Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Tafsir Ayat-ayat Tentang Bersuci

Dosen pengampu :

Disusun oleh kelompok 2

1. Rahmat Cahyadi sipada212110069


2. Juwita Dg Mattaro 212110071
3. Rahmad.s. 212110075

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir


Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah
Universitas Islam Negeri Datokarama Palu
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan bersyukur,
memohon pertolongan dan ampunan. Sholawat serta salam semoga dilimpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabat, juga pada orang-orang yang
senantiasa mengikuti sunnah-sunnahnya.

Dengan rahmat dan pertolongan-Nya alhamdulillah makalah yang berjudul “Ayat-Ayat


tentang bersuci” ini dapat diselesaikan . Banyak sekali kekurangan penulis dalam
menyusun makalah ini baik menyangkut isi atau yang lainnya.

Palu, 2022

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujua

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah/Bersuci
B. Analisis QS. Al-Baqarah :222
C. Analisis QS. An-Nisa :43
D. Analisis QS. Al-Maidah :6
E. Analisis QS.Al-Taubah:28

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berbagai macam kitab yang menjelaskan tentang fiqih selalu saja bab thaharah
berada pada bab yang paling awal atau paling utama. Hal itu terjadi dikarenakan
thaharah adalah bagian yang paling penting dipelajari. Melaksanakan shalat tanpa
thaharah maka tentu saja shalat yang dikerjakan tidak sah. Dalam artian jika ada
seseorang yang mengerjakan shalat tanpa bersesuci terlebih dahulu maka shalat yang
ia kerjakan itu sia-sia, karena pada dasamyaislam memangMewajibkan setiap orang
yang ingin melaksanakan shlat itu harus suci.
Mungkin masih banyak dikalangan orang awam yang tidak tahu persis tentang
pentingnya thaharah. Namun tidak bisa dipungkiri juga bahsanya juga ada orang yang
tahu akan thaharah namun mengabaikannya, maka dari pada itu penulis akan
mencoba sedikit menjelaskan apa-apa yang penulis ketahui tentang thaharah dari
berbagai sumber. Mudah-mudahan saja melalui makalah ini umat islam sadar akan
pentingnya thaharah dan tidak mengabaikan pentingnya thaharah kembali.

B. Rumusan Masalah
A. Pengertian thaharah /bersuci?
B. Bagaimana Analisis QS. Al Baqarah:222?
C. Bagaimana Analisis QS. An-nisa :43 ?
D. Bagaimana Analisis QS Al -Maidah 6 ?
E. Bagaimana Analisis QS Al-Taubah 28?
C. Tujuan Penulisan
A. Untuk Mengetahui Pengertian thaharah /bersuci?
B. Untuk mengetahui Analisis QS. Al Baqarah:222?
C. Untuk mengetahui Analisis QS. An-nisa :43 ?
D. Untuk mengetahui Analisis QS Al -Maidah 6 ?
E. Untuk mengetahui Analisis QS Al-Taubah 28?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah /Bersuci

“Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan sah
tanpa melaksanakan hal tersebut. (mabaadiul Fiqh juz 3. Umar Abdul Jabbar 8). Yang
dimaksud mengerjakan sesuatu di atas yaitu bersesuci. Yang mana bersesu-ci ini terbagi
ke dalam dua bagian lagi. Yang pertama yaitu bersuci dari hadas dan yang
kediuabersesuci dari kotoran atau najis. Yang dimasud bersuci dari hadas itu sendiri yaitu
berwudu, mandi besar, dan juga tayamum sebagai pengganti dari wu-du. Sedangkan yang
dimaksud dari bersuci dari kotoran ataupun najis itu sendiri yaitu istinja, dan
menghilangkan najis dari badan, pakaian dan tempat.

Sedangkan alat untuk bersesuci itu sendiri ada beberapa macam diantaranya yaitu air,
debu, batu, disamak. Melalui macam-macam alat bersesuci itu sendiri maka telah
dijelaskan olehUlama bahwasanya alat bersesuci air itu sendiri terbagi menjadi tiga
bagian. Yaitu air thahhirmuthahhir (air mutlak), air thahhirghairumuthahhir, dan air
matanajis.

Namun di dalam kitab lain di jelaskan pula bahwa air itu terbagi menjadi empat bagian
yaitu air thahhirmuthahhir, air thahhirghairumuthahhir, air mutanajjis, dan air
musyammasaitthahhirmuthahhir (air mutlak) yaitu setiap air yang turun dari langit
ataupun keluar dari bumi yang mana keluamya tersebut tetap seperti asal kejadiannya
serta salah satu sifatnya air tidak berubah sebab ada sesuatu yang mencampurinya.
(Mabaadiul Fiqh juz 4, Umar Abdul Jabbar:3).

