PENDAHULUAN
kedudukan sebagai syarah dan bayân bagi al-Quran.1 Berbeda halnya dengan al-
Quran; yang diturunkan baik lafal maupun maknanya dari Allah Swt.
Hadis terbagi dua. Pertama, hadis yang maknanya dari Allah Swt.
sedangkan lafalnya dari Nabi Saw. hadis model ini dikenal dengan Hadits Qudsî.
Kedua, hadis yang makna dan lafalnya murni dari Nabi Saw. Hadis ini dikenal
dengan Hadits Nabawî. Selain itu, pola periwayatan dan pengodifikasian hadis
dan al-Quran berbeda. al-Quran disampaikan oleh Allah Swt. melalui perantara
malaikat Jibril kepada Nabi Saw. yang pelayanan dan perhatiannya sudah
Sedangkan hadis, penulisanya memang sudah ada pada masa awal Islam.
Hal itu terbukti dengan data yang berhasil dikumpulkan oleh M. Azami, bahwa
sedikitnya terdapat 52 orang sahabat yang memiliki tulisan hadis, meskipun ada
pelarangan dari Nabi Saw. pada masa awal untuk menuliskannya. Hal tersebut
sebagai bentuk kehati-hatian, bukan berarti tidak ada tulisan sama sekali dan
hanya terbatas pada skala kecil. Larangan Nabi Saw. tentang penulisan hadis.
1
Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, Fî Rihȃbi al-Sunnah al-Kitȃb al-Shihȃhi al-Sittah, (Ttp,
1995), hlm. 9-11.
2
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahu‟l Hadits, (Bandung: al Ma‟arif, 1974), hlm. 46.
6
7
secara resmi itu lebih disebabkan karena beberapa faktor. Pertama, Nabi
khawatir ada salah tulis ketika dibolehkan secara umum. Oleh karena itu, Nabi
hanya membolehkan sahabat tertentu. Kedua, sahabat lebih fokus pada penulisan
al-Quran, dan hadis sebatas dihapal dan melihat langsung praktik yang dilakukan
Nabi. Ketiga, adanya kekhawatiran terjadinya iltibas antara ayat al-Quran dan
hadis.3
Periwayatan hadis sangat berbeda dengan al-Quran. Baik itu Qudsî atau
Nabawî, pada hakikatnya Nabi Saw. sendirilah yang mempunyai otoritas untuk
menyusun lafalnya. Periwayatan hadis dari masa awal lebih banyak menggunakan
periwayatan secara oral, yaitu mengandalkan hafalan dan melihat praktik Nabi
Saw. sehingga sistem periwayatannya pun ada yang meriwayatkan dengan lafal
orsinil dari Nabi Saw. dan ada juga yang hanya meriwayatkan maknanya saja.
َِّللا ُ ب ْب ِن ُمنَ ِب ٍه قَا َل َهذَا َما َح َّدثَنَا أَبُو ُه َر ْي َرةَ ع َْن ُم َح َّم ٍد َر
َّ سو ِل ِ ْب ِن ُمنَ ِب ٍه أ َ ِخي َو ْه
سلَّ َم َل
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َّللا
ِ َّ سو ُل َ سلَّ َم فَذَك ََر أ َ َحاد
ُ ِيث ِم ْن َها َوقَا َل َر َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ
kepada kami „Abdul Razaq bin Hammam telah menceritakan kepada kami
3
Umaiyatus Syarifah, “Kontribusi Muhammad Musthafa Azami dalam Pemikian Hadits (Counter
Atas Keritik Orientalis)” dalam Jurnal Ulul Albab, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Vol. 15
No. 2; 2014, hlm.. 225-226 (PDF).
8
Ma‟mar bin Rasyid dari Hammam bin Munabbih saudara Wahab bin Munabbih,
dia berkata, "Inilah sesuatu yang diceritakan oleh Abu Hurairah kepada kami,
سلَّ َم َل
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا َ َِّللا ُ س ِم َع أَبَا ُه َر ْي َرةَ يَقُو ُل قَا َل َر
َّ سو ُل َ َُه َّم ِام ْب ِن ُمنَ ِب ٍه أَنَّه
ٌ سا ٌء أ َ ْو ض َُرا
ط َ ُُه َر ْي َرةَ قَا َل ف
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali berkata, telah
diterima shalat seseorang yang berhadats hingga dia berwudlu.” Seorang laki-
laki dari Hadlramaut berkata, “Apa yang dimaksud dengan hadats wahai Abu
َ ضأ
َّ َحتَّى يَت َ َو
“Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Hanbal telah menceritakan kepada
kami Abdurrazzaq telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Hammam bin
wasallam bersabda: “Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kalian
Setelah sekian lama tersebar, baru kemudian ada inisiatif dari khalifah
Bani Umaiyah yaitu Umar bin Abdul Aziz untuk mengumpulkan dan
pertama ini belum ada karya yang lebih spesifik dan penyeleksian yang mendalam
pada hadis, karena pada priode ini hanya terfokus pada pengumpulan. Setelah
priode tersebut, masuk kepada priode kedua, dengan mulai ada inisiatif untuk
kitab-kitab yang muncul pada priode ini, ialah: Muwatha‟ karya Imam Malik,
berlanjut pada priode penyaringan hadis dari fatwa-fatwa. Kitab yang muncul
pada permulaan abad ketiga ini ialah kitab Musnad yang salah satunya adalah
Musnad Ahmad karya Imam Ahmad bin Hambal. Terbitnya kitab Musnad dirasa
dha‟îf bahkan mawdhu‟. Untuk itu, pada pertengahan abad ketiga, para ulama
ahli hadis tergerak dan mereka membuat kaidah-kaidah dan syarat-syarat untuk
menentukan apakah hadis itu shahîh atau dha‟îf. Pada pertengahan abad ketiga ini
mulai diterbitkan kitab Shahîh karya Imam Bukhari dan kitab Shahîh karya Imam
Muslim. Kedua kitab yang disebut terakhir menghimpun hadis yang dipandang
shahîh berdasarkan kaidah dan syarat yang telah dibuat. Di samping itu, masih
pada pertengah abad ketiga, selain terbit kitab Musnad dan Shahîh, muncul juga
kitab Sunan yang mencakup seluruh hadis, kecuali hadis yang sangat dha‟îf dan
10
munkar. Di antaranya yang tergolong pada kitab Sunan ini ialah Abu Dawud, at-
panjang dari periwayatan hingga pengodifikasian. Bagi sebuah hadis, ada dua
unsur penting yang menjadi pembentuk, sehingga dapat dikatakan hadis dan
dilacak kebenarannya sebagai sebuah hadis, yaitu: sanad dan matan. Sanad dan
matan bagi sebuah hadis, bagaikan batang dan buah bagi sebuah pohon. Batang
menghantarkanya pada buah, yaitu matan sebagai isi dari suatu hadis. Baik itu
perkataan Nabi Saw. atau pemberitaan terhadap perbuatan, persetujuan, atau sifat
Nabi Saw. Dengan demikian, dalam penelitian hadis terdapat dua unsur yang
harus diteliti, yaitu sanad dan matan, meskipun pada kenyataanya penelitian
terhadap sanad lebih didahulukan daripada matan. Penelitian terhadap matan akan
berarti ketika sanadnya memang sudah terbukti shahîh. 5 Inti dari penelitian hadis,
baik dari segi sanad maupun matan, adalah untuk memberikan penilaian terhadap
kualitas hadis yang diteliti. Kualitas suatu hadis dalam hubungannya dengan
kehujahan merupakan hal yang sangat penting. Melalui kualitas, sebuah hadis
dapat diketahui apakah hadis itu shahîh, hasan, dha‟îf, atau bahkan mawdhu‟.
