Anda di halaman 1dari 13

Thaharah

Makalah

Mata kuliah: Fiqih Mu`amalah

Dosen: Kasmidi,Lc,M,Ag.

Di susun oleh:

M.Hadi Rosadi (12020515430)

Zrima Nella Sari (12020525328)

1E

EKONOMI SYARI`AH

FAKULTAS ILMU HUKUM DAN SYARI`AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SULTAN SYARIF KASIM,RIAU


KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur hanyalah bagi Allah swt, Raab semesta alam yang telah memberikan
kemudahan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Dan tidak lupa shalawat
beserta salam penulis limpahkan kepada Rasulullah saw sebagai suri teladan bagi umatnya
kepada keluarganya, sahabatnya, ulama, dan juga pada umat yang setia padanya.

Dengan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menulis makalah tentang “Thaharah”. Serta kami ucapkan terima
kasih kepada teman-teman yang telah memberikan waktu nya kepada kami untuk membahas
makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak sekali kekurangan, dan
kesalahannya baik dalam isi atau susunan pembahasnnya. Untuk itu , penulis menerima kritikan
dan saran dari dosen dan rekan-rekan agar lebih baik lagi untuk kedepannya.

Teluk paman,04 November 2020


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Thaharah merupakan miftah (kunci atau alat pembuka) pintu untuk memasuki
ibadah sholat. Tanpa thaharah pintu tersebut tidak akan terbuka, artinya tanpa thaharah,
ibadah Sholat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah. Karena fungsinya
sebagai alat pembuka pintu shalat, maka setiap muslim yang akan melakukan shalat tidak
saja harus mengetahui thaharah melainkan juga harus terampil
melaksanakannya,sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung sah menurut ajaran ibadah
syari`ah.
Dalam kitab Mubadi Awaliyah
‫ما ال يتم الواجب االبه فهو واجب‬.

“Perkara yang membuat sempurnanya hukum wajib maka perkara itu hukumnya wajib pula”

B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian Thaharah?
2. Dalil mengenai Thaharah.
3. Tujuan Thaharah
4. Manfaat thaharah
5. Syarat wajib Thaharah
6. Alat-alat untuk ber Thaharah
7. Air untuk Thaharah
8. Pembagian Thaharah
9. Cara Thaharah

C. Tujuan
- Untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih
- Menambah wawasan penulis dan pembacanya mengenai Thaharah
- Untuk memahami cara-cara bersuci yang di kehendaki oleh syari`a`t islam dalam
menjalani ibadah sehari-hari.
‫خير الناس عن فعهم لناس‬
“ Manusia yang baik adalah manusia yang bermanfaat bagi manusia yang lain”
Semoga makalah ini memberi manfaat bagi kita semua
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Thaharah

Thaharah menurut bahasa artinya Bersuci. Menurut syara` atau istilah adalah membersihkan
diri, tempat,dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh
syariat islam.

Thararah merupakan anak kunci dan syarat sah sholat. Nabi Muhammad saw bersabda:

‫ وتخليله التسليم‬،‫ وتخريمها التكبير‬،‫ مفتاح الصالة الطهارة‬:‫قل عليه الصالة والسالم‬

Artinya: “Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan
perhiasannya adalah salam”.

Hukum thaharah adalah wajib di atas tiap-tiap mukallaf laki-laki dan perempuan. Defenisi
wajib adalah:

‫ما يسب عل فعله و يعقب عل تركه‬

Sesuatu yang apabila di kerjakan mendapat pahala dan apabila di tinggalkan mendapat dosa.

