Anda di halaman 1dari 10

STUDI ILMU HADITS

(Larangan Na'yu pada Mayat/Jenazah)

A. Bunyi Hadits
‫يب‬ ِ
ُ ‫س َحدَّثَنَا َحب‬ ٍ ‫ُّوس بْ ُن بَ ْك ِر بْ ِن ُخنَ ْي‬ ِ ‫َْحَ ُد بْ ُن َمنِي ٍع َحدَّثَنَا َعْب ُد الْ ُقد‬
ْ ‫َحدَّثَنَا أ‬
ِ ‫بن سلَي ٍم الْعب ِسى عن بِالَِل ب ِن ََيَي الْعب ِسى عن ح َذي َفةَ ب ِن الْيم‬
‫ان قَ َال إِ َذا‬ َ َ ْ ْ ُ ْ َ ِّ َْ َ ْ ْ ْ َ ُّ َْ ْ ُ ُ ْ
‫صلى‬- ‫ول اللَّ ِو‬ ِ ِ ُّ ‫ِم‬
َ ‫ت َر ُس‬ ُ ‫اف أَ ْن يَ ُكو َن نَ ْعيًا فَِإ ِِّّن ََس ْع‬
ُ ‫َخ‬ َ ‫ت فَالَ تُ ْؤذنُوا ِب إِ ِِّّن أ‬
ٌ ‫ َى َذا َح ِد‬.‫ يَْن َهى َع ِن الن َّْع ِى‬-‫اهلل عليو وسلم‬
.1‫يث َح َس ٌن‬
Artinya :Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Mani', telah
menceritakan kepada kami Abdul Quddūs bin Bakr bin Khunais, telah
menceritakan pada kami Habib bin Sulaim al-'Absi dari Bilal bin Yahya al-
'Absi dari Hudzaifah bin al-Yamān berkata : "Jika aku mati, janganlah kalian
mengumumkan kematianku, karena aku takut hal tersebut termasuk dari an-
Na'yu. Aku pernah mendengar Rasulullah saw. melarang an-Na'yu". Ini
merupakan hadits Hasan Shahih.

B. Tahapan Pemahaman Hadits


1. Kajian Linguistik
Kajian lingustik ini digunakan untuk menganalisis makna kata per
kata dengan harapan supaya makna hadits menjadi jelas.
Kata Mittu (‫ )مث‬merupakan bentuk kata kerja lampau (ً‫)الفعل الماض‬
yang berasal dari kata māta (‫ )مات‬yang berarti terpisah dari kehidupan.
Adapun bentuk nominanya adalah kata mautun (‫ )مىت‬yang menjadi
antonim dari kata hidup2.

1
Muhammad bin Isa bin Sarwah al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, (Beirut : Darul
Gharbi al-Islami, 1998), hlm. 191, Juz. 4, no. Hadits : 1002, cet. Ke-2.
2
Ibrahim Musthafa, Ahmad az-Ziyad, Hamid Abdul Qadir, dan Muhammad an-Najjar,
al-Mu'jam al-Wasît, (Dar ad-Da'wah, T.t), Jld. 2, hlm. 891. Lihat juga karya Ahmad Warson
Munawwir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya : Pustaka Progresif, 1997), cet.
Ke-14, hlm. 1365.