langkah awal dalam penelitian hadis, karena dengan takhrîj. Pertama, kita dapat
mengetahui asal-usul riwayat hadis yang akan diteliti. Kedua, mengetahui seluruh
riwayat hadis yang akan diteliti. Ketiga, untuk mengetahui ada tidaknya syahid
4
Fatchur Rahman, Ikhtisar, op.cit, hlm. 52-58.
5
M Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, ( Jakarta: Bulan Bintang, 1992), hlm.
122.
11
dan mutabi di dalam sanad yang diteliti. Hal ini sangat erat sekali kaitanya dengan
kehujahan seseorang tanpa disertakan kedua unsur tersebut. Salah satunya, seperti
yang terdapat dalam kitab Dalail khairat karya Muhammad bin Sulaiman Al-
Jazuli. Dalam kitab tersebut, menurut pengkajian awal penulis, ia hanya mengutip
matan dari sebuah hadis, bahkan penggalan matan-nya saja, tanpa menyertakan
pondok pesantren salaf yang terletak di daerah ngetos nganjuk dan didirikan oleh
Syeikh Al-Arfiyah. Tidak jauh beda dengan pesantren lain, ciri-ciri utama
6
Ahmad Izzan, Studi Takhrij Hadits, (Bandung; Tafakur, 2012), hlm. 3-4.
7
Hadits yang terdapat dalam Dhalail Khoirat tanpa disertai sanad, seperti contoh pada pasal
pertama tentang “keutamaan sholawat”, haditsnya hanya disebutkan لٌ زس قال
هللا. lihat Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli, Dhalail Khoirat,(Semarang; Karya Putra,) hlm. 8.
8
Kitab-kitab berbahasa arab yang ditulis oleh para ulama’ abad petengahan yang di istilahkan
dengan kitab “kitab kuning”. Zamaksari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Pandangan Hidup Kyai
(Jakarta: LP3ES,1986), hal.18-43, Kitab Kuning dalam sruktur keilmuan pesantren ditempatkan
pada posisi istimewa. Kitab kuning yang di ajarkan berasal dari kitab-kitab Islam klasik yang
ditulis dalam Bahasa Arab., baik karya para tokoh muslim Arab maupun para pakar pemikir
muslim Indonesia. Muhamad ESA, “Mengukuhkan struktur keilmuan pesantren dan kurikulum
integral pesantren al-qur’an babussalam”, http://rumahsantri.multiply.com/journal /item
/10/Mengukuhkan_Struktur_Keilmuan_Pesantren.
12
menjadi delapan: nahwu, sarf, fiqh, ushu fiqh, tafsir10, tajwid, hadist, tasawuf dan
etika serta cabang-cabang ilmu-ilmu lainnya, seperti tarikh dan balaghat. Salah
satu kitab yang di ajarkan di Pondok Pesantren Al-Arfiyyah adalah kitab Dalail
Khairat karya Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli, berawal dari penelitian skripsi
Ampel Surabaya pada 1997. Dalam penelitianya, ia hanya menelusuri sanad tiap
menganalisis periwayatan secara lafal atau makna hadis yang digunakan dalam
kitab itu. Namun demikian, pada penelitian Mutholi‟ah masih terdapat hadis yang
belum diteliti, di antaranya hadist yang Ke tujuh pada kitab Dhalail Al-Khoirat”.
Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli dalam kitabnya itu, banyak hadis yang sanad-
menjadi bahan ajar di beberapa pesantren sebagai kitab tuntunan untuk para
pencari ilmu. Menyadari hal-hal tersebut, peneliti merasa perlu untuk melakukan
Muhammad bin Sulaiman Al-Jazuli dalam kitab Dalail Khoirat. Untuk itu,
penelitian ini akan berusaha mengungkap segi periwayatan dan kualitas dari sanad
yang sama akan dilakukan oleh peneliti pada salah satu hadist dari kitab Dhalail
telah dilakukan sebelumnya, juga dilihat masih terdapat hadis yang belum dibahas
penelitian ini dengan judul “TAKHRIJ HADIS DALAM KITAB DALAIL Al-
11
12Muthali‟ah, Takhrij Hadits dalam Kitab Ta‟lim Muta‟allim, Skripsi S1, IAIN Sunan Ampel,
Surabaya: 1997, hlm. 139.
14
B. Tujuan Penelitian
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ragam redaksi
matan, sanad, dan kehujahan sanad hadis yang ia gunakan. Adapun tujuan khusus
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memperjelas ragam redaksi matan, sanad,
dan kehujahan sanad hadis yang digunakan oleh Muhammad bin Sulaiman Al-
Jazuli.
C. Kerangka Teori
Sedangkan hadits adalah apa yang disandarkan kepada Nabi Saw baik
berupa, perkataan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau, baik sebelum
kenabian atau sesudahnya.
12
Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Studi Ilmu Hadis Oleh Syaikh Manna’ Al-Qaththan (Jakarta:
Pustaka Al-Kautsar 2008), h. 189.
15
Dari definisi tersebut terlihat bahwa hakikat dari takhrij hadits adalah:
peneslusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab hadits sebagai
sumbernya yang asli yang didalamnya dikemukakan secara lengkap matan dan
sanadnya13.
