MAKALAH
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah pendidikan agama islam
Pada semester ganjil tahun 2016/2017 yag di ampu oleh KURNIA ISWURIAH.
Oleh:
DASRIFAR RIZKY RAYANA
NIM 1541223003-3C
MUHAMMAD RIZAL AGUS FIRMANSYAH
NIM 1441220064-3C
Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-
orang yang suci lagi bersih. (QS Al Baqarah:222)
Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.
) (
Artinya : Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.(HR.Muslim)
2.1.1 Syarat wajib Thaharah
Setiap mukmin mempunyai syarat wajib untuk melakukan thaharah. Ada hal-hal yang
harus diperhatikan sebagai syarat sah-nya berthaharah sebelum melakukan perintah Allah
SWT. Syarat wajib tersebut ialah :
1. Islam
2 Berakal
3. Baligh
4. Masuk waktu ( Untuk mendirikan solat fardhu ).
5. Tidak lupa
6. Tidak dipaksa
7. Berhenti darah haid dan nifas
8. Ada air atau debu tanah yang suci.
9. Berdaya melakukannya mengikut kemampuan.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu solat, sedang kamu dalam keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula menghampiri masjid)
sedang kamu dalam keadaan berjunub), terkecuali sekadar berlalu sahaja, hingga kamu
mandi. Dan jika kamu sakit atau dalam bermusafir atau kembali dari tempat buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah
kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah
Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (Surah Al-Nisa, 4:43)
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka
basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah
kakimu sampai mata kaki.(QS Al maidah :6)
Syarat Wudhu :
Wudhu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
1. Beragama Islam
2. Sudah mumayiz
3. Tidak berhadas besar dan kecil
4. memakai air suci lagi mensucikan
5. Tidak ada sesuatu yang menghalangi sampainya air ke anggota wudu, seperti cat,
getah dsb.
Rukun Wudhu :
Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a) Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka. Lafal niat:
Artinya: Saya berniat wudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah SWT.
b) Membasuh seluruh muka
c) Membasuh kedua tangan sampai siku
d) Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
e) Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
f) Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir
Sunah Wudhu
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudhu, perlu diperhatikan hal-hal
yang disunahkan dalam melakukan wudhu, antara lain sebagai berikut.
o Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudhu
o Membaca taawuz dan basmalah
o Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
o Membasuh dan membersihkan lubang hidung
o Menyapu seluruh kepala
o Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
o Mendhulukan anggota wudhu yang kanan dari yang kiri.
o Membasuh anggota wudhu tiga kali.
o Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
o Membaca doa sesudah wudhu.
Doa sesudah wudhu.
.
.
Artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang tida
sekutu bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya.
Ya Allah jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat, dan
jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci.
Hal yang membatalkan wudhu.
Wudhu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal seperti
berikut.
1. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik
berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan sebagainya)
Firman Allah SWT dalam Al Quran Surah An Nisa:43.
Artinya : atau kembali dari tempat buang air .... (QS.An-Nisa :43)
2. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
Firman Allah SWT dalam Al Quran surah An Nisa :43.
Artinya : atau kamu telah menyentuh perempuan.
3. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
Sabda Nabi Muhammad SAW.
(
)
Artinya : Dari Umi Habibah ia berkata saya telah mendengar Rosulullah SAW bersabda
:Barang siapa menyentuh kemaluannya hendaklah berwudu.(HR Ibnu Majjah dan
disahkan oleh Ahmad)
4. Tidur dengan nyenyak
5. Hilang akal.
Mengusap sepatu saat wudhu
Mengusap dua sepatu (mashul khuffain) termasuk juga salah satu keringanan dalam islam.
Mengusap dua sepatu dibolehkan bagi orang yang tidak menetap di kampung dan bagi yang
dalam perjalanan musafir.
Orang yang sedang melakukan perjalanan musafir yang kakinya memakai dua sepatu,
kalau hendak berwudhu, maka ia boleh menyapu sepatunya dengan air, artinya tidak perlu
sepatunya di lepas.
Syarat-syarat menyapu dua sepatu :
1. Bahwa sepatu itu dipakai sesudah sempurna dicuci bersih.
2. Sepatu itu menutup anggota kaki yang wajib dibasuh, yaitu menutupi tumit dan
dua mata kaki.
3. Sepatu itu dapat dibawa berjalan lama.
4. Jangan ada di dalam sepatu itu najis atau kotoran.
Menyapu dua sepatu hanya boleh untuk berwudhu, tetapi tidak boleh untuk mandi
atau menghilangkan najis.
Menyapu dua sepatu tidak boleh bila salah satu syarat tidak cukup. Misalnya salah
satu dua sepatu itu robek, atau salah kakinya tidak dapat menggunakan sepatu karena luka.