1
Adapun kata fa lā tu'ẓinu bî (‫ )فال جؤذوىا بي‬adalah bentuk kata kerja
larangan (ً‫ )وه‬yang satu forma dengan kata lā tuf'il ( ْ‫)ال جُ ْف ِعل‬. Bentuk kata
kerja lampau kata tersebut adalah Āẓana (‫ )آذن‬yang memiliki arti
menetapkan (‫)وقري‬. Namun jika kata kerja tersebut disertakan huruf ba'
(huruf Khafad ba') seperti kata āẓana bi (‫ )آذن بــ‬maka artinya adalah
memanggil atau mengumumkan (‫)وادي و أعلم‬.3Makna yang tepat adalah
makna yang kedua, yakni mengumumkan, dengan adanya indikasi kata
penghubung ba' yang berada setelahnya.
Kata akhāfu (‫ )أخاف‬adalah bentuk kata kerja mendatang ( ‫الفعل‬
‫ )المضارع‬dengan bentuk khāfa (‫ )خاف‬sebagai forma kata kerja lampaunya.
Adapun bentuk nomina kata tersebut adalah khaufun, makhāfatun, dan
khîfatun (‫ خيفة‬،‫ مخافة‬،‫ )خىف‬yang memiliki arti keinginan atau harapan
supaya terlepas dari sesuatu yang ia benci atau kehilangan sesuatu yang
dicintai.4Dengan demikian, makna dari kata tersebut adalah bentuk
kecemasan dan kekhawatiran yang dialami seseorang.
Kata na'yan (‫ )وعيا‬berupakan bentuk nomina yang berasal dari kata
kerja na'ā (ً‫ )وع‬yang bisa dikonjungsikan dengan huruf lām atau ilā ( ‫وعً لىا‬
‫)أو إليىا فالوا‬, yang artinya memberitahu atas wafatnya. Dengan demikian,
makna nomina sebelumnya adalah pemberitahuan kematian.5
Adapun kata yanhā 'an (‫ )يىهً عه‬adalah bentuk verba yang
memiliki arti melarang, mencegah, dan mengharamkan. Arti kata tersebut
diperoleng dari gabungan verba dengan konjungsi 'an (‫)عه‬. Hal itu akan
berbeda maknanya jika kata terja tersebut dikonjungsikan dengan huruf
yang lain semisal ilā (‫ )وعً إليً الخبر‬yang berarti telah sampai berita itu,
sama dengan kata kerja balagha (‫)بلغ‬.6

3
Ibrahim Musthafa, Ahmad az-Ziyad, Hamid Abdul Qadir, dan Muhammad an-Najjar,
al-Mu'jam al-Wasît, Jld. 1, hlm. 11.
4
Ibid, Jld. 1, hlm 262.
5
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Munawwir Arab-Indonesia, hlm. 1439-1440.
6
Ibid, hlm. 1471.

2
2. Kajian Tematis Komprehensif
Terhadap kajian Na'yu di atas, penulis ingin memaparkan beberapa
hadits yang setema dan semakna dengan hadits di atas. Fungsi pemaparan
hadits lain yang semakna adalah untuk memperoleh informasi dan
pemahaman yang komprehensif dan mendalam.
Adapun hadits-hadits yang senada dengan hadits uatama di atas
adalah :
a. Hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah

‫ َحدَّثَنَا َح َّك ُام بْ ُن َس ْل ٍم َوَى ُارو ُن بْ ُن‬: ‫ي قَ َال‬ َّ ‫َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن ُْحَْي ٍد‬
ُّ ‫الرا ِز‬

‫يم َع ْن َع ْل َق َمةَ َع ْن َعْب ِد اهللِ َع ِن‬ ِ ِ ِ ِ


َ ‫الْ ُمغ َرية َع ْن َعْنبَ َسةَ َع ْن أَِِب ْحََْزَة َع ْن إبْ َراى‬
‫ إِيَّا ُك ْم َوالن َّْع َي فَِإ َّن الن َّْع َي ِم ْن َع َم ِل‬: ‫صلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم قَ َال‬
َ ‫َِّب‬ِّ ِ‫الن‬
7 ِ ِِ
.‫اجلَاىليَّة‬
Artinya : telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Humaidi
al-Rāzi berkata : telah menceritakan kepada kami Hakam bin Salm dan
Harun bin al-Mughirah dari 'Ambasah dari Abu Hamzah dari Ibrahim dari
'Alqamah dari Abdullah dari Nabi Muhammad saw bersabda :"Jauhilah
na'yu, karena sesungguhnya na'yu termasuk perbuatan orang-orang
Jahili".
b. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah
ِ ِ‫اب عن سع‬
‫يد بْ ِن‬ ٍ ِ ٌ ِ‫ َح َّدثَِِن َمال‬: ‫يل قَ َال‬ ِ ِ
َ ْ َ ‫ك َع ِن ابْ ِن ش َه‬ ُ ‫َحدَّثَنَا إ َْسَاع‬
‫ول اهللِ صلى اهلل عليو وسلم‬ َّ ‫ب َع ْن أَِِب ُىَريْ َرَة َر ِضي اللَّوُ َعْنوُ أ‬
َ ‫َن َر ُس‬ َ
ِ َّ‫الْمسي‬
َُ

