun tidak bisa dipakai untuk bersuci, baik untuk bersuci dari hadas maupun
dari najis.

Ada dua macam air yang suci namun tidak bisa digunakan untuk bersuci, yakni air musta’mal dan
air mutaghayar.

Air musta’mal adalah air yang telah digunakan untuk bersuci baik untuk menghilangkan hadas
seperti wudlu dan mandi ataupun untuk menghilangkan najis bila air tersebut tidak berubah dan
tidak bertambah volumenya setelah terpisah dari air yang terserap oleh barang yang dibasuh.

Air musta’mal ini tidak bisa digunakan untuk bersuci apabila tidak mencapai dua qullah. Sedangkan
bila volume air tersebut mencapai dua qullah maka tidak disebut sebagai air musta’mal dan bisa
digunakan untuk bersuci.

Sebagai contoh kasus bila di sebuah masjid terdapat sebuah bak air dengan ukuran 2 x 2 meter
persegi umpamanya, dan bak itu penuh dengan air, lalu setiap orang berwudlu dengan langsung
memasukkan anggota badannya ke dalam air di bak tersebut, bukan dengan menciduknya, maka air
yang masih berada di bak tersebut masih dihukumi suci dan menyucikan. Namun bila volume airnya
kurang dari dua qullah, meskipun ukuran bak airnya cukup besar, maka air tersebut menjadi
musta’mal dan tidak bisa dipakai untuk bersuci. Hanya saja dzat air tersebut masih dihukumi suci
sehingga masih bisa digunakan untuk keperluan lain selain menghilangkan hadas dan najis.

Juga perlu diketahui bahwa air yang menjadi musta’mal adalah air yang dipakai untuk bersuci yang
wajib hukumnya. Sebagai contoh air yang dipakai untuk berwudlu bukan dalam rangka
menghilangkan hadas kecil, tapi hanya untuk memperbarui wudlu (tajdidul wudlu) tidak menjadi
musta’mal. Sebab orang yang memperbarui wudlu sesungguhnya tidak wajib berwudlu ketika
hendak shalat karena pada dasarnya ia masih dalam keadaan suci tidak berhadas.

Sebagai contoh pula, air yang dipakai untuk basuhan pertama pada anggota badan saat berwudlu
menjadi musta’mal karena basuhan pertama hukumnya wajib. Sedangkan air yang dipakai untuk
basuhan kedua dan ketiga tidak menjadi musta’mal karena basuhan kedua dan ketiga hukumnya
sunah.
dapun air mutaghayar adalah air yang mengalami perubahan salah satu sifatnya disebabkan
tercampur dengan barang suci yang lain dengan perubahan yang menghilangkan kemutlakan nama
air tersebut. Sebagai contoh air mata air yang masih asli ia disebut air mutlak dengan nama air mata
air. Ketika air ini dicampur dengan teh sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka orang
akan mengatakan air itu sebagai air teh. Perubahan nama inilah yang menjadikan air mata air
kehilangan kemutlakannya.

Contoh lainnya, air hujan yang dimasak tetap pada kemutlakannya sebagai air hujan. Ketika ia
dicampur dengan susu sehingga terjadi perubahan pada sifat-sifatnya maka air hujan itu kehilangan
kemutlakannya dengan berubah nama menjadi air susu.

Air yang demikian itu tetap suci dzatnya namun tidak bisa dipakai untuk bersuci.

Lalu bagaimana dengan air mineral kemasan?

Air mineral dalam kemasan itu masih tetap pada kemutlakannya karena tidak ada pencampuran
barang suci yang menjadikannya mengalami perubahan pada sifat-sifatnya. Adapun penamaannya
dengan berbagai macam nama itu hanyalah nama merek dagang yang tidak berpengaruh pada
kemutlakan airnya.

Air Mutanajis

Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua qullah atau
volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu sifatnya—warna, bau, atau
rasa—karena terkena najis tersebut.

Air sedikit apabila terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak
ada sifatnya yang berubah.

Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis bila ia tetap pada kemutlakannya,
tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang
berubah maka air banyak tersebut menjadi air mutanajis.

Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena dzatnya air itu sendiri tidak suci
sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.Wallahu a’lam. (Yazid Muttaqin)

Air itu terbagi 4:


1. Air mutlak:
Air yang suci dan menyucikan yang tidak makruh dipakainya yang jenisnya ada 7:
1. Air Hujan
2. Air Laut
3. Air Sumur
4. Air Sungai
5. Mata Air
6. Air Es
7. Air Embun
2. Air Musyamas
Air Suci Menyucikan Makruh dipakai untuk bersuci tapi dengan air yang dipanaskan dengan matahari,
tapi syaratnya:
1. Keadaan airnya ada diwilayah negara yang panas
2. Airnya ada didalam wadah logam/besi selain emas dan perak
3. Airnya dipakai ketika waktu panas
Alasannya dimakruhkan sebab menggunakan air musyamas sebab dapat menghalangi normalnya
peredaran darah.