13
Nawir Yuslem, Sembilan Kitan Induk Hadis (Jakarta: Hijri, 2006) h. 153
16
Metode ini sangat tergantung pada lafaz pertama matan hadis. Hadis-hadis
dengan metode ini dikodifikasi berdasarkan lafaz pertamanya menurut urutan
huruf hijaiyah. Misalnya, apabila akan men-takhrij hadis yang berbunyi;
ع ِة
َ ص ْر
ُ ش ِد ْي ُد ِبال َ لَ ْي
َّ س ال
ع ِة
َ ص ْر
ُ ش ِد ْي ُد ِباال َ لَ ْي:سلَّ َم قَا َ َل
َّ س ال َ علَ ْي ِه َو
َ ُصلَّى َّللا ُ ع َْن ا َ ِب ْي ُه َر ْيرةَ أ َ َّن َر
َ ِس ْو َل َّللا
َ ِي يَ ْم ِلكُ نَ ْف
ِ سهُ ِع ْندَالغَ ْي
ب ْ ش ِد ْي ُد الَّذ
َ اِنَّ َما ال
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah Saw bersabda, “(Ukuran) orang yang kuat
(perkasa) itu bukanlah dari kekuatan orang itu dalam berkelahi, tetapi yang
disebut sebagai orang yang kuat adalh orang yang mampu menguasai dirinya
tatkala dia marah”.
َ اِذاأَتَا ُك ْم َم ْن ت َ ْر
ُض ْو َن ِد ْي َنهُ َو ُخلُ َقهُ فَ َز ِو ُج ْوه
17
Berdasarkan teks di atas, maka lafaz pertama dari hadis tersebut adalah iza
atakum (ٌ)اِذا ٌاَت َا ُك ْم. Namun, apabila yang diingat oleh mukharrij sebagai lafaz
pertamanya adalah law atakum (ٌ )لَ ْو ٌاَتَا ٌ ُك ْمatau iza ja’akum (ٌ)اذا َجا َء ُك ْم, maka hal
tersebut tentu akan menyebabkan sulitnya menemukan hadis yang sedang dicari,
karena adanya perbedaan lafaz pertamanya, meskipun ketiga lafaz tersebut
mengandung arti yang sama.
Metode ini adalah metode yang berdasarkan pada kata-kata yang terdapat
dalam matan hadis, baik berupa kata benda ataupun kata kerja. Dalam metode ini
tidak digunakan huruf-huruf, tetapi yang dicantumkan adalah bagian hadisnya
sehingga pencarian hadis-hadis yang dimaksud dapat diperoleh lebih cepat.
Penggunaan metode ini akan lebih mudah manakala menitikberatkan pencarian
hadis berdasarkan lafaz-lafaznya yang asing dan jarang penggunaanya.
Dalam pencarian hadis di atas, pada dasrnya dapat ditelusuri melalui kata-
َ ), yu’kal (ٌ )يُؤْ ك َْلal-mutabariyaini (ٌين
kata naha ( ) َن َهىta’am ( طعَام ِ َ)ال ُمتَب. Akan tetapi
ِ َاري
dari sekian kata yang dapat dipergunakan, lebih dianjurkan untuk menggunakan
ِ )ال ُمتَ َبkarena kata tersebut jarang adanya. Menurut
kata al-mutabariyaini (ٌار َيي ِْن
َ )ت َ َبdi dalam kitab induk
penelitian para ulama hadis, penggunaan kata tabara (ارى
hadis (yang berjumlah Sembilan) hanya dua kali.
Langkah kedua, adalah mencari bentuk kata kunci tadi sebagaimana yang
terdapat di dalam hadis yang akan kita temukan melalui Mu’jam ini. Di bawah
kata kunci tersebut akan ditemukan hadis yang sedang dicari dalam bentuk
potongan-potongan hadis (tidak lengkap). Mengiringi hadis tersebut turut
dicantumkan kitab-kitab yang menjadi sumber hadis itu yang dituliskan dalm
bentuk kode-kode sebagaimana yang telah dijelaskan di atas.
Metode ini berdasrkan pada tema dari suatu hadis. Oleh karena itu untuk
melakukan takhrij dengan metode ini, perlu terlebih dahulu disimpulkan tema dari
suatu hadis yang akan ditakhrij dan kemudian baru mencarinya melalui tema itu
pada kitab-kitab yang disusun menggunkan metode ini. Seringkali suatu hadis
memiliki lebih dari satu tema. Dalam kasus yang demikian seorang mekharrij
harus mencarinya pada tema-tema yang mungkin dikandung oleh hadis tersebut.
Contoh :
Dibangun Islam atas lima pondasi yaitu : Kesaksian bahwa tiada Tuhan selain
Allah dan bahwa Muhammad itu adalah Rasulullah, mendirikan shalat,
membayarkan zakat, berpuasa bulan Ramadhan, dan menunaikan ibadah haji
bagi yang mampu.
Hadis diatas mengandung beberapa tema yaitu iman, tauhid, shalat, zakat,
puasa dan haji. Berdasarkan tema-tema tersebut maka hadis diatas harus dicari
didalam kitab-kitab hadis dibawah tema-tema tersebut. Cara ini banyak dibantu
20
dengan kitab Miftah Kunuz As-Sunnah yang berisi daftar isi hadis yang disusun
berdasarkan judul-judul pembahasan.
Dari keterangan diatas jelaslah bahwa takhrij dengan metode ini sangat
tergantung kepada pengenalan terhadap tema hadis. Untuk itu seorang mukharrij
harus memiliki beberapa pengetahuan tentang kajian Islam secara umum dan
kajian fiqih secara khusus.
Metode ini memperkenalkan suatu upaya baru yang telah dilakukan para
ulama hadis dalam menyusun hadis-hadis, yaitu penghimpunan hadis berdasarkan
statusnya. Karya-karya tersebut sangat membantu sekali dalam proses pencarian
hadis berdasarkan statusnya, seperti hadis qudsi, hadis masyhur, hadis mursal dan
lainnya. Seorang peneliti hadis dengan membuka kitab-kitab seperti diatas dia
telah melakukan takhrij al hadis.
Kelebihan metode ini dapat dilihat dari segi mudahnya proses takhrij. Hal
ini karena sebagian besar hadis-hadis yang dimuat dalam kitab yang berdasarkan
sifat-sifat hadis sangat sedikit, sehingga tidak memerlukan upaya yang rumit.