7
Muhammad bin Isa bin Sarwah al-Turmudzi, Sunan al-Turmudzi, Jld. 2, hlm. 303

3
‫ف ِبِِ ْم َوَكبَّ َر‬ ِ ِ ‫اشي ِِف الْي وِم الَّ ِذي م‬
ِ ‫نَعى الن‬
َ ‫ات فيو َخَر َج إِ ََل الْ ُم‬
َ َ‫صلَّى ف‬
َّ ‫ص‬ َ َ ْ َ َّ ‫َّج‬ َ َ
8
.‫أ َْربَ ًعا‬
Artinya : telah menceritakan kepada kami Ismail berkata : telah
menceritakan kepadaku Malik dari Ibnu Syihab dari Said bin al-Musayyab
dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah telah memberi kabar kematian
seorang Najasyi pada hari kematiannya, beliau keluar menuju mushala
kemudian membuat shaf dengan para sahabat lalu takbir (shalat jenazah)
empat kali.

ٍ ْ ‫ضْيل بْن ُحس‬ ِ ِ َّ ‫الربِي ِع‬


َّ ‫وح َّدثَِِن أَبُو‬
‫ْي واللفظ‬ َ ُ ُ َ ُ‫الزْىَراِنُّ َوأَبُو َكام ٍل ف‬ َ
‫ت الْبُنَ ِاِنِّ َع ْن أَِِب َرافِ ٍع‬
ٍ ِ‫اد وىو ابن َزي ٍد عن ثَاب‬
ْ َ ْ ُ ْ َ ُ َ ٌ َّ‫ َحدَّثَنَا َْح‬:‫ألِب كامل قَ َاَل‬
ُ ‫ فَ َف َق َد َىا َر ُس‬،‫ت تَ ُق ُّم الْ َم ْس ِج َد أ َْو َشابِّا‬
‫ول‬ َّ ‫َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ أ‬
ْ َ‫َن ْامَرأَةً َس ْوَداءَ َكان‬
ِ ِ
َ ‫ َم‬:‫ فَ َسأ ََل َعْن َها أ َْو َعْنوُ فَ َقالُوا‬،‫صلَّى اللَّوُ َعلَْيو َو َسلَّ َم‬
‫" أَفَ َال‬:‫ات قَ َال‬ َ ‫اللَّو‬
‫"دلُّ ِوِن َعلَى‬
ُ :‫ فَ َق َال‬،ُ‫صغ َُّروا أ َْمَرَىا أ َْو أ َْمَره‬ ُ ‫ فَ َكأَن‬:‫ُكْنتُ ْم آ َذنْتُ ُم ِوِن" قَ َال‬
َ ‫َّه ْم‬
‫" إِ َّن َى ِذهِ الْ ُقبُ َور َمَْلُوءَةٌ ظُْل َمة َعلَى‬:‫ ُُثَّ قَ َال‬،"‫صلَّى َعلَْي َها‬ ِ
َ َ‫قَ ِْْبه" فَ َدلُّوهُ"ف‬
ِ
َ ِ‫أ َْىل َها َوإِ َّن اللَّوَ يُنَ ِّوُرَىا ََلُ ْم ب‬
.‫ص َالِِت َعلَْي ِه ْم‬
9

