Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

FIQIH IBADAH
THAHARAH

DISUSUN OLEH :
1. M. IQBAL DWI AGUSTY
2. IRFAN DANI
3. M ALFRHIAS RIAU SAMUDRA
4. NADIFA RAMADHANI
5. TASYA SITI MARDANI

KELAS 2 A EKSTENSION
SEKOLAH TINGGI ILMU QUR’AN KEPULAUAN RIAU
SEMESTER II / GENAP
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat dan salam kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan Agama Islam.
Kemudian dari pada itu, kami sadar bahwa dalam menyusun makalah ini
banyak yang membantu terhadap usaha kami, mengingat hal itu dengan segala
hormat kami sampaikan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Dosen pengampu yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah
ini Ust Muhammad SQ.MA
2. Teman – teman dan seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam penyelesaian
makalah.
Atas bimbingan, petunjuk dan dorongan tersebut kami hanya dapat berdo' a
dan memohon kepada Allah SWT semoga amal dan jerih payah mereka menjadi
amal soleh di mata Allah SWT. Amin. dan dalam penyusunan makalah ini kami sadar
bahwa masih banyak kekurangan dan kekeliruan, maka dari itu kami mengharapkan
keritikan positif, sehingga bisa diperbaiki seperlunya.
Akhirnya kami tetap berharap semoga makalah ini menjadi butir-butir amalan
kami dan bermanfaat khususnya bagi kami dan umumnya bagi seluruh pembaca.
Amin Yaa Robbal 'Alamin.

20 Februari 2021

i
Daftar Isi
BAB I.........................................................................................................................................................iii
PENDAHULUAN......................................................................................................................................iii
A. LATAR BELAKANG...................................................................................................................iii
B. RUMUSAN MASALAH...............................................................................................................iii
C. TUJUAN PENULIS......................................................................................................................iii
BAB II.........................................................................................................................................................1
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................1
A. PENGERTIAN THOHAROH...............................................................................................................1
B. MACAM-MACAM & PEMBAGIAN AIR............................................................................................2
C. MACAM-MACAM THOHAROH........................................................................................................2
1. Bersuci menghilangkan najis......................................................................................................2
2. Bersuci dari hadats......................................................................................................................4
D. CARA MEMBERSIHKAN NAJIS & HADAST.......................................................................................5
1. WUDHU.......................................................................................................................................5
2. MANDI JANABAH........................................................................................................................6
3. TAYAMUM...................................................................................................................................9
BAB III.....................................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................................12
A. KESIMPULAN.................................................................................................................................12
B. DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Kaum muslimin sangat memperhatikan thaharah bahkan ulama fiqih menganggap


thaharah merupakan salah satu syarat pokok sahnya ibadah Thaharah sangatlah penting
karena bisa menentukan sah atau tidaknya seseorang dalam ibadah.

Keberadaan thaharah mempengaruhi terhadap kualitas ibadah seorang hamba.


Thaharah mendidik seseorang yang ditaklif syara’ untuk senantiasa menjaga kebersihan
dalam keseharian baik dalam bentuk lahiriyah maupun batiniyah.

Ibadah seseorang dipandang baik secara kualitas apabila ia beribadah dalam


keadaan bersih baik secara lahir maupun batin. Thaharah erat kaitannya dengan rutinitas
ibadah terutama shalat. Seseorang yang hendak melaksanakan shalat maka ia wajib untuk
melaksanakan thaharah sebelumnya.

Oleh karena itu, thaharah mempunyai kedudukan penting dalam shalat yang
menjadi rutinitas ibadah karena orang yang khusyu sebelum shalat (thaharah) maka telah
didapatkan
baginya kunci shalat. Para ulama ahli fiqih (Fuqhaha) membagi thaharah kedalam empat
bagian yaitu: wudhu, mandi junub, tayamum, dan istinja.

RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian Thoharoh ?
2. Apa pengertian wudhu ?
3. Apa itu Tayamum?
4. Pengertian Mandi besar ?
5. Pembagian najis dan cara mensucikannya ?