Dalam kitab “Mubadi Awaliyah” (kaidah ke 28) Thararah merupakan:

‫ما ال يتم الواجب االبه فهو واجب‬

" Perkara yang membuat sempurnanya hukum wajib maka perkara itu hukumnya wajib pula”

Karna sholat itu wajib maka jalan menuju sholat itupun menjadi wajib yaitu thararh ataupun
bersuci. Thararah menurut pembagian ada 2 yaitu:

1. Thaharah lahiriah
Adalah membersihkan diri dari , tempat tinggal dan lingkungan dari segala bentuk
kotoran, hadas dan najis. Thaharah atau membersihkan itu hingga hilang `ain nya najis
yaitu: Rasanya najis, Baunya najis, Warnanya najis.
2. Thaharah Batiniah.
Membersihkan diri dari dosa batin berupa dosa, dan perbuatan maksiat seperti dengki,
takabbur dll, Cara membersihkannya dengan mandi taubat ataupun bertaubat dengan
taubatan nasuha yaitu mohon ampun dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
B. Dalil-dalil tentang thaharah

Firman Allah swt:

‫و يسالونك عن المحيض قل هو اذى فاعتزلوا النساء في المحيض وال تقربو هن حتى يظهرن فاذا تطهرن فاتوهن من هيث‬
‫امركم هللا ان هللا يحب التوابين ويحب المتطهرين‬

Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang
bersuci.(Al-Baqarah : 122)

‫ وال صدقة من علول وكتت على البصرة‬،‫ ال تقبل الصالة بغير طهور‬:‫ يقول‬،‫اني سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬.

Artinya:. Ibnu umar berkata: “Saya pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: “Shalat yang
tanpa bersuci tidak di terima begitupula dengan sedekah dari hasil korupsi,” sedang kamuu
adalah penguasa basrah’.

Sabda Nabi saw:

)‫النظافة من االيمان(رواه مسلم‬.

“Kebersihan itu sebagian dari iman’

C.Tujuan Thaharah

Dalam kehidupan sehari-hari thararah memiliki fungsi yaitu: Guna menyucikan diri dari
kotoran berupa hadast dan najis. Dan sebagai syarat sahnya sholat dan ibadah seorang hamba.

Nabi bersabda:

“ Allah tidak menerima shalat seorang di antara kalian jika ia berhadas, sampai ia wudhu”,
karena termasuk yang disukari Allah, bahwasanya Allah swt memuji orang-orang yang bersuci:
firmannya yang artinya:” sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
mensucikan dirinya”. (Al-Baqarah; 122)

Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun jhal-hal yang mengganggu dalam aktivitas ibadah seseorang hamba.
D.Manfaat Thaharah

1. Terjauh dari penyakit

2. Syetan, jin tidak menyukai nya

3. Dekat dengan Allah dan Malaikat

4. Sebagai penghapus dosa.

E.Syarat Wajib Thaharah

Setiap Mukmin memiliki syarat wajib melakukan thaharah. Ada hal-hal yang harus di
perhatikan sebagai syarat sah-nya thaharah sebelum melaksanakan perintahnya Allah swt.
Syarat-syarat wajib tersebut adalah:

1. Islam
2. Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu sholat
5. Tidak lupa
6. Tidak di paksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci
9. Mampu

F.Alat-Alat Untuk berThaharah

‫و سائل الطهارة (االشياء التى يتطهر بها) ار بعة‬:

1.‫ الماء‬.

2.‫التراب‬.

3.‫الدابع‬.

4.‫حجر االستنجاء‬.
1. Air
2. Tanah
3. Menyamak(yaitu membersihkan kulit binatang dari bulu nya, lamad” nya dan
darahnya)
4. Batu atau sejenisnya
Syarat” beristinjak dengan batu ada 8, yaitu:
1. Dengan 3 buah batu2
2. Batunya dapat membersihkan tempat keluarnya najis
3. Najisnya belum kering
4. Najisnya belum pindah
5. Najisnya tidak terkena najis yang lain
6. Najisnya tidak melampaui shafhah dan hasyafah
7. Najisnya tidak terkena air
8. Batu yang kesat dan suci
(Salim bin Sumair Al-Hadlrami,Safiinatun Najaa,Beirut:Darul Minhaj: 2009,
hal.17)

G.Air untuk Thaharah

1. Air suci lagi mensucikan

Air-air yang boleh atau yang sah digunakan bersuci dengan nya air ada 7 macam air:

1. Air langit maksudnya air yang turun dari langit yaitu air hujan.
2. Air laut
3. Air sumur
4. Air sungai yaitu air tawar
5. Air sumber air yaitu air mata air
6. Air salju
7. Air es (dari langit)

