Anda di halaman 1dari 10

DIGITALISASI PERDUKUNAN

Mengemas Kemusyrikan dengan Kecanggihan Teknologi

Ruslan Fariadi
Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta

Pendahuluan
َ َ َ َ َ ْ َ ُ ْ َ ‫َح َّد َثنَا حُمَ َّم ُد ْب ُن ال ْ ُمثَ ىَّن الْ َع زَن ُّي َح َّد َثنَا حَيْ ىَي َي ْعن ْاب َن َسع‬
‫هلل ع ْن نا ِف ٍع ع ْن َص ِف َّية ع ْن‬ ِ ‫يد عن عبي ِد ا‬ ٍ ِ ِ‫ي‬ ِ
ُ‫اهلل َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم قَ َال َم ْن أَ ىٰت َع َّرافًا فَ َسأَ هَل‬
ُ ‫ب َص ىَّل‬ َّ ‫اهلل َعلَيْ ِه َو َسلَّ َم َعن‬
ِّ ‫انل‬ ُ ‫ب َص ىَّل‬ َّ ‫اج‬
ِّ ‫انل‬ ِ ‫و‬َ ‫َب ْعض أَ ْز‬
ِ‫يَ َ ً ِ ي‬
ْ َ َ ْ َ ٌ َ‫َ ْ ِ يَ َ ْ ُ ْ َ يِ ْ هَ ُ َ ا‬
)‫ش ٍء لم تقبل ل صلة أرب ِعني للة (رواه مسلم‬ ْ ‫عن‬
.... dari S|afiyyah, dari sebagian istri Nabi saw, Nabi saw bersabda: “Barang siapa yang mendatangi
tukang ramal (dukun), lalu ia bertanya kepadanya tentang sesuatu hal, maka tidak diterima
salatnya selama empat puluh malam.” (H.R. Muslim).
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kita>b al-sala>m, bab tah}‍ri>m
al-kahha>nah wa itya>n al-kuhha>n (keharaman perdukunan dan mendatangi para dukun),
nomor 4137. Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Ah}‍mad dari sumber yang
sama dalam kita>b awwalu musnad al-Madaniyyi>n ajma‘i>n, bab h}a‍ di>╦ ba‘d}‍u azwa>jin Nabi,
nomor 16041, dan dalam kita>b ba>qy musnad al-Ans\a>r, bab h}a‍ di>╦ ba‘d}u‍ azwa>jin Nabi,
nomor 32138. Sanad hadis ini muttas\i>l (bersambung) sampai kepada Rasulullah
saw dan tidak terjadi inqit\a>‘ (keterputusan) sanad. Seluruh rawi yang terdapat
dalam sanad hadis ini dinilai oleh para kritikus hadis (ulama’ ahli hadis) dengan
komentar: ╦iqah (kredibel), ╦iqah ma’mu>n (kuat lagi terpercaya), s\adu>q (jujur), ilaihi