Artinya : telah meriwayatkan kepadaku Abu Rabi' az-Zahrani dan


Abu Kamil Fudhail bin Husain, lafadznya milik Kamil, mereka berkata :
telah meriwayatkan kepada kami Hammad, yaitu Ibnu Zaid dari Tsabit al-
Bunani dari Abu Rafi' dari Abu Hurairah bahwa pernah ada seorang

8
Muhammad bin Ismail al-Bukhari, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ibnu Katsir, 1987),
Jld. 1, no. 1174, bab al-Jana'iz, hlm. 349
9
Muslim bin al-Hujjaj, Shahih Muslim, (Beirut : Dar Ihya' al-Turats, T.t), jld. 1, no.
1594, hlm. 603

4
perempuan sangat hitam yang menyapu masjid atau seorang pemuda,
kemudian Rasulullah kehilangan dia dan bertanya perihal dia, mereka
menjawab : "ia telah mati". Lalu nabi bersabda : "kenapa kalian tidak
mengabariku?", Abu Hurairah berkata :"seolah-olah mereka meremehkan
perannya", lalu nabi bersabda : "tunjukkan padaku kuburannya!!", mereka
lalu menunjukkannya dan nabi shalat di atas kuburannya lalu beliau
bersabda :"Kuburan ini dipenuhi kegelapan karena keluarganya,
sesungguhnya Allah akan meneranginya karena mereka sebab shalatku
atas mereka".

3. Kajian Konfirmatif
Adapun ayat-ayat al-Quran yang dijadikan penulis sebagai bagian
dari konfirmasi hadits di atas adalah Q.S Jum'ah ayat 10 :

            

  

Artinya : apabila telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka


bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu
beruntung.
Alasan utama penulis mengambil ayat tersebut didasarkan pada
keterangan at-Thabari dalam tafsirnya yang menyebutkan bahwa maksud
dari intisyār pada ayat tersebut bukanlah menyebar untuk mencari harta
dan dunia, akan tetapi intisyār dimaksudkan dengan kegiatan menjenguk
orang sakit, menyaksikan jenazah (baca : melayat), dan menjenguk
saudara seiman (ikhwan fillāh).10Sementara hadits yang mendukung
argument tersebut adalah riwayat Abu Umamah :

10
Ibnu Jarir at-Thabari, Jāmi'ul Bayan fî Tafsîri al-Quran, (Mesir : Dār Hajr, T.t), Juz.
12, hlm. 644.

5
ُّ ِ ‫ص‬
‫اِب َحدَّثَنَا‬ ٍ ‫يم بْ ُن ُُمَ َّم ِد بْ ِن ِع ْرٍق َحدَّثَنَا ُُمَ َّم ُد بْ ُن َح ْف‬
َ ‫ص الْ ُو‬
ِ ِ
ُ ‫َحدَّثَنَا إبْ َراى‬
‫ُُمَ َّم ُد بْ ُن ِْحْيَ َر َع ْن َح ِري ِز بْ ِن عُثْ َما َن َع ْن َخالِ ِد بْ ِن َم ْع َدا َن َع ْن أَِِب أ َُم َام َة‬

‫ص َام يَ ْوَموُ َو َع َاد‬ ْ ‫صلَّى‬


َ ‫اجلُ ُم َعةَ َو‬ َّ ِ‫أَ ّن الن‬
َ ‫َِّب صلى اهلل عليو وسلم قَ َال َم ْن‬
ِ
ُ‫اجلَنَّة‬
ْ ُ‫ت لَو‬ ً ‫يضا َو َش ِه َد َجنَ َازةً َو َش ِه َد ن َك‬
ْ َ‫احا َو َجب‬ ً ‫َم ِر‬
11

Arti dari isi matan hadits tersebut adalah barang siapa yang shalat
Jum'ah, puasa pada hari Jum'ah, menjenguk orang sakit, menyaksikan
jenazah, dan menyaksikan pernikahan maka ia berhak memperoleh surga.
Penulis menganggap bahwa kegiatan menyaksikan jenazah tidak
akan bisa terealisir dan terlaksana jika sebelumnya tidak ada kabar dan
berita tentang kematian seseorang. Dengan demikian adalah hal yang pasti
bahwa media seseorang untuk mengetahui adanya kabar kematian itu
melalui, diantaranya, berita atau kabar kematian yang diumumkan oleh
orang lain.

