Anda di halaman 1dari 13

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

FIQIH Drs. Muhrin, M.Fil.I

THAHARAH DARI HADATS DAN NAJIS

Disusun Oleh :

AHMAD TAUFIK: 200101010215

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2021 M / 1443
KATA PENGANTAR

‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬


Segala puji bagi Allah SWT yang maha Pencipta lagi yang maha Kuasa karena limpahan
rahmat dan pertolongan-Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan lancar
dengan judul “THAHARAH DARI HADATS DAN NAJIS”
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita kepada Nabi Muhammad
SAW yang telah menyampaikan petunjuk Allah SWT untuk kita semua, karena dengan tuntunan
beliaulah kita mengetahui petunjuk dalam beragama yakni Syari’ah agama Islam yang sempurna
dan juga merupakan karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Sekaligus saya sampaikan rasa terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada bapak
Drs. Muhrin, M.Fil.I selaku dosen pengampu mata kuliah Fiqih yang telah menyerahkan
kepercayaannya kepada saya guna menyelesaikan makalah ini.
Demikian yang dapat saya sampaikan semoga makalah ini dapat bermanfaat. saya juga sadar
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih membutuhkan kritik serta saran
dari para pembaca untuk menjadikan makalah ini menjadi lebih baik lagi untuk kedepannya.

Sampit, 20 September 2021

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1

C. Tujuan penulisan........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................................3

A. Klasifikasi Air dan Penggunaannya.........................................................................................3

B. Benda-benda Najis.....................................................................................................................5

C. Klasifikasi Najis dan Cara Mensucikannya............................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................................................9

A. Kesimpulan.................................................................................................................................9

B. Saran...........................................................................................................................................9

Daftar Pustaka...................................................................................................................................10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ibadah merupakan latihan rohani (spiritual) yang diperlukan manusia,. juga yang
menjadi tujuan hidup manusia yaitu beribadah kepada Allah SWT.
Terkait dengan pelaksanaan ibadah, hal yang sangat mendasar yang paling utama
harus diperhatikan dan patut diketahui dan dilaksanakan ialah kebersihan dan kesucian
seseorang dalam melaksanakan ibadah, terutama dalam melaksanakan ibadah shalat. Anjuran
tentang pentingnya pemeliharaan kebersihan dan kesucian banyak terdapat dalam ayat al-
Qur’an dan hadis Nabi Saw. yang diarahkan bagi kebahagiaan hidup.

Usaha-usaha menjaga kebersihan dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan


pekarangan rumah, termasuk bak mandi, bak wudhu, tempat belajar, dan yang paling utama
ialah menjaga kebersihan tempat ibadah. Yang tidak kalah pentingnya ialah menjaga
kebersihan badan dan pakaian karena seseorang dapat dikatakan bersih apabila dapat
menjaga kebersihan badan dan pakaian. Maka umat Islam harus selalu menjaga kebersihan
karena kebersihan akan mewujudkan kesehatan jasmani dan rohani. Semua usaha yang
ditunjukkan kepada kebersihan akan mendapat imbalan dari Allah SWT.
Terkait dengan latar belakang tersebut, maka saya sebagai pemakalah membuat
makalah yang berjudul Thaharah dari Hadats dan Najis yang meliputi klasifikasi air dan
penggunaannya, benda najis, dan klasifikasi najis dan cara mensucikannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja klasifikasi air dan penggunaannya
2. Apa saja yang termasuk benda-benda najis
3. Apa saja klasifikasi air dan cara mensucikannya

C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui klasifikasi air dan penggunaannya
2. Untuk mengetahui apa saja benda-benda najis

1
3. Untuk mengetahui klasifikasi najis dan cara mensucikannya

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Klasifikasi Air dan Penggunaannya

