NAMA KELOMPOK 1:
Segala puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat dan
rahmat–Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang merupakan tugas
dalam Mata Kuliah FIKIH IBADAH & MUAMALAH.
Shalawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kehadirat Nabi Muhammad
SAW atas keluarganya, sahabat – sahabatnya serta orang – orang yang mengikutinya
yang telah membimbing umat manusia kejalan yang benar untuk menuju kehidupan
kebahagiaan dunia dan akhirat.
Makalah ini dengan judul “ THAHARAH “ yang merupakan tugas dari dosen
pembimbing. Mengingat materi ini yang menjadi tugas kami untuk menggali lebih
luas dan mendalam, namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan penulis, baik tentang pengetahuan dan literature
yang kami miliki.
Maka dari itu, adanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi tercapainya makalah yang lebih baik dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I
PENDAHULUAN iv
A. Latar Belakang Masalah iv
B. Rumusan Masalah iv
BAB II
PEMBAHASAN 1
1. Pengertian Thaharah 1
2. Dalil Thaharah 1
3. Pembagian Thaharah 2
4. Lima Jenis Air dalam Berthaharah 3
BAB III
PENUTUP 5
1.0 5
1.2 6
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Allah itu bersih dan suci. Untuk menemuinya manusia harus terlebih dahulu bersuci
dan disucikan. Allah mencintai sesuatu yang suci dan bersih. Dalam hukum islam bersuci
dan segala seluk beluknya adalah termasuk sebagian dari ilmu dan amalan yang penting
karena diantaranya syarat-syarat sholat telah ditetapkan bahwa seseorang yang akan
melaksanakan sholat, wajib suci dari hadas dan suci pula badan, pakaian dan tempatnya
dari najis. Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari sesuatu (barang) yang kotor
dan najis sehingga thaharah dijadikan sebagai alat dan cara bagaimana mensucikan
diri sendiri agar sah saat menjalankan ibadah.
Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam thaharah, kita sebagai muslim harus dan
wajib mengatahui cara-cara bersuci karna bersuci adalah dasar ibadah bagi ummat Islam,
dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari hal- hal yang kotor sehingga sebelum
memulai aktifitas kita menghadap tuhan atau beribadah haruslah dimulai dengan bersuci
baik dengan cara berwudhu, mandi maupun bertayammum. kalau kita melihat dan
membaca dengan teliti hampir seluruh kitab-kitab fiqih akan diawali dengan bab thaharah
ini menunjukan kan kepada kita betapa thaharah menjadi hal yang mendasar dan
menjukkan kepada kita betapa pentingnya masalah thaharah ini.
Namun, walaupun menjadi hal yang mendasar bagi umat Islam namun masih banyak
dari umat Islam yang tidak faham tentang thaharah, najis-najis dan jenis-jenis air yang di
gunakan untuk bersuci. makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah fiqih
ibadah sekaligus mudah- mudahan dapat membuat teman- teman Perbandingan Mazhab
paham masalah yang mendasar ini dan media belajar dan mempelajari masalah-masalah
thaharah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Thaharah?
2. Dalil Thaharah?
3. Pembagian Thaharah
4. Lima Jenis Air dalam Berthaharah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Thaharah
Thaharah menurut bahasa artinya “bersihi” Sedangkan menurut istilah syara’
thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Selain itu thaharah dapat juga diartikan
mengerjakan pekerjaan yang membolehkan shalat, berupa wudhu, mandi, tayamum dan
menghilangkan najis.
B. Dalil Thaharah
Dalil-dalil tentang thaharah, yaitu:
(222 : )اﻟﺒﻘﺮة. ان ﷲ ﻳﺤﺐ اﻟﺘﻮاﺑﻴﻦ وﻳﺤﺐ اﻟﻤﺘﻄﻬﺮﻳﻦ
Artinya : sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang bersuci. (Al- Baqarah : 222).
Thaharah memiliki hikmah tersendiri, yakni sebagai pemelihara serta pembersih diri dari
berbagai kotoran maupun hal-hal yang mengganggu dalam aktifitas ibadah seorang hamba.
Seorang hamba yang seanantiasa gemar bersuci ia akan memiliki keutamaan-keutamaan
yang dianugerahkan oleh Allah di akhirat nanti. Thaharah juga membantu seorang hamba
untuk mempersiapakan diri sebelum melakukan ibadah-ibadah kepada Allah.
Sebagai contoh seorang yang shalat sesungguhnya ia sedang menghadap kepada Alloh,
karenanya wudhu membuat agar fikiran hamba bisa siap untuk beribadah dan bisa terlepas
dari kesibukan-kesibukan duniawi, maka diwajibkanlah wudhu sebelum sholat karena
wudhu adalah sarana untuk menenangkan dan meredakan fikiran dari kesibukan-kesibukan
duniawi untuk siap melaksanakan sholat.
C. Pembagian Thaharah
Kita bisa membagi thaharah secara umum menjadi dua macam pembagian yang
besar yaitu: Taharah Hakiki dan Taharah Hukmi.
1. Thaharah Hakiki
Thaharah secara hakiki maksudnya adalah hal-hal yang terkait dengan kebersihan
badan, pakaian dan tempat shalat dari najis. Boleh dikatakan bahwa thaharah secara
hakiki adalah terbebasnya seseorang dari najis. Seseorang yang shalat yang memakai
pakaian yang ada noda darah atau air kencing tidak sah shalatnya. Karena ia tidak
terbebas dari ketidak sucian secara hakiki.
Thaharah secara hakiki bisa didapat dengan menghilangkan najis yang menempel
baik pada badan, pakaian atau tempat untuk melakukan ibaadah ritual, caranya
bermacam-macam
tergantung level kenajisannya. bila najis itu ringan cukup dengan memercikan air saja,
maka najis itu dianggap sudah lenyap, bila najis itu berat, harus dicuci dengan air 7 kali
dan salah satunya dengan tanah. Bila najis itu pertengahan, disucikan dengan cara,
mencusikanya dengan air biasa hingga hilang warna najisnya, dan juga hilang bau najisnya
dan hilang rasa najisnya.
2 . Thaharah Hukmi.
Sedangkan thaharah secara hukmi maksudnya adalah sucinya kita dari hadats, baik
hadats kecil maupun hadats besar (kondisi janabah). Thaharah secara hukmi tidak terlihat
kotornya secara fisik. Bahkan boleh jadi secara fisik tidak ada kotoran pada diri kita. Namun
tidak adanya kotoran yang menempel pada diri kita, belum tentu dipandang bersih secara
hukum. Bersih secara hukum adalah kesucian secara ritual.
Seseorang yang tertidur, batal wudhunya, boleh jadi secara fisik tidak
ada kotoran yang menimpanya. Namun dia wajib berthaharah ulang dengan cara
berwudhu, bila ia ingin melakukan ibadah tertentu seperti shalat, thawaf dan lain-lainnya.
4. Air musta’mal
Air musta’mal adalah air yang bekas dipakai (dipakai berwudhu atau mencuci
najis) atau air yang sudah digunakan untuk menghilangkan hadas atau najis, kalau
memang tidak berubah dan tidak bertambah timbangannya. Jadi airnya suci.
1.2 SARAN
Abu Bakar Imam Taqiyuddin, Bin Muhammad Alhusaini , Kifayatul Akhyar, Surabaya:
Bina Imam, 200
Syaihk Muhammad Arsyad al-Banjari, Drs. H.M. Asywadie Syukur Lc. Sabilal Muhtadin,
Pt. Bina Ilmu