Keringanan ini diberikan bagi musafir selama tiga hari tiga malam. Sedang yang bermukim,
hanya dibolehkan menyapu sepatunya untuk sehari semalam saja.
Tayamum
Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau adanya halangan memakai air.
Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan kedua
tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu atau
mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.
Artinya : Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS An Nisa:43)
Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah
melaksanakan salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib
mengulang sekalipun waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.
Syarat Tayamum
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
a. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
b. Sudah masuk waktu salat
c. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
d. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
e. Menggunakan tanah atau debu yang suci.
Rukun Tayamum
a. Niat
b. Mengusap debu ke muka
c. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
d. Tertib
Sunah Tayamum
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah
tayamum sebagai berikut.
1. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
2. Membaca taawuz dan basmalah
3. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
4. Merenggangkan jari-jari tangan
5. Menghadap kiblat
6. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
7. Membaca doa (seperti doa sesudah wudu)
Hal yang membatalkan Tayamum
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
a. Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
b. Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c. Murtad (keluar dari agama Islam)
Praktik Tayamum
Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui dalam melakukan tayamum. Hal tersebut
perlu diperhatikan karena suatu saat kamu pasti akan melakukannya, seperti ketika kamu
dalam perjalanan, berada di daerah yang tidak ada air, atau sedang sakit yang tidak
memperbolehkan terkena air.
Carilah tempat yang mengandung debu/tanah yang suci.
Letakkan atau tempelkan kedua tangan pada tempat yang berdebu tersebut disertai niat
dalam hati.
Lafal niat tayamum.
.
Artinya : Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardu karena Allah
Taala.
Mengusap kedua tangan sampai siku hingga merata dengan mendahulukan tangan
kanan. Usahakan mencari debu pada tempat yang berbeda.
Membaca doa sesudah tayamum, seperti doa sesudah wudu.
Mandi Wajib
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib
adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan
disertai niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
)( .
Artinya : .......dan jika kamu junub maka mandilah. (QS Al Maidah)
Artinya: Hanya Engkaulah yang kami sembah , dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan (QS. Al-Fatihah; 5)
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu
(QS. Al Baqarah: 153)
2.2.3 FALSAFAT PUASA
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (QS. Al Baqarah ; 183)
Puasa (Shaum) dari segi bahasa berarti menahan diri. Sedangkan menurut terminologi
agama adalah menahan diri dari segala apa yang membatalkannya seperti makan, minum,
hubungan badan dan lain-lain sejak terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari karena
Allah.
Aspek-Aspek Puasa:
a. Aspek Kejiwaan
Seseorang yang berpuasa, senantiasa akan menahan keinginan bahkan amarahnya,
sehingga orang yang berpuasa akan senantiasa menyandarkan dirinya dalam
kesabaran.
Seseorang yang berpuasa dengan penuh kesabaran menanti saat berbuka bahkan
lebih jauh bersabar dalam menghadapi ganggunan dan caci maki yang ungkin
ditujukan kepadanya. Kesabran ini akibat dorongan ketaatan kepada Allah yang
memerintahkannya berlaku demikian.
b. Aspek Sosial
Aspek sosial dari berpuasa nampak dengan jelas dengan diwajibkannya puasa
secara serentak bagi umat islam di sluruh dunia yakni pada satu bulan Ramadhan
sehingga mereka hidup dalam suatu suasana yang sama dan dalam hal ini
mengantar pada keatuan arah dan rasa sama pula.
c. Aspek Kesehatan
Puasa secara umum membatasi aktifitas pencemaran akibat pembatasan waktu
kadar makanan yang dimakan. Dan hal ini membawa dampak positif bagi
kesehatan tubuh manusia, sehingga puasa dapat menjadi terapi bagi sekian banyak
penyakit, bahkan merupakan faktor penyembuhan bagi penyakit-penyakit tertentu.
Allah swt memerintahkan: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu
berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa.
(QS. Al-Baqarah:183). Allah swt mengakhiri ayat tersebut dengan agar kalian bertakwa.
Syekh Musthafa Shodiq al-Rafiie (w. 1356 H/1937 M) dalam bukunya wahy al-Qalam
mentakwil kata takwa dengan ittiqa, yakni memproteksi diri dari segala bentuk nafsu
kebinatangan yang menganggap perut besar sebagai agama, dan menjaga humanisme dan
kodrati manusia dari perilaku layaknya binatang.