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
12 Ruslan Fariadi

al-muntaha fi al-╦abat (orang yang paling Dari Abu Hurairah dan al-H{asan, Nabi
mantap), ╦iqah h}‍ujjah (kuat lagi bisa saw bersabda: “Barang siapa yang mendatangi
dijadikan h}u‍ jjah), dan berbagai bentuk dukun atau tukang ramal, lalu ia mempercayai
penilaian yang menunjukkan keadilan hasil ramalannya, maka sungguh ia telah
dan kedabitan (kekuatan intelegensi kafir terhadap apa yang telah diturunkan
kepada Muhammad saw.” (HR. Ah}m ‍ ad).
dan dokumentasi) mereka. Sekalipun
pada dataran sahabat terdapat rawi َ ُ َّ‫َ ى‬ َ ْ ُ َ َّ َ َ ْ ُ َ ْ َ
‫اهلل َعليْ ِه‬ ‫هلل صل‬ ِ ‫عن أ ىِب ه َري َرة أن رسول ا‬
yang mubham (tidak disebutkan nama َ ْ ُ ْ َ ْ َّ
َ
‫ات ِقيل يَا‬ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ َ
dan identitasnya) yaitu dari kalangan ِ ‫وسلم قال اجت ِنبوا السبع الموبِق‬
ْ ِّ َ ُ ْ ِّ‫َ ُ َّ َ َ ر‬ َ َُ
istri Nabi saw, namun hal tersebut ‫السح ُر‬ ِ ‫هلل َوما هن قال الشك بِا‬
‫هلل و‬ ِ ‫رسول ا‬
ُ ْ َ ْ‫ح‬ َّ‫َّ ْ َ َّ َ ُ ا‬ ْ َّ ُ ْ َ َ
tidak berpengaruh pada validitas hadis, ‫اهلل ِإل بِال َ ِّق َوأكل‬ ‫انلف ِس ال يِت حرم‬ ‫وقتل‬
karena al-s\ah}a‍ >bah kulluhum ‘adu>l (semua ْ َّ َ ْ َ ُ ِّ‫يْ َ ْ َ ْ ُ ِّ َ َ َّ َ ي‬ َ َ
‫ال التِي ِم وأكل الربا واتلول يوم الزح ِف‬ ِ ‫م‬
sahabat dikategorikan adil), terlebih َ ْ ُْ َ‫ْ َ ا‬ َ ْ ُْ ُ ْ َ َ
lagi mereka adalah istri dan keluarga ‫ات‬ ِ ‫ات الغا ِفل ِت المؤ ِمن‬ ِ ‫و قذ ف المح ِصن‬
inti Nabi saw. )‫(رواه ابلخاري ومسلم والنسايئ و أبو داود‬
Matan hadis ini juga diriwayatkan Dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya
dan dikuatkan dari berbagai jalur Rasulullah saw bersabda: “Jauhilah oleh kamu
periwayatan. Hadis-hadis lain yang sekalian tujuh hal yang membinasakan.”
menjelaskan tentang keharaman Para sahabat bertanya: “Apakah itu wahai
perdukunan baik secara tersurat Rasulullah?” Rasulullah bersabda: “Syirik
maupun tersirat dapat ditemukan kepada Allah, sihir, membunuh orang yang
dalam berbagai kitab hadis muktabar, diharamkan oleh Allah kecuali karena alasan
antara lain: yang dibenarkan, memakan harta anak
yatim, memakan riba, lari dari medan perang,
ُ ْ َ ُ َ َ ِّ َ ْ َ ْ‫َ ْ َ َ ْ ُ ْ أ‬
‫اهلل عنه‬ ‫اري ر يِض‬
ِ ‫َعن أ ىِب مسعو ٍد النص‬ serta menuduh wanita baik-baik melakukan
ٰ‫ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ ى‬ َّ‫ى‬ َ ْ ُ َ َّ
‫هلل َصل اهلل علي ِه وسلم نه‬ ِ ‫أن رسول ا‬ zina.” (HR. al-Bukha>ri>, Muslim, Nasa>’i
َ‫َ ْ َ َ ْ لَ ْ َ َ ْ بْ َ ِّ َ ُ ْ َ ْ ا‬ dan Abu> Da>wd).
‫ان الك ِه ِن‬ ِ ‫ب ومه ِر ال يِغ وحلو‬ ِ ‫عن ثم ِن الك‬
)‫(رواه ابلخاري‬ ُ ‫اس قَ َال قَ َال َر ُس ْو ُل اهلل َص ىَّل‬
‫اهلل‬ َّ َ ْ َ
ٍ ‫ع ِن اب ِن عب‬
ِ
Dari Abi Mas’ud al-Anshari r.a. bahwasanya ِ‫ج ْوم‬ ُّ ‫اقتَبَ َس ِعلْ ًما ِم َن‬
ُ ‫انل‬ ْ َ َ َّ َ َ ْ َ َ
‫علي ِه وسلم م ِن‬
Rasulullah saw melarang untuk memakan َ َ َ َ َ ْ ِّ َ ً َ ْ ُ َ َ َ ْ
‫ (رواه‬.‫اقتبس شعبة ِمن السح ِر زاد ما زاد‬
hasil dari penjualan anjing, prostitusi, dan
upah dukun. (HR. al-Bukha>ri>). )‫أبو داود وابن ماجة‬
ْ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ ح‬ Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Rasulullah
َّ‫ى‬ َّ ‫ال َ َسن َعن‬
‫ب َصل‬ ِّ ‫انل‬
ِ ِ ‫عن أ يِب هر ير ة و‬ saw bersabda: “Barang siapa yang menempuh
ً َّ َ ْ َِ‫ُ َ َ ْ َ َ َّ َ َ َ َ ْ َ ىٰ اَ ً ي‬ (melakukan) ilmu nujum, maka ia telah
‫اهلل علي ِه وسلم قال من أت ك ِهنا أو عرافا‬
َ‫ُ ْ َ لَى‬ ََ ْ ََ ُ َُ ُ َ َّ َ melakukan sebagian dari sihir, semakin jauh
‫ف َصدقه بِ َما يق ْول فقد كف َر بِ َما أن ِزل ع‬ ia melakukannya maka semakin jauh pula
َّ َ ُ َّ‫حُ َ َّ َ ى‬
)‫اهلل َعليْ ِه َو َسل َم (رواه أمحد‬ ‫مم ٍد صل‬ sihir yang ia perbuat.” (HR. Abu> Da>wd dan
Ibnu Ma>jah).