Perbedaan air salju dengan air es adalah air salju itu turun dari langit dalam keadaan cair
lantas membeku di bumi karna cuaca yang dingin. Sedangkan air es itu adalah yang turun dari
langit dalam keadaan beku namun mencair ketika di bumi. Sebagian ulama menyatakan
bahwa keduanya sama turun dari langit dalam keadaan cair saat di tengah-tengah perjalanan
ke bumi keduanya mengeras. Yang membedakan keduanya adalah saat berada di bumi, salju
tetap dalam kondisi beku sedangkan es mencair. Keduanya dibedakan dari air hujan yang
sebenarnya sama-sama turun dari langit karna memandang sisi bekunya. Kondisi beku inilah
yang membedakan keduanya dari air hujan.

2.Air yang suci lagi mensucikan namun makruh memakainya itu air.

Dan yang kedua adalah air yang suci mensucikan namun makruh digunakan pada tubuh
tidak makruh digunakan pada pakaian, yaitu air Musyammas. Ialah air yang di panaskan dengan
mengandalkan pengaruh matahari, Air tersebut secara syara` dimakruhkan penggunaannya hanya
di daerah yang bercuaca panas dan air berada di wadah yang terbuat dari logam selain wadah
yang terbuat dari dua logam mulia/emas dan perak, sebab kejernihan elemen keduanya. Jika air
tersebut telah dingin maka hilang lah hukum makruh menggunakannya. Tetapi imam An-
Nawawi memilih pendapat yang menyatakan tidak makruh secara mutlak.

Penggunaan air Musyammas sebagai media bersuci ini makruh jika masih ada wadah
ataupun air yang lain. Jika tidak ada wadah atau air yang lain maka hukumnya tidak makruh.
Bahkan bisa menjadi wajib saat waktu sholat hampir habis dan tidak menemukan air yang lain.
(Al-Bajuri Darul Kutub Al-ilmiyah, hal.29). syarat dimakruhkannya air musyammas sebagai
berikut:

1. Berada di daerah yang bercuaca panas seperti Mekkah dsb.


2. Sengatan matahari merubah kondisi air sekira pada air muncul zat yang berasal dari karat
logam.
3. Air berada dalam wadah selain emas dan perak
4. Di gunakan saat suhu air sedang panas
5. Digunakan pada kulit badan
6. Di panaskan saaat cuaca panas
7. Masih ada air selain musyammas yang dapat di gunakan
8. Waktu sholat masih longgar sehingga masih ada waktu untuk mencari air yang lain.
9. Tidak mendapat bahaya secara nyata atau dalam dugaan nya.
Bila tidak memenuhu syarat ini maka hukum menggunakannya tidak lagi makruh.
(Nihayat Az-zain Darul Kutub Al- ilmiyah, hal.17)

Tidak makruhnya menggunakan air musyammas dalam bejana yang terbuat dari emas
dan perak bukan berarti boleh menggunakan bejana tersebut. Sebab penggunaan bejana dari
logam mulia tersebut hukumnya haramdari sisi menggunakan emas dan perak. Sedangkan tidak
makruh menggunakan air musyammas dalam bejana tersebut karena memandang sisi tidak
membahayakannya menggunakan air musyammas tersebut. Sehingga hukum menggunakan air
musyammas dalam wadah itu tidak makruh namun halal di pandang dari sisi menggunakan air
musyammas yang tidak berbahaya dan haram di sisi menggunakan emas dan perak (Al-Bajuri
Darul Kutub Al-Ilmiyah, hal.29-30)
3.Air suci tidak mensucikan

1.Air Musta`mal

Air suci dalam zatnya tidak mensucikan terhadap selainnya. Ialah air musta`mal/ yang
telah digunakan untuk mensucikan atau menghilangkan hadast(Di hukumi musta`mal dengan
syarat) air tidak berubah dan setelah terpisah (dari benda yang dibasuh) volume air tidak
bertambah dari semula dengan mengira-ngirakan bagian air yang terserap oleh benda yang di
basuh.