TUJUAN PENULIS
1. Mendeskripsikan pengertian dan pembagian thoharoh ( bersuci) .
2. Mengetahui pembagian najiz dan cara mensucikannya .

iii
BAB II
PEMBAHASAN

1
PENGERTIAN THOHAROH

Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang
nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu
dan bertayammum.

Suci dari hadats ialah dengan mengerjakan wudlu, mandi dan tayammum. Suci dari
najis ialah menghilangkan najis yang ada di badan, tempat dan pakaian.

Urusan bersuci meliputi beberapa perkara sebagai berikut:

Alat bersuci seperti air, tanah, dan sebagainya.

Cara bersuci.

Macam dan jenis-jenis najis yang perlu disucikan.

Benda yang wajib disucikan.

Sebab-sebab atau keadaan yang menyebabkan wajib bersuci.

Dan sabda Nabi Saw :) sesungguhnya Allah Maha Baik lagi menyukai kebaikan. Dia
adalah Maha Bersih lagi menyukai kebersihan. Dia adalah Maha Dermawan lagi
menyukai kedermawanan. Maka bersihkanlah halaman rumah-rumah kalian dan
jangan menyerupai kaum yahudi.” (H.R Tarmidzi).

Ibadah yang paling agung dan paling utama adalah sholat yang merupakan tiang
agama dan syarat utama dari shalat adalah Thaharah (Bersuci).

adapun thaharah dalam ilmu fiqh ialah:

Menghilangkan najis.

2
Berwudlu.

Mandi.

Tayammum.

Alat yang terpenting untuk bersuci ialah air. Jika tidak ada air maka tanah, batu dan
sebagainya dijadikan sebagai alat pengganti air.

MACAM-MACAM & PEMBAGIAN AIR


1. Macam-macam air

Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:

1) Air hujan.

2) Air sungai.

3) Air laut.

4) Air dari mata air.

3
5) Air sumur.

6) Air salju.

7) Air embun[7].

Pembagian air

Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :

1) Air mutlak (air yang suci dan mensucikan), yaitu air yang masih murni, dan tidak
bercampur dengan sesuatu yang lain.

2) Air musyammas (air yang suci dan dapat mensucikan tetapi makhruh digunakan),
yaitu air yang dipanaskan dengan terik matahari di tempat logam yang bukan emas.

3) Air musta’mal (air suci tetapi tidak dapat mensucikan), yaitu air yang sudah
digunakan untuk bersuci.

4) Air mutanajis (air yang najis dan tidak dapat mensucikan), yaitu air telah kemasukan
benda najis atau yang terkena najis.

4
MACAM-MACAM THOHAROH

Bersuci menghilangkan najis.

Secara bahasa najis berarti segala sesuatu yang dianggap kotor meskipun suci. Bila
berdasarkan ini maka apa pun yang dianggap kotor masuk dalam kategori barang
najis. Sedangkan secara istilah ilmu fiqih dalam kitab kasyifatussaja’najis adalah
segala sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat

Benda-benda najis

Bangkai (kecuali bangkai ikan dan belalang)

Darah

Babi

Khamer dan benda cair apapun yang memabukkan

Anjing

Kencing dan kotoran (tinja) manusia maupun binatang

Susu binatang yang haram dimakan dagingnya

Wadi dan madzi

Muntahan dari perut.

5
Kategori najiz

Najis terdiri dari 2 macam :

Najiz ‘ainiyah , yaitu najis yang memiliki warna, bau dan rasa.

Najiz hukmiyah , yaitu najiz yang tidak memiliki warna, bau dan rasa

Macam-macam najis

Najis dibagi menjadi 3 bagian:

Najis mukhaffafah (ringan), ialah air kencing bayi laki-laki yang belum berumur 2
tahun dan belum pernah makan sesuatu kecuali ASI.

Cara mensucikannya, memercikkan air ke tempat yang terkena najis. Cara


memercikkan air ini harus dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh
tempat yang terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air
kencing yang mengenai tempat tersebut. Setelah itu barulah diperas atau
dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang dipakai untuk menyucikan
harus mengalir.

Najis mutawassithah (sedang), ialah najis yang keluar dari kubul dan dubur manusia
dan binatang, kecuali air mani. [5]

Najis ini dibagi menjadi dua:

Cara mensucikannya menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak


ada lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian menyiram tempatnya
dengan air yang suci dan menyucikan.