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Digitalisasi Perdukunan 13

Fiqh al-H{adi>� Dalam konteks artikel ini, yang


Istilah perdukunan berasal dari akan dibahas adalah pemanfaatan
kata dukun yang berarti tukang ramal. kecanggihan teknologi oleh para dukun
Dalam bahasa Arab, perdukunan ini atau paranormal untuk menyebarkan
sepadan dengan kata kahana yang atau mempublikasikan hasil ramalan
berūarti menyelesaikan persoalan mereka (perdukunan digital) sehingga
dengan cara gaib, dan orangnya disebut lebih cepat diakses oleh publik dengan
ka>hin. Dukun atau ka>hin yaitu orang kecepatan tinggi, dapat dimanfaatkan di
yang memberitakan hal-hal yang gaib segala ruang dan waktu, dapat diakses
yang akan terjadi atau suatu yang berulang kali, serta mudah dimodifikasi
terkandung di dalam hati seseorang. ke dalam berbagai bentuk dan dalam
Istilah lainnya adalah ‘arra>f (tukang jumlah yang sangat besar. Dengan
ramal) dan munajjim (ahli nujum). semakin maraknya praktik-praktik
Ketiga macam istilah ini (ka>hin, ‘arra>f, perdukunan modern tersebut, semakin
dan munajjim) menurut Ibnu Taimiyah, mudah tersebarnya budaya dan praktik
memiliki makna yang sama (sinonim) yang menyesatkan masyarakat.
sebagaimana pengertian di atas (al-Ja>mi‘
al-Fari>d: 24). Implementasi Makna Hadis
Dalam aplikasinya di tengah Saat ini, digitalisasi perdukunan
masyarakat, istilah dukun memang (perdukunan digital) benar-benar telah
terkadang memiliki makna positif merasuki relung kehidupan masyarakat
dan negatif. Salah satu penggunaan modern dan ter masuk epidemik
terminologi dukun yang memiliki kemusyrikan yang sangat kronis dan
makna positif misalnya “dukun beranak memprihatinkan. Perdukunan ternyata
atau dukun bayi”, yaitu orang yang bukanlah fenomena magis yang hanya
dianggap terampil dan dipercaya oleh diminati oleh masyarakat awam yang
masyarakat untuk menolong persalinan dikesankan primitif dan kurang ilmu
serta perawatan ibu dan anak sesuai pengetahuannya. Namun fenomena
kebutuhan masyarakat (Depkes RI, magis ini juga sangat diminati oleh
1993). Adapun dalam pengertian yang “manusia modern” yang dikenal
negatif (menurut perspektif Islam), memiliki ilmu, wawasan, dan logika
dukun adalah: orang yang mengaku yang tercerahkan. Tidak sedikit dari
mampu mengetahui kejadian yang akan mereka yang menyelesaikan persoalan
datang (kabar baik atau buruk), dapat hidupnya di hadapan para dukun.
menunjukkan barang yang dicuri atau Bahkan di kalangan anak-anak muda
tempat kehilangan dan tahu hal-hal sering terdeūngar jargon umum seperti
yang gaib serta sesuatu yang ada di “cinta ditolak, dukun bertindak”.
dalam hati orang lain, dengan cara-cara Selaras dengan perkembangan
yang dilarang oleh agama. zaman, istilah perdukunan pun turut

