MACAM-MACAM HADITS
2
MURSAL
1
DIFINISI HADITS MURSAL
HUKUM BERHUJJAH
4 3 CONTOH
HADITS MURSAL
DENGAN HADITS MURSAL
1 DIFINISI HADITS
MURSAL
PEMAHAMAN MATERI
AL HADITS MURSAL
Menurut bahasa, mursal berasal dari kata " "س ََل
َ ا َ ْرyang artinya
melepaskan, mursal berarti sesuatu yang dilepaskan. Dinamakan
mursal adalah dikarenakan sanadnya ada yang terlepas atau gugur
yakni dari kalangan sahabat atau tabi’in.
Sedangkan menurut istilah” para ulama memberikan difinisi
tentang hadits mursal sebagai berikut:
1. AL-BAIQUNI:
هو ما سقط من س ند الصحايب
Hadis yang gugur dari sanadnya seorang sahabat .
2. ULAMA MUHADDITSIN
هو ما سقط من اخر اس ناده من بعد التابعي
Hadits yang gugur dari akhir sanadnya orang setelah tabi’in
(sahabat).
3. ULAM HADITS “ AL-HAKIM, IBNU ASH-SHALAH, IBN HAJAR
هو رواية التابعي مطلقا عن النيب صىل هللا عليه وسمل
Adalah periwayatan tabi’in secara mutlak (baik senior atau yunior) dari
Nabi saw.
4. AL-KHATIB AL-BAGHDADI, ABU AL-HASAN BIN AL-QATHAN, DAN AN-
NAWAWI, MENDIFINISIKAN:
هو ما انقط اس ناده يف اي موضع من الس ند
Hadits mursal adalah yang terputus isnadnya dari asal sanad.
Dari beberapa definisi di atas dapat
disimpulkan bahwa hadis mursal adalah
hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in dari
Nabi baik dari perkataan, perbuatan, atau
persetujuan, baik tabi’in senior atau yunior
tanpa menyebutkan penghubung antara
seorang tabi’in dengan Nabi saw. yaitu
SEORANG SAHABAT.
KUE APA YANG ISINYA DILUAR BUNGKUSNYA DI
DALAM ?
2
MACAM- MACAM
HADITS MURSAL
الحديث المرسل
المرسل الخفى
HADITS MURSAL TABI’IN
CONTOH
ْس راق رسأَ رل رر ُج ٌل الْ ر رَبا رء رو َأ رَن َأ ْ رْس ُع قرا رل َأ رشهيدر عر ي ٌِّ ب ر ْد ارا قرا رل رِب رر رز رو رظا ره رر
رع ْن َأ ي ْيب ا ْ ر
Dari Abu Ishaq, seseorang bertanya kepada Bara' dan aku mendengar Bara'
ِ
mengatakan "Aku menyaksikan Sahabat Ali bin Abi Thalib di perang Badar" Bara'
mengatakan, "Sahabat Ali bin Abi Thalib melakukan perang tanding dan menang"". (HR.
Bukhari No. 3674).
BARA' adalah salah satu sahabat Nabi صلى هللا عليه وسلم, tetapi dia tidak ikut dalam
Perang Badar. Jadi, saat dia ditanya mengenai Perang Badar, dia pasti pernah
mendengar dari sahabat lain namun tidak disebutkan sahabat siapa.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan’bahwa hadits Mursal Sahaby adalah hadits
yang disandarkan kepada sahabat Nabi, tetapi berita atau hadits yang ia dapatkan dari
sahabat juga tanpa menyebut nama sahabat yang menjadi sumber awal.
Mursal Jali ( س ُلَاَْل َج ىل
َ ا ْل ُم ْر
JALI ( ) الجالىartinya terang, nyata, atau jelas. Sedangkan Mursal Jali adalah
hadits yang diriwayatkan dari seorang rawi dari rawi lainnya, namun dia TIDAK
SEMASA dengan rawi tersebut.Jadi yang dimaksud hadits Mursal aljali adalah hadits
yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang hadits tesebut dia dapatkan dari seorang
perawi namun di tidak hidup semasa dengan perawi pertama.
CONTOH
ان َّ ُ ُْك ت ُْد رع ْو رن ي ر ْو رم: اّلل عرلر ْي يه رو رس َّ رمل قرا رل رر ُس ْو ُل ه ٰ ي،اّلل ْب ين َأ ي ْيب رز رك ير ََّّي رع ْن َأ ييب ادلَّ ْردرا يء قرا رل
ُ ٰ اّلل رص َّىل ه رع ْن رع ْب يد ه ٰ ي
ِ
الْ يق ريا رم ية يبأَ ْ رْسائي ُ ُْك رو َأ ْ رْسا يء أ رِبئي ُ ُْك فرأَ ْح يس ُن ْوا َأ ْ رْس راء ُ ْك
Dari Abudullah bin Abu Zakariyya, dari Sahabat Abu Darda' berkata, Rosulullah SAW
bersabda, "Sesungguhnya kalian di hari kiamat akan dipanggil dengan nama-nama
kalian dan nama-nama bapak kalian, maka baguskanlah nama-nama kalian"". (HR. Abu
Dawud No. 4297).