Namun, karena cakupannya sangat terbatas, dengan sedikitnya hadis-hadis yang
dimuat dalam karya-karya sejenis, hal ini sekaligus menjadi kelemahan dari
metode ini.
D. Metode penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kritik sanad dan matan hadis atau takhrij
al-’Ahadis matnan wa sanadan. Karena penelitian ini berkenaan dengan Hadis
maka sumber data diambil dari buku-buku yang berkaitan dengan Hadis dan
mustalah al-Hadiṡ. Penelitian ini akan dilakukan dengan berpegang kepada
sumber rujukan, yaitu:
Sumber rujukan dalam penelitian ini berupa kitab-kitab induk
Hadis, terutama kitab Hadis yang termasuk dalam al-Kutub at-Tis‘ah
(Sembilan kitab induk Hadis), yaitu, Sahih al-Bukhari oleh ’Abu ‘Abdillah
Muhammad ibn ’Isma‘il ibn ’Ibrahim al-Bukhari (194-256 H), Sahih Muslim
oleh ’Abu Husain Muslim ibn Al-Hajjaj ibn Muslim al-Qusyairi an-Naisaburi
(206-261 H) , Sunan Abi Daud oleh Abu Daud Sulaiman ibn al-’Asy‘aṡ ibn
Ishaq as-Sijistani (202-275 H), Sunan at-Tirmiżi oleh Abu ‘Isa Muhammad ibn
‘Isa at-Tirmiżi (209-279 H), Sunan an-Nasa’i oleh ’Ahmad ibn Syu‘aib ibn
‘Ali ibn Sinan al-Khurasani an-Nasa’i (215-303 H), Sunan Ibn Majah oleh
’Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwini (209-273 H), Musnad
’Ahmad ibn Hanbal oleh ’Ahmad ibn Muhammad ibn Hanbal (164-241 H),
Muwatta Malik oleh ’Abu ‘Abdillah Malik ibn ’Anas al-Asbahi (93-179 H) dan
Sunan ad-Darimi oleh ’Abu Muhammad ‘Abdillah ibn ‘Abd ar-Rahman ibn al-
Fadl ibn Bahram ad-Darimi (181-255 H).
Wensinck dan Fu‘ad ‘Abd al-Baqi, Miftah Kunuz as-Sunnah A.J Wensinck
yang diterjemahkan oleh Fu‘ad ‘Abd al-Baqi, , Usul at-Takhrij wa Dirasat al-
Asanid oleh Mahmud at-Tahhan, Turuq Takhrij al-Hadis oleh Sa‘d ibn
‘Abdillah Al Hamid.
Dalam meneliti para perawi Hadis dipergunakan kitab-kitab
rujukan seperti al-Jarh wa at-Ta‘dil oleh Ibn Abi Hatim ar-Razi (240-327 H),
al-Isabah fi tamyiz as-Sahabah oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852
H), Tahżib at-Tahżib oleh al-Hafiz Ibn Hajar al-‘Asqalani (773-852 H), Tahżib
al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal oleh Jamal ad-Din al-Hajjaj Yusuf az-Mizzi (654-
742 H), Ikmal Tahżib al-Kamal fi Asma’ ar-Rijal oleh ‘Ala’ ad-Din Muglatai
ibn Qalij ibn ‘Abdillah al-Bakcari (689-762 H), al-Jarh wa at-Ta‘dil oleh
Syams ad-Din Muhammad ibn Ahmad ibn Uṡman aż-żahabi (673-748 H),
Tażhib tahżib al-Kamal oleh Syams ad-Din Muhammad ibn Ahmad ibn
Uṡman aż-Żahabi (673-748), Mizan al-I‘tidal fi Naqd ar-Rijal oleh Syams ad-
Din Muhammad ibn Ahmad ibn Uṡman aż-Żahabi (673-748), Mausu‘ah rijal
al-Kutub at-Tis‘ah oleh ‘Abd al-Gaffar Sulaiman al-Bandari dan Sayyid
Kisrawi Hasan, al-Jarh wa at-Ta‘dil Ibrahim ibn Abdillah al-Lahim.
3. Analisis Data
E. Sistematika Penulisan
Penulisan dalam penelitian ini terdiri dari empat bab, dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan yang berisi tentang kerangka awal dalam penelitian ini,
sitematika penulisan.
Kegiatan.
BAB III : Pembahasan. Bab ini berisi tentang profil Muhammad bin Sulaiman Al-
BAB V : Penutup. Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara
A. Wilayah
Ngetos. Desa yang memiliki luas wilayah 362,2 ha dengan jumlah penduduk
sekitar 4762 jiwa dengan bidang pertanian menjadi sumber penghasilan utama
karena sekitar 90% penduduknya bermata pencarian sebagai petani dan didukung
dengan adanya empat aliran sungai besar yang sepanjang tahun airnya terus
mengalir dan ditunjang dengan sistem irigasi yang baik sehingga mempermudah
subur karena berada di lereng gunung berapi, desa ini dibagi menjadi lima dusun
desa setempat.
Desa yang terletak kurang lebih 15KM dari kota nganjuk kearah selatan
dengan jarak tempuh kurang lebih 30 menit menggunakan roda empat. Desa
sebelah selatan dengan desa suru kecamatan ngetos dan sebelah timur berbatasan
dengan Ds. Mlilir Kec. Berbek. Pemandangan menuju desa Mojoduwur juga
sangat indah, dengan berlatar belakang gunung wilis yang sedikit tertutup awan.
25
26
Kurang lebih 200m kearah selatan ada jalan menuju arah timur dan itulah
jalan menuju ke makam Syeh Arfiyah, seorang tokoh dan ulama Desa Mojoduwur
yang merupakan cikal bakal dan telah melahirkan tokoh-tokoh ulama besar di
JawaTimur.
dengan memiliki ratusan murid. Hal ini menunjukkan bahwa semangat untuk
menuntut ilmu dan memperbaiki taraf hidup masyarakat mojoduwur sejak dahulu
memang tinggi.
cukup panjang dan dalam, namun lebarnya hanya bisa dilewati satu kendaraan
menolong.