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
14 Ruslan Fariadi

mengalami modifikasi dan modernisasi. pejabat maupun penjahat, pengusaha,


Gelar atau panggilan para “aktivis kalangan profesional, intelektual, dan
perdukunan” yang terkesan angker dan rakyat biasa telah menjadi konsumen
menyeramkan pun kini telah diganti atau pelanggan setia jasa perdukunan
dengan istilah yang lebih modern dan modern. Kondisi ini menjadi lahan
terhormat, seperti para normal, orang subur bagi dunia perdukunan dan
pintar, ahli spiritual, penasehat spiritual, paranormal untuk mendulang pundi-
dan lain sebagainya. Penampilan yang pundi “rezeki” dan mengepulkan asap
dahulu dikenal angker dan menakutkan, dapur rumah tangga mereka.
kini telah bermetamorfosis layaknya Terlebih lagi setelah di-back-up
para ar tis atau kaum eksekutif oleh media cetak maupun elektronik
dengan berdasi, berjas, dan bahkan bahkan dunia maya (internet), membuat
menggunakan mobil elit nan canggih. aksi mereka semakin populer dan
Begitu pula halnya dengan aksi semakin diminati oleh berbagai lapisan
mereka, kini telah banyak mengalami masyarakat. Bahkan berbagai sinetron
modernisasi. Dahulu mereka melakukan yang menampilkan dunia mistik baik
ritual perdukunan di tempat-tempat secara vulgar maupun dengan kemasan
tertutup dan terpencil, kini mereka religiusitas, semakin menggiurkan dan
beraksi di hotel, di gedung-gedung membodohi masyarakat. Tidak sedikit
mewah, di mall, dan tempat-tempat masyarakat awam yang berkeyakinan
umum lainnya. Bahkan mereka berani bahwa para dukun tersebut benar-benar
memasang iklan, baik di media cetak hebat dan mujarab.
maupun elektronik. Sebagai dampaknya Jika hal ini tidak mendapatkan
bagi sebagian orang, praktik perdukunan perhatian serius, maka fenomena
modern semacam ini sangat diminati perdukunan benar-benar akan merusak
dan tidak dianggap sebagai bentuk akidah umat. Di sinilah dibutuhkan peran
perdukunan, baik untuk mencari agama dan para tokohnya (termasuk
solusi dari problematika hidup yang Muhammadiyah) untuk melakukan
dihadapi, maupun sebagai profesi untuk peran purifikasinya dalam rangka
mendulang materi. meminimalisir dan mensterilkan akidah
Gejala lari ke dunia perdukunan, umat dari berbagai penyimpangan dan
paranormal, ahli spiritual, atau “orang kesyirikan yang dapat membatalkan
pintar” kini semakin mengakar kuat di ketauhidan mereūka. Mereka harus
tengah sebagian masyarakat modern. disadarkan bahwa kenyataan yang
Jasa mereka diyakini sangat ampuh mereka dapatkan dari para dukun (para
untuk merealisasikan harapan dan cita- normal) merupakan sebuah kesyirikan
cita mereka, baik dalam urusan rezeki, yang amat besar.
perjodohan, keselamatan, jabatan dan Imam al-Nawawi dalam Syarah
lain sebagainya. Bahkan banyak para S|ah}‍i>h}‍ Muslim ketika menjelaskan isi