Diantara macam-macam air thahhirmuthahhir :

1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air mata air (sumber)
6. Air es (salju)
7. Air embun
Air mutanajis yaitu setiap yang mana di dalam air tersebut kejatuhan (terkena) najis.
AirSemacam ini sama sekali tidak bisa digunakan untuk bersuci menghilangkan hadas)
bukan hanya itu air yang semacam ini juga tidak boleh diminum dan semacamnya.

Jika air itu sampai kepada dua qullah atau lebih maka jika ada najis yang jatuh
kecDalamnya maka hukumnya di perinci lagi.

1.Jika najis yang jatuh ke dalamnya sampai merubah salah satu sifatnya air maka air itu
dihukumi sebagai air yang mutanajjis atau air yang sudah tidak bisa lagi dipakai untuk
bersuci.

2. Jika najis itu jatuh kedalamnya namun tidak sampai merubah salah satu sifatnya air
maka airItu dihukumi suci. (Fathul Qorib, Muhammad bin Qosim Al-Ghazi: 3-4)

Namun jika air itu tidak sampai 2 qullah maka air itu dihukumi sebagai air yang
mutanajjisSecara mutlak.

‫يض َواَل‬ ْ ِ‫ضقُ ْلهُ َوَأ ًذىفَا ْعت َِزلُواالنِّ َسا َءف‬
ِ ‫يال َم ِح‬ ِ ‫َويَ ْسلُونَ َك َعنِ ْال َم ِحي‬

‫درتوانخاناورايهاالدينالوانمنعدةأمورارائه‬

Musyammas yaitu air yang kena sinar matahari sampai panas. (terjemah
khulashahkifayatulakhyar, Moh. Rifa’l: 11). Air yang semacam ini dihukumi suci
dikarenakan tidak terkena najis. Namun air ini dihukumi makruh untuk digunakan. Dalam
sutu riwayat diterangkan: “Nabi SAW. Melarang Aisyah menggunakan air musyammas,
beliau bersabda: air itu bisa menimbulkan belang”.

Aitmusta mal yaitu: setiap air yang telah digunakan untuk bersuci. Air sejenis ini
termasuk juga ke dalam jenis air thahhirghairumuthahhir. Yaitu air ini tetap dihukumi
suci namun sudah tidakBisa digunakan untuk bersuci lagi.

a.Macam-MacamThaharah

1).Bersuci dari dosa (bertaubat).

Bertaubat kepada Allah yang merupakan thaharahruhaniah, juga sebagai metode


mensucikan diri dari dosa-dosa yang besar maupun yang kecil kepada Allah. Jika dosa
yang dimaksudkan berhubungan dengan manusia, sebelum bertaubat ia harus meminta
maaf kepada semua orang yang disakitinya. Sebab Allah akan menerima taubat hamba-
Nya secara langsung jika berhubungan dengan dosa-dosa yang menjadi hak Allah.
Allah SWT berfirman Dalam Alqur’an

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran.” Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan dirit¹371 dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang
yang mensucikandirila

Ciri-cirinya adalah:

a) Menyesal dengan perbuatan yang telah diladilakuka


b) Berjanji tidak akan mengulanginya
c) Selalu meminta ampunan kepada Allah dan berzikir.
d) Berusaha terus menerus untuk memperbaiki diri dengan memperbanyak
perbuatan baik dengan mengharap keridhoan dari Allah SWT

2). Bersuci menghilangkan najis.

Najis menurut bahasa ialah apa saja yang kotor, baik jiwa, benda maupun amal perbuatan.
Sedangkan menurut fuqaha’ berarti kotoran (yang berbentuk zat) yang mengakibatkan
sholat tidak sah.

Benda-benda najis :

a) Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)


b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f) Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g) Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan madzi
i) Muntahan dari peruT
B. Analisis Q.S Al-Baqarah :222

ۚ ُ ‫طهُرْ نَ ۖ فَِإ َذاتَطَهَّرْ نَفَْأتُوهُنَّ ِم ْن َحيْثَُأ َم َر ُك ُمٱهَّلل‬


ْ َ‫يض ۖ َواَل تَ ْق َربُوهُنَّ َحتَّ ٰىي‬ ۟ ُ‫َويَ ْسـَٔلُونَ َك َعنِ ْٱلم ِحي ۖ قُ ْله َُوَأ ًذىفَٱ ْعتَزل‬
ْ ِ‫وا ٱلنِّ َسٓا َءف‬
ِ ‫ىٱل َم ِح‬ ِ َ
َ‫ِإنَّٱللَّهَيُ ِحبُّٱلتَّ ٰ َّوبِين ََوي ُِحب ُّْٱل ُمتَطَه ِِّرين‬
Terjemahan:
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: “Haidh itu adalah suatu
kotoran”. Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka
telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai
orang-orang yang mensucikan diri.