2.Air Mustagoyir

Air yang berubah atau mustagoyir adalah air yang berubah salah satu sifat-sifatnya
disebabkan oleh sesuatu: yaitu salah satu dari benda-benda suci yang bercampur dengan air,
dengan taraf perubahan yang dapat menghalangi sebutan nama air mutlaq padanya. Maka air
yang seperti ini adalah hukumnya suci dalam dirinya namun tidak menyucikan. Baik perubahan
itu Nampak oleh panca indra atau hanya dalam erkiraan, contohnya, air ditambahkan pemanis
tidak disebut lagi sebagai air namun sebagai minuman. Air yang telah berubah slah satu sifat nya
yaitu: rasa, warna, dan bau. Air ini disebut air mustaghoyir. MUstagoyir di bagi menjadi 3.

1. Mustagoyir bi al-mukhalith yaitu air yang berubah sifatnya sebab bercampur dengan
benda suci lainnya yang mempengaruhi nama dan statusnya. Contoh, kopi, ssusu, teh, dll.
2. Mustagoyir bi al-mujawir, yaitu air yang berubah sifat sebab pengaruh benda lain di
skitarnya, contoh, air yang berdekatan dengan bensin dan air itu tercium seperti bensin.
3. Mustagoyir bi ath-thuli al-muktsi yaitu air yang barubah sifatnya sebab terlalu lama diam.
Contoh, air kolam yang tidak pernah digunakan hingga berobah sifat air nya.

4.Air Najis

Dan air yang ke empat adalah air najis maksudnya air mutanajjis. Air ini terbagi 2:

Yang pertama adalah air yang volume nya sedikit yang kurang dari 2 qullah (250 L) yaitu
air yang di dalamnya terdapat najis baik airnya mengalami perubahan atau tidak. Yang kedua air
yang volume nya banyak atau 2 qullah atau lebih, kemudian terjadi perubahan yang sedikit
ataupun banyak. Ukuran air 2 qullah menurut:

1. Imam Nawawi= 174,580 lt / kubus berukuran kurang lebih 55,9 cm.


2. Imam Rofi`i= 176,245 lt / kubus berukuran kurang lebih 56,1 cm.
3. Ulama Iraq= 255,325 lt / kubus berukuran kurang lebih 64,3 cm.
4. Mayoritas Ulama= 216, 000 lt / kubus berukuran kurang lebih 60 cm.

H.Pembagian Thaharah
Thaharah terbagi menjadi 2 bagian yaitu lahir dan batin. Thaharah lahir adalah
thaharah/suci dari hadas dan najis yang dapat dihilangkan dengan air mutlak(air suci) dengan
wudhu, mandi, dan tayamum. Sedangkan thaharah batin adalah membersihkan jiwa darikotoran
dan batin dari berupa dosa dan perbuatan maksiat berupa iri, dengki, tkabbur dll, dengan cara
membersihkannya dengan taubatan nasoha yaitu memohon ampunan kepada Allah dan berjanji
tidak akan mengulanginya lagi.

I.Cara Thaharah

Ada berbagai cara dalam bersuci yaitu bersuci dengan air seperti berwudhu dan mandi
junub atau mandi wajib. Ada juga bersuci dengan menggunakan debu, tanah yaitu dengen
bertayamum. Dan bisa juga menggunakan air, tanah, batu, dan kayu(tissue atau kertas itu
termasuk kategori kayu) yaitu dengan beristinja`. Cara-cara thaharah menurut pembagian
najisnya:

1. Najis ringan (Najis Mukhaffah)


Adalah najis yang berasal dari kencing bayi laki-laki yang belum memakan apapun
kecuali air susu ibunya dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara membersihkan najis ini
cukup dengan memercikkan air ke bagian yang terkena najis.
2. Najis sedang (Najis Mutawassitah)
Adalah najis kotoran, air kencing dsb. Cara menghilaangkannya cukup dengan
membasuh atau menyiram dengan air sampai najis tersebut hilang(rasanya, bau,dan
waenanya)
3. Najis Berat (Najis Mughalazah)
Adalah suatu materi yang kenajisannya di tetapkan berdasarkan dalil yang pasti, yaitu
anjing dan babi. Cara membersihkan nya yaitu dengan menghilangkan barang najisnya
terlebih dahulu lalu mencucinya dengan air bersih sebanyak 7 kali dan salah satunya
dengan tanah atau batu.