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Digitalisasi Perdukunan 15

kandungan hadis tersebut di atas dengan menggunakan syarat, mahar,


menjelaskan bahwa para dukun atau perantara, dan mantera merupakan
tukang ramal (‘arra>f) mengajak orang bentuk kesyiūrikan yang sangat besar.
lain kepada kesesatan, yang salah satu Dengan cara-cara itulah jin masuk
dampaknya adalah tidak diterimanya dengan cara yang disadari ataupun
salat mereka selama empat puluh hari. tidak. Hal tersebut sesungguhnya telah
Artinya, salat mereka tidak mendapatkan disinyalir dalam al-Qur’an, antara lain:
pahala sedikitpun, sekalipun secara
‫ال‬ َ َ ْ ُ ْ ُ َ ْ ْ‫َو َأنَّ ُه اَك َن ر َج ٌال م َن إ‬
hukum telah menggugurkan kewajiban. ٍ ‫الن ِس يعوذون بِ ِرج‬
ِ ِ ِ
ً َ َ ْ ُ ْ ُ َ َ ِّ ْ‫َ لج‬
Lebih lanjut Imam al-Nawawi )6 :‫ِمن ا ِ ن فزادوهم رهقا (اجلن‬
mengemukakan pendapat jumhur “Bahwasanya ada beberapa orang (laki-laki)
ulama’ yang mengatakan bahwa “Salat di antara manusia meminta perlindungan
fardu dan beberapa ibadah wajib kepada beberapa (laki-laki) di antara jin,
lainnya merupakan kewajiban yang maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa
harus ditunaikan. Jika ibadah tersebut dan kesalahan.” (QS. 72:6).
dilaksanakan secara sempurna sesuai َ َ َ‫لَى‬ ْ ُ َ‫اَ ُ ْ َ ْ َ ا‬
dengan tata caranya, maka seseorang )*( ‫ب فل يظ ِه ُر ع غيْ ِب ِه أ َح ًدا‬ ِ ‫علِم الغي‬
itu telah mendapatkan dua hal, yaitu ُ ُ َ ُ َّ َ َ‫ى‬
‫ارتض ِم ْن َر ُس ْو ٍل ف ِإنه ي ْسلك ِم ْن‬
َ ْ ‫إ اَّل َمن‬
ِ ِ
ْ َ ْ‫َ ن‬
gugur nya (telah melaksanakan) )27-26 :‫ي يَ َدي ْ ِه َو ِم ْن خل ِف ِه َر َص ًدا (اجلن‬
ِ ‫ب‬
kewajiban dan mendapatkan pahala.
Namun jika seseorang melakukan
perdukunan, maka ia hanya “Dia adalah Tuhan yang mengetahui yang
mendapatkan yang pertama (gugur gaib, Dia tidak memperlihatkan kepada
seorang pun yang gaib itu, kecuali kepada
kewajiban) namun tidak mendapatkan
rasul yang diridai-Nya, maka sesungguhnya
yang kedua (pahala). Dia mengadakan penjaga-penjaga (malaikat)
di muka dan di belakangnya.” (QS. 72:
Cara dan Media Perdukunan 26-27).
Digital
ً َْ ْ ُ ْ ُ َّ َ ْ َ ِ ‫انل‬
Para dukun atau paranormal ‫هلل أن َدادا‬ ِ ‫اس من يت ِخذ ِمن دو ِن ا‬ َّ ‫َو ِم َن‬
ُّ َ َ ْ َ َّ‫ذ‬ َ
ِّ ُ ْ ُ َ ْ ُّ ُ‫ح‬
sesungguhnya manusia biasa yang tidak ‫الي َن آ ََمنُوا أشد ُح ًّبا‬ ِ ‫هلل و‬ ِ ‫يبونهم كحب ا‬ ِ
memiliki kelebihan tertentu melainkan َ‫َول َ ْو يَ َرى ذَّال ْي َن َظلَ ُم ْوا إ ْذ يَ َر ْو َن الْ َع َذاب‬
dengan cara berbakti, tunduk, dan taat ِ ِ ِ ِ‫لهل‬
َ َ ْ ُ ْ َ َ َّ َ َ ً ْ َ‫م‬ َ َّ ُ ْ َّ َ
“menyembah” jin. Berendam, mandi ‫اب‬ ِ ‫جيعا وأن اهلل ش ِديد العذ‬ ِ ِ ِ‫أن القوة لهل‬
dengan cara tertentu, tapa (meditasi) )165 :‫(ابلقرة‬
di gua-gua, puasa dengan cara-cara “Dan di antara manusia ada orang yang
tertentu, menyembelih hewan dengan menyembah tandingan-tandingan selain
kriteria dan cara tertentu adalah sebagian Allah, mereka mencintainya sebagaimana
dari bentuk ritual penyembahan jin. mereka mencintai Allah. Adapun orang-
Setiap praktik dukun atau paranormal orang yang beriman sangat cinta kepada