Tafsiran :

.Mahidh adalah tempat atau waktu haid, atau haid itu sendiri (‫ )محض‬Pertanyaan di atas
muncul, karena pria-pria Yahudi menghindari wanita-wanitaYang sedang haid, bahkan
tidak makan bersama mereka dan meninggalkanrumah pada saat mereka sedang
haid/datang bulan. Dengan demikian pertanyaan mereka pada hakikatnya bukan tentang
apa itu haid, tetapi bagaimana tananBa kepada suami pada saat isterinya sedang haid.
Jawaban di atas, sangat singkat namun menginformasikan tentang keadaan wanita yang
sedang mengalami haid, dan bagaimana menghadapi mereka kala itu. Sesaat setelah
tunanya ayat in Nabi saw, menyampaikan maksud jawaban Ilahi ini dengan menyatakan
kepada para penanya dan seluruh ummat Islam, “Lakukanlah segala sesuatu (yang selama
ini dibenarkan) kecuali hubungan seks” (HR. Muslim)

Ja, yakni haid adalah gangguan. Maksudnya, haid mengakibatkan gangguan terhadap
fisik dan psikis wanita, juga terhadap pria. Secara fisik. Dengan keluarnya darah yang
segar, mengakibatkan gangguan pada jasmani wanita. Rasa sakit seringkali melilit
perutnya akibat rahim berkontraksi. Di sisi lain, kedatangan tamu bulanan itu
mengakibatkan nafsu seksual wanita sangat menurun, emosinya seringkali tidak
terkontrol. Hubungan seks ketika itu tidak melahirkan hubungan intim antara pasangan,
apalagi dengan darah yang selalu siap keluar. Itu adalah gangguan psikis bagi wanita.
Darah yang aromanya tidak sedap serta tidak menyenangkan untuk dilihat merupakan
salah satu aspek gangguan kepada pria, di samping emosi isteri yang tidak stabil yang
juga tidak jarang mengganggu ketenangan suami, atau siapapun di sekeliling wanita. Sel
telur pun, dengan datangnya haid, keluar serta belum ada gantinya, sampai beberapa lama
setelah wanita suci, sehingga pembuahan yang merupakan salah satu tujuan hubungan
seks tidak mungkin akan terjadi pada masa haid. Oleh sebab itu- lanjut ayat di atas –
hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita, dalam arti tidak bersetubuh, di waktu
mereka mengalami haidh atau pada tempat haid itu keluar. Ini berarti boleh mendekati
asal bukan pada tempat haid, yakni bukan pada tempat gangguan itu. Nabi mengizinkan
untuk bercumbu pada bagian atas, tidak di bagian bawah.

Di sini ditegaskan lagi kata mahid, walaupun bisa jadi ada sementara orang yang merasa
cukup menunjuknya dengan kata “itu”. Misalnya, hendak lah kamu menjauhkan diri dari
wanita di waktu itu, atau pada tempat itu. Tetapi bila demikian redaksinya, boleh jadi ada
yang menduga adanya larangan berhubungan seks setiap isteri mengalami gangguan
apapun. Padahal, tidak demikian yang dimaksud, karena ada gangguan lain terhadap isteri
yang secara hukum tidak mengakibatkan larangan ini. Penyebutan kata mahid sekaligus
untuk menggambarkan bahwa darah yang keluar dari vagina wanita, misalnya istihadhah-
tidak selalu menimbulkan gangguan yang sama dengan gangguan yang dialami saat haid.
Karena itu, jika wanita mengalami istihadhah dia wajib shalat, tidak seperti kalau mereka
haid.

Kapan hubungan seks dapat dilakukan? Kapan saja, tetapi dengan syarat
janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka suci. Anda lihat, redaksi- nya,
“jangan dekati”, bukan “jangan lakukan”, karena nafsu seksual seringkali sulit
dibendung. Namun mendekati yang dimaksud di sini adalah mendekati tempat di mana
dapat terjadi hubungan seks yang berbuah.

