Anda di halaman 1dari 33

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BERSUCI

Kelompok 1 :
Roma Prima
Fajar Idris
Ida Suryani

DIPLOMA 4
AKUNTANSI

POLITEKNIK NEGERI PADANG


2014

Kata Pengantar
Assalamualaikum Wr.Wb
Dengan mengucapkan alhamdullillah kepada Allah SWT yang telah memberikan
kami kesempatan dan karunianya sehingga kami dapat menyusun makalah kami yang
berjudul Bersuci.Shalawat beriringan salam tak lupa juga kami hadiahkan kepada arwah
junjungan alam,nabi terakhir,nabi seluruh umat, sang tauladan terbaik sepanjang zaman
yakninya Nabi Muhammad SAW, yang telah memperbaiki akhlak manusia dari jahiliyah ke
berilmu pengetahuan seperti sekarang ini. Tak lupa juga kami mengucapkan terima kasih
kepada Dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam.Dan kekompakan
kelompok 1 dalam berdiskusi dan menyusun makalah untuk mempresentasikan hasilnya
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam.
Selanjutnya setelah kami menyusun makalah ini, kami mengetahui bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna dan masih butuh dikoreksi.Kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan terutama bagi diri kami sendiri.
Jika ada kesalahan teori atau penulisan yang tidak tepat kami kelompok 1 yang
menyusun makalah minta maaf dengan sebesar-besarnya karena kami tidak bermaksud atau
berencana malakukannya kami usahakan yang terbaik dari kami dan kami tuangkan dalam
makalah yang singkat ini.
Demikianlah yang dapat kami tuliskan dalam kata pengantar ini, semoga bermanfaat

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

..

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan penulisan

..

BAB II PEMBAHASAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Pengertian bersuci......................................................................................................
Macam macam air...................................................................................................
Macam macam najis dan cara mensucikannya.......................................................
Istinjak........................................................................................................................
Wudhu........................................................................................................................
Mandi........................................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Saran

DAFTAR PUSTAKA....

BAB I
3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersuci adalah hal yang terpenting dalam Islam, terutama sebelum melakukan ibadah
wajib kepada Allah SWT. Kualitas ibadah seseorang sangat ditentukan oleh sucinya sesorang
dari hadats dan najis. Ibadah seseorang akan diterima disisi Allah SWT jika seseorang
terhindar dari hadats dan najis yang sifatnya membatalkan dan merusak dari ibadah tersebut.
Untuk itu diperlukanlah pengetahuan bagaimana mensucikan diri dari hadats dan najis
agar kualitas ibadah bernilai tinggi disisi Allah SWT dan dapat diterima oleh Allah SWT.
Bersuci juga banyak keguanaannya dalam hidup,islam mewajibkan setiap umat muslim agar
menjaga kesucian diri karena itu sebagian dari iman.
Untuk itulah kami menyusun makalah yang berjudul Bersuci untuk memenuhi
pengetahuan dalam bersuci agar nilai ibadah kepada Allah SWT tidak rusak dan dapat
diterima oleh Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu bersuci ?
2. Apa saja pembagian dari bersuci dan macam-macam air?
3. Bagaimana cara untuk bersuci ?
4. Apa itu Istinjak ?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah bersuci ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Agama Islam dan menambah pengetahuan tentang bersuci agar ibadah dapat
bernilai tinggi dimata Allah SWT dan diterima olehNya.

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Bersuci
Bersuci (Bahasa Arab: , transliterasi:thohara) merupakan bagian dari prosesi
ibadah umat Islam yang bermakna menyucikan diri yang mencakup secara lahir atau batin,
sedangkan menyucikan diri secara batin saja di istilahkan sebagai tazkiyatun nufus.
Kedudukan bersuci dalam hukum Islam termasuk ilmu dan amalan yang penting,
terutama karena di antara syarat-syarat salat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
mengerjakan salat diwajibkan suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian, dan tempatnya
dari najis. Firman Allah:

Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid . Mengatakan , " Ini adalah bahaya ,
sehingga menjauhkan diri dari istri saat menstruasi . Dan jangan mendekati mereka sampai
mereka murni . Dan ketika mereka telah menyucikan diri , kemudian datang kepada mereka
dari mana Allah telah ditahbiskan untuk Anda Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri. (Al Baqarah 2:222)
Ulama Fiqh menyatakan bahwa thaharah adalah membersihkan diri dari segala hal
baik hadas maupun najis yang menghalangi seseorang untuk melakukan sholat, dengan
menggunakan air atau tanah. Menurut Al-Hanafiah thaharah adalah bersih dari hadas dan
najis. Pengertian thaharah pun dikemukakan oleh Al-Malikiyah yakni suatu sifat yang
menurut pandangan syara membolehkan orang yang mempunyai sifat itu mengerjakan sholat
dengan pakaian yang dikenakananya di tempat yang ia gunakan untuk mengerjakan sholat,
sedangkan menurut Asy-Syafiiah adalah suatu perbuatan yang membolehkan seseorang
mengerjakan sholat seperti whudu, mandi dan menghilangkan najis serta hilangnya hadast,
najis atau semisalnya seperti tayamum dan mandi sunah.
B. Macam macam Air

Ada beberapa macam air yang bisa digunakan untuk bersuci, mayoritas ulama
menyebutkan ada 7 macam air yang boleh dan sah di gunakan untuk bersuci , yaitu :
1. Air hujan
2. Air Sungai
3. Air Mata Air
4. Air Laut
5. Air Sumur
7. Air embun
6. Air Salju
Syaikh Ibrohim Al Bajuri dalam kitabnya Hasiyah Al Bajuri menuturkan urutan
beberapa air yang memiliki nilai lebih di bandingkan dengan air-air lain karena memiliki nilai
histories :
Air terbaik adalah air yang pernah keluar dari sela-sela jari Rasulullah di saat para
sahabat kehausan.
Air zam zam
Air Telaga Al Kautsar
Air Sungai Nil
Air sungai Furat, Dajlah dan seluruh air sungai yang ada di dunia.
Dalam hubungannya dengan bersuci, air di bagi menjadi beberapa bagian, berikut
pembagian air :
1. Air suci yang mensucikan dan boleh di gunakan.
Air ini di sebut air mutlaq, yaitu air yang tidak bercampur apapun, masih murni dan
tidak ada benda atau zat lain yang merusak kemutlakannya.
2. Air suci yang mensucikan dan makruh di gunakan.

