FIQIH IBADAH
THAHARAH
DISUSUN OLEH :
1. M. IQBAL DWI AGUSTY
2. IRFAN DANI
3. M ALFRHIAS RIAU SAMUDRA
4. NADIFA RAMADHANI
5. TASYA SITI MARDANI
KELAS 2 A EKSTENSION
SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN KEPULAUAN RIAU
SEMESTER II / GENAP
KATA PENGANTAR
20 Februari 2021
i
Daftar Isi
BAB I.........................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN......................................................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................iii
C. TUJUAN PENULIS......................................................................................................................iii
BAB II.........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................1
A. PENGERTIAN THOHAROH...............................................................................................................1
B. MACAM-MACAM & PEMBAGIAN AIR............................................................................................2
C. MACAM-MACAM THOHAROH........................................................................................................2
1. Bersuci menghilangkan najis......................................................................................................2
2. Bersuci dari hadats......................................................................................................................4
D. CARA MEMBERSIHKAN NAJIS & HADAST.......................................................................................5
1. WUDHU.......................................................................................................................................5
2. MANDI JANABAH........................................................................................................................6
3. TAYAMUM...................................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................12
B. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Oleh karena itu, thaharah mempunyai kedudukan penting dalam shalat yang
menjadi rutinitas ibadah karena orang yang khusyu sebelum shalat (thaharah) maka telah
didapatkan
baginya kunci shalat. Para ulama ahli fiqih (Fuqhaha) membagi thaharah kedalam empat
bagian yaitu: wudhu, mandi junub, tayamum, dan istinja.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Thoharoh ?
2. Apa pengertian wudhu ?
3. Apa itu Tayamum?
4. Pengertian Mandi besar ?
5. Pembagian najis dan cara mensucikannya ?
TUJUAN PENULIS
1. Mendeskripsikan pengertian dan pembagian thoharoh ( bersuci) .
2. Mengetahui pembagian najiz dan cara mensucikannya .
iii
BAB II
PEMBAHASAN
1
PENGERTIAN THOHAROH
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang
nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu
dan bertayammum.
Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari
najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.
Cara bersuci.
Dan sabda Nabi Saw :) sesungguhnya Allah Maha Baik lagi menyukai kebaikan. Dia
adalah Maha Bersih lagi menyukai kebersihan. Dia adalah Maha Dermawan lagi
menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumah-rumah kalian dan
jangan menyerupai kaum yahudi.” (H.R Tarmidzi).
Ibadah yang paling agung dan paling utama adalah sholat yang merupakan tiang
agama dan syarat utama dari shalat adalah Thaharah (Bersuci).
Menghilangkan najis.
2
Berwudlu.
Mandi.
Tayammum.
Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.
1) Air hujan.
2) Air sungai.
3) Air laut.
3
5) Air sumur.
6) Air salju.
7) Air embun[7].
Pembagian air
1) Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.
2) Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan),
yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.
3) Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.
4) Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.
4
MACAM-MACAM THOHAROH
Secara bahasa najis berarti segala sesuatu yang dianggap kotor meskipun suci. Bila
berdasarkan ini maka apa pun yang dianggap kotor masuk dalam kategori barang
najis. Sedangkan secara istilah ilmu fiqih dalam kitab kasyifatussaja’najis adalah
segala sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat
Benda-benda najis
Darah
Babi
Anjing
5
Kategori najiz
Najiz ‘ainiyah , yaitu najis yang memiliki warna, bau dan rasa.
Najiz hukmiyah , yaitu najiz yang tidak memiliki warna, bau dan rasa
Macam-macam najis
Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2
tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.
Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia
dan binatang, kecuali air mani. [5]
6
Cara mensucikannya, membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di
mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air
mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya
wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa
najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang
terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air. Untuk benar-benar
menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu.
Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan 3 cara:
Pertama, mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan
pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding
cara lainnya.
Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya
debu dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.
a) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan
sebagainya.
d) Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang
ternak yang mengenai susu ketika diperah.
7
g) Darah yang masih ada pada daging.
Hadats besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak
sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.
8
CARA MEMBERSIHKAN NAJIS & HADAST
WUDHU
Pengertian Wudlu
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
Rukun Wudlu
Antara lain:
Niat
Membasuh muka
Sunnah Wudlu
9
Membaca basmallah
Berkumur-kumur
Membersihkan hidung
Mengusap kepala
Berturut-turut
10
Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan
Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak
beralas.