B. Sejarah
1. Desa
sebuah peninggalan sejarah berupa arca, kalau dilihat dari bentuk dan bahan
kerajaan Majapahit dan juga sering ditemukan peninggalan pada zaman kerajaan
Majapahit di sekitar lokasi berupa batu-bata, patung, umpa dan barang berharga
berupa emas dan tembaga. Sebagian besar Desa Mojoduwur berada dalam
27
Kanigoro tersebut sudah ada jauh sebelum terbentuknya Desa Tlukurejo yang
sekarang lebih di kenal dengan Desa Mojoduwur, sedangkan desa tlukurejo sudah
ada sebelum kedatangan syeh Arfiyah dari Grobogan Jawa Tengah. Syeh Arfiyah
bersama Kromo Suto, Kromo Suwito, dan Kromo Ngarsoyang pada awalnya
bermukim di sekitar Desa Kuncir, namun dikarenakan pada waktu itu di daerah
tersebut sering terjadi banjir maka mereka memutuskan pindah ke daerah lain
yang sekiranya jarang atau tidak pernah terserang banjir, jadilah mereka pindah
kedaerah Kepuh Tulis yang masih terletak di wilayah Ngetos, setelah pindah ke
daerah tersebut bukan berarti persoalan sudah selesai, malah di daerah tersebut
malah kesulitan mendapatkan air bersih, mereka memutuskan untuk pindah lagi
2. Pondok
tercatat sekitar tahun 1726 dimana kondisi dari desa Mojoduwur masih berupa
hutan belantara, beliau merupakan orang pertama kali yang menyiarkan agama di
wilayah tersebut.
28
Menurut keterangan dari bapak Kyai Ibnu Suud Faisol pengasuh Pondok
Beliau terlahir dalam keluarga besar yang memiliki sembilan orang saudara
dari ayah yang bernama Kyai Jumali Tuyuhan, diantara sembilan orang saudara
beliau hanya empat orang saja yang baru diketahui yakni: Kyai Salim, Nyai
Jawa Timur yang pada saat itu diasuh oleh Kyai Imam yang pada akhirnya
menjadi bapak mertua Syeh Arfiyah, setelah beberapa lama menimba ilmu di
pondok, beliau dinikahkan dengan salah satu putrid Kyai Imam yang bernama
Nyai Arfiyah.
Tidak lama setelah Syeh Arfiyah pergi dari Madiun, Kyai Imam
membujuk beliau supaya beliau bersedia kembali dan tinggal bersama sang istri di
Madiun, namun Syeh Arfiyah menolak semua ajakan Kyai Imam tersebut dan
pada akhirnya Kyai Imam mengutus putrinya (NyaiArfiyah) untuk menyusul sang
Syeh Arfiyah dikaruniai enam orang anak yang terdiri dari lima orang anak
perempuan dan satu anak laki-laki, berikut adalah putra dan putrid Syeh Arfiyah
Ada beberapa peninggalan Syeh Arfiyah yang masih tersisa hingga saat
ini, yang pertama Masjid “Al-Arfiyyah” (nama masjid diberi nama berdasarkan
pendirinya). Masjid yang didirikan sekitar tahun 1726 ini mula-mula terdiri dari
bangunan induk dan serambi dengan luas ± 220m², beratap sirap dengan pola atap
tumpang.
Masjid ini telah mengalami beberapa perbaikan dan perluasan, yang pertama
pada tahun 1926 perlebaran serambi dan peninggian masjid. Kemudian perluasan
yang kedua sekitar tahun 1995 serambi masjid diperluas lagi hingga 3m pada
jaman Kyai Ahmad Zaini. Kemudian yang ketika dilakukan lagi perluasan
diresmikan pada tahun 1987 oleh Bupati Nganjuk pada saat itu Ibnu Salam.
1998 sampai 2001 dengan jumlah santri putra/putrid hingga duaratusan orang,
para santri kebanyakan berasal dari daerah Jawa Tengah, Yogyakarta dan juga
Jawa Timur. Sistem pesantren Al-Arfiyah adalah Salafi dan Kitab Kuning adalah
Untuk peninggalan yang kedua adalah sumur tua yang masih berfungsi dan
berada 50m ke arah utara dimana lokasi yang dulunya merupakan rumah dari
30
bertingkat tiga.
3. Struktur Kepengurusan
9. Organisasi : M. Taslam
4. Unit Kegiatan
No Hari Kegiatan
Mengaji Jurumiyah
Mengaji Al-Quran
Mengaji Jurumiyah
Mengaji Al-Quran
AL-berjanji
Mengaji Jurumiyah
Mengaji Al-Quran
AL-berjanji
Mengaji Jurumiyah
Mengaji Al-Quran
AL-berjanji
Mengaji Jurumiyah
Mengaji Al-Quran
AL-berjanji
AL-berjanji
Shalawat nariyah
Mengaji Al-Quran
AL-berjanji
lengkap Beliau adalah Abu Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy al-Simlaliy
Imam al-Jazuliy belajar di kota Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang
terletak tak jauh dari Mesir. Beliau belajar hingga menjadi sangat banyak menguasai
kitab yang berisi tentang shalawat Dalail al-Khairat. Beliau wafat waktu
melaksanakan shalat subuh pada sujud yang pertama (atau pada sujud yang kedua
Suatu hari Beliau (Imam al-Jazuliy) akan mengambil air wudhu, namun tali
timbanya putus, akhirnya Beliau berusaha untuk mencari tali pengganti. Karena
begitu dalamnya sumur setiap tali yang ia masukan ke dalam sumur, tali itu tidak
Namun tiba-tiba ada seseorang yang datang kemudian meludah di sumur itu
dan begitu mudahnya orang itu mengambil air dengan tangannya sendiri, karena
setelah sumur itu ia ludahi seketika air yang ada di dalam sumur itu naik ke atas
14
Riwayat Imam al-Tirmidziy dalam kitab Sunannya hadis no: 446
33
Sholawat Kepada Nabi Muhammad SAW. .
33
34
Kemudian Syekh Jazuliy bersumpah akan menyusun sebuah kitab yang berisi
tentang shalawat. Akhirn ya setelah Beliau melakukan Riyadhoh dan Uzlah selama
1. Riwayat Hidup
Nama beliau adalah Abu Abdillah Muhammad Ibn Sulaiman al-Jazuliy al-
dan Barbar di pantai negeri Maghrib, Maroko, Afrika. Bahwa bumi Maroko adalah
gudang ulama dan wali, bahkan di kota Fas Maroko saja terdapat jutaan ulama yang
lahir dan dikuburkan di kota tersebut, yang dikenal melalui berbagai kitab karyanya
Imam al-Jazuliy belajar di Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai yang
terletak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat dengan Mesir. Jarak antara Fas dan
Mesir kira-kira 36 derajat 17 daqiqah atau sekitar 4.064 km. Dikota Fas beliau
shalawat Dalail Khairat, suatu ketika tengah berjalan-jalan di padang pasir. Ketika
waktu shalat tiba, beliau berusaha mencari sumber air untuk berwudhu dan
menemukan sebuah sumur yang sangat dalam. Sumur itu masih menyimpan air, tapi
sayang Imam al-Jazuliy tak menemukan alat untuk mengambil air dari sumur.