Yaitu air yang sebenarnya suci secara zatnya, juga mensucikan dan sah jika di
gunakan untuk bersuci, tetapi makruh di gunakan untuk bersuci. Air jenis ini di sebut dengan
Air Musyammas, yaitu air yang di panaskan pada sinar matahari. Air ini makruh di gunakan
karena berdasarkan ilmu kedokteran, air yang telah di panaskan dengan sinar matahari bisa
menyebabkan penyakit sopak. Akan tetapi, tidak semua air yang dipanaskan dengan sinar
matahari makruh di gunakan, sebab ada syarat-syarat tertentu yang menyebabkannya makruh
di gunakan, yaitu :
Air tersebut ketika dipanaskan berada pada tempat yang terbuat dari besi, tembaga,
timah dan sejenisnya. Jika terbuat dari kayu, plastic, tanah, kulit, emas dan perak, air tersebut
tidak makruh digunakan.
Dipanaskan pada kondisi panas yang luar biasa
Tidak mudah mendingin kembali
Masih tersedia air yang lain selain air musyammas. Jika sama sekali tidak ada air lain
selain air musyammas, maka boleh bahkan wajib menggunakan air musyammas untuk
bersuci.
Di gunakan pada badan. Jika digunakan untuk mensucikan pakaian atau tempat, maka
hukumnya boleh.
Imam Nawawi berpendapat bahwa air musyammas tidak makruh digunakan, sebab
menurut beliau, hadits yang menerangkan makruhnya air musyammas hukumnya lemah.
Akan tetapi mayoritas mengatakan kemakruhannya.
Selain air musyammas, ada lagi air yang makruh di gunakan, yaitu :
Air yang sangat panas, misalnya air yang baru saja di rebus. Air ini bisa dan boleh
digunakan lagi serta tidak makruh lagi jika telah mendingin.
Air yang sangat dingin, misalnya air yang tersimpan dalam kulkas dalam waktu lama.
Air ini juga boleh di gunakan kembali dan tidak makruh setelah derajat kedinginannya
kembali ke derajat normal.
3. Air suci tetapi tidak mensucikan.
Air ini terbagi menjadi dua :
7

Air mustamal, yaitu air yang telah digunakan untuk mensucikan najis atau hadats.
Hukumnya suci, tetapi tidak sah digunakan untuk bersuci lagi.
Air yang berubah dari wujud aslinya, yaitu air yang berubah karena bercampur
dengan benda suci lainnya. Contoh mudah untuk air jenis ini adalah air kopi, air teh, air susu
dan lain-lain. Air ini sesungguhnya suci, buktinya tidak ada yang tidak mau jika di suguhi
kopi, pasti mau meminumnya. Artinya air ini sebenarnya suci, tetapi tidak bisa mensucikan
benda lain.
4. Air Najis, yaitu air yang bernajis meskipun sedikit. Bagian ini di bagi dua :
Air yang sedikit. Air dikatakan sedikit jika ukurannya kurang dari dua kullah, jika air
kurang dari dua kullah kemasukan najis, maka hukumnya menjadi najis walaupun tidak ada
perubahan apapun karena kemasukan najis itu tadi. Air ini mutlak tidak boleh digunakan
untuk bersuci.
Air yang banyak. Air yang banyak adalah air yang mencukupi bahkan lebih dari dua
kullah. Jika air ini kemasukan najis, maka hukumnya suci jika tidak terjadi perubahan pada
warna, rasanya dan baunya. Tetapi jika ada perubahan walaupun sedikit pada salah satu
sifatnya, maka hukumnya menjadi najis. Air ini tetap boleh digunakan bersuci dengan catatan
tidak ada perubahan apapun jika kemasukan najis. Misalnya si A mengencingi air sungai, jika
air kencing tersebut tidak menyebabkan bau, rasa dan baunya air sungai berubah, maka
hukumnya tetap suci.
Catatan :
1. Ukuran air dua kullah adalah :
174,580 liter atau berada pada tempat yang ukuran panjang, lebar dan dalamnya
adalah 55,9 cm ( Menurut Imam Nawawi ).
176,245 liter atau berada pada tempat yang ukuran panjang, lebar dan dalamnya
adalah 56,19 cm ( Menurut Imam Rofii i ).
270 liter menurut kitab Fiqh Islamiyah.

Air yang sedikit tidak menjadi najis jika kemasukan bangkai hewan yang tidak
memiliki darah, seperti lalat, semut, lebah dan lain-lain.

C. Macam macam Najis dan Cara Mensucikannya


Najis dalam pandangan syariat Islam yaitu benda yang kotor yang mencegah sahnya
suatu ibadah yang menuntut seseorang dalam keadaan suci seperti sholat dan thowaf. Dalam
Al-Quran perkataan najis disebut juga dengan rijsun seperti tercantum dalam surat AlMaidah ayat 90:

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,


(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk
perbuatan

setan.

Maka

jauhilah

perbuatan-perbuatan

itu

agar

kamu

mendapat

keberuntungan.
Benda yang kelihatan kotor belum tentu najis, begitu juga sebaliknya. Misalnya,
pakaian yang terkena tanah atau debu akan menjadi kotor tetapi tidak najis sehingga sah jika
digunakan dalam sholat, tetapi sebaiknya harus dibersihkan terlebih dahulu. Dalam keadaan
lain pakaian yang terkena kencing walaupun tidak berbekas lagi hukumnya adalah terkena
najis dan tidak sah bila digunakan untuk sholat.
Najis itu dapat dibagi menjadi Tiga Bagian :
1. Najis Mughollazoh
Yaitu Najis yang berat. Yakni Najis yang timbul dari Najis Anjing dan Babi.
Babi adalah binatang najis berdasarkan al-Qur`an dan Ijma para sahabat Nabi
(Ijmaush Shahabat) (Prof Ali Raghib, Ahkamush Shalat, hal. 33). Dalil najisnya babi adalah
firman Allah SWT :

Katakanlah: Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku,


sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu
bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor
(rijsun, (QS Al-Anaam [6] : 145) .
Adapun tentang najisnya Anjing, dapat dilihat dari salah satu hadist, Rasulullah SAW
Bersabda : Jika seekor anjing menjilat bejana salah satu dari pada kamu sekalian, maka
hendaknya kamu menuangkan bejana itu (Mengosongkan isinya) kemudian membasuhnya
7X ( Diriwayatkan oleh Imam Muslim Al Fiqhu Alal Madzhahibilj Juz I Hal.16) .
Jika binatang itu termasuk jenis yang najis (babi dan juga anjing), maka semua bagian
tubuhnya adalah najis, tidak peduli apakah dalam keadaan hidup atau mati. (Abdurrahman
Al-Baghdadi, Babi Halal Babi Haram, hal. 47). Imam al-Kasani dalam kitabnya Badai'ush
Shanai` fii Tartib asy-Syarai (I/74) mengatakan bahwa babi adalah najis pada zatnya dan
babi tidak dapat menjadi suci jika disamak.
Cara mensucikannya ialah harus terlebih dahulu dihilangkan wujud benda Najis
tersebut. Kemudian baru dicuci bersih dengan air sampai 7 kali dan permulaan atau
penghabisannya diantara pencucian itu wajib dicuci dengan air yang bercampur dengan
Tanah (disamak). Cara ini berdasarkan Sabda Rasul :
Sucinya tempat (perkakas) mu apabila telah dijilat oleh Anjing, adalah dengan
mencucikan tujuh kali. Permulaan atau penghabisan diantara pencucian itu (harus) dicuci
dengan air yang bercampur dengan Tanah. (H.R. At-Tumudzy)
2. Najis Mukhofafah.