4. Analisis Realitas Historis


Secara historis yang lengkap, penulis tidak menemukan bukti yang
komplit terkait dengan adanya hadits di atas. Namun, penulis akan sedikit
memberi gambaran tentang alasan kenapa hadits itu muncul dan maksud
dari hadits tersebut.
Pertama adalah bahwa Hudaifah memahami na'yu pada hadits
tersebut melalui pemahaman dan pendekatan secara bahasa. Dari
pemahaman tersebut kemudian ia memberi kesimpulan secara mutlak pada
hadits tersebut bahwa na'yu adalah sesuatu yang dilarang, tanpa
memberikan gambaran yang jelas dan tanpa melihat adanya hadits lain

11
Abu al-Qāsim at-Thabrani, Musnad al-Syāmiyyîn, (Beirut : Mu'assasah al-Risālah,
1984), Juz. 2, hlm. 131

6
yang senada dan terdapat konteks penngecualian pada istilah na'yu itu
sendiri.12
Dengan demikian, penulis menganggap bahwa pemahaman yang
dilakukan oleh Hudzaifah adalah pemahaman yang bersifat kebahasaan.
Dari pemahaman tersebut ia tarik pada keumuman makna na'yu. Hal itu
juga bisa dilihat dari kisah yang diceritakan oleh as-Shan'ani dalam
kitabnya, Subulus Salām, bahwa ketika orang-orang datang pada
Hudzaifah,13 ia mengatkan demikian :

‫إذا مت فال يؤذن أحد إِن أخاف أن يكون نعياً فإِن َسعت رسول هلل‬

‫صلّى اهلل َعلَْي ِو َو َسلّم ينهى عن النعي‬


َ
Keterangan ini merupakan ucapan asli dari Hudzaifah, bukan buatan
imam Turmudzi14.
Adapun riwayat pendukung lainnya yang berkaitan dengan na'yu
adalah kisah Raja Habasyah di atas. Beberapa sumber mngatakan bahwa
yang dimaksud dengan al-Habasyi yang dishalati nabi dan para sahabat
adalah raja yang sebelumnya disurati dan diminta nabi, melalui Ja'far bin
Abi Thalib, untuk segera masuk Islam pada tahun 6 atau 7 H. Kemudian
pada tahun 9 H raja tersebut wafat dan Ja'far mengabari kematian tersebut
kepada nabi. Pada waktu itu pula nabi mengumumkan kematiannya pada
khalayak umum dan menyalatinya bersama para sahabat.15

12
Abu al-Ula, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarkhi Jāmi'i at-Turmudzi, al-Maktabah al-
Syamilah, Juz. 3, hlm. 42
13
Konteks berita ini adalah ketika Hudzaifah sedang menghadapi sakaratul maut,
sehingga banyak para sahabat untuk datang men-talqin-nya. Hal senada juga terjadi pada
kisah 'Alqamah bin Qais bin Abdillah ketika para sahabat datang menemuinya dan mereka
men-Talqin-nya seraya Alqamah berwasiat :"ketika nanti datang ajalku, maka duduklah
kalian seraya men-talqin-ku dengan Lā ilāha Illallāh, segeralah kalian menaruhku pada
liang kubur, janganlah kalian memberi kabar kematianku kepada orang lain, karena saya
khawatir hal itu merupakan bagian dari na'yu orang-orang jahili".
14
Muhammad bin Ismail al-Shan'ani, Subulus Salam, (Maktabah Musthafa al-Babi al-
Halbi, 1960), Maktabah al-Syamilah,juz 2, hlm. 100-101
15
Waliyuddin at-Tabrizi, Misykatul Mashabih, Maktabah al-Syamilah, Juz. 5, hlm.
747-749