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
16 Ruslan Fariadi

Allah. Seandainya orang-orang yang berbuat melakukan pencurian tidak harus


zalim itu mengetahui ketika mereka melihat dengan mendatangi korbannya. Mereka
siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan cukup duduk di depan komputer yang
itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa dihubungkan dengan internet, namun
Allah amat berat siksaan-Nya, niscaya mereka sanggup menjebol rekening
mereka menyesal.” (QS. 2: 165).
orang lain dalam radius yang sangat
Praktek perdukunan digital jauh (bahkan antar negara) dan dalam
(proūses maupun tata caranya) jumlah yang sangat besar (pencurian
sesungguhnya memiliki kesamaan digital). Sekalipun modus operandinya
dengan praktek perdukunan pada berbeda dengan kenyataan saat al-
umumnya, baik dahulu maupun kini. Qur’an diturunkan, namun secara
Namun dalam beberapa hal, para substansi, tetap dihukumi sebagai
“aktivis perdukunan” berusaha untuk bentuk pencurian yang dilarang oleh
memodernisasi diri dengan melakukan agama.
modifikasi dan kreasi-inovatif sesuai Begitu pula halnya dengan
dengan kemajuan dan perkembangan perdukunan, sekalipun bentuk dan
teknologi. Aspek yang paling banyak caranya telah mengalami modifikasi
dimodifikasi adalah strategi pemasaran dan modernisasi, namun secara hukum
(publikasinya), baik yang menyangkut agama tetap saja perbuatan syirik dan
media, istilah, maupun strategi bentuk kemungkaran yang sangat serius.
memperdaya konsumen yang relatif Atau dengan ungkapan lain, segala
semakin berilmu dan memiliki wawasan bentuk perdukunan yang terjadi baik
luas. dahulu maupun dewasa ini, hakekatnya
Berbicara tentang perubahan dan memiliki substansi dan hukum yang
modifikasi kemungkaran, sebenarnya sama, sekalipun istilah dan medianya
telah umum terjadi dan merupakan telah mengalami modifikasi sesuai
keniscayaan sejarah peradaban umat dengan perkembangan zaman.
manusia. Banyak bentuk kemungkaran Dengan mengacu pada kaiūdah-
(kejahatan) yang dilarang oleh agama kaidah perdukunan sebagaimana
yang telah mengalami modifikasi atau dijelaskan dalam al-Qur’an maupun
perubahan bentuk dan modus operandi, hadis Nabi saw, maka banyak hal
namun secara substansial tetap sebuah yang dapat dikategorikan sebagai
kemungkaran atau kejahatan. perdukunan digital, antara lain: (1)
Dahulu, para pencuri atau Ramalan Nasib/Zodiak/Horoskop/
perampok menjalankan aktifitas Perbintangan/Sio Hewan/Feng-Shui.
kejahatannya secara tradisional, (2) Menjual dan mengiklankan produk
dengan mendatangi korban dan perdukunan dan kemusyrikan (seperūti
mengambil barang-barang mereka. hasil ramalan dengan media kartu, dadu,
Namun kini, seseorang yang ingin anak panah, suara binatang), baik lewat