Ada dua bacaan yang diperkenalkan ayat ini, (b) yathhurna dan (4)yathathahharna; yang
pertama berarti suci, yakni berhenti haidnya; dan yang kedua berarti amat suci, yakni
mandi setelah haidnya berhenti. Tentu saja yangkedua, lebih ketat dari yang pertama, dan
agaknya ini lebih baik dan memang lebih suci.

Apabila mereka telah suci bersuci, maka campurilah mereka itu di tempat yang
diperintahkan Allah kepada kamu. Tempat yang diperintahkan-Nya itu, akan terlihat
sebentar lagi dalam ayat 223. Ayat ini ditutup dengan firman-Nya Sesungguhnya Allah
menyukaiOrang-orang yang taubat dan menyukai juga orang-orang yang bersungguh-
Sungguh menyucikan diri.

Bertaubat adalah menyucikan diri dari kotoran batin, sedang menyucikan diri dari kotoran
lahir adalah mandi atau berwudhu’. Demikianlah penyucian jasmani dan rohani digabung
oleh penutup ayat ini, sekaligus memberi isyarat bahwa hubungan seks baru dapat
dibenarkan jika haid telah berhenti dan isteri telah mandi.

Di atas dinyatakan, bahwa Allah memerintahkan untuk menggauli isteri dari tempat yang
diperintah-Nya. Ayat berikut menjelaskan tempat yang dimaksud.

C. Analisis QS. An-Nisa :43

۟ ُ‫ل‬444444444444‫سبِيلٍ َحتَّ ٰىتَ ْغت َِس‬


ۚ ‫وا‬ َ ‫وا َماتَقُولُونَ َواَل ُجنُبًاِإاَّل عَابِ ِرى‬ ۟ ‫ ٰ َك َر ٰى َحت َّٰىتَ ْعلَ ُم‬444444444444‫س‬ ُ ‫صلَ ٰوةَ َوَأنتُ ْم‬ ۟
َّ ‫وا ٱل‬444444444444 ُ‫وا اَل تَ ْق َرب‬۟ ُ‫ٰيَ ٰيََٓأيُّ َهاٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
۟ ‫ ُح‬44444444‫س‬
‫وا‬ َ ‫ص ِعيدًاطَيِّبًافَٱ ْم‬ َ ‫وا‬ ۟ ‫ٓا ًءفَتَيَ َّم ُم‬44444444‫ُوا َم‬
۟ ‫ٓا َءفَلَ ْمت َِجد‬44444444‫س‬ َ ِّ‫ستُ ُمٱلن‬ ْ ‫سفَ ٍرَأ ْو َجٓا َءَأ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمنَٱ ْل َغٓاِئ ِطَأ ْو ٰلَ َم‬ َ ‫ض ٰىَٓأ ْو َعلَ ٰى‬
َ ‫َوِإن ُكنتُم َّم ْر‬
‫بِ ُو ُجو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُك ْم ۗ ِإنَّٱللَّ َهكَانَ َعفُ ّوًا َغفُو ًر‬

Terjemahan:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid)
sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.
Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu.
Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.

Tafsiran:

Wahai orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, janganlah kamu mendekati
tempat salat atau melaksanakan salat ketika kamu dalam keadaan mabuk, yakni hilang
ingatan karena minuman keras. Dirikanlah salat jika kamu sudah sadar apa yang kamu
ucapkan, dan juga jangan pula kamu hampiri masjid ketika kamu dalam keadaan junub
yang mengharuskan kamu mandi wajib, kecuali hanya sekadar melewati jalan saja, boleh
kamu lakukan sebelum kamu mandi junub.

Adapun jika kamu sakit yang dikhawatirkan bila menyentuh air penyakit itu akan
bertambah parah atau susah disembuhkan, atau kamu sedang dalam perjalanan yang
jaraknya jauh, sekitar 80 km atau lebih, atau sehabis buang air, apakah itu buang air kecil
atau buang air besar, atau kamu telah menyentuh perempuan, apakah itu hanya sekadar
bersentuh kulit atau berhubungan suami istri, sedangkan kamu pada waktu itu tidak
mendapat air, maka bertayamumlah kamu, sebagai pengganti wudu, dengan debu, atau
tanah dan sejenisnya, yang baik, yakni suci, dengan cara usaplah wajahmu satu kali dan
usap pula tanganmu, dengan mempergunakan debu atau tanah itu. Sungguh, Allah itu
Maha Pemaaf, Maha Pengampun bagi hamba-hamba-Nya yang mau bertobat