10

Ialah najis yang ringan, seperti air kencing Anak Laki-laki yang usianya kurang dari
dua tahun dan belum makan apa-apa, selain air Susu Ibunya.
Cara membersihkannya, cukup dengan memercikkan air bersih pada benda yang
terkena Najis tersebut sampai bersih betul. Kita perhatikan Hadits dibawah ini :
Barangsiapa yang terkena Air kencing Anak Wanita, harus dicuci. Dan jika terkena
Air kencing Anak Laki-laki. Cukuplah dengan memercikkan Air pada nya. (H.R. Abu Daud
dan An-Nasaiy)
Tapi tidak untuk kencing anak perempuan, karena status kenajisannya sama dengan
Najis Mutawassithah
3. Najis Mutawassithah ( )
Ialah Najis yang sedang, yaitu kotoran Manusia atau Hewan, seperti Air kencing,
Nanah, Darah, Bangkai, minuman keras ; arak, anggur, tuak dan sebagainya (selain dari
bangkai Ikan, Belalang, dan Mayat Manusia). Dan selain dari Najis yang lain selain yang
tersebut dalam Najis ringan dan berat.
Najis Mutawassithah itu terbagi Dua :
1. Najis Ainiah, yaitu Najis yang bendanya berwujud.
Cara mensucikannya. Pertama menghilangkan zat nya terlebih dahulu. Sehingga
hilang rasanya. Hilang baunya. Dan Hilang warnanya. Kemudian baru menyiramnya dengan
Air sampai bersih betul.
2. Najis Hukmiah, yaitu Najis yang bendanya tidak berwujud : seperti bekas kencing.
Bekas Arak yang sudah kering.
Cara mensucikannya ialah. Cukup dengan mengalir kan Air pada bekas Najis tersebut.
Najis Yang dapat di Maafkan. Antara lain :
1. Bangkai Hewan yang darahnya tidak mengalir. Seperti nyamuk, kutu busuk. Dan
sebangsanya.
2. Najis yang sedikit sekali.
3. Nanah. Darah dari Kudis atau Bisul kita sendiri.
11

4. Debu yang terbang membawa serta Najis dan lain-lain yang sukar dihindarkan.
D. Istinjak
Istinja artinya menghilangkan najis atau menipiskannya dari lubang kencing atau
tahu. Berasal dari kata an-Naja, artinya terlepas dari penyakit; arai dari an-Najwah yang
artinya: tanah tinggi; atau dari an-Najwu, artinya: suatu yang keluar dari dubur. Bersuci
semacam ini dalam syara disebut istinja, karena orang yang beristinja berusaha melepaskan
diri dari penyakit dan berupaya menghilangkannya dari dirinya, dan pada umumnya
berlindung di balik gundukan tanah yang cukup tinggi dan semisalnya, supaya dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang.
Istinja hukumnya wajib, hal mana ditunjukkan oleh sabda Rasulullah SAW,
sebagaimana yang akan kita bahas nanti.
Istinja; boleh dilakukan dengan air mutlak. Cara inilah yang pokok dalam bersuci dari
najis, di samping boleh juga dengan menggunakan benda padat apa saja, asal kasat hingga
dapat menghilangkan najis, seperti batu, daun dsb.
Tapi yang lebih utama, hendaklah pertama-tama berisitinja; dengan batu dan
semisalnya, kemudian barulah menggunakan air. Karena, batu itu dapat menghilangkan ujud
najis, sedang air yang digunakan sesudah itu dapat menghilangkan bekasnya tanpa
kecampuran najis. Namun demikian, kalau hendak menggunakan salah satu di antara
keduanya, tentu airlah yang lebih afdhal, karena ia menghilangkan ujud najis dan bekasnya
sekaligus, lain halnya selain air. Adapun kalau hanya menggunakan batu dan semisalnya,
maka dipersyaratkan benda yang digunakan itu cukup kering; hendaklah digunakan selagi
yang keluar dari qubul atau dubur itu belum kering; kotoran yang keluar itu jangan sampai
melampaui sampai kepada permukaan pantat, atau permukaan kepada zakar, atau daerah
sekitar liang kencing pada wanita; kotoran itu jangan sampai berpindah dari tempat yang
dikenainya sewaktu keluar. Demikian pula dipersyaratkan, benda yang dijadikan alat
pengusap itu tidak kurang dari tiga batu, atau tiga benda lain penggantinya. Kalau dengan tiga
benda itu belum juga bersih tempat keluarnya kotoran tersebut, maka boileh ditambah, dan
disunatkan jumlahnya ganjil: lima, tujuh dan seterusnya, umpamanya.
Al-Bukhari (149) dan Muslim (271) telah meriwatkan dari Anas bin Malik RA, dia
bersabda:

12

Pernah Rasulullah SAW masuk kakus. Maka, saya bersama seorang anak sebaya saya
membawakan sebuah bejana berisi air dan sebatang tombak pendek. Lalu beliau beristinja
dengan air itu.
Al-khala: tempat kosong, maksudnya kakus.
Idawah: bejana kecil dari kulit.
Anzah: tombak pendek yang ditancapkan di depan tempat sujud, sebagai pembatas.
Yastanji: membersihkan diri dari bekas najis.
Al-Bukhari (155) dan lainnya, juga meriwayatkan dari Ibnu Masud RA, dia berkata:


Nabi SAW mendatangi tempat membuang hajat, lalu beliau menyuruh saya
membawakan untuk beliau tiga butir batu. Al-Ghaith: tanah cekung tempat membuang hajat;
dan digunakan pula untuk menyebut sesuatu yang keluar dari dubur.
Abu Daud (40) dan lainnya meriwayatkan dari Aisyah RA, bahwa Rasulullah SAW
bersabda:
.
Apabila seorang dari kamu sekalian pergi membuang hajat, maka hendaklah
membawa serta tiga butir batu untuk beristinja. Sesungguhnya tiga batu itu akan
mencukupinya.
Yastathibu: menyehatkan diri, maksudnya: beristinja. Disebut demikian, karena
orang yang beristinja itu menyehatkan dirinya dengan menghilankan kotoran dari temapt
keluarnya.

Sedang Abu Daud (44), at-Tirmidzi (3099) dan Ibnu majah (357) meriwayatkan dari
Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, beliau bersabda:


13

Ayat beikut ini turun mengenai orang-orang Quba: Di dalamnya (masjid Quba) ada
orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih
(Q.S. at-taubah 108).
Sabda Nabi: Mereka beristinja dengan air, oleh karenanya maka turunlah ayat ini.
Muslim (2622) meriwayatkan pula dari Salman RA, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda:


Janganlah seorang dari kamu sekalian beristinja dengan kurang dari tiga butir batu.
Sedang al-Nukhari (160) dan Muslim (237) meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa
Rasulullah SAW bersabda:

Dan barangsiapa beristijmar, maka ganjilkanlah. Istijmara: beristijmar, yakni
mengusapkan al-jimar (batu bata kecil).
E.Wudhu
1. Pengertian
Menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah (syariah
islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara tertentu yang
dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat
sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu
shalatnya tidak sah.
Doa berwudhu :

"Aku niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil, fardhu karena Allah."
Doa ketika membasuh anggota tubuh saat berwudhu

Doa ketika selesai berwudhu yang artinya adalah "Aku bersaksi tiada Tuhan
melainkan Allah yang Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah aku orang yang ahli
taubat, dan jadikanlah aku orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan hamba-hambaMu yang shaleh."
2. Syarat sahnya wudhu
a. Niat, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alahi wasallam :
14