Ketika beliau tengah kebingungan mencari alat untuk mengambil air, tiba-
tiba beliau melihat seorang anak perempuan kecil menghampiri beliau dari tempat
35
ketinggian. Anak kecil itu bertanya, “Siapakah anda tuan, mengapa anda berada di
Imam al-Jazuliy lantas menjelaskan hal ihwal beliau dan kesulitan yang
tengah menimpanya. “Anda adalah seseorang yang terpuji yang terkenal karena
keshalehan Anda!” seru anak kecil itu. Anak kecil perempuan melihat Imam al-
Jazuliy tampak kebingungan mencarikan alat untuk mengeluarkan air dari dalam
sumur. Setelah agak lama mencari namun tak juga menemukan, si anak lalu
mendekat ke bibir sumur dan meludah ke dalamnya. Ajaib, air sumur tiba-tiba
berkata, “Wahai anak kecil, sungguh aku kagum kepadamu! Dengan amal apakah
engkau dapat meraih kedudukan setinggi ini?” Anak perempuan kecil itu menjawab,
bernadzar untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang shalawat untuk
Nabi Muhammad. Kelak, setelah kitab tersebut selesai ditulisnya, kitab itu
dinamainya Dalailul Khairat. Sebuah kitab yang masih terus dibaca hingga kini
karena keberkahannya yang luar biasa. Dikemudian hari, Syaikh Uwais Ibn Abdullah
ilham untuk pulang kembali ke tanah kelahirannya. Maka beliau kembali dan Fas ke
36
desa beliau ditepi daerah Jazulah. Kemudian beliau dengan kesendiriannya itu
penduduk di pinggiran desa dan beliau berguru Dalail kepadanya. Kemudian Imam
(pembetulan) kitab “Dalail Khairat” pada hari jum’at, 6 Rabi’ul Awwal 862 H.
Beliau wafat waktu melaksanakan shalat subuh pada sujud yang pertama
(atau pada sujud yang kedua menurut satu riwayat) tanggal 16 Rabi’ul Awwal 870 H.
Beliau dimakamkan setelah waktu shalat Dzuhur pada hari itu juga di tengah masjid
yang beliau bangun. Beliau tidak memiliki putra lelaki sehingga kekhalifahan beliau
dilanjutkan oleh para murid-murid beliau diantaranya adalah: Syaikh Muhammad al-
Sebagian karamah Imam al-Jazuliy adalah setelah 77 tahun dari wafat beliau,
makam beliau dipindahkan dari kota Sus ke kota Marakisy, dan ternyata ketika
jenazah beliau dikeluarkan dari kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika
beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas
seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Marakisy sering diziarahi
Sebagian besar dan peziarah itu membaca kitab Dalail al-Khairat di sana,
sehingga dijumpai di makam itu bau semerbak minyak misik yang amat harum
karena begitu banyak dibacakan shalawat salam kepada Nabi Muhammad, para
sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah
37
yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke
masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu Dalail al-Khairat.15
4. Sayyidina Ali bin Abu Thalib Ra. (4). Sayyidina Ali Bin Abu Thalib Ra.
5. Syaikh Hasan Al-Basri Ra. (5). Syaikh Hasan bin Ali Ra.
6. Syaikh Habib Al-Ajami Ra. (6). Syaikh Abu Muhammad Jabir Ra.
7. Syaikh Daud At-Th’ai Ra. (7). Syaikh Muhammad Said Al- Ghozwaniy Ra
10. Syaikh Junaidi Al- Baghdadi Ra. (10). Syaikh Abu Muhammad Said Ra
11. Syaikh Abu Bakar Asy-Shibli Ra. (11). Syaikh Abil Qosim Ahmad al Marwani
Ra
12. Syaikh Abdul Wahid At- Tamimi Ra. (12). Syaikh Abi Ishaq Ibrahim al Bashri
Ra
13. Syaikh Abul Faroj At-Turtusi Ra. (13). Syaikh Zainuddin Al- Qozwiniy Ra
14. Syaikh Abul Hasan Ali Al-Hukkari Ra. (14). Syaikh Muhammad Syamsuddin
Ra
15. Syaikh Abu Said Mubarak Al- Mahzumi RA. (15). Syaikh Muhammad
Tajuddin RA
16. Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani Ra. (16). Syaikh Nuruddin Abil Hasan Ali Ra
15
Syaikh Muhammad al-Mahdi Ibn Ahmad al-Fasiy, Mathali’ al-Masarrat Bi Jala Dalail al-Khairat
(Jedah: al-Haramain) h. 3-4; Syaikh Abdul Majid al-Syarnubi, Syarh Dalail al-Khairat (Kairo:
Maktabah al-Adab) h. 4-5
38
18. Syaikh Muhammad Shalih Ra. (18). Syaikh Taqiyyuddin Al- Fuqoyr Ra.
19. Syaikh Muhammad bin Harazim Ra. (19). Syaikh Abdurrahman Al- Aththor Az-
Zayyat Ra.
20. Syaikh Abdus Salam Bin Masyish Ra. (20). Syaikh Abdus Salam Bin Masyish
21. Syaikh Abul Hasan Ali Bin Abdul Jabbar As- Syadzili Ra
28. Syaikh Abu Abdillah Muhammad Bin Sulaiman Al- Jazuli Ra (Muallif
Jalur pertama:
32. Syaikh Abdurrahman Bin Ahmad Bin Muhammad Bin Ahmad Al- Husaini Al-
42. Al- Faqir Abu Naufal Arif Bin Tamam Az-Zamzami As-Sakardangani
Jalur kedua:
32. Syaikh Abdurrahman Bin Ahmad Bin Muhammad Bin Ahmad Al- Husaini Al-
33. Syaikh Al- Allamah Ahmad Bin Muhammad An- Nakhli Al- Makky Ra
34. Syaikh Muhammad Tajuddin Abdul Muhsin Bin Salim Al- Qala’i dan Syaikh
35. Syaikh Abdul Malik Bin Abdul Mun’im Al- Qala’i Al- Makky Ra
36. Syaikh Yahya Bin Abbas Bin Muhammad Bin Shiddiq Al- Makky Ra
37. Syaikh Abbas Bin Ja’far Bin Abbas Bin Muhammad Bin Shiddiq Al- Makky
Ra
38. Syaikh Ahmad Bin Abdullah As- Syammi Ra (Tsumma Al- Makky)
39. Syaikh Muhammad Yasin Bin Isa Al- Fadani Al- Makky Ra
41. Al- Faqir Abu Naufal Arif Bin Tamam Az-Zamzami As-Sakardangani
42. ………………………………………………..