Najis mughallazah (berat), ialah najis anjing dan babi.

6
Cara mensucikannya, membasuhnya dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di
mana salah satunya dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air
mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya. Dengan hilangnya
wujud najis tersebut maka secara kasat mata tidak ada lagi warna, bau dan rasa
najis tersebut. Namun secara hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang
terkena najis tersebut karena belum dibasuh dengan air. Untuk benar-benar
menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah dibasuh dengan air
sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya dicampur dengan debu.
Pencampuran air dengan debu ini bisa dilakukan dengan 3 cara:

Pertama, mencampur air dan debu secara berbarengan baru kemudian diletakkan
pada tempat yang terkena najis. Cara ini adalah cara yang lebih utama dibanding
cara lainnya.

Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya air dan
mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.

Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena najis, lalu memberinya
debu dan mencampur keduanya, baru kemudian dibasuh.

4) Najis yang dimaafkan

a) Bangkai binatang yang darahnya tidak mengalir seperti nyamuk, kutu, dan
sebagainya.

b) Najis yang sangat sedikit.

c) Darah bisul dan sebangsanya.

d) Kotoran binatang yang mengenai biji-bijian yang akan ditebar, kotoran binatang
ternak yang mengenai susu ketika diperah.

e) Kotoran ikan d dalam air.

f) Darah yang mengenai tukang jagal.

7
g) Darah yang masih ada pada daging.

Bersuci dari hadats

Hadats menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah


perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan
sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya,
karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadats dibagi menjadi dua :

Hadats kecil, adalah perkara-perkara yang dianggap mempengaruhi empat anggota


tubuh manusia yaitu wajah, dua tangan dan dua kaki. Lalu menjadikan sholat dan
semisalnya tidak sah. Hadas kecil ini hilang dengan cara berwudlu.

Hadats besar, adalah perkara yang dianggap mempengaruhi seluruh tubuh lalu
menjadikan sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak
sah. Hadas besar ini bisa hilang dengan cara mandi besar.

8
CARA MEMBERSIHKAN NAJIS & HADAST

WUDHU

Pengertian Wudlu

Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.

Rukun Wudlu

Antara lain:

Niat

Membasuh muka

Membasuh dua tangan sampai siku

Mengusap sebagian kepala

Membasuh kaki sampai mata kaki

Tertib, artinya urut.

Sunnah Wudlu

9
Membaca basmallah

Membasuh tangan sampai pergelangan terlebih dahulu

Berkumur-kumur

Membersihkan hidung

Menyela-nyela janggut yang tebal

Mendahulukan anggota yang kanan

Mengusap kepala

Menyela-nyela jari tangan dan jari kaki

Megusap kedua telinga

Membasuh sampai tiga kali

Berturut-turut

Berdo’a sesudah wudlu

Hal-hal yang membatalkan wudlu

Keluarnya sesuatu dari dua jalan

Tertidur dengan posisi tidak duduk yang tetap

Hilangnya akal (gila, pingsan, mabuk dan sebagainya)

10
Tersentuh kemaluan dengan telapak tangan

Tersentuhnya kulit laki-laki dengan kulit perempuan yang bukan muhrim dan tidak
beralas.

MANDI JANABAH

Pengertian

Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai
dengan niat. Pengertian lain ialah mengalirkan air ke seluruh tubuh baik yang
berupa kulit, rambut, ataupun kuku dengan memakai niat tertentu. Mandi ini ada
yang hukumnya wajib dan ada yang sunnah.

Hal-hal yang mewajibkan mandi (mandi besar/ mandi wajib)

Hubungan suami istri

Mengeluarkan mani

Mati

Haid

Nifas

Wiladah (melahirkan)

11
Rukun mandi

Niat

Menghilangkan najis bila terdapat pada badannya

Meratakan air ke seluruh tubuh, baik berupa rambut maupun kulit

Sunnah mandi

Membaca basmallah

Berwudlu sebelum mandi

Menggosok badan dengan tangan

Menyela-nyela pada rambut yang tebal

Membasuh sampai tiga kali

Berturut-turut

Mendahulukan anggota yang kanan

Memakai basahan

12
Cara mandi

Lafal niat mandi wajib

‫ث ْاألَ ْك َب ِر م َِن ْالِج َنا َب ِة َفرْ ضًا هلِل ِ َت َعا َلى‬ َ ‫ْت ْال ُغسْ َل ل َِر ْف ِع ْا‬
ِ َ‫لحد‬ ُ ‫َن َوي‬

"Aku niat mandi untuk menghilangkan hadats besar dari janabah, fardhu karena Allah ta'ala."