3. Air Musta’mal
Air Suci didalam Dzatnya tapi tidak bisa mensucikan
Air bisa dikategorikan air musta’mal yaitu apabila air suci bekas menghilangkan hadats ataupun air yang
berubah warnanya/rasanya/baunya dengan sesuatu yang suci yg susah untuk dipisahkan dengan dzat
air, contoh: Air Susu, Air Teh, Air Kopi.

4. Air Mutanajis
Air yang terkena najis dan keadaan airnya kurang dari 2 Gillah baik berubah warnanya/rasanya/baunya
ataupun tidak.
Tapi kalau airnya sampai kepada 2 Gillah dan terkena barang najis maka kalau dzat airnya tidak berubah
warnanya/rasanya/baunya maka itu tetap suci.
Tapi kalau berubah salah satu sifat yang 3 itu, maka itu jadi mutanajis.
2 Gillah = 180 liter/180 kg/
2 Gillah = 65 cm panjang 65 cm lebar 65cm tinggi (ukuran bak)

Tanah
Boleh dipakai bersuci ketika tayamum, lihat halaman tayamum

Batu
Bisa jadi alat istinja, bisa jadi pengganti air, lihat bab istinja

Menyamak
Binatang yang mati bukan disebabkan disembelih dengan syara’/agama
maka semua badannya najis termasuk kulitnya tapi bisa disucikan dengan menyamak (membuang
semua bulu, lamad2 nya dan darahnya yang menempel pada kulit) kemudian di jemur.

Sumber: Kitab Nadzom Taqrib Syekh Ibun

Disalin dari : https://www.bacaanmadani.com/2017/06/macam-macam-air-untuk-bersuci-


dalam.html
Terima kasih sudah berkunjung.

2. Ad-Dabigh yaitu alat yang digunakan untuk menyamak kulit bangkainya hewan-
hewan tertentu yang bisa disamak dan hewan itu dihukumi hewan yang suci
semasa hidupnya. Jadi meskipun bangkai dihukumi najis kita bisa mengambil
kemanfaatan dengan mengambil kulitnya untuk disamak agar suci dan bisa
digunakan. Ad-Dabigh harus berupa benda-benda yang berasa pedas-asam (sepet:
jawa) seperti berbagai jenis dedaunan, bahkan dari benda yang najis sekalipun
seperti kotoran burung dara yang memiliki rasa pedas-asam ini. Harus berasa
demikian dikarenakan mampu mengangkat kotoran-kotoran dan mengangkat
penyebab-penyebab pembusukan pada kulit.
Soal

PG

1. Apa yang dimaksud dengan thoharoh?


2. Dibawah ini yang termasuk ke dalam air suci mensucikan adalah....
3. Dinamakan apakah air yang telah kita pakai tetapi bisa untuk berwudhu ?

1. Alat yang dapat digunakan untuk istinja selain air adalah...


a. Pasir b. kaoskaki
c. Tisu d. berlian
2. Termasuk air yang hukumnya suci tetapi tidak dapat mensucikan...
a. Air sungai b. Air sumur
c. Air Kelapa d. Air hujan
3. Air yang dipergunakan untuk bersuci, seperti berwudhu maka harus...
a.. Mengalir b. Suci dan Mensucikan
c. Jernih d. Tidak menjijikan
4. Dibawah ini yang termasuk ke dalam alat-alat yang dapat mensucikan kecuali,…
a. Air hujan c. Air Laut
b. Pasir d. Air Sirup
5. Dibawah ini yang termasuk air suci dan dapat mensucikan, Tetapi Makruh Digunakan..
a. Air laut c. air yang dipanaskan diwadah logam
b. Air hujan d. air sumur
II. URAIAN
1. Thoharohَmenurutَistilahَberarti….
2. Zahra sedang melakukan safar menggunakan kereta api. Selama perjalanan bentrok
dengan waktu sholat tetapi di kereta tidak memiliki kebutuhan air yang banyak. Maka
yangَdigunakanَZahraَuntukَberwudhuَadalah….
3. Air musyammas adalahَairَyang…
4. Suatu ketika saat Ira ingin berwudhu ternyata Ira melihat didalam bak terdapat bangkai
sehingga air yang didalam bak berubah menjadi baud an kotor. Maka air tersebut
dinamakanَair…
5. Menggunakanَbagianَtubuhَhewanَyangَtelahَdisucikanَdimanamakan….
Essai

1. Sebutkan 4 alat untuk bersuci!


2. Bagaimana caranya seseorang yang sedang berada di hutan melakukan whudu ?
3. Apakahَ yangَ dimaksudَ denganَ airَ musَ ta’malَ ?َ danَ sebutkan macam-macam air
musta’malَ!َminimalَ3
4. Apakahَ yangَ dimaksudَ denganَ ‘menyamak’َ danَ bagaimanakahَ caraَ bersuciَ denganَ
menyamak ?

Anda mungkin juga menyukai