Jalur ketiga:
30. Syaikh Muhammad Bin Muhammad bin Abdullah Al- Maghrobi Ra (Al- Ashlu
Al- Madani)
32. Syaikh Muhammad Shalih Bin Khairullah Ar- Radhawi Al- Bukhari Ra
33. Syaikh Muhammad Bin Ibrahim Abi Khadir Ad- Dimyathi Ra (Tsumma Al-
Madani)
34. Syaikh Muhammad Amin Bin Ahmad bin Ridwan Ra (Syaikh Dala’il di Masjid
Nabawi)
35. Syaikh Abdul Muhsin Bin Muhammad Amin Ridwan Ra (Syaikh Dala’il di
Masjidil Haram)
36. Syaikh Muhammad Yasin Bin Isa Al- Fadani Al- Makky Ra
38. Al- Faqir Abu Naufal Arif Bin Tamam Az-Zamzami As-Sakardangani
39. ……………………………………………………
Jalur keempat:
37. Syaikh Muhammad Amin Bin Ahmad Ar- Ridwan Al- Madani Ra
41. Syaikh Ahmad Imam Mahdi As- Shabiri Ra, dan Syaikh Nasruddin As- Shabiri
Ra, dan Syaikh Muhtar Fauzi As- Shabiri Ra (yang sanadnya juga dari Syaikh Umar
Ibnu Satha’ Al- Jawi Al- Wustha Ra) dan Syaikh Ali Amir Al- Mukmin Ra.1819
42. Al- Faqir Abu Naufal Arif Bin Tamam Az-Zamzami As-Sakardangani20
2. Pendidikan
Imam Al-jazuli belajar di daerah Fas yaitu sebuah kota yang cukup ramai dan
padat. Tempat ini tidak terlalu jauh dan juga tidak dekat dengan negri mesir. Jarak
antara fas dan mesir dapat dikatakan jaraknya kira-kira 36 derajat 17 daqiqah atau
sekitar 4.064 km. Dikota fas inilah beliau belajar hingga namanya tersohor keseluruh
dunia.
19
KH. Ahmad Imam Mahdi, KH. Nasruddin, Kyai Muhtar Fauzi, ketiganya dari Sekardangan,
Papungan, Kanigoro, Blitar. Kyai Ali Amir, pengasuh Pesantren Darussalam, Gaprang, Kanigoro,
Blitar.
20
Lembaran Sanad Ijazah Shalawat Dala’ilul Khairat, karya H. Muhammad Khairuddin Al-
Hajj,(Tulungagung) jalur Syaikh Ahmad Mahdi as- Shabiri Ra
42
Imam al-Jazuli juga banyak mengarang kitab, namun diantara kitab terkenal
beliau yang terkenal adalah kitab “Dalail Khairat”. Kitab ini berisi tentang kata-kata
mutiara, sejarah, dzikir dan ucapan pujian bagi Rasulullah SAW. Karena kitab inilah
nama Imam al-Jazuli mulai dikenal keseluruh dunia. Bukan hanya itu sebab atau
Kronologinya adalah saat beliau disuatu ketika tengah berjalan-jalan di salah satu
wilayah padang pasir, saat itu waktu shalat telah tiba. Imam al-Jazuli mencari air
untuk berwudhu namun saat itu yang namanya padang pasir tentunya air sangatlah
sulit didapatkan. Namun saat beliau mencari air dan akhirnya menemukan sebuah
sumur beliau melihat bahwa air didalam sumur sangatlah sedikit sehingga perlu alat
Namun ketika beliau sibuk mencari alat untuk mengambil air tersebut, tiba-tiba
turunlah seorang anak yang sedang berlari dan menemui beliau. “Anda siapa,
mengapa anda ada ditempat sunyi ini ..?”, tanya anak tersebut. Imam Al-Jazuli pun
menjawab pertanyaan dengan mengenalkan nama beliau dan darimana beliau datang.
“Anda orang besar wahai guru, namun anda sedang apa disini ?”, anak tersebut
bertanya. “Saya sedang mencari alat untuk mengambil air didalam sumur itu wahai
Saat beliau meninggalkan anak tersebut dan melanjutkan untuk mencari alat
mengambil air disumur, karena anak tersebut melihat Imam Al-Jazuli sangat sukar
mencari alat pengambil air, maka tiba-tiba anak itupun mendekati sumur dan
mengarahkan bibirnya kearahnya dan tiba-tiba air sumur pun meluap keatas, imam
Sebagian karamah Imam al-Jazuliy adalah setelah 77 tahun dari wafat beliau,
makam beliau dipindahkan dari kota Sus ke kota Marakisy, dan ternyata ketika
jenazah beliau dikeluarkan dari kubur, keadaan jenazah itu masih utuh seperti ketika
beliau dimakamkan. Rambut dan jenggot beliau masih nampak bersih dan jelas
seperti pada hari beliau dimakamkan. Makam beliau di Marakisy sering diziarahi
Sebagian besar dan peziarah itu membaca kitab Dalail al-Khairat di sana,
sehingga dijumpai di makam itu bau semerbak minyak misik yang amat harum
karena begitu banyak dibacakan shalawat salam kepada Nabi Muhammad, para
sahabat dan keluarga beliau. kisah wangi semerbak itu adalah sebagian dari sejarah
yang lain tentang beliau bahwa para orang sholeh dari berbagai penjuru dari masa ke
masa senantiasa membaca dan mengamalkan kitab beliau yaitu Dalail al-Khairat.