Adab dan tata cara mandi wajib/mandi besar

Imam al-Ghazali dalam Bidâyatul Hidâyah secara teknis menjelaskan adab mandi besar
dengan cukup rinci mulai dari awal masuk kamar mandi hingga keluar lagi.

13
Ambilah air lalu basuhlah tangan terlebih dahulu hingga tiga kali.

Bersihkan segala kotoran atau najis yang masih menempel di badan.

Berwudhu sebagaimana saat wudhu hendak shalat termasuk doa-doanya. Lalu


pungkasi dengan menyiram kedua kaki.

Mulailah mandi besar dengan mengguyur kepala sampai tiga kali--bersamaan


dengan itu berniatlah menghilangkan hadats dari janabah.

Guyur bagian badan sebelah kanan hingga tiga kali, kemudian bagian badan sebelah
kiri juga hingga tiga kali.

Jangan lupa menggosok-gosok tubuh, depan maupun belakang, sebanyak tiga kali; juga
menyela-nyela rambut dan jenggot (bila punya). Pastikan air mengalir ke lipatan-lipatan kulit
dan pangkal rambut. Sebaiknya hindarkan tangan dari menyentuh kemaluan--kalaupun
tersentuh, berwudhulah lagi.

Di antara seluruh praktik tersebut yang wajib hanyalah niat, membersihkan najis (bila
ada), dan menyiramkan air ke seluruh badan. Selebihnya adalah sunnah muakkadah dengan
keutamaan-keutamaan yang tak boleh diremehkan. Orang yang mengabaikan kesunnahan ini,
kata Imam al-Ghazali, merugi karena sejatinya amalan-amalan sunnah tersebut menambal
kekurangan pada amalan fardhu.

14
15
Penyebab yang mengharuskan kita wajib melakukan mandi

Keluar sperma

Keluarnya sperma (mani) mewajibkan mandi baik dari laki-laki maupun


perempuan.

Hubungan seksual (Persetubuhan)

Yang dimaksud hubungan seksual adalah masuknya hasyafah (kepala penis) ke


dalam farji (lubang kemaluan) meskipun memakai kondom ataupun tidak keluar
sperma.

Terhenti keluarnya darah haidh

Haidh atau menstruasi adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita dalam
keadaan normal, minimal sehari semalam (24 jam) dan maksimal lima belas hari.
Sedang umumnya haidh keluar selama tujuh atau delapan hari

Terhenti keluarnya darah nifas

Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan wanita setelah melahirkan. Minimal
nifas adalah waktu sebentar sedang maksimal adaah 60 hari. Umumnya nifas
berlangsung selama 40 hari. Sebagaimana haidh, wanita yang mengalami nifas juga
wajib mandi setelah darahnya berhenti

Melahirkan

16
Melahirkan normal termasuk hal yang mewajibkan mandi meskipun yang dilahirkan
masih berupa segumpal darah atau daging. Sedang bila proses persalinan melalui
bedah cesar, maka ada perbedaan pendapat di antara ulama. Ada yang berpendapat
tetap wajib mandi dan ada yang mengatakan tidak.

Orang yang Meninggal

Orang yang meninggal wajib dimandikan selain orang yang meninggal dalam kondisi
syahid dan selain korban keguguran atau aborsi yang belum tampak bentuk sebagai
manusia seperti masih berbentuk segumpal daging.

TAYAMUM

1) Pengertian

Tayamum secara bahasa berarti berniat, memaksudkan (al-qashdu). Sedangkan


secara istilah, tayamum adalah: Al-Mashu (mengusap) wajah dan tangan dengan
debu yang suci sebagai ganti bersuci dengan air atau ada uzur menggunakan air.