MANDI JANABAH
Pengertian
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai
dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang
berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada
yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.
Mengeluarkan mani
Mati
Haid
Nifas
Wiladah (melahirkan)
11
Rukun mandi
Niat
Sunnah mandi
Membaca basmallah
Berturut-turut
Memakai basahan
12
Cara mandi
ث ْاألَ ْك َب ِر م َِن ْالِج َنا َب ِة َفرْ ضًا هلِل ِ َت َعا َلى َ ْت ْال ُغسْ َل ل َِر ْف ِع ْا
ِ َلحد ُ َن َوي
"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala."
Imam al-Ghazali dalam Bidâyatul Hidâyah secara teknis menjelaskan adab mandi besar
dengan cukup rinci mulai dari awal masuk kamar mandi hingga keluar lagi.
13
Ambilah air lalu basuhlah tangan terlebih dahulu hingga tiga kali.
Guyur bagian badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian bagian badan sebelah
kiri juga hingga tiga kali.
Jangan lupa menggosok-gosok tubuh, depan maupun belakang, sebanyak tiga kali; juga
menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya). Pastikan air mengalir ke lipatan-lipatan kulit
dan pangkal rambut. Sebaiknya hindarkan tangan dari menyentuh kemaluan--kalaupun
tersentuh, berwudhulah lagi.
Di antara seluruh praktik tersebut yang wajib hanyalah niat, membersihkan najis (bila
ada), dan menyiramkan air ke seluruh badan. Selebihnya adalah sunnah muakkadah dengan
keutamaan-keutamaan yang tak boleh diremehkan. Orang yang mengabaikan kesunnahan ini,
kata Imam al-Ghazali, merugi karena sejatinya amalan-amalan sunnah tersebut menambal
kekurangan pada amalan fardhu.
14
15
Penyebab yang mengharuskan kita wajib melakukan mandi
Keluar sperma
Haidh atau menstruasi adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam
keadaan normal, minimal sehari semalam (24 jam) dan maksimal lima belas hari.
Sedang umumnya haidh keluar selama tujuh atau delapan hari
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah melahirkan. Minimal
nifas adalah waktu sebentar sedang maksimal adaah 60 hari. Umumnya nifas
berlangsung selama 40 hari. Sebagaimana haidh, wanita yang mengalami nifas juga
wajib mandi setelah darahnya berhenti
Melahirkan
16
Melahirkan normal termasuk hal yang mewajibkan mandi meskipun yang dilahirkan
masih berupa segumpal darah atau daging. Sedang bila proses persalinan melalui
bedah cesar, maka ada perbedaan pendapat di antara ulama. Ada yang berpendapat
tetap wajib mandi dan ada yang mengatakan tidak.
Orang yang meninggal wajib dimandikan selain orang yang meninggal dalam kondisi
syahid dan selain korban keguguran atau aborsi yang belum tampak bentuk sebagai
manusia seperti masih berbentuk segumpal daging.
TAYAMUM
1) Pengertian
2) Syarat tayammum
17
Islam
Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu
3) Rukun tayammum
Niat
Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke
debu
Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.