(( ))
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. [Muttafaq alaih].
Tidak disyariatkan melafadzkan niat karena tidak adanya dalil yang tetap (shahih)
dari Nabi Muhammad shallallahu alahi wasallam yang menunjukkan hal tersebut.
b. at-Tasmiyah (menyebut nama Allah), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
alahi wasallam :

(( ))
Tidak ada (tidak sah) shalat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada (tidak
sah) wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah. [Hadits hasan riwayat Abu Dawud
dan Ibnu Majah].
c. al-Muwaalaah (berturut-turut/bersambung), berdasarkan hadits Khalid bin Madan,
bahwa Nabi shallallahu alahi wasallam melihat seseorang yang shalat, sedangkan di
punggung kakinya ada bagian sebesar uang dirham yang tidak terbasuh air, maka Rasulullah
shallallahu alahi wasallam memerintahkannya untuk mengulang wudhu dan shalatnya.
3. Langkah Berwudhu
Adapun langkah langkah berwudhu adalah sebagai berikut :
a. Apabila seorang muslim mau berwudhu maka hendaknya ia berniat di dalam
hatinya kemudian membaca "Bismillahirrahmanirrahim" sebab Rasulullah SAW
bersabda "Tidak sah wudhu orang yang tidak menyebut nama Allah" . Dan apabila
ia lupa maka tidaklah mengapa. Jika hanya mengucapkan "Bismillah" saja maka
dianggap cukup.
b. Kemudian disunnahkan mencuci kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali
sebelum memulai wudhu.
c. Kemudian berkumur-kumur.
d. Lalu menghirup air dengan hidung lalu mengeluarkannya.
e. Disunnahkan ketika menghirup air di lakukan dengan kuat kecuali jika dalam
keadaan berpuasa maka ia tidak mengeraskannya karena dikhawatirkan air masuk
ke dalam tenggorokan. Rasulullah bersabda "Keraskanlah di dalam menghirup air
dengan hidung kecuali jika kamu sedang berpuasa."
f. Lalu mencuci muka. Batas muka adalah dari batas tumbuhnya rambut kepala
bagian atas sampai dagu dan mulai dari batas telinga kanan hingga telinga kiri.
15

Dan jika rambut yang ada pada muka tipis maka wajib dicuci hingga pada kulit
dasarnya. Tetapi jika tebal maka wajib mencuci bagian atasnya saja namun
disunnahkan mencelah-celahi rambut yang tebal tersebut. Karena Rasulullah
selalu mencelah-celahi jenggotnya di saat berwudhu.
g. Kemudian mencuci kedua tangan sampai siku karena Allah berfirman "dan kedua
tanganmu hingga siku."
h. Kemudian mengusap kepala beserta kedua telinga satu kali dimulai dari bagian
depan kepala lalu diusapkan ke belakang kepala lalu mengembalikannya ke depan
kepala. Setelah itu langsung mengusap kedua telinga dengan air yang tersisa pada
tangannya.
i. Lalu mencuci kedua kaki sampai kedua mata kaki karena Allah berfirman "dan
kedua kakimu hingga dua mata kaki." . Yang dimaksud mata kaki adalah benjolan
yang ada di sebelah bawah betis. Kedua mata kaki tersebut wajib dicuci
berbarengan dengan kaki. Orang yang tangan atau kakinya terpotong maka ia
mencuci bagian yang tersisa yang wajib dicuci. Dan apabila tangan atau kakinya
itu terpotong semua maka cukup mencuci bagian ujungnya saja.
j. Ketika berwudhu wajib mencuci anggota-anggota wudhunya secara berurutan
tidak menunda pencucian salah satunya hingga yang sebelumnya kering. Hal ini
berdasar hadits yang diriwayatkan Ibn Umar Zaid bin Sabit dan Abu Hurairah
bahwa Nabi senantiasa berwudu secara berurutan kemudian beliau bersabda
"Inilah cara berwudu di mana Allah tidak akan menerima shalat seseorang kecuali
dengan wudu seperti ini."
k. Boleh mengelap anggota-anggota wudhu seusai berwudhu.
4. Adapun sunnah Wudhu adalah sebagai berikut :
a. Disunnatkan bagi tiap muslim menggosok gigi sebelum memulai wudhunya
karena Rasulullah bersabda Sekiranya aku tidak memberatkan umatku niscaya
aku perintah mere-ka bersiwak tiap kali akan berwudhu. (Riwayat Ahmad dan
dishahihkan oleh Al-Albani dalam Al-Irwa).
b. Disunnatkan pula mencuci kedua telapak tangan tiga kali sebelum berwudhu
sebagaimana disebutkan di atas kecuali jika setelah bangun tidur maka hukumnya
wajib mencucinya tiga kali sebelum berwudhu. Sebab boleh jadi kedua tangannya
telah menyentuh kotoran di waktu tidurnya sedangkan ia tidak merasakannya.
Rasulullah bersabda Apabila seorang di antara kamu bangun tidur maka
hendaknya tidak mencelupkan kedua tangannya di dalam bejana air sebelum

16

mencucinya terlebih dahulu tiga kali karena sesungguhnya ia tidak mengetahui di


mana tangannya berada .
c. Disunnatkan keras di dalam menghirup air dengan hidung sebagaimana dijelaskan
di atas.
d. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jenggot jika tebal ketika
membasuh muka.
e. Disunnatkan bagi orang muslim mencelah-celahi jari-jari tangan dan kaki di saat
mencucinya karena Rasulullah bersabda Celah-celahilah jari-jemari kamu..
f. Mencuci anggota wudhu yang kanan terlebih dahulu sebelum mencuci anggota
wudhu yang kiri. Mencuci tangan kanan terlebih dahulu kemudian tangan kiri dan
begitu pula mencuci kaki kanan sebelum mencuci kaki kiri.
g. Mencuci anggota-anggota wudhu dua atau tiga kali namun kepala cukup diusap
satu kali usapan saja.
h. Tidak berlebih-lebihan dalam pemakaian air karena Rasulullah berwudhu dengan
mencuci tiga kali lalu bersabda Barangsiapa mencuci lbh maka ia telah berbuat
kesalahan dan kezhaliman.
Wudhu akan batal apa bila kita melakukan atau berhubungan dengan hal-hal yang
membatalkan wudhu, berikut perihal yang membatalkan wudhu :
a. Keluarnya air kencing dan sesuatu yang dihukumi air kencing seperti cairan (yang
belum jelas) setelah kencing dan sebelum Keluarnya tinja, baik dari tempatnya
yang tabi'i atau yang lain, banyak ataupun sedikit.
b. Keluarnya angin dari dubur, baik bersuara maupun tidak.
c. Tidur yang mengalahkan indera pendengar dan indera penglihat (hilang
kesadaran).
d. Segala sesuatu yang menghilangkan kesadaran seperti gila, pingsan, mabuk, dan
lain-lainnya.
e. Istihadhah kecil dan sedang (bagi wanita).
Wudhu adalah amalan ringan, tapi pengaruhnya ajaib dan luar biasa. Selain
menghapuskan dosa kecil, wudhu juga mengangkat derajat dan kedudukan seseorang dalam
surga. Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda, Maukah kalian aku tunjukkan
tentang sesuatu (amalan) yang dengannya Allah menghapuskan dosa-dosa, dan mengangkat
derajat-derajat? Mereka berkata, Mau, wahai Rasulullah!! Beliau bersabda, (Amalan itu)
adalah menyempurnakan wudhu di waktu yang tak menyenangkan, banyaknya langkah
menuju masjid, dan menunggu sholat setelah menunaikan sholat. Itulah pos penjagaan. [HR.
Muslim (586)]

17

Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- telah mengabarkan kepada kita bahwa beliau akan
mengenali ummatnya di Padang Mahsyar dengan adanya cahaya pada anggota tubuh mereka,
karena pengaruh wudhu mereka ketika di dunia.