2) Syarat tayammum

17
Islam

Tidak ada air dan telah berusaha mencarinya, tetapi tidak bertemu

Berhalangan mengguankan air, misalnya karena sakit yang apabila menggunakan


air akan kambuh sakitnya

Telah masuk waktu shalat

Dengan debu yang suci

Bersih dari Haid dan Nifas

3) Rukun tayammum

Niat

Mengusap muka dengan debu dari tangan yang baru dipukulkan atau diletakkan ke
debu

Mengusap kedua tangan sampai siku, dengan debu dari tangan yang baru
dipukulkan atau diletakkan ke debu, jadi dua kali memukul.

Tertib
4) Sunnah tayammum

18
Membaca basmallah

Mendahulukan anggota kanan

Menipiskan debu di telapak tangan

Berturut-turut

5) Hal-hal yang membatalkan tayammum

Semua yang membatalkan wudlu

Melihat air, bagi yang sebabnya ketiadaan air

Karena murtad

6) Dalil-dalil Tayamum

19
:‫سا َل ْم ُي ْع َط ُهنَّ أَ َح ٌد َق ْبلِي‬ ً ‫ – أ ُ ْعطِ يتُ َخ ْم‬:َ‫اب ِر ْب ِن َع ْب ِد هَّللَا ِ َرضِ َي هَّللَا ُ َع ْن ُه َما; أَنَّ اَل َّن ِب َّي – صلى هللا عليه وسلم – َقال‬
ِ ‫َعنْ َج‬
َ
‫صل ِّ – َوذ َك َر اَ ْل َحدِيث‬ َ
َ ‫لصاَل ةُ ف ْل ُي‬ َ َ َ
َّ َ‫ فأ ُّي َما َر ُج ٍل أدْ َر َك ْت ُه ا‬,‫ورا‬ َ َ
ُ ‫ َو ُج ِعلَتْ لِي اَأْل ْر‬,‫ش ْه ٍر‬
ً ‫ض َم ْس ِج ًدا َوط ُه‬ َ ‫ير َة‬
َ ِ‫ب َمس‬ ُّ ‫َ ُنصِ ْرتُ ِب‬
ِ ‫الر ْع‬

Dari Jabir bin ‘Abdullah radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa


sallambersabda, “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada para
nabi sebelumku. Di antara lima perkara itu adalah: (a) aku diberi pertolongan
dengan diberikan rasa takut pada musuh dari sebulan perjalanan, (b) seluruh
permukaan bumi dijadikan untukku sebagai tempat shalat dan alat untuk bersuci;
siapa saja yang mendapati shalat di bumi mana pun, maka shalatlah.” (Al-Hadits)
[HR. Bukhari, no. 335 dan Muslim, no. 521]

Dalil dari Al-Qur’an, Allah Ta’ala berfirman :

‫اء فل ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّم ُموا‬


َ ‫س‬َ ‫أح ٌد ِم ْن ُك ْم من ال َغائطِ أو ال َم ْس ُتم ال ِّن‬ َ ‫س َف ٍر أو َجا َء‬ َ ‫َوإنْ ُك ْن ُت ْم َم ْر‬
َ ‫ضى أو على‬
َ ‫فواً َغ‬
ً‫فورا‬ ‫هَّللا‬
َّ ‫م إنَّ َ َكانَ َع‬Bْ ‫س ُحوا ِبو ُجو ِه ُك ْم َوأ ْيديك‬ َ ‫صعِيدَ اً َط ِّي َبا ً َفا ْم‬
َ

“Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); usaplah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun.” (QS. An-Nisa’:
43)

Begitu pula firman Allah Ta’ala,

َ ‫صعِي َداً َط ِّي َبا ً َفا ْم‬


‫س ُحوا ِبو ُجوهِك ْم َوأيديك ْم منه‬ َ ‫َف َل ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّم ُموا‬

“Lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6)

20
Dalil lain dari hadits ‘Ammar bin Yasir berikut ini :

‫ َف َقال َ َع َّما ُر ْبنُ َياسِ ٍر لِ ُع َم َر‬. ‫ب ا ْل َما َء‬ ِ ِ‫ت َف َل ْم أُص‬ُ ‫ب َف َقال َ إِ ِّنى أَ ْج َن ْب‬ِ ‫اء َر ُجل ٌ إِ َلى ُع َم َر ْب ِن ا ْل َخ َّطا‬ َ ‫َج‬
،‫ت‬ َ ‫ت َف‬
ُ ‫صلَّ ْي‬ ُ ‫ َوأَ َّما أَ َنا َف َت َم َّع ْك‬، ِّ ‫صل‬
َ ‫س َف ٍر أَ َنا َوأَ ْن َت َفأ َ َّما أَ ْن َت َف َل ْم ُت‬َ ‫ب أَ َما َت ْذ ُك ُر أَ َّنا ُك َّنا فِى‬
ِ ‫ْب ِن ا ْل َخ َّطا‬
َ‫ت لِل َّن ِب ِّى – صلى هللا عليه وسلم – َف َقال َ ال َّن ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – « إِ َّن َما َكان‬ ُ ‫َف َذ َك ْر‬
‫س َح‬ َ ‫ َو َن َف َخ فِي ِه َما ُث َّم َم‬، ‫ض‬ َ ‫ض َر َب ال َّن ِب ُّى – صلى هللا عليه وسلم – ِب َك َّف ْي ِه األَ ْر‬ َ ‫ َف‬. » ‫َي ْكفِي َك َه َك َذا‬
‫ِب ِه َما َو ْج َه ُه َو َك َّف ْي ِه‬

Ada seseorang mendatangi ‘Umar bin Al-Khatthab, ia berkata, “Aku junub dan tidak
bisa menggunakan air.” ‘Ammar bin Yasir lalu berkata pada ‘Umar bin Al-Khatthab
mengenai kejadian ia dahulu, “Aku dahulu berada dalam safar. Aku dan engkau
sama-sama tidak boleh shalat. Adapun aku kala itu mengguling-gulingkan badanku
ke tanah, lalu aku shalat. Aku pun menyebutkan tindakanku tadi pada Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas beliau bersabda, “Cukup bagimu melakukan
seperti ini.” Lantas beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mencontohkan dengan
menepuk kedua telapak tangannya ke tanah, lalu beliau tiup kedua telapak tersebut,
kemudian beliau mengusap wajah dan kedua telapak tangannya. (HR. Bukhari, no.
338 dan Muslim, no. 368).

Dalam riwayat Muslim disebutkan,

‫ِين َو َظاه َِر َك َّف ْي ِه َو َو ْج َه ُه‬


ِ ‫ش َمال َ َع َلى ا ْل َيم‬ َ ‫ة َوا ِح َد ًة ُث َّم َم‬Bً ‫ض ْر َب‬
ِّ ‫ح ال‬Bَ ‫س‬ َ ‫ه األَ ْر‬Bِ ‫ض َر َب ِب َيدَ ْي‬
َ ‫ض‬ َ ‫ُث َّم‬
21
“Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menepuk kedua telapak tangannya ke
tanah dengan sekali tepukan, kemudian beliau usap tangan kiri atas tangan kanan,
lalu beliau usap punggung kedua telapak tangannya, dan mengusap wajahnya.”

Namun dalam riwayat Muslim ini didahulukan mengusap punggung telapak tangan,
lalu wajah. Ini menunjukkan bahwa urutan antara wajah dan kedua telapak tangan
tidak dipersyaratkan mesti berurutan.

Hadits ‘Ammar di atas menunjukkan tayamum cukup sekali tepukan untuk wajah
dan telapak tangan. Jadi kurang tepat dilakukan dengan cara satu tepukan untuk
wajah dan satu lagi untuk telapak tangan hingga siku. Mengapa dinyatakan kurang
tepat?

Hadits yang membicarakan dua kali tepukan dan mengusap tangan hingga siku
berasal dari hadits yang dha’if, tidak ada hadits marfu’ sampai Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam.