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Digitalisasi Perdukunan 17

iklan cetak, elektronik, maupun dunia para dukun dengan berbagai trik dan
maya, (3) Meramal/menentukan baik- tipu muslihatnya. Salah satunya dengan
buruk berdasarkan hari atau tanggal membungkus praktek perdukunan
tertentu, melihat telapak tangan, dengan deūngan simbol-simbol agama dan
membaca huruf-huruf abjad, dengan lainnya, serta maraknya siaran-siaran
melihat arah atau atap rumah. Semua perdukunūan yang didukung oleh
itu kemudian dikomunikasikan antara infotainomics yang memiliki dana besar
sang dukun dengan kliennya melalui untuk iklan dan promosi.
media-media digital modern.
Hukum Perdukunan serta Bahaya
Faktor-Faktor Maraknya yang Ditimbulkan
Perdukunan (Digital) Jika dinalar secara rasional-imani,
Salah satu penyakit kronis yang setiap perintah maupun larangan dalam
menjangkiti “manusia modern” adalah syari’at agama pasti memiliki hikmah
adanya kecenderungan manusia untuk dan manfaat bagi kehidupan manusia
percaya kepada Tuhan, namun tidak baik di dunia maupun di akhirat kelak.
mau terikat dengan aturan-aturan Ayat dan hadis Nabi tentang larangan
agama, sehingga mereka menempuh mendatangi dan mempercayai dukun
hidup menurut selera sendiri dan atau para normal, juga pasti memiliki
mencari perlindungan dengan cara-cara hikmah yang sangat besar bagi manusia
yang menyimpang dari aturan agama itu sendiri, baik dalam dimensi agama
seperti perdukunan dan lainnya. maupun kehidupan sosialnya.
Realitas semacam itu banyak Dari representasi ayat dan
terjadi dalam kehidupan sebagian hadis-hadis Nabi di atas, sangat jelas
masyarakat modern saat ini. Meskipun bahwa Islam melarang umatnya untuk
mereka hidup di tengah kemajuan melakukan aktifitas perdukunan, baik
ilmu dan teknologi, namun masih sebagai pelaku maupun konsumen.
banyak orang yang cenderung kepada Salah satu poin terpenting yang patut
“keajaiban-keajaiban” mistik sehingga dipahami dan direnungkan dari matan
terjebak dalam perdukunan yang jelas- hadis tersebut adalah bahwa orang
jelas bertentangan dengan akidah dan yang memanfaatkan jasa dukun atau
syari’ah. peramal (paranormal) dan percaya
Terjebaknya sebagian orang pada ramalannya, maka orang tersebut
dalam dunia perdukunan, umumnya telah melakukan dosa besar berupa
disebabkan oleh beberapa faktor, antara kesyirikūan dan dianggap telah kufur
lain: (1) lemahnya iman, (2) jahalah bid- (ingkar) terhadap ajaran Islam, serta
din (bodohan terhadap ajaran agama), salatnya tidak akan diterima selama 40
(3) tidak sabar dalam melakukan hari 40 malam.
ikhtiyar, (4) korban iklan dan penipuan

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
18 Ruslan Fariadi

Percaya pada perdukunan tidak kekuasaan jin atas para konsumennya.