Perhiasan (cahaya) seorang mukmin akan mencapai tempat yang dicapai oleh
wudhunya. [Muslim dalam Ath-Thoharoh, bab: Tablugh Al-Hilyah haits Yablugh AlWudhu' (585)]
F . Mandi
1. Pengertian Mandi
Mandi yang dalam reteratur Bahasa Arab Al-ghoslu/ mempunyai dua arti, yaitu
arti menurut bahasa dan istilah. Mandi / menurut bahasa adalah mencucurkan air pada
secara mutlak. Sedangkan ghoslu menurut istilah adalah :
( 1/68 : )
Mencucurkan/mengalirkan air atas seluruh badan dengan disertai niat [ Mughni
Muhtaj : I/ 68]
2. Dasar Hukum Mandi
Dasar hukum disyariatkannya mandi adalah firman Allah :
43 :
Dan jika kalian dalam keadaan sedang junub, maka bersucilah ( mandilah )[ QS : An-Nisa :
43]
Ayat ini mengandung perintah untuk mensucikan ( bermandi ) seluruh badan, kecuali
sesuatu anggota badan yang sulit untuk dibersihkannya seperti biji mata, karena dengan
membersihkannya justru akan menimbulkan madhorot. [Fiqhul Islam waadillatuhu I/359]
3. Hikmah Mandi
Perlu kita maklumi bersama bahwa setiap ada perintah baik wajib maupun sunah
sudah pasti ada hikmah yang terkandung di dalamnya. Begitupun dengan mandi ada
hikmahnya. Diantara hikmahnya itu adalah :
18

* Halalnya sesuatu yang tadinya haram dengan sebab hadast;


* Mendapatkan pahala, karena melaksanakan perintah Allah;
* Mendekatkan diri ( taqorrub ) pada Allah
4. Sebab sebab mandi
Sebab-sebab mandi ini artinya sesuatu hal yang mewajibkan mandi yang sering
dikenal dikalangan ulama fiqh dengan sebutan hadast akbar. Artinya hadast yang banyak halhal yang diharamkan karenanya yang akan disebutkan nanti atau dikarenakan cara
menghilangkannya harus membasuh seluruh badan. Sebagaimana mereka menyebut hal-hal
yang mewajibkan wudhu disebut dengan hadast kecil, dikarenakan cara menghilangkannya
hanya membasuh dan mengusap pada bagian anggota badan tertentu atau dikarenakan hal-hal
diharamkannya tidak sebanyak atau seberat hadst besar.
Jika ada hal-hal berikut ini seseorang harus dimandikan (orang yang meninggal dunia
selain yang syahid) atau mandi.
Berikut adalah hal-hal yang mewajibkan mandi yang berjumlah lima hal :
a. Kematian.
Kematian adalah tidak adanya kehidupan pada seseorang yang disebabkan karena
terlepasnya ruh dari jasad. Apabila hal ini sudah berada pada seorang muslim yang bukan
karena mati syahid ,maka wajib dimandikan. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah
hadist: yang mana Nabi Muhammad SAW berkata, ketika ada seseorang yang terjatuh dari
kendaraannya (kuda) kemudian dia terjatuh Dari Ibnu Abaas RA telah berkata :
Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah bersabda : Basuhlah ( mandikanlah ) dia dengan
air dan bubuk kayu bidara. Dan kafanilah dia dalam balutan dua baju .HR Bukhori muslim.
Dari hadist di atas jelaslah ada perintah memandikan yang menunjukan adanya
kewajiban untuk memandikan orang yang sudah meninggal dunia.
b. Keluar mani ( Sperma )
Keluar sperma merupakan salah satu yang mewajibkan mandi, jika sperma itu
memang sperma yang keluar dari dirinya sendiri pada yang pertama kali, baik dari tempat
biasanya seperti kemaluan laki-laki atau wanita ataupun bukan dari tempat biasanya seperti
19

tulang rusuk atau kaki yang retak atau patah, walupun sperma itu keluarnya setelah selesai
mandi, tetap saja wajib mandi lagi. Hal ini berdasarkan sebuah hadist Dari Ummi Salamah
RA telah berkata: Telah datang Ummi Sulaim kepada Rosulallah SAW , kemudian dia berkata
Sesungguhnya Allah tidak akan mengangap malu dari kebenaran. Apakah atas wanita ada
kewajiban mandi jinabat apabila dia bermimpi ? Beliau menjawab : ia wajib mandi jinabat
jika melihat air ( sperma/ mani ) , HR Bukhori Muslim
c. Bersetubuh
Yang dimaksud bersetubuh adalah masuknya kemaluan laki-laki pada yang berlubang
( kemaluan atau anus/dubur ) seorang wanita.
Dari definisi di atas para ulama menafsirkan arti persetubuhan itu secara luas dengan
tafsiran sebagai berikut :
* Baik disengaja ataupun tidak;
* Berereksi atau tidak;
* Disukai atau tidak;
* Memakai pelapis seperti kondom atau tidak;
* Mengeluarkan sperma/ejakulasi atau tidak;
* Orang yang disetubuhinya hidup atau mati;
* Yang disetubuhinya manusia ataupun binatang.
Hal ini didasarkan pada firman Allah :
43 :
.Dan jika kalian terbukti dalam keadaan junub, maka bersucilah (mandilah ). QS
Al=Maidah ;6)
Dan sebuah hadist sebagai berikut :
)) : :
291 (( :

20

Dari Aisyah RA berkata : Telah bersabda Rosulallah SAW : Apabila seseorang telah duduk
diantara cabang-cabang yang empat (dari badan wanita ) dan telah bersentuhan khitan dengan
khitan yang lainnya, maka sunguh telah mewajibkan padanya akan mandi dalam satu
riwayat Imam Muslim- walaupun tidak sempat mengeluarkan sperma. HR Bukhori 291
d. Haid dan Nifas
Apabila seorang wanita telah benar-benar suci dari darah haid dengan cara meletakan
kapas atau menempelkan pembalut lebih dalam pada kemaluannya, sedangkan kapas dan atau
pembalut itu tetap putih, maka wajib baginya untuk bersuci dengan mandi jinabat. Hal ini
didasarkan atas fiman Allah :