7
5. Analisis Generalisasi
Adapun makna unuversal hadits di atas adalah bahwa kegiatan
pemberian kabar kematian seseorang kepada khalayak umum tidaklah
serta merta dilarang, selama tidak mengandung unsur-unsur kemegahan,
kesombongan, apalagi adanya unsur ratapan yang ditujukan pada mayat
yang bersangkutan.
Larangan yang dimaksudkan pada hadits tersebut adalah bentuk
na'yu yang ditradisikan oleh orang-orang jahiliyah. Dimana ketika ada
seseorang yang meninggal dunia, terlebih yang meninggal adalah para
pembesar kaumnya, maka yang dilakukan mereka adalah dengan
mengirimkan orang untuk mengumumkan kematian di pintu-pintu masjid
dan pasar dengan adanya unsur kemegahan, kegaduhan, kesombongan,
dan sejenisnya yang diselipkan pada pengumunan kematian tersebut.
Dalam ham ini Ibnu Hajar al-Atsqallani menyebutkan setidaknya
ada tiga kategori dalam istilah na'yu yang memiliki konskuensi hukum
yang berbeda. Pertama, pemberian berita atau kabar kematian para ahli
ilmu dan orang-orang saleh hukumnya boleh, bahkan sunnah. Kedua, jika
di dalamnya mencakup undangan untuk merayakan kematian dengan
bermegah-megahan maka hukumnya makruh. Ketiga, jika di dalamnya
terdapat ajakan pada seseorang untuk meratapi mayat, maka hukumnya
haram.16

16
Ibnu Hajar al-Atsqallani, Fathul Bari, (Beirut : Dar al-Ma'rifa, 1379 H), juz. 3,
hlm. 117.

8
Daftar Pustaka
Al-Quran al-Karim.
Al-Turmudzi, Muhammad bin Isa bin Sarwah, Sunan al-Turmudzi,
Beirut : Darul Gharbi al-Islami, 1998.
Al-Hujjaj, Muslim bin, Shahih Muslim, Beirut : Dar Ihya' al-Turats, T.t.
Al-Bukhari, Muhammad bin Ismail, Shahih Bukhari, (Beirut : Dar Ibnu
Katsir, 1987.
Musthafa, Ibrahim, Ahmad az-Ziyad, Hamid Abdul Qadir, dan
Muhammad an-Najjar, al-Mu'jam al-Wasît, Dar ad-Da'wah, T.t.
Munawwir, Ahmad Warson, Kamus Munawwir Arab-Indonesia,
Surabaya : Pustaka Progresif, 1997. cet. Ke-14
At-Thabari, Ibnu Jarir, Jāmi'ul Bayan fî Tafsîri al-Quran, Mesir : Dār
Hajr, T.t.
At-Thabrani Abu al-Qāsim, Musnad al-Syāmiyyîn, (Beirut : Mu'assasah
al-Risālah, 1984.
Al-Ula, Abu, Tuhfatul Ahwadzi bi Syarkhi Jāmi'i at-Turmudzi, al-
Maktabah al-Syamilah.
Al-Shan'ani, Muhammad bin Ismail, Subulus Salam, Maktabah
Musthafa al-Babi al-Halbi, 1960, Maktabah al-Syamilah.
At-Tabrizi, Waliyuddin, Misykatul Mashabih, Maktabah al-Syamilah.
Al-Atsqallani, Ibnu Hajar, Fathul Bari, Beirut : Dar al-Ma'rifa, 1379 H.

9
10

Anda mungkin juga menyukai