hanya dalam pengertian mempercayai Hal ini selaras dengan penjelasan Allah
dan mendatangi dukun atau para SWT dalam surat al-Jin ayat 6:
normal secara fisik semata. Tetapi “Dan bahwasanya ada beberapa orang
juga membaca dan mempercayai hasil di antara manusia meminta perlindungan
ramalan para dukun atau para normal kepada jin, maka jin-jin itu menambah bagi
yang tersebar di media cetak maupun mereka rahaqa”.
elektronik sebagaiman yang terjadi Imam Ibnu Katsir menjelaskan,
pada saat ini. bahwa kata rahaqa dalam ayat ini
Dalam konteks digitalisasi berarti dosa, ketakutan, dan menambah
perdukunan, hadis yang berbunyi keberanian bagi jin pada manusia. Ketika
“man ata ka>hinan au ‘arra>fan fas\addaqahu jin tahu manusia minta perlindungan
bima> yaqu>l, fakad kafara bima> unzila karena takut pada mereka, maka jin
‘ala> Muh} ‍a mūmad” (Barang siapa menambahkan rasa takut dan gelisah
yang mendatangi dukun atau tukang agar manusia semakin tambah takut
ramal, lalu ia mempercayai apa yang dan selalu minta perlindungan kepada
dikatakannya, maka ia telah ingkar mereka (Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}‍im
> , 4:453).
terhadap ajaran yang diturunkan kepada Begitu pula dengan kandungan
Muhammad), dapat memunculkan surat al-Falaq dan al-Na>s adalah bukti
pemahaman baru: “man qara’a zodiac bahwa jin dan setan dapat berbuat jahat
au horoskop fas\addaqahu bima> yaqu>l, fakad terhadap manusia. Kedua surat itu juga
kafara bima> unzila ‘ala> Muh}‍amūmad” mengajarkan kita untuk berlindung dari
(Barang siapa yang membaca zodiac hal-hal tersebut hanya kepada Allah
atau horoskop, lalu ia mempercayai apa semata. Tindakan preventif dengan
yang ia baca itu, maka ia telah ingkar salat dan zikir (QS. 2:153), berdoa
terhadap ajaran yang diturunkan kepada sesuai tuntutan agama perlu dilakukan
Muhammad). sebelum terjadi. Dengan ungkapan lain,
Pergi ke dukun atau paranormal kembali ke agama adalah jalan pertama
ibarat menyelesaikan masalah dengan dan utama agar terhindar dari dunia
masalah yang lebih besar dan merupakan perdukunan yang penuh kesesatan dan
awal dari berbagai bencana. Jin dan kebohongan, serta dari bencana yang
setan akan terus menanamkan rasa lebih besar.
takut, gelisah dan ketergantungan bagi Adapun bencana besar yang
para konsumen dan pengguna jasanya, dapat ditimbulkan oleh perdukunan
yang menyebabkan ia tak akan lepas (perdukunan digital), antara lain: (1)
dari pengaruhnya. Syarat-syarat yang pelaku dan orang yang meminta jasa
beraneka ragam dari yang tidak rutin perdukunan telah melakukan dosa
atau rutin dikerjakan pada waktu atau besar berupa kesyirikan; (2) perdukunan
tempat tertentu merupakan bukti nyata merupakan salah satu dari tujuh hal

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
Digitalisasi Perdukunan 19

yang membinasakan; (3) perdukunan


adalah salah satu bentuk kedurhakaan,
karena telah melakukan larangan Allah
dan Rasul-Nya; (4) pelakunya termasuk
pengikut setan; (5) dukun serta orang
yang mempercayai ramalan mereka
tidak akan diterima salatnya selama
40 hari; dan (6) perdukunan termasuk
aktifitas yang sangat berbahaya bagi
diri dan keluarga pelaku, karena jin
yang diminta jasanya untuk membantu
proses ramalan akan selalu meminta
tebusan (pamrih) kepada pelaku maupun
anak keturunannya. Walla>hu a‘lam bi al-s\
awa>b.

DAFTAR PUSTAKA
Shalih Fauzan bin Abdullah al-Fauzan,
Kitab Tauhid, Yogyakarta: UII Press,
2000.
Ibnu Ka╦i>r, Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}‍i>m,
Kairo: Maktabah al-S}‍a fa, cet. i,
2004.
Ibnu Taimiyah, Majmu>‘ Fata>wa>, Lajnah
Da’wah wa al-Ta‘li>m, 1997.
Qindil, Abdul Mun‘im, al-Tada>wa> bi
al-Qur’a>n (Berobat dengan al-Qur’an),
Bandung: IBS, Mei 2008.

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M
20 Ruslan Fariadi

Jurnal TARJIH
Volume 11 (1) 1434 H/2013 M

Anda mungkin juga menyukai