(222: )
Dan mereka bertanya padamu tentang darah haid. Katakanlah ia adalah ganguan, maka
asingkanlah wanita diwaktu haid dan janganlah mendekatinya hingga mereka bersuci/
mandi .Maka apabila telah bersuci ( mandi ) datangilah/ setubuhilah mereka QS Al-Baqoroh
: 222
Menurut Imam Nawawie dalam kitab Al-Majmu III/111 bahwa ayat ini menunjukan
keharusan seorang istri menyerahkan diri untuk digauli. Hal ini tidak dibolehkan kecuali
dengan mandi terlebih dulu. Disamping ayat di atas, ada lagi sebuah hadist :
)) :
:
((



Dari Aisyah RA telah berkata : Rosulallah SAW telah bersabda kepada Fatimah binti
Abi Hubaisy , Apabila datang haid maka tinggalkanlah sholat. Dan apabila darah haid itu
telah berlalu ( suci ), maka mandilah dan sholatlah , HR Bukhori Muslim
Disamping firman Allah dan Hadist di atas, juga ijma ulama mewajibkan mandi
dengan sebab terputusnya darah haid/ sucinya darah . Di antara ulama itu Ibnu Munjir, Ibnu
Jarir at Thobari.
Adapun Darah nifas, maka apabila sudah terputus/ suci, maka wajib pula wanita
bersuci/ mandi, karena darah nifas adalah kumpulan darah haid yang tidak keluar selama

21

wanita hamil dan juga diharamkan bagi wanita yang nifas, sholat, berpuasa dan bersetubuh.
Oleh karena itu diwajibkan mandi jika akan melakukan yang di atas.[ Al-Majmu 3/110]
e. Melahirkan
Apabila seorang wanita melahirkan, maka wajib mandi besar. Hal ini dilakukan jika
tidak langsung diiringi dengan keluarnya darah nifas, namun dikarenakan biasanya wanita
melahirkan senantiasa diiringi dengan darah nifas, maka tidak diwajibkan baginya mandi
besar. Karena kewajiban mandi itu manakala akan melakukan hal-hal yang diwajibkan yang
terhalang kewajibannya dengan sebab adanya hadast besar. Oleh karena itu seorang wanita
yang baru melahirkan tidak perlu tergesa-gesa untuk mandi besar kalau sekiranya setelah
melahirkan langsung diiringi nifas. Nanti saja mandinya setelah nifasnya suci dan cukup satu
kali mandi.Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh;

Jika dua perkara ( misalnya melahirkan dan nifas ) dari satu jenis ( sama-sama hadast
besar ) telah berkumpul sedangngkan maksud keduanya tidak berbeda ( mandi besar ) , maka
masuklah salah satunya pada yang lain
Dalam hal wanita yang melahirkan wajib mandi ini tidak hanya dikarenakan keluar
cabang bayi secara utuh, tetapi jika keluar darah kental ( alaqoh ) ataupun daging keras
( mudghoh ), maka tetap wajib mandi dengan cacatan di atas.
5. Masalah kafir masuk islam
Jika orang kafir masuk Islam, maka perinciannya sebagai berikut ini:
1. Jika semasa kufur tidak pernah melakukan hal-hal yang mewajibkan mandi besar
seperti ; keluar sperma, bersetubuh, haid, nifas dan melahirkan, maka ketika
masuk Islam tidak wajib mandi besar, tetapi walaupun demikian disunahkan
mandi padanya. Kenapa tidak diwajibkan ?, karena banyak sekali para sahabat
masuk Islam namun mereka tidak diwajibkan mandi Hal ini sebagaimana telah
disebutkan dalam hadist bahwa Qois bin Asim telah masuk Islam kemudian
Rosulallah SAW memerintahkan mandi padanya tidak secara keharusan HR Abu
Daud no 151 dalam bab Thoharoh.

22

2. Jika semasa kufur pernah melakukan hal-hal yang mewajibkan mandi, kemudian
tidak mandi, maka jika masuk Islam wajib baginya mandi jinabat, walaupun
semasa kufur pernah mandi, karena mandi besar merupakan ibadah mahdhoh.
Sedangkan ibadah mahdhoh tidak sah dilakukan dalam keadaan kufur seperti
halnya sholat, puasa dll. [ Al-Majmu 3/117]
6. Hal-hal yang diharamkan dalam hadats besar.
Apabila seseorang dalam keadaan junub , maka diharamkan baginya hal-hal yang
diharamkan bagi ;
a. Sholat,
Sholat baik wajib maupun sunah diharamkan bagi orang yang berhadast besar
begitupun sujud syukur dan tilawah. Dalilnya sama seperti dalil untuk haramnya
orang yang berhadast kecil;
b. Thowaf; baik thowaf wajib maupun sunnah;
c. Memegang dan atau membawa Al-Quran
Untuk nomor 2 dan 3 dalilnya sama dengan dalil hal-hal yang diharamkan bagi orang
yang berhadst kecil di atas. Jadi untuk lebih jelasnya lagi coba lihat lagi !
d. Membaca Al-Quran
Adapun dasar hukum diharamkannya membaca Al-Quran adalah hadist yang
diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Abi Daud dari Ibnu Umar bin Khotob :
)) : :



((
Dari Ibnu Umar RA telah berkata: Telah bersabda Rosulallah SAW , Tidaklah
orang junub dan wanit yang sedang haid sedikitpun membaca Al-Quran , HR
Turmuzi dan Abu Daud
Dan hadist berikut ini :
((
))
( )
23

Dari Ali bin Abi Tholib RA ; Adalah Rosulallah SAW membacakan Al-Quran pada
kami atas segala keadaan selagi dia tidak dalamkeadaan junub :, HR Turmuzi
[ Subulus Salam I/88]
Dari kadua hadist di atas jelaslah bahwa orang yang junub diharamkan membaca AlQuran baik satu huruf, satu ayat sekalipun dengan maksud membaca Al-Quran.
Adapun jika membaca ayat-ayat dalam Al-Quran tadi bermaksud hanya untuk
berzikir, berdoa, memuji, membuka sesuatu, mengajarkan, mohon perlindungan, maka
semuanya itu tidak diharamkan . Hal ini berdasarkan hadist: Dari Aisyah Ra telah berkata :
Adalah Nabi Muhammad SAW berzikir dalam berbagai keadaan , HR Muslim
(( :
)) :
Dari Aisyah Ra telah berkata : Adalah Nabi Muhammad SAW berzikir dalam
berbagai keadaan , HR Muslim
Kesimpulannya menurut Imam Nawawie Mazhab kita mengharamkan membaca Alquran atas orang yang sedang junub dan wanita yang sedang haid baik sedikit maupun
banyak sebagian atau seluruh ayat. Dengan ini telah berpendapat Mayoritas para ulama.
Begitupun Imam Khitobi dan lainnya telah menghikayatkan dari mayoritas tabiin. Dan telah
menghikayatkan pula sahabat-sahabat kami dari Umar bin Khotob, Ali, Jabir, Hasan, AzZuhri, Nukhoi, Qotadah, Ahmad dan Ishaq [ Al-Majmu 3/128, Darul kutub ilmiyah, Bairut,
Libanon]
e. Berdiam Diri Di Mesjid
Setiap orang yang dalam keadaan memiliki hadsat besar diharamkan untuk diam di
mesjid baik dalam keadaan duduk atau berdiri atau bulak balik atau dalam keadaan
apapun.namun diperbolehkan baginya melewati saja baik punya keperluan atauupun tidak
ada.
Adapaun dalil yang dikemukan oleh para ulama adalah firman Allah :
( 43 : )
Janganlah mendekati tempat sholat ( mesjid ) sedangkan kalian dalam keadaan mabuk,
hingga kalian mengetahui apa yang kalian katakan dan tidak pula dalam keadaan junub
kecuali melewati jalan saja [ QS ; An Nisa : 43]
24