Dengan puasa, manusia dapat menghindari diri dari bentuk yang merugikan diri
sendiri dan orang lain, sekarang atau nanti. Generasi kini atau esok. Dalam ibadah puasa,
Islam memandang sama derajat manusia. Mereka yang memiliki dolar, atau yang mempunyai
sedikit rupiah, atau orang yang tak memiliki sepeserpun, tetap merasakan hal yang sama:
lapar dan haus. Jika sholat mampu menghapus citra arogansi individual manusia diwajibkan
bagi insan muslim, haji dapat mengikis perbedaan status sosial dan derajat umat manusia
diwajibkan bagi yang mampu, maka puasa adalah kefakiran total insan bertakwa yang
bertujuan mengetuk sensitifitas manusia dengan metode amaliah (praktis), bahwasanya
kehidupan yang benar berada di balik kehidupan itu sendiri.
Dan kehidupan itu mencapai suatu tahap paripurna manakala manusia memiliki
kesamaan rasa, atau manusia turut merasakan bersama, bukan sebaliknya. Manusia
mencapai derajat kesempurnaan (insan kamil) tatkala turut merasakan sensitifitas satu rasa
sakit, bukan turut berebut melampiaskan segala macam hawa nafsu. Dari sini puasa memiliki
multifungsi.
Setidaknya ada tiga fungsi puasa: tazhib, tadib dan tadrib. Puasa adalah sarana untuk
mengarahkan (tahzib), membentuk karakteristik jiwa seseorang (tadib), serta medium latihan
untuk berupaya menjadi manusia yang kamil dan paripurna (tadrib), yang pada esensinya
bermuara pada tujuan akhir puasa: takwa. Takwa dalam pengertian yang lebih umum adalah
melaksanakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Takwa dan
kesalehan sosial adalah dua wajah dari satu keping mata uang yang sama, mengintegral dan
tak dapat dipisahkan. Ada sejenis kaidah jiwa, bahwasanya cinta timbul dari rasa sakit. Di
sinilah letak rahasia besar sosial dari hikmah berpuasa.
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka adalah
menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh yang maruf dan mencegah
yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana. (At-Taubah: 71).
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah,
tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah
menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya
kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al-Haj:
37). Surah Al-Haj ayat 37 juga mengisyaratkan kepada ummat Islam bahwa yang paling
penting dari ibadah kurban adalah semangat untuk terus menempa diri hingga menjadi hamba
yang bertakwa. Disebutkan dalam surat itu bahwa daging dan darah hewan sembelihan itu
tidak akan sampai kepada Allah, karena memang Allah tidak membutuhkan semua itu, dan
yang dinilai oleh Allah adalah ketakwaan kita.
Karena itu, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa tujuan yang harus dicapai oleh
manusia dengan ibadah haji adalah pencapaian tahap demi tahap nilai ketakwaan, hingga
mencapai derajat manusia sempurna. Keterpisahan dan hal-hal duniawi yang mengikat dan
dari berbagai bentuk hawa nafsu adalah pelajaran terpenting yang harus diserap oleh siapa
saja yang menjalankan ibadah haji ini.
2.2.6 DZIKIR
Kata dzikr menurut bahasa artinya ingat. Sedangkan dzikir menurut pengertian
syariat adalah mengingat Allah SWT dengan maksud untuk mendekatkan diri kepadaNya.
Kita diperintahkan untuk berdzikir kepada Allah untuk selalu mengingat akan kekuasaan dan
kebesaranNya sehingga kita bisa terhindar dari penyakit sombong dan takabbur ( M. Amin,
Aziz, Tirmidzi Abdul Majid 2004:1 )
Allah berfirman Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama)
Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. (QS. Al-Ahzab: 41). Berdzikir dapat dilakukan
dengan berbagai cara dan dalam keadaan bagaimamanapun, kecuali ditempat yang tidak
sesuai dengan kesucian Allah. Seperti bertasbih dan bertahmid di WC. Seperti firman Allah
SWT yang berbunyi (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk
atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran : 191).
Ada beberapa bentuk dan cara berdzikir diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Dzikir dengan hati, yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah
sehingga timbul di dalam fikiran kita bahwa Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa.
Semua yang ada di alam semesta ini pastilah ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT.
2. Dzikir dengan lisan (ucapan), yaitu dengan cara mengucapkan lafazh-lafazh yang di
dalammya mengandung asma Allah yang telah diajarkan oleh Rasulullah kepada
ummatnya. Contohnya adalah: mengucapkan tasbih, tahmid, takbir, tahlil, sholawat,
membaca Al-Quran dan sebagainya.
3. Dzikir dengan perbuatan, yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan
Allah dan menjauhi larangan-laranganNya. Yang harus diingat ialah bahwa semua
amalan harus dilandasi dengan niat. Niat melaksanakan amalan-amalan tersebut adalah
untuk mendapatkan keridhoan Allah SWT. ( Inammuzahiddin Masyhudi, Nurul
Wahyu A, 2006:155 )
3.2 Saran
Kita sebagai umat islam yang baik dapat menjalankan perintah-perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya agar mendapat pahala serta beribadah dengan baik sesuai yang
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
DAFTAR PUSTAKA