D. Analisis QS. Al-Maidah :6

ۚ ‫ىٱل َك ْعبَ ْي ِن‬ ْ َ‫وســـــــ ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْمِإل‬ ِ ‫ُوا بِ ُر ُء‬ ۟ ‫ىٱلم َرافِقِ َوٱ ْم َســـــــح‬ ۟
َ ْ َ‫صلَ ٰو ِةفَٱ ْغ ِســـــــلُوا ُوجُوهَ ُك ْم َوَأ ْي ِديَ ُك ْمِإل‬ َّ ‫ٰيََٓأيُّهَاٱلَّ ِذينَ َءا َمنُ ٓو ۟ا ِإ َذاقُ ْمتُ ْمِإلَىٱل‬
‫وا‬۟ ‫ُوا مَٓا ًءفَتَيَ َّم ُم‬ ۟ ‫ض ٰىَٓأوْ َعلَ ٰى َسفَرَأوْ َجٓا َءَأ َح ٌد ِّمن ُكم ِّمن َْٱلغَٓاِئ ِطَأوْ ٰلَم ْستُ ُمٱلنِّ َســـــــــٓا َءفَلَ ْمت َِجد‬ ۟ ‫َو ن ُكنتُ ْم ُجنُبًافَٱطَّهَّر‬
َ ْ‫ُوا ۚ َوِإن ُكنتُم َّمر‬
َ ٍ ‫ِإ‬
ُ‫طهِّ َر ُك ْم َولِيُتِ َّمنِ ْع َمتَ ۥه‬ ٰ ۟
َ ُ‫طيِّبًافَٱ ْم َسحُوا بِ ُوجُو ِه ُك ْم َوَأ ْي ِدي ُكم ِّم ْنهُـ ۚ َماي ُِريدُٱللَّهُلِيَجْ َعلَ َعلَ ْي ُكم ِّم ْن َح َر ٍج َولَ ِكني ُِري ُدلِي‬
َ ‫ص ِعيدًا‬َ

terjemahan :

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu
sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu
sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang
baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur. (QS Al Maidah : 6)

Tafsiran:

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
berwudhulah ketika kalian sedang berhadas. Basuhlah mukamu dengan air. Wajah
dibasuh mulai awal tumbuhnya rambut sampai sepanjang bawah janggut juga hingga
antara dua telinga. Juga basuhlah tanganmu sampai dengan siku, Siku adalah
penyambung antara lengan atas dan lengan bawah, serta sapulah kepalamu atau
sebagiannya dengan air. Dan basuh kakimu sampai dengan kedua mata kaki, yaitu dua
tulang yang menonjol pada bawa tulang kering. Jika kamu keadaan junub sebab jima’
atau mengeluarkan mani, maka mandilah dengan air. Jika kamu sakit yang parah jika
terkena air atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau
menyentuh perempuan (menurut Syafii), lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayammumlah dengan tanah/debu yang baik/bersih pada wajah, dan dua tangan
dengan dua kali sapuan; sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Satu sapuan
untuk wajah dan sisanya untuk dua lengan, atau untuk dua telapak tangan menurut Maliki
dan Hambali. Allah tidak hendak menyulitkan kamu dengan air ataupun debu, tetapi Dia
hendak membersihkan kamu dari dosa dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu dengan
menentukan syariat hukum Islam, diantaranya berupa keringanan untuk bertayamum jika
tidak ada air, supaya kamu bersyukur atas nikmat Allah dan memberi pahala atas rasa
syukur

BABIII
PENUTUP
A. Kesimpulan

Thaharah adalah mengerjakan sesuatu, yang mana ibadah shalat tidak akan sahatanpa
melaksanakan hal tersebut. (mabaadiul Fiqh juz 3. Umar Abdul Jabbar 8). Yang
dimaksud mengerjakan sesuatu di atas yaitu bersesuci. Yang mana bersesu-ci ini terbagi
ke dalam dua bagian lagi. Yang pertama yaitu bersuci dari hadas dan yang
kediuabersesuci dari kotoran atau najis.

Diantara macam-macam air thahhirmuthahhir :

1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air mata air (sumber)
6. Air es (salju)
7. Air embun

Benda-benda najis :

a) Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)


b) Darah
c) Babi
d) Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan
e) Anjing
f) Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang
g) Susu binatang yang haram dimakan dagingnya
h) Wadi dan madzi
i) Muntahan dari peruT

DAFTARPUSTAKA
https://tafsirweb.com/1890-surat-al-maidah-ayat-6.html

M.quraishShihab tafsiran surah Al-Baqarah ayat 222,lentera hati (2002)

Fathul Qarib Syarah Matan At-Taqrib Muhammad bin Qasim al-Ghazi(1425)

https://kemenag.go.id/an-nisa 43

Anda mungkin juga menyukai