Thaharah adalah kegiatan bersuci yang harus dilakukan oleh setiap umat islam, saat
melakukan hal-hal tertentu, seperti sama halnya dengan melaksanakan shalat dan tawaf.1
Thaharah/bersuci terdiri dari dua macam, yaitu:
1) Bersuci dari hadats: wudhu, mandi, dan tayamum
2) Bersuci dari najis: istinja dan menghilangkan najis dari badan, pakaian, dan tempat2
Alat thaharah adalah sesuatu yang diperbolehkan untuk digunakan bersuci. Alat
Thaharah ada tiga, yaitu air, batu, dan debu.
Dari ketiga alat tersebut, air adalah alat bersuci yang paling baik, sebab mempunyai
daya bersih yang lebih efektif dari pada yang lain, terutama untuk mensucikan najis. Berbeda
dengan alat bersuci lain, misalnya debu. Debu hanya bisa digunakan untuk menghilangkan
hadats tetapi tidak pada najis.
Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:
1) Air hujan.
2) Air sungai.
3) Air laut.
4) Air dari mata air.
5) Air sumur.
6) Air salju.
7) Air embun3
Air dibedakan menjadi dua macam, yakni air suci dan air najis. Air suci masih
dibedakan menjadi dua lagi, yakni air yang suci dan mensucikan dan air suci namun tidak
mensucikan. Demikian halnya dengan air najis pun masih dibedakan menjadi dua, yakni air najis

1
Anonim, “Thaharah atau bersuci dalam islam”, https://www.rssyarifhidayatullah.com/berita/thaharah-atau-bersuci-
dalam-islam , pada 21 september 2021 pukul 09:02
2
Abdul jabbar, “mabady fiqh, juz 3. Hlm.8
3
Muhammad Bagir Al-Habsyi, Fikih Praktis, (Bandung: Mizan Media Utama {UUM}), H.4

3
menurut zatnya, yakni air tersebut asalnya memang sudah najis dan air najis yang disebabkan
oleh hal lain. Jenis air terakhir ini disebut air mutanajjis.
Dari rincian sebagaimana di atas, pembagian air dapat disimpulkan sebagai berikut:
Macam-macam air:
1. Suci, dibedakan menjadi dua:
a) Suci mensucikan
b) Suci tidak mensucikan

2. Najis, dibedakan menjadi dua:


a) Najis menurut zatnya
b) Najis karena sebab (Air mutanajjis)
Ada perbedaan antara air suci yang mensucikan dengan air suci namun tidak
mensucikan. Air suci dan mensucikan adalah air suci yang bisa digunakan untuk bersuci, yakni
digunakan untuk menghilangkan hadats dan najis; sah digunakan untuk berwudlu, mandi jinabat
dan digunakan untuk mensucikan (menghilangkan) najis seperti digunakanuntuk mencuci.
Sedangkan air suci tapi tidak mensucikan adalah air yang statusnya hanya sekedar suci. Air ini
tidak bisa digunakan untuk kepentingan bersuci. Air ini tidak sah jika digunakan untuk
menghilangkan hadats dan najis. Namun air ini masih bisa dan boleh digunakan untuk
kepentingan lain selain kepentingan bersuci. Adapun air najis yaitu air yang tidak bisa dan tidak
boleh digunakan untuk kepentingan bersuci, begitupula untuk kepentingan lainnya.
Dari pembagian jenis air sebagaimana diatas, dengan lebih rinci air dibedakan menjadi
beberapa bagian, yaitu:
1. Air Mutlak
Air Mutlak adalah air yang suci sekaligus bisa mensucikan. Air tersebut adalah air yang
masih murni yang belum atau tidak tercampur oleh sesuatu yang najis.
2. Air Musta’mal
Air Musta’mal adalah air yang suci tetapi tidak bisa mensucikan. Air Musta’mal adalah
air yang telah digunakan untuk bersuci. Air musta’mal adalah air suci yang kurang dari
dua kullah dan merupakan air bekas dipergunakan untuk bersuci, meskipun tidak berubah
warnanya, baunya, dan rasanya.
3. Air Musyammas

4
Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan), yaitu
air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
4. Air Mutanajis
Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.

