Anda di halaman 1dari 12

FIQIH IBADAH

TAYAMUM

Dosen Pembimbing : Farhan Kamilulloh, S.HI., M.Ag

Disusun Oleh

Faisal Al Yassa

FAKULTAS HUKUM EKONOMI SYARIAH


STAIS ASY-SYUKRIYYAH TANGERANG
2019
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Fiqih Ibadah dengan judul “TAYAMUM”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya
bagi para pembaca terutama Ust.Farhan sebagai dosen dari mata kuliah Fiqih Ibadah. Penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Tangerang, Oktober 2019

i
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................................. i

Daftar Isi...................................................................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan....................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................. 1
Bab II Pembahasan....................................................................................................................... 2

1. Pengertian Tayamum dan Dalil Tentang Tayamum........................................................ 2


2. Sebab Diperbolehkannya Tayamum................................................................................ 4
3. Sesuatu Yang Dipakai Untuk Bertayamum..................................................................... 5
4. Syarat-Syarat Tayamum................................................................................................... 5
5. Rukun dan Sunah Tayamum............................................................................................ 6
6. Hal Yang Membatalkan Tayamum.................................................................................. 7

Bab III Penutup............................................................................................................................ 8

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 8
Daftar Pustaka.............................................................................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam setiap dimensi kehidupan manusia, hidup bersih sudah merupakan kebutuhan
hidup. Apalagi bagi umat islam yang memang ada syari’at yang mewajibkan umatnya untuk
hidup bersih. Lebih dari itu, kaum muslimin diperintahkan untuk mensucikan raganya dari hadats
besar dan kecil pada saat-saat tertentu, terutama ketika mereka hendak menghadap Rabbnya
dalam shalat. Yang dalam istilah fiqihnya disebut “Thaharah (bersuci)”.

Fiqih merupakan salah satu disiplin ilmu yang harus terus di jaga eksistensinnya, sebab
ilmu ini sangat penting untuk dipelajari oleh semua umat islam untuk bisa beribadah dan
menjalankan kewajiban kepada Allah dengan baik dan benar. Fiqih mempunyai banyak topik
pembahasan, salah satu di antaranya adalah tayamum.

Ketika kita tidak bisa bersuci dari hadats dengan berwudhu atau mandi karena
sebab/keadaan darurat, maka kita masih dapat  untuk menghilangkan hadats dengan cara
tayamum. Tayamum ini adalah bentuk kecintaan Allah kepada umat Islam dengan memberikan
keringanan (rukhsah) dalam beribadah menurut kemampuan masing-masing.

Semua rukhsah itu tidak bisa dilakukan jika kita tidak mengetahui syarat, rukun dan tata
caranya. Untuk itu saya susun makalah ini yang memuat di dalamnya tentang hal-hal yang
berkaitan dengan thaharah dalam keadaan darurat, dalam hal ini tayamum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dan Dalil Tayamum?
2. Apa sebab-sebab harus / diperbolehkan bertayamum?
3. Bertayamum dengan apa?
4. Apa Syarat-syarat Tayamum?
5. Apa rukun dan sunah dalam Tayamum?
6. Apa yang membatalkan Tayamum?

C. Tujuan Penulisan
 Untuk mengetahui makna / pengertian Tayamum itu sendiri dan untuk menjelaskan
rumusan masalah di atas secara mendalam

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Tayamum dan Dalil Tentang Tayamum


Secara etimologis (bahasa), tayamum berarti kehendak (al-qasdu), atau kehendak
melakukan hal tertentu. Sedangkan secara terminologi (Istilah) dalam fiqih adalah bersuci
simbolis sebagai ganti dari mandi dan wudhu tatkala tidak ada air baik secara hakikat
ataupun makna (hukmi).

Sedangkan dalil disyariatkannya adalah berdasarkan pada Al-Qur’an, sunnah dan


ijma.