Berdasarkan cara melakukan thaharah ,ada berapa macam bentuk, yaitu:

1. Wudu`
Wudu` menurut bahasa artinya bersih sedangkan menurut istilah syara` berarti
membasuh anggota badan tertentu dengan air yang suci mensucikan dengan tujuan
menghilangkan hadast sesuai syarat dan ketentuannya.
a. Syarat wudu`
- Beragama islam.
- Sudah mumayiz
- Tidak berhadast besar
- Memakai air suci lagi mensucikan
- Tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota wudu` seperti cat,
getah dsb.
b. Rukun wudu`
- Niat wudu` didalam hati bersamaan dengan membasuh muka.
- Membasuh seluruh muka
- Membasuh kedua tangan sampai siku
- Mengusap atau menyapu sebagian kepala
- Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
- Tertib (beraturan)
c. Yang membatalkan wudu`
- Keluar sesuatu dari kubul atau dubur baik berupa angina atau pun cairan
- Bersentuhan kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim
- Menyentuh dubur atau kubul dengan batin telapak tangan
- Hilang akal

2. Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu` dengan debu(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau ada halangan memakai air. Tayamum menurut istilah adalah
menyapukan tanah atau debu yang suci ke wajah dan kedu tangan sampai siku dengan
memenuhi syarat sebagai pengganti wudu` atau mandi wajib karena tidak ada air
ataupun ada larangan memakai air oleh sebab sakit.
a. Syarat Tayamum
- Ada sebab yang boleh menggantikan wudu` atau mandi wajib dengan tayamum
- Sudah masuk waktu sholat
- Sudah berusaha mrncari air namun tak juga di temukan
- Menggunakan debu atau tanah yang suci
b. Rukun tayamum
- Niat
- Mengusab debu ke muka
- Mengusap debu ke kedua tangan hingga siku
- Tertib
c. Yang membatalkan tayamum
- Semua yang membatalkan wudu` membatalkan tayamum
- Di temukan air sedangkan waktu shalat masih ada
- Hilangnya penghalang untuk mendapatkan air

3. Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga dengan mandi besar, mandi junub, mandi janabat. Mandi
wajib adalah menyiram air keseluruh anggota tubuh dari ujung kepala hingga ujung kaki
dengan disertai niat.
a. Rukun mandi wajib
- Niat
- Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata
- Membersihkan kotoran yang melekat atau yang mengganggu samoainya air ke
anggota badan
b. Penyebab mandi wajib
- Keluarnya air mani
- Selesai haid bagi perempuan
- Selesai melahirkan
- Selesai nifas, yakni darah yang keluar setelah melahirkan
- Meninggalnya seseorang(jenazah)

4. Istinja`
Menurut bahasa istinja` berarti lepas atau bebas, sedangkan menurut istilah adalah
membersihkan dua pintu alat kelamin manusia yaitu kubul dan dubur dari kotoran atau
cairan yang keluar dari keduanya, hukum istinja` wajib
a. Alat-alat yang digunakan untuk istinja`
- Air
- Batu
- Tissue atau Kertas
- Daun-daun yang bisa di makan
b. Tatacara istinja`
- Membasuh tempat keluarnya najis dengan air hingga bersih
- Sekurang-kurang nya dengan 3 batuatau 3 sisi batu, jika tidak ada batu dapat
menggunakan benda lain asalkan kesat atau keras.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Thaharah adalah kunci dari ibadah yang kita lakukan, tanpa thaharah yang sah maka
ibadah yang kita lakukan tidak sah, maka dari itu kita selaku umat islam yang
berpendidikan dan berpengetahuan hendaklah mengetahui tatacara, macam-macam,
syarat-syarat thaharah yang benar menurut syariat islam

B. Saran
Demikianlah makalah ini kami sajikan, semoga bisa menambah pengetahuan,
wawasan serta bermanfaat bagi kita semua. Kami menyadari akan ketidak sempurnaan
makalah in, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman’’ sekalian
sangat bermanfaat bagi makalah selanjutnya

Anda mungkin juga menyukai