B. Benda-benda Najis

1. Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari mayat manusia


Adapun bangkai binatang laut seperti ikan dan bangkai binatang darat yang tidak
berdarah ketika masih hidupnya seperti belalang serta mayat manusia, semuanya suci.
Firman Allah Swt:
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai.” (Al-Maidah: 3)

Adapun bangkai yang tidak termasuk najis adalah4:


1) Bangkai ikan dan belalang
2) Bangkai hewan yang darahnya tidak mengalir
3) Tulang, tanduk, kuku, rambut dan bulu dari bangkai
2. Darah
Segala macam darah itu najis selain hati dan limpa. Rasulullah saw bersabda:
“Telah dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah, ikan dan
belalang, hati dan limpa”.(H.R Ibnu Majah).
3. Nanah
Segala macam nanah itu najis, baik yang kental maupun yang cair, karena nanah itu
merupakan darah yang sudah busuk.
4. Segala benda yang keluar dari dua jalan
5. Arak dan segala minuman yang memabukkan
6. Anjing dan babi
Semua hewan suci, kecuali anjing dan babi. Sabda Rasulullah SAW :

4
Syaikh Kamil Muhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 1998),
hlm. 15

5
“Cara mencuci bejana seseorang diantara kamu apabila dijilat anjing, hendaklah
dibasuh tujuh kali, salah satunya hendaklah dicampur dengan tanah” (H.R Muslim)
7. Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup
Hukum bagian-bagian badan binatang yang diambil selagi hidup ialah seperti
bangkainya. Maksudnya, kalau bangkainya najis, maka yang dipotongnya najis
seperti babi atau kambing. Kalau bangkainya suci yang dpotong sewaktu hidupnya
pun suci pula seperti yang diambil dari ikan hidup. Kecuali bulu hewan yang halal
dimakan hukumnya suci.
8. Hewan Jalalah (Liar)
Jalalah adalah hewan liar yang memakan kotoran, baik kotoran unta, sapi, kamping,
ayam, angsa, dan lain-lainnya, sehingga hewan tersebut berubah baunya.
9. Wadi
Wadi adalah cairan kental yang biasanya keluar setelah seseorang selesai dari buang
air kecilnya (kencing). Wadi ini dihukumi najis dan harus disucikan seperti halnya
kencing, tetapi tidak wajib mandi
10. Madzi
Madzi adalah cairan bening sedikit kental yang keluar dari saluran kencing ketika
bercumbu atau nafsu syahwat mulai terangsang. Terkadang tidak merasakan akan
proses keluarnya.5

C. Klasifikasi Najis dan Cara Mensucikannya

Najis dibagi menjadi tiga macam,yaitu: najis mukhaffafah, najis mutawasithah,


dan najis mughallazhah
1. Najis mukhaffafah
Yaitu termasuk najis yang ringan. Misalnya kencing anak laki-laki yang belum
memakan makanan lain selain ASI. Mencuci benda yang kena najis ini sudah
memadai dengan memercikkan air pada benda itu,meskipun tidak mengalir. Adapun
kencing anak perempuan yang belum memakan makanan apa-apa selain ASI,kaifiat

5
M.imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta

6
mencucinya hendaklah dibasuh sampai air mengalir di atas benda yang kena najis itu
dan hilang rasa baunya.6
Adanya keringanan untuk memercikkan air pada kencing bayi laki-laki adalah
mengingat berbagai alasan sebagai berikut7 :
1) Karena kencing bayi laki-laki itu lebih halus dari kencing bayi
perempuan,sehingga kencing bayi laki-laki tidak banyak menempel (melekat) di
tempatnya kencing seperti halnya kencing bayi perempuan.
2) Kencing bayi perempuan itu lebih berbau bila dibandingkan dengan bau kencing
bayi laki-laki
3) Bayi laki-laki apabila kencing,maka kencingnya itu,berserakan ke mana-
mana(tidak mengumpul),sedang kencing bayi perempuan itu mengumpul

