Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH THAHARAH

NAMA KELOMPOK 1:

MOH FIRDAUS AL BASYRI


N. LAILA FAIQ
SAFITRI ROMADHONI
APRILIA SINTIYA SARI
AHMAD SYIFA’UL FATONI

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


SURABAYA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM [STAI] AR-ROSYID
TAHUN AJARAN 2022-2023
KATA PENGANTAR

Segala  puji  dan  syukur  penyusun  panjatkan  kehadirat  Allah  SWT  atas  berkat  dan
rahmat–Nyalah  penyusun  dapat  menyelesaikan  makalah  yang  merupakan  tugas 
dalam  Mata Kuliah FIKIH IBADAH & MUAMALAH.
            Shalawat  serta  salam  semoga  tetap  terlimpahkan  kehadirat  Nabi  Muhammad 
SAW  atas  keluarganya,  sahabat – sahabatnya  serta  orang – orang  yang  mengikutinya 
yang  telah  membimbing  umat  manusia  kejalan  yang  benar untuk  menuju  kehidupan 
kebahagiaan  dunia  dan  akhirat.
            Makalah  ini  dengan  judul  “ THAHARAH “ yang merupakan tugas dari dosen
pembimbing.  Mengingat  materi  ini  yang  menjadi  tugas  kami  untuk  menggali  lebih 
luas dan  mendalam,  namun  kami  menyadari  bahwa  makalah  ini  masih  jauh  dari 
kesempurnaan karena  keterbatasan  penulis,  baik  tentang  pengetahuan  dan  literature 
yang  kami  miliki.
            Maka  dari  itu,  adanya  kritik  dan  saran  yang  bersifat  membangun  sangat  kami 
harapkan  demi  tercapainya  makalah  yang  lebih  baik  dan  semoga  makalah  ini  dapat
bermanfaat  bagi  penulis  khususnya dan  bagi  para  pembaca  umumnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I
PENDAHULUAN iv
A. Latar Belakang Masalah iv
B. Rumusan Masalah iv
BAB II
PEMBAHASAN 1
1. Pengertian Thaharah 1
2. Dalil Thaharah 1
3. Pembagian Thaharah 2
4. Lima Jenis Air dalam Berthaharah 3
BAB III
PENUTUP 5
1.0 5
1.2 6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu bersuci
dan disucikan. Allah mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci
dan segala seluk beluknya adalah termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting
karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya
dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor
dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan
diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.

Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan
wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam,
dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal- hal yang kotor sehingga sebelum
memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah haruslah dimulai dengan bersuci
baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan
membaca dengan teliti hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah
ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan
menjukkan kepada kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.

Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak
dari umat Islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di
gunakan untuk bersuci. makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih
ibadah sekaligus mudah- mudahan dapat membuat teman- teman Perbandingan Mazhab
paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah
thaharah.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Thaharah?
2. Dalil Thaharah?
3. Pembagian Thaharah
4. Lima Jenis Air dalam Berthaharah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersihi” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan
menghilangkan najis.

Atau thaharah juga dapat diartikan melaksanakan pekerjaan dimana tidak


sah melaksanakan shalat kecuali dengannya yaitu menghilangkan atau mensucikan diri
dari hadas dan najis dengan air. Bersuci dari najis berlaku pada badan, pakaian dan tempat.
Cara menghilangkannya harus dicuci dengan airsuci dan mensucikan.

B. Dalil Thaharah
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
(222 : ‫ )اﻟﺒﻘﺮة‬. ‫ان ﷲ ﻳﺤﺐ اﻟﺘﻮاﺑﻴﻦ وﻳﺤﺐ اﻟﻤﺘﻄﻬﺮﻳﻦ‬
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci. (Al- Baqarah : 222).

Ada beberapa hal yang menjadi tujuan disyariatkannya thaharah, diantaranya:


1. Guna menyucikan diri dari kotoran berupa hadats dan najis.
2. Sebagai syarat sahnya shalat dan ibadah seorang hamba.
Nabi Saw bersabda:

“Allah tidak menerima shalat seseorang diantara kalian jika ia berhadas,


sampai ia wudhu” , karena termasuk yang disukai Allah, bahwasanya Allah SWT
memuji orang- orang yang bersuci : firman-Nya, yang artinya : “sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan mensucikan dirinya”.(Al-Baqarah:222)

Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan
yang dianugerahkan oleh Allah di akhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba
untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Allah.
Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh,
karenanya wudhu membuat agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas
dari kesibukan-kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena
wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan
duniawi untuk siap melaksanakan sholat.

C. Pembagian Thaharah
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang
besar yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi.