“Wahai anak kecil, sungguh aku kagum kepadamu! Dengan amal apakah engkau
dapat meraih kedudukan setinggi ini?” Anak perempuan kecil itu menjawab,
bernadzar untuk menyusun sebuah kitab yang membahas tentang shalawat untuk
44
Nabi Muhammad. Kelak, setelah kitab tersebut selesai ditulisnya, kitab itu
dinamainya Dalailul Khairat. Sebuah kitab yang masih terus dibaca hingga kini
karena keberkahannya yang luar biasa. Dikemudian hari, Syaikh Uwais Ibn Abdullah
َ أ َ ْكث َ ُر ُه ْم.
َ علَ َّي
صَلة
Artinya: “Manusia yang paling utama bersamaku pada hari kiamat adalah orang yang
Adapun sanad yang muttashil kepada Imam al-Jazuliy, yang penulis dapatkan
sebagai berikut:
الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن الحبيب العَلمة سالم بن عبد هللا بن عمر
الشاطري عن العَلمة الجليل والفهامة النبيل كامل عبد هللا صَلح عن شيخه السيد عبد هللا بن
حامد الصافي رحمه هللا عن السيد محمد بن حسين بن محمد الحبشي عن والده السيد حسين
بن محمد عن السيد عبد الرحمن بن سليمان األهدل عن المعمر محمد بن سنا العمري الفَلني
عن الشريف محمد بن عبد هللا عن وجيه الدين السيد عبد الرحمن بن احمد بن محمد بن احمد
الحسيني المغربي المكناسي الشهير بالمحجوب عن ابيه السيد احمد عن جده السيد محمد عن
21
Ibid,h 9-12
45
ابي جده السيد احمد عن مؤلفها اإلمام الشيخ محمد بن سليمان الجزولي رحمه هللا تعالى
الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي عن السيد العَلمة فواز بن بشار بن سعيد محي الدين الطباع الحسني
عن فضيلة الشيخ المعمر يوسف محمود عمر العتوم عن محدث الديار الشامية الشيخ بدر الدين محمد بن
يوسف الحسني عن الشيخ اسماعيل بن زين العابدين البرزنجي المدني عن الشيخ محمد عابد السندي عن
السيد أحمد بن سليمان الهجام عن محمد ب عَلء المزجاجي عن أبي األسرار حسن العجيمي عن العَلمة عبد
القادر بن علي بن يوسف الفاسي عن عن الشيخ أحمد بن عباس الصمعي عن الشيخ أحمد بن موسى
تعالى22 السمَللي عن الشيخ عبد العزيز السباع عن المام محمد سليمان الجزولي رحمه هللا
shalawat Dalailul Khairat, bahkan beliau pernah menulis ulang kitab Dalail Khairat
dengan tulisan tangan beliau. Hal demikian beliau lakukan lantaran semata-mata
Sebagai seorang sufi besar dengan jumlah murid yang mencapai 12.265
murid seperti disebutkan oleh Sidi Al-Mahdi Al-Fasi dalam Mumatti’u Al Asma’,
Imam Jazuli tentu memiliki karya-karya yang menjadi bukti kebesarannya sebagai
sufi, juga kebesarannya sebagai salah satu ulama besar islam.
22
Penulis :
Tgk. Habibie M. Waly S.TH,Sumber kitab :
ذخيرة المحتاج في الصلوات على صاحب اللواء والتا
و
علَى النَّبِي ا ْل ُم ْختَار كتاب ج ا ْل ُه ُم ْو ِم َواْأل َ ْغيَار فِي َفضَائِل ِ ال َ
ص َل َوات َ فَا ِت ُح اْألَس َْر ِار َو ُمفَ ِر ُ
تأليف
الحاج رزقي ذو القرنين أصمت البتاوي األندونيسي
جلله هللا تعالى بمدد خاص قدسي
46
Kalami Asy-Syaikh Al-Jazuli, Hizb Asy-Syaikh (Hizb Al-Kabir), Hizb Al-Falah (Hizb
Ash-Shaghir).
Selain karya-karya di atas, Imam Jazuli memiliki murid yang kelak juga menjadi
salah satu Sab’aturrijal Marrakech (wali tujuh kota Marrakech) yang bernama Sidi
Abdul Aziz At-Tabba’. Imam Jazuli wafat pada tahun 870 H di tempat kelahirannya
di kawasan Riyadl Al ‘Arus. Sampai saat ini, makam beliau diziarahi oleh umat islam
Dala’ilul Khairat adalah sebagai berikut: Syaikh Dimyathi Al- Barani Ra 2324:
“Dala’il iku sing penting di amalne kanthi Istiqamah / ajeg”. (Dala’il itu yang
penting diamalkan secara istiqamah). Syaikh Abdul Aziz bin Mansyur Ra: “Maca
shalawat Dalailul Khairat iku yen iso saben dino khatam. Yen ora iso sedino khatam,
seminggu khatam. Yen ora iso seminggu khatam, sesasi khatam. Yen ora iso sesasi
khatam, setahun khatam. Yen ora iso setahun khatam, sak umur urip kaping pisan”.
(Membaca shalawat Dala’ilul Khairat itu kalau bisa sehari khatam. Kalau tidak bisa
senhari khatam, seminggu khatam. Kalau tidak bisa seminggu khatam, sebulan
khatam. Kalau tidak bisa sebulan khatam, setahun bisa khatam. Kalau tidak bisa
setahun khatam, seumur hidup membaca satu kali). Syaikh Mansyur As- Sanani Al-
24
KH. Dimyathi, Baran, Selopuro, Blitar yang terkenal Auliya’ putra dari KH. Hasbullah.
47
Gharbi Ra 2526: “Yen iso, ngamalne Dala’il iku sedina sak khataman, yen ora iso iyo
seminggu sak khataman, yen ora iso iyo sesasi sak khataman. Sing luwih apik sedina
sak khataman”. (Mengamalkan Dala’il itu kalau bisa sehari bisa khatam, kalau tidak
bisa seminggu bisa khatam, kalau tidak bisa sebulan bisa khatam. Yang paling baik
sehari bisa khatam). Syaikh Nasruddin As- Shabiri Ra 2728: “Mbah Mansyur iku
ngamalne Dala’il sedina iso khatam kaping pitu”. (Syaikh Mansyur itu mengamalkan
Dala’il sehari bisa khatam tujuh kali). Sebagian Syaikh Dala’ilul Khairat
mengatakan: “Sing penting panggah maca shalawat, ngagge shalawat sing cendek-
26
KH. Mansyur, Kalipucung, Sanankulon, Blitar putra KH. Abu Mansyur, Kuningan, Kanigoro,
Blitar.
28
KH. Nasruddin putra dari