Tertib
4) Sunnah tayammum
18
Membaca basmallah
Berturut-turut
Karena murtad
6) Dalil-dalil Tayamum
19
:سا َل ْم ُي ْع َط ُهنَّ أَ َح ٌد َق ْبلِي ً – أ ُ ْعطِ يتُ َخ ْم:َاب ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللَا ِ َرضِ َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما; أَنَّ اَل َّن ِب َّي – صلى هللا عليه وسلم – َقال
ِ َعنْ َج
َ
صل ِّ – َوذ َك َر اَ ْل َحدِيث َ
َ لصاَل ةُ ف ْل ُي َ َ َ
َّ َ فأ ُّي َما َر ُج ٍل أدْ َر َك ْت ُه ا,ورا َ َ
ُ َو ُج ِعلَتْ لِي اَأْل ْر,ش ْه ٍر
ً ض َم ْس ِج ًدا َوط ُه َ ير َة
َ ِب َمس ُّ َ ُنصِ ْرتُ ِب
ِ الر ْع
“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); usaplah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’:
43)
“Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6)
20
Dalil lain dari hadits ‘Ammar bin Yasir berikut ini :
َف َقال َ َع َّما ُر ْبنُ َياسِ ٍر لِ ُع َم َر. ب ا ْل َما َء ِ ِت َف َل ْم أُصُ ب َف َقال َ إِ ِّنى أَ ْج َن ْبِ اء َر ُجل ٌ إِ َلى ُع َم َر ْب ِن ا ْل َخ َّطا َ َج
،ت َ ت َف
ُ صلَّ ْي ُ َوأَ َّما أَ َنا َف َت َم َّع ْك، ِّ صل
َ س َف ٍر أَ َنا َوأَ ْن َت َفأ َ َّما أَ ْن َت َف َل ْم ُتَ ب أَ َما َت ْذ ُك ُر أَ َّنا ُك َّنا فِى
ِ ْب ِن ا ْل َخ َّطا
َت لِل َّن ِب ِّى – صلى هللا عليه وسلم – َف َقال َ ال َّن ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – « إِ َّن َما َكان ُ َف َذ َك ْر
س َح َ َو َن َف َخ فِي ِه َما ُث َّم َم، ض َ ض َر َب ال َّن ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِب َك َّف ْي ِه األَ ْر َ َف. » َي ْكفِي َك َه َك َذا
ِب ِه َما َو ْج َه ُه َو َك َّف ْي ِه
Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al-Khatthab, ia berkata, “Aku junub dan tidak
bisa menggunakan air.” ‘Ammar bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin Al-Khatthab
mengenai kejadian ia dahulu, “Aku dahulu berada dalam safar. Aku dan engkau
sama-sama tidak boleh shalat. Adapun aku kala itu mengguling-gulingkan badanku
ke tanah, lalu aku shalat. Aku pun menyebutkan tindakanku tadi pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Cukup bagimu melakukan
seperti ini.” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan
menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, lalu beliau tiup kedua telapak tersebut,
kemudian beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari, no.
338 dan Muslim, no. 368).
Namun dalam riwayat Muslim ini didahulukan mengusap punggung telapak tangan,
lalu wajah. Ini menunjukkan bahwa urutan antara wajah dan kedua telapak tangan
tidak dipersyaratkan mesti berurutan.
Hadits ‘Ammar di atas menunjukkan tayamum cukup sekali tepukan untuk wajah
dan telapak tangan. Jadi kurang tepat dilakukan dengan cara satu tepukan untuk
wajah dan satu lagi untuk telapak tangan hingga siku. Mengapa dinyatakan kurang
tepat?
Hadits yang membicarakan dua kali tepukan dan mengusap tangan hingga siku
berasal dari hadits yang dha’if, tidak ada hadits marfu’ sampai Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Dalam ayat dan hadits hanya dimutlakkan telapak tangan, sehingga tidak mencakup
bagian telapak hingga siku. Ibnu ‘Abbas berdalil bahwa bagian tangan yang dipotong
bagi pencuri adalah hanya telapak tangan. Beliau berdalil dengan ayat tayamum.
(Lihat Shahih Fiqh As-Sunnah, 1:203)
Semoga Allah menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan terus diberi
hidayah untuk beramal shalih.
22
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
PENGERTIAN THOHAROH
Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang
nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu
dan bertayammum.
1) Air hujan.
23
2) Air sungai.
3) Air laut.
5) Air sumur.
6) Air salju.
7) Air embun[7].
Pembagian air
1) Air mutlak
2) Air musyammas
3) Air musta’mal
4) Air mutanajis
24
MACAM-MACAM THOHAROH
Secara bahasa najis berarti segala sesuatu yang dianggap kotor meskipun suci..
Sedangkan secara istilah ilmu fiqih dalam kitab kasyifatussaja’najis adalah segala
sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat
Najiz ‘ainiyah , yaitu najis yang memiliki warna, bau dan rasa.
Najiz hukmiyah , yaitu najiz yang tidak memiliki warna, bau dan rasa
25
Hadats menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah
perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan
sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya,
karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadats dibagi menjadi dua :
Hadats kecil
Hadats besar
WUDHU
Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.
MANDI JANABAH
Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai
dengan niat.
TAYAMUM
26
DAFTAR PUSTAKA
Muhammad jawad mughaniyah, fiqih lima madzab, (jakarta:pt lentera basri tama)
27