Dan juga hadist berikut :


:
.... )) :
((
Dari Aisyah RA telah berkata : Rosulallah SAW telah bersabda : .Maka
sesungguhnya aku tidak menghalalkan mesjid bagi wanit yang haid dan orang yang junub
HR Bukhori, Abu Daud dan lainnya
Pendapat ulama tentang haramnya berdiam diri di mesjid tersebut dengan dasar
hukum firman Allah dan hadist di atas sejalan dengan pendapat para sahabat Nabi
Muhammad SAW seperti ; Abdullah bin Masud, Ibnu Abbas, Said ibnu Musayyab, Hasan
Bisri, Said bin Jubair, Amr bin Dinar dan Imam Malik. [ Al-Majmu 3/131 Darl kutub
Ilmiyah Bairut, Libanon]
7. Rukun mandi jinabat
Rukun mandi adalah hal-hal yang wajib dilakukan tatkala mandi jinabat. Rukun
mandi menurut kesepakatan ulama fiqih ada tiga:
a. Niat
Niat untuk mandi jinabat adalah bisa juga dengan niat saya
mengangkat hadst besar atau dengan niat saya menghilangkan jinabat
.Niat ini wajib disertakan tatkala memulai membasuh badan, baik sebelah atas,
tengah atau bawah.Andai niat ini dilakukan sebelum membasuh badan ,maka tidak
cukup. Berarti tatkala mulai membasuh harus disertakan kembali.
b. Menghilangkan najis
Hal ini dilakukan manakala memang ada najis pada tubuh seperti air kencing, wadi,
madzi. Jika memang tidak ada najis maka tidak perlu.
c. Meratai seluruh badan dengan air
Maksudnya seluruh badan harus terbasuh dengan air baik kulitnya, rambut walaupun
tebal, kuku, lubang hidung, telinga, kemaluan wanita yang nampak tatkala jongkok,
kemaluan yang belum dikhitan.

25

Jika ada sedikit saja bagian badan yang tidak terbasuh dengan air walaupun sehelai
rambut, maka wajib dibasuh. Hal ini berdasarkan hadist :
)) :
:
((
Dari Abi Hurairoh ra berkata: sesungguhnya Rosulallah SAW telah bersabda ,
Sesungguhnya setiapdi bawah rambut adalah jinabah- yang harus dibasuh- basuhlah
rambut dan bersihkan kulitnya , HR Abu daud dan Nasai
Adapun tentang mandi haid Rosulallah SAW menyatakan dalam sabdanya :

)) : :


((



Dari Annas ra berkata : telah bersabda Rosulallah SAW , Bila perempuan mandi
setelah haid, hendaklah dia membiarkan rambutnya terurai sama sekali dan
menggosoknya dengan daun bidara dan limau dan bila mandi junub siramkanlah air
itu di atas kepalanya, lalu guyurlah, HR Daruqutni dan At Thobroni
8. Masalah rambut menggumpal atau keriting
Apabila seseorang memilki rambut yang menggumpal atau kriting yang mudah
sampainya air ke kulit kepala, tidak wajib baginya menggunting atau menggunduli
rambutnya. Namun jika rambut itu sangat ikal dan sulit sampainya air ke kulit kecuali harus
menggunduli rambut, maka wajib menggundulinya, karena sampainya air ke kulit kepala
wajib hukumnya. Hal ini berdasarkan hadaist


:

:


((
Dari Umi Salamah ra. Aku pernah bertanya , Ya! Rosulallah SAW, sesungguhnya
rambutku sangat bergumpal-gumpal apakah aku harus membuka gumpalan itu untuk mandi
junub ?, Beliau menjawab, Tidak, cukuplah kamu siramkanlah saja air di atas kepalamu
tiga kali, kemudian kamu siramkanlah air itu di atas badanmu, setelah itu sucikanlah kamu,
HR Muslim.
26

9. Hal-hal yang disunnahkan dalam mandi jinabat


Ketika mandi jinabat, tidak hanya diharuskan menunaikan yang rukun-rukun saja.
Tetapi dianjurkankan juga melakukan hal-hal yang disunahkan seperti yang akan disebutkan
di bawah ini :
1. Membaca bismillah ketika akan wudhu, kemudian;
2. Membersihkan badan dari kotoran yang menjijikan baik najis seperti madzi, air
kencing dengan kebcing terlebih dahulu agar air mani yang berada dalam kemaluan
keluar seluruhnya, karena jika tidak, bila setelah mandi keluar sperma lagi, maka
harus mengulang mandinya, ataupun suci seperti ludah, ingus, air mani dll, kemudian;
3. Mengambil wudhu sebelum mandi secara sempurna. Artinya selesaikan
pelaksanaan wudhu hingga membasuh kaki dengan niat melaksanakan sunat mandi,
jika hanya punya hadst besar saja.namun jika punya dua hadast maka wajib niat
wudhu fardhu. Sebagaimana dilakukan oleh baginda Rosulallah SAW :
)) :







((
Dari Aisyah r.a bahwasanya Rosulallah SAW bila mandi jinabat, ia memulainya
dengan membasuh kedua tangannya, kemudian ia menuangkan air dengan dengan
tangannya ke tangan kiri, kemudian membasuh kemaluannya, lalu ia berwudhu
sebagaimana orang berwudhu untuk shalat, kemudian memasukan jarinya ke dalam
air, menyisipkan jari-jarinya itu kesela-sela rambutnya, lalu menyiramkan air di atas
kepalanya tiga kalinya dengan tangannya, selanjutnya menyiramkannya air itu ke
seluruh badannya HR Bukhori Muslim, kemudian;
4. Mendahulukan membasuh badan bagian kanan daripada sebelah kiri. Sebagaimana
dalam sebuah hadist
)) :
((

27

Dari Aisyah r.a telah berkata; Bahwa Rosulallah SAW sangat menyukai
melakukakan sebelah kanan pada semua urusannya ;dalam bersuci, melangkah
danmemakai sendalnya, HR Bukhori Muslim
5. Menggosok-gosokan tangan atas anggota badan yang bisa kesampaian olehnya agar
kotoran yang menempel bisa hilang;
6. Menutup aurat ketika mandi walaupun dalam kesendirian. Halini sebagiamana
tersebut dalam hadist :
:
))
(( : :