2. Najis Mutawasithah
Yaitu najis pertengahan yang tidak ringan juga tidak berat. Termasuk dalam jenis
najis ini adalah segala sesuatu yang keluar dari qubul maupun dubur apapun
bentuknya. Adapun cara menyucikannya adalah dibasuh dengan air sampai hilang
sifatnya. Apabila sudah berulang kali dicuci,tetapi bekasnya masih ada juga,maka
hukumnya dianggap suci,dan dimaafkan.
Jenis najis ini ada 2 macam,yaitu sebagai berikut :
1) Najis ainiyah yaitu najis yang tampak zatnya secara lahir dan jelas warna dan bau
serta rasanya. Cara mencuci najis  ini adalah dengan membasuhnya dengan air
sampai hilang ketiga sifat tersebut. Adapun kalau sukar
menghilangkannya,sekalipun sudah dilakukan berulang kali,maka najis tersebut
dianggap suci dan dimaafkan
2) Najis Hukmiyah yaitu najis yang kita yakini adanya (menurut hukum),tetapi tidak
tampak ketiga sifatnya,seperti kencing yang sudah lama kering sehingga sifatnya
hilang. Cara mencuci najis ini adalah cukup dengan mengalirkan air kepada benda
yang terkena najis.
3. Najis Mughallazhah

6
Ust. Labib Mz, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta : 2005 hlm 10
7
Syekh Hasan Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011 hlm 46

7
Yaitu najis yang berat. Termasuk dalam najis ini adalah anjing dan babi termasuk
babi hutan serta keturunannya atau keturunan salah satu dari keduanya.
Adapun cara mencuci najis atau benda yang terkena najis ini adalah dengan
mencucinya dengan air sebanyak tujuh kali yang salah satunya dicampur dengan debu
atau tanah yang suci.
Rasulullah saw bersabda:
“Abu Hurairoh ra berkata,Rasulullah saw bersabda,Sucinya bejana seseorang di
antara kamu apabila telah dijilat anjing maka hendaklah dibasuh tujuhkali yang salah
satu dari tujuh itu dicampur dengan tanah.(HR.Muslim).

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Thaharah adalah kegiatan bersuci yang harus dilakukan oleh setiap umat islam, saat
melakukan hal-hal tertentu, seperti sama halnya dengan melaksanakan shalat dan tawaf.
air dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu: Air Mutlak, Air Musta’mal, Air
Musyammas, Air Mutanajis.
Benda benda najis, antaralain: Bangkai binatang darat yang berdarah selain dari
mayat manusia, darah, nanah, segaala sesuatu yang memabukkan, segala yang keluar dari dua
jalan, anjing dan babi, Bagian badan binatang yang diambil dari tubuhnya selagi hidup, hewan
jalalah, madzi,dan wadhi

Najis dibagi menjadi tiga: najis Mukhaffafah, Najis mutawasithah, Najis


mughallazhah

B. Saran

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Maka tak terkecuali pemaparan yang ada dalam
makalah ini dan selalu saya tunggu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sekalian

9
Daftar Pustaka

Anonim, “Thaharah atau bersuci dalam islam”, https://www.rssyarifhidayatullah.com/berita/thaharah-


atau-bersuci-dalam-islam , pada 21 september 2021 pukul 09:02

Jabbar, Abdul , “mabady fiqh, juz 3.

Bagir Muhammad , Al-Habsyi, Fikih Praktis, (Bandung: Mizan Media Utama {UUM})

Kamil, syeikhMuhammad ‘Uwaidah, Fiqih Wanita (Edisi Indonesia), (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,
1998),

M.imam pamungkas, fiqih 4 mazhab, al-makmur, Jakarta

Mz, Labib, Tuntunan Shalat Lengkap, Sandro Jaya Jakarta, Jakarta : 2005

Hasan, syekh Ayyub, Fikih Ibadah, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta : 2011

10

Anda mungkin juga menyukai