Dalam ayat dan hadits hanya dimutlakkan telapak tangan, sehingga tidak mencakup
bagian telapak hingga siku. Ibnu ‘Abbas berdalil bahwa bagian tangan yang dipotong
bagi pencuri adalah hanya telapak tangan. Beliau berdalil dengan ayat tayamum.
(Lihat Shahih Fiqh As-Sunnah, 1:203)

Semoga Allah menambahkan kepada kita ilmu yang bermanfaat dan terus diberi
hidayah untuk beramal shalih.

22
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Kebersihan yang sempurna menurut syara’ disebut thaharah, merupakan masalah


yang sangat penting dalam beragama dan menjadi pangkal dalam beribadah yang
menghantarkan manusia berhubungan dengan Allah SWT. Tidak ada cara bersuci
yang lebih baik dari pada cara yang dilakukan oleh syarit Islam, karena syariat Islam
menganjurkan manusia mandi dan berwudlu. Walaupun manusia masih dalam
keadaan bersih, tapi ketika hendak melaksanakan sholat dan ibadah-ibadah lainnya
yang mengharuskan berwudlu, begitu juga dia harus pula membuang kotoran pada
diri dan tempat ibadahnya dan mensucikannya karena kotoran itu sangat
menjijikkan bagi manusia

PENGERTIAN THOHAROH

Thaharah menurut bahasa ialah bersih dan bersuci dari segala kotoran, baik yang
nyata seperti najis, maupun yang tidak nyata seperti aib. Menurut istilah para
fuqaha’ berarti membersihkan diri dari hadas dan najis, seperti mandi berwudlu
dan bertayammum.

MACAM-MACAM & PEMBAGIAN AIR


Macam-macam air

Air yang dapat dipergunakan untuk bersuci ada tujuh macam:

1) Air hujan.
23
2) Air sungai.

3) Air laut.

4) Air dari mata air.

5) Air sumur.

6) Air salju.

7) Air embun[7].

Pembagian air

Air tersebut dibagi menjadi 4, yaitu :

1) Air mutlak

2) Air musyammas

3) Air musta’mal

4) Air mutanajis

24
MACAM-MACAM THOHAROH

Bersuci menghilangkan najis.

Secara bahasa najis berarti segala sesuatu yang dianggap kotor meskipun suci..
Sedangkan secara istilah ilmu fiqih dalam kitab kasyifatussaja’najis adalah segala
sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak sahnya ibadah shalat

Najis terdiri dari 2 macam :

Najiz ‘ainiyah , yaitu najis yang memiliki warna, bau dan rasa.

Najiz hukmiyah , yaitu najiz yang tidak memiliki warna, bau dan rasa

Najis dibagi menjadi 3 bagian:

Najis mukhaffafah (ringan),

Najis mutawassithah (sedang)

Najis mughallazah (berat)

Bersuci dari hadats

25
Hadats menurut makna bahasa “peristiwa”. Sedangkan menurut syara’ adalah
perkara yang dianggap mempengaruhi anggora-anggota tubuh sehingga menjadikan
sholat dan pekerjaan-pekerjaan lain yang sehukum dengannya tidak sah karenanya,
karena tidak ada sesuatu yang meringankan. Hadats dibagi menjadi dua :

Hadats kecil

Hadats besar

CARA MEMBERSIHKAN NAJIS & HADAST

WUDHU

Wudlu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan. Sedangkan menurut istilah
syara’ bersuci dengan air dalam rangka menghilangkan hadats kecil yang terdapat
pada wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki disertai dengan niat.

MANDI JANABAH

Mandi dalam bahasa arab al ghuslu artinya mengalirkan alir pada apa saja. Menurut
pengertian syara’ berarti meratakan air yang suci pada seluruh tubuh disertai
dengan niat.

TAYAMUM

Tayamum secara bahasa berarti berniat, memaksudkan (al-qashdu). Sedangkan


secara istilah, tayamum adalah: Al-Mashu (mengusap) wajah dan tangan dengan
debu yang suci sebagai ganti bersuci dengan air atau ada uzur menggunakan air.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dr.Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih thaharah, (jakarta:pustaka al-kautsar,2004)

Muhammad bagir al-habsyi, fiqih praktis, (bandung:media utama{mmu})

Muhammad jawad mughaniyah, fiqih lima madzab, (jakarta:pt lentera basri tama)

27

Anda mungkin juga menyukai