1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara
hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai
pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak
terbebas dari ketidak sucian secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel
baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya
bermacam-macam

tergantung level kenajisannya. bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja,
maka najis itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali
dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara,
mencusikanya dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya
dan hilang rasa najisnya.

2 . Thaharah Hukmi.
Sedangkan thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik
hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak terlihat
kotornya secara fisik. Bahkan boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran pada diri kita. Namun
tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang bersih secara
hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara ritual.
Seseorang yang tertidur, batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak
ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya.

D. Lima Jenis Air dalam Berthaharah

1. Air mutlak (air yang suci lagi mensucikan)


Tidak boleh dan tidak sah mengangkat hadas atau menghilangkan najis melainkan
dengan air mutlak
Air mutlak itu ada 7 jenis, yaitu:
1. Air hujan
2. Air laut
3. Air sungai
4. Air sumur
5. Air yang bersumber (dari mata air)
6. Air es
7. Air embun.

Air mutlak mempunyai tiga sifat , yaitu :


1) Tha’mun (Rasa)
2) Launun (Warna)
3) Rihun (Bau)

2. Air suci tapi tidak mensucikan


Air yang berubah sebab bercampur dengan benda-benda suci lainnya (seperti teh,
kopi, dan sirup) . Misalnya juga dengan sabun, tepung, dan lain- lain yang biasanya
terpisah dengan air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlakan nya masih
terpelihara, jika sudah tidak, hingga tidak dapat lagi dikatakan mutlak maka hukumnya
ialah suci pada dirinya sendiri, tidak menyucikan bagi lainnya.

3. Air yang suci lagi mensucikan tetapi makruh memakainya


Air yang makruh memakainya menurut hukum syara’ atau juga dinamakan
kahariyat-ut-tanzih (makuh ringan) ada delapan macam , yaitu:
1. Air yang sangat panas
2. Air yang sangat dingin
3. Air yang berjemur
4. Air di negeri Tsamud selain dari air sumur naqah
5. Air di negeri kaum Luth
6. Air telaga Barhut
7. Air didaerah Babel dan
8. Air ditelaga Zarwan

4. Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci
najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau
memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.

5. Air yang terkena najis


Air najis adalah air yang kemasukan benda najis dan air itu kurang dua kolah, atau
air itu ada dua kolah tetapi berubah. Maksudnya air yang kemasukan benda najis
didalamnya, n d a i k a ta air tersebut hanya tertulari bau busuk dari najis yang dibuang
dipinggirnya maka air yang demikian ini tidak najis, sebab tidak bertemu langsung
dengan najisnya. Dan yang dimaksud dengan berubah andai kata air yang banyak
tersebut tidak berubah dengan adanya najis atau najisnya hanya sedikit dan hancur
dalam air maka air yang demikian ini juga tidak najis. Dan seluruh air itu boleh digunakan
menurut mazhab yang shahih.
BAB III
PENUTUP
1.0 Kesimpulan
Thaharah merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan oleh Allah kepada
hamba sebelum melakukan ibadah yang lain. Thaharah hanya dilakukan dengan sesuatu
yang suci dan dapat menyucikan. Thaharah juga menunjukan bahwa sesungguhnya
islam sangat menghargai kesucian dan kebersihan sehingga diwajibkan kepada setiap
muslim untuk senantiasa menjaga kesucian dirinya, hartanya serta lingkungannya. Hal ini
dibuktikan dengan bab thaharah adalah bab pertama yang dibahas dalam setiap kitab fiqih
yang ada.
Wallahu ‘Alam

1.2 SARAN

Pembahasan tentang thaharah jangan hanya sebatas makalah ini saja,


Karena kita bisa menggali lebih jauh lagi tentang thaharah. Tujuannya agar kita sebagai
penerus bangsa indonesia bisa menerapkan berthaharah dengan baik dan benar karena
thaharah merupakan pengetahuan yang penting untuk kperluan bersuci
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Moch, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib, Bandung: PT Alma’arif, 1987
H. Muqarrabin, Fiqih awam, Demak: Cv. Media Ilmu, 1997,

Mushtafa, Abid Bishri, Tarjamah Shahih Muslim, Semarang: CV Asy-Syifa, 1993


Al-Gazzi Ibnu Qosim, Hasiyah Asy-Syekh Ibrahim Al-Baijuuri, Baerut: Dar Al-Fikr, 2005
Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al-Kafi, Taqrirqtus Sadidah Fi Masailil
Mufidah, Surabaya: Dar Al-Ulum Al-Islamiyah, 2006

Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya:
Bina Imam, 200

Syaihk Muhammad Arsyad al-Banjari, Drs. H.M. Asywadie Syukur Lc. Sabilal Muhtadin,
Pt. Bina Ilmu

Anda mungkin juga menyukai