Dari Bahzi bin Hakim r.a Aku telah berkata Wahai Rosulallah SAW Aurat kami apa
yang kami datangi (setubuhi ) dan yang kami tinggalkan ? Beliau menjawab, Jagalah
auratmu kecuali dari istrimu dan hamba sahaya wanita (amat), Aku berkata,
Bagaimana pendapatmu jika kami dalam keadaan sendirian ? Beliau menjawab,
Allah lebih berhak untuk dianggap malu dari manusia, HR Tirmizi
I. Jenis-jenis mandi yang disunnahkan
Disamping ada mandi yang diwajibkan sebagaimana di atsa, ada juga mandi yang
disunahkan. Mandi yang disunahkan itu adalah sebagai berikut :
1. Mandi jumat (mandi ketika hendak melaksanakan sholat jumat). Mandi ini
disunahkan bagi orang yang akan menghadiri sholat jumat walaupun sholat jumat
itu sendiri baginya tidak wajib; seperti bagi wanita, orang sakit atau berada di
perjalanan Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW dan perbuatan beliau,
diantaranya :

)) :
((
Dari Aisyah r.a telah berkata , bahwa Nabi Muhammad SAW melaksanakan mandi
dari sebab jinabat, hari jumat, sesudah berbekam dan dari sebab memenadikan mayit
(HR Abu Daud dan Abi hujaimah)
Dalam hadist lainpun disebutkan
28

):
:
(
Dari Ibni Umar r.a berkata : telah bersabda Rosulallah SAW, Barang siapa dari
salah seorang kalian akan menghadiri sholat jumat , maka henndaklah ia mandi dulu .
HR Jamaah
Kesunahan mandi jumat adalah bagi orang yang akan menghadirinya baik laki-laki
maupun wanita sejak terbit fajar hingga menjelang akan berangkat.
2. Mandi dua sholat id ( mandi tatkala akan menghadiri sholat idul fitri atau idul adha
). Hal ini didasarkan atas qiyas akan sholat jumat.dikarenakan akan menghadiri
tempat yang dihadiri oleh orang banyak yang sama-sama akan beribadah.
3. Mandi ihrom ( mandi tatkala akan melaksanakan ihrom haji atau umroh ) [ HR
Turmuzi dari Zaid bin Tsabit, ], begitupun disunahkan mandi tatakala akan wukuf di
Arofah [ HR Malik dari Nafi dari Ibnu Umar dan Imam syafei dari Ali r.a, ], karena
akan memasuki kota Mekah [ Mutafaq alaih ], karena akan mabit di Muzdalifah dan
ketika akan thowaf ifadhoh [ diqiyaskan pada mandi sholat jumat, karena kan
menghadiri tempat berkumpulnya orang banyak].
4. Mandi sholat dua gerhana ( mandi tatkala akan menghadiri sholat gerhana matahari
maupun bulan ). Dasar hukumnya karena diqiyaskan pada sunahnya mandi akan
menghadiri sholat jumat.
5. Mandi setelah memandikan mayit
Hal ini dilakukan setelah kita selesai memandikannya baik mayitnya muslim ataupun
kafir. Dasar hukumnya pada hadist no 1 di atas.
6. Wanita yang beristihadhoh ( berdarah di luar waktu haid dan nifas )
Wanita yang sedang istihadhoh disunahkan mandi seperti mandi jinabat tatkala akan
melaksanakan sholat lima waktu. Hal ini sebagaimana hadist berikut :

((

:

29

Sesungguhnya Umi Habibah beristihadhoh, kemudian ia bertanya pada baginda


Rosulallah saw. Kemudian beliau memerintahkannya untuk mandi, hingga dia mandi
setiap akan melaksanakan sholat. HR Bukhori Muslim
7. Sembuh dari pingsan, mabuk dan gila.
Jika sembuh dari salah satu yang tiga ini maka, sunah baginya mandi. Hal ini
sebagaimana hadist dari Siti Aisyah r.a bahwa baginda Rosulallah SAW telah mandi
seperti mandi jinabat tatkala beliau sembuh/siuman dari pinsan [HR Bukhori muslim]
8. Mandi orang kafir tatkala masuk Islam
Hal ini jika selama masa kufurnya tidak melakukan hal-hal yang mewajibkan mandi
jinabat seperti bersetubuh, keluar sperma, haid. Namun jika ini terjadi , maka hukum
mandinya bukan sunah tapi wajib.hal ini sebagaimana hadist berikut:
( )

Dari Qois bin Asim; Sesungguhnya dia masuk Islam, kemudian Nabi Muhammad
SAW memerintahkan nya mandi dengan air dan kayu bidara, HR Tirmizi dan Nasa

30

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bersuci (Bahasa Arab: , transliterasi:thohara) merupakan bagian dari prosesi
ibadah umat Islam yang bermakna menyucikan diri yang mencakup secara lahir atau batin,
sedangkan menyucikan diri secara batin saja di istilahkan sebagai tazkiyatun nufus.
Ada beberapa macam air yang bisa digunakan untuk bersuci, mayoritas ulama
menyebutkan ada 7 macam air yang boleh dan sah di gunakan untuk bersuci , yaitu :
1. Air hujan
2. Air Sungai
3. Air Mata Air
4. Air Laut
5. Air Sumur
7. Air embun
6. Air Salju
Najis dalam pandangan syariat Islam yaitu benda yang kotor yang mencegah sahnya
suatu ibadah yang menuntut seseorang dalam keadaan suci seperti sholat dan thowaf. Macam
macam najis adalah segai berikut :
1. Najis Mughollazoh
2. Najis Mukhofafah.
3. Najis Mutawassithah
Istinja artinya menghilangkan najis atau menipiskannya dari lubang kencing atau
tahu. Berasal dari kata an-Naja, artinya terlepas dari penyakit; arai dari an-Najwah yang
artinya: tanah tinggi; atau dari an-Najwu, artinya: suatu yang keluar dari dubur. Bersuci
semacam ini dalam syara disebut istinja, karena orang yang beristinja berusaha melepaskan
diri dari penyakit dan berupaya menghilangkannya dari dirinya, dan pada umumnya
31

berlindung di balik gundukan tanah yang cukup tinggi dan semisalnya, supaya dapat
menyelesaikan pekerjaannya dengan tenang.
Menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah (syariah
islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara tertentu yang
dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu merupakan salah satu syarat
sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu
shalatnya tidak sah.
Mandi yang dalam reteratur Bahasa Arab Al-ghoslu/ mempunyai dua arti, yaitu
arti menurut bahasa dan istilah. Mandi / menurut bahasa adalah mencucurkan air pada
secara mutlak

SARAN
Saran kami adalah setelah mengetahui adab dalam bersuci yang meliputi
Istinja,Wudhu dan mandi , kita seharusnya mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari
agar nilai ibadah kita tidak rusak karena adanya hadats atau najis dibadan kita.
Dalam pelaksanaan dari adab bersuci juga harus dilakukan dengan yang dianjurkan
oleh agama berdasarkan ketentuan oleh Allah SWT dan Hadits Rasulullah SAW agar dapat
bernilai dimata Allah SWT sebagai suatu usaha kita untuk lebih mendekatkan diri kepadanya
dan mendapatkan derjat taqwa.

32

DAFTAR PUSTAKA
www.quran.com/2:222
www.quran.com/al-maidah:90
www.quran.com/6:145
http://id.wikipedia.org/wiki/Istinja
https://materitarbiyah.wordpress.com/2008/03/15/bersuci-thaharoh/
Suyono, Slamet Abidin. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung. Pustaka Setia.

33

Anda mungkin juga menyukai