IMAM ABU DAWUD mengatakan dalam riwayat haditsnya bahwa ABDULLAH
BIN ABU ZAKARIYYA TIDAK PERNAH BERTEMU DENGAN ABU DARDA' karena tidak
hidup dalam masa yang sama.
ُ َّ رع ْن ُ رُع رر ْب ين رع ْب يد الْ رع يزْي يز رع ْن ُع ْق رب رة ْب ين عرا يم ٍر الْ ُجه ي ي ٰرن رع ْن النَّ ي ي ٰيب رص َّىل
ُ َّ اّلل عرلر ْي يه رو رس َّ رمل قرا رل رر يح رم
اّلل رح يار رس
الْ رح رر يس
"Dari Umar bin Abdul Aziz, dari Sahabat Uqbah bin 'Amir Al-Juhani,
dari Nabi SAW bersabda, "Semoga Allah SWT merohmati orang yang
menjaga para penjaga (orang yang menjaga kaum muslimin)"" (HR. Ad-
Darimi No. 2294).
Diketahui bahwa UMAR BIN ABDUL AZIZ tidak pernah bertemu
dan tidak pernah hidup dalam satu masa dengan Sahabat UQBAH BIN
'AMIR AL-JUHANI.
Mursal Khafi (الْ ُم ْر رس ُل الْ رخ يفى
KHAFI artinya samar, sedangkan MURSAL KHAFI adalah seorang rawi
yang meriwayatkan dari rawi lain yang sezaman, tetapi dia tidak pernah bertemu
dengannya dan tidak pernah mendengar hadits secara langsung .
CONTOH
اّلل عرلر ْي يه رو رس َّ رمل يا رذا قرا رل ب ريَل ٌل رع ين الْ رع روا يم ْب ين رح ْو رش ٍب رع ْن رع ْب يد ه ٰ ي
ُ ٰ رَك رن النَّ ييب رص َّىل ه: اّلل ْب ين را ي ْيب را ْو رف قرا رل
الص رَل ُة َنر ر رض رو رك َّ رَب
َّ قر ْد قرا رم يت
"Dari Awam bin Hausyab, dari Abdullah bin Abu Aufa berkata, "Ketika
Sahabat Bilal bin Rabah mengumandangkan "qod qomatis sholat" (sholat telah
didirikan), maka Nabi SAW bergerak dan takbir.
Diketahui bahwa AWAM BIN HAUSYAB tidak pernah bertemu dengan Sahabat
ABDULLAH BIN ABU AUFA.
APA PERSAMAAN JUAL SATE DENGAN JUAL
SOTO
3 HUKUM
HADITS MURSAL
Hadis mursal pada dasarnya adalah berkualitas dha’if yang
mardud, karena tidak terdapatnya sebagian syarat hadis maqbul yaitu
bersambungnya sanad dan tidak diketahuinya perawi yang terbuang
serta adanya kemungkinan bahwa perawi yang terbuang itu adalah
perwai bukan sahabat. Dalam keadaan seperti ini berarti hadis tersebut
adalah dha’if.
Akan tetapi para ULAMA AHLI HADIS DAN LAINNYA berbeda
pendapat dalam menentukan hukum dan berhujjah dengannya, karena
masing-masing berbeda dalam menentukan letak terputusnya sanadt
tersebut.
Untuk jelasnya tentang pendapat para ulama terkait berhujjah
dengan hadits mursal sebagai berikut
1. Menurut pendapat yang kuat, HADITS MURSAL SHAHABI
(generasi pertama) bisa diterima karena lebih mendekati pada
tidakadanya dusta dari sahabat, sehingga kemungkinan besar
bahwa mereka benar-benar mendengar hadits dari sahabat lain
meskipun menggugurkannya.
2. DHAI’F DAN MARDUD; Pendapat ini menurut sebagian ulama
hadis, kebanyakan ulama fiqh dan ushul fiqh. Argumentasi
mereka adalah karena tidak diketahuinya keadaan perawi yang
terbuang tersebut dan adanya kemungkinan perawi yang
terbuang itu tidak dari golongan sahabat.
3. SHAHIH yang dapat dipakai hujjah; Pendapat ini menurut IMAM
ABU HANIFAH, IMAM MALIK DAN IMAM AHMAD serta kelompok
ulama yang lain dengan syarat bahwa mursil (yang menyampaikan
hadits) adalah orang yang tsiqah dan ia tidak menerimanya kecuali
dari perawi yang tsiqah. Alasannya karena seorang tabi’in yang
tsiqah mustahil menyatakan bahwa Rasulullah Saw. Bersabda,
kecuali telah mendengarnya dari perawi yang tsiqah.