Adapun dalil yang berasal dari Al-Qur’an adalah ayat yang pertama dalam surat
An-Nisaa’, yakni firman Allah :

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedangkan kamu
dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula

2
menghampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, kecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam keadaan musafir atau
kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu
tidak mendapati air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (Suci) ;
sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha
Pengampun.” (QS. An-Nisaa : 43)

Sedangkan ayat lainnya ada pada surat Al-Maidah yang sering kali dikenal dengan
ayat “Thaharah”. Yakni firman Allah yang berbunyi :

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat,
maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah,
dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah
dengan tanah yang baik (bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.

3
Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan
menyempurnakan Nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (QS. Al- Ma’idah : 6)

Lalu dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rasulullah saw.
bersabda: "Semua bumi atau tanah dijadikan untukku dan umatku sebagai masjid dan
suci dan mensucikan."

Sedangkan ijma’ semua madzhab dan semua aliran islam sepakat dan para fuqaha
kaum muslimin sejak zaman sahabat dan tabi’in telah sepakat tentang diwajibkannya
tayamum dengan syarat dan ketentuannya.

2. Sebab Diperbolehkannya Tayamum


Tayamum itu diperbolehkan bagi orang yang berhadas baik kecil atau
besar. Dalam Qur’an surat Al-Ma’idah : 6 di dalamnya disebutkan tayamum maka akan
jelas padanya bahwa disana ada beberapa sebab atau beberapa alasan seseorang bisa
bertayamum yaitu, sakit, dalam perjalanan dan ketidakadaan air dan menyentuh
perempuan.

Sedangkan sebab lainnya dalam tayamum yaitu :

1. Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
2. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya yang sedikit
3. Air yang mempunyai suhu atau ada kondisinya mengundang kemudharatan
misalnya tercampur racun
4. Air yang ada hanya cukup untuk minum saja
5. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat sholat
6. Adanya hambatan hingga tidak sampai ke Sumber air
7. Adanya kekhawatiran menggunakan air, misalnya ketika sakit tidak boleh terkena
air jika terkena air akan membahayakan.

4
3. Sesuatu Yang Dipakai Untuk Bertayamum
Diantara hukum bertayamum adalah, dengan apa kita bisa bertayamum? Jawaban
untuk pertanyaan ini adalah dengan “tanah yang baik (bersih)” sebagaimana yang
disebutkan dalam ayat Al-Qur’an ; “Maka bertayamumlah dengan tanah yang baik
(bersih), sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu” (QS. Al-Ma’idah : 6)

Ini diperkuat oleh sebuah hadits shahih dalam shahih Muslim dari Hudzaifah :
“Telah dijadikan bagiku bumi itu masjid dan tanahnya adalah suci”

Dalam hadits lain diriwayatkan dari sahabat ‘Imran bin Hushain R.a’ bahwasannya
Rasulullah SAW pernah melihat ada seorang laki-laki yang memisahkan diri tidak ikut
shalat berjama’ah bersama orang-orang. Maka beliau pun bertanya kepadanya, “Wahai
Fulan, apakah yang menghalangimu untuk shalat bersama orang-orang?” lelaki itu
menjawab, “Wahai Rasulullah, saya mengalami junub sedangkan air tidak ada”. Maka
Rasulullah SAW bersabda “Hendaknya engkau bersuci dengan ash-sha’id, itu saja sudah
cukup bagimu.” (HR. Bukhari No.348). yang dimaksud dengan as-sha’id itu adalah
permukaan bumi serta segala sesuatu yang berdiri di atasnya. Oleh sebab itu
diperbolehkan bertayamum dengan apapun yang masih layak disebut sebagai permukaan
bumi. Inilah pendapat Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Imam Malik serta Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah.

Tayamum bisa dilakukan dengan menggunakan debu yang suci dan semua jenis
tanah, seperti pasir (raml), batu (hajar), atau kapur (jash). Allah SWT berfirman :

“…Maka bertayamumlah kamu dengan tanah (debu) yang baik (suci).” (QS. AL-Ma’idah
[5] : 6)

Para ahli bahasa sepakat bahwa kata sha’id (debu) adalah permukaan tanah, baik itu
berupa debu atau bukan.

4. Syarat-Syarat Tayamum
Adapun syarat sah melakukan tayammum adalah sebagai berikut:

1. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran


2. Memenuhi alasan/sebab melakukan tayammum
3. Sudah berupaya/berusaha mencari air namun tidak ketemu
4.  Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh

5
5. Rukun dan Sunnah Tayamum
1. Rukun Tayamum
a) Niat
b) Mengusap Muka dengan tanah (debu).
c) Mengusap kedua tangan dengan tanah (debu).

Yang pertama dilakukan adalah mengucap basmalah dan memukulkan kedua


tangannya ke debu yang suci, kemudian usap debu itu ke wajah dan kedua tangannya.
Dalam konteks ini, hadist yang diriwayatkan oleh Amar r.a. adalah hadist yang paling
shahih. Ammar berkata : “ suatu ketika aku dalam keadaan junub, tapi tidak menemukan
air. Kemudian aku berguling-guling di atas pasir lalu mengerjakan shalat. Aku
menceritakan hal itu kepada rasulullah saw. Beliau bersabda ‘Kamu cukup melakukan
ini.’ Lalu beliau memukulkan kedua tangan beliau ke tanah, meniupnya lalu mengusap
wajah dan kedua tangan beliau dengan debu tersebut.” HR. Bukhari dan Muslim

Di dalam riwayat lain disebutkan, Rasulullah Saw bersabda :

“Kamu cukup memukulkan kedua tanganmu pada debu, lalu kamu tiup, kemudian
usapkan ke wajah dan kedua tanganmu hingga siku.” HR. Daruquthni

Hadist ini menjelaskan cara dengan satu kali pukulan (menyentuh debu) untuk
mengusap wajah dan cukup dengan mengusap kedua tangan dengan telapak tangan saja.

2. Sunnah Tayamum

a) Membaca basmalah
b) Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri
c) Menipiskan debu
d) Merenggangkan jari-jari ketika menepukannya ke tanah
e) Menyela-nyela jari setelah menyapu kedua tangan
f) Menghadap kiblat
g) Membaca doa ketika selesai tayamum

6
6. Hal Yang Membatalkan Tayamum
a) Segala yang membatalkan wudhu’ membatalkan tayammum
b) Melihat air sebelum sholat, kecuali yang bertayammum karena sakit. 
Sebagaimana sabda rasulullah saw yang di riwayatkan oleh Abu Daud:
“Sesungguhnya tanah yang suci itu alat untuk bersuci bagi orang islam.
Selagipun tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun. Apabila ia telah
mendapatkan air maka hendaklah ia menyentuhkan air itu kepada kulitnya.
Karena hal itu lebih baik.”

7
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Jadi tayammum adalah pengganti bersuci dengan air untuk mensucikan diri atau
melaksanakan ibadah. Tayamum dapat dilakukan untuk membersihkan hadas besar atau
hadas kecil ketika tidak ada air. Pada dasarnya tayamum wajib dilakukan pada saat air
tidak ada, atau kondisi ketika seseorang tidak bisa menggunakan air. Tayammum sah
dilaksanakan jika mengerjakan semua rukun dan syarat-syarat sah tayammum.

8
DAFTAR PUSTAKA

http://ummiie2tita.blogspot.com/2015/02/v-behaviorurldefaultvmlo.html

http://sahnanblogaddres.blogspot.com/2014/11/makalah-tayammum.html

Dr.Yusuf Qaradhawi dan Sayyid Sabiq, Hendra (ED,).2007.Fiqih Sunnah Panduan Hidup
Sehari-hari. Bandung : Penerbit Jabal.

Dr.Yusuf Al-Qaradhawi.2004.Fiqih Thaharah. Kairo : Maktabah Wahbah

Sayyid Sabiq.2009.Fiqhus Sunnah.Jakarta : Pena Pundi Aksara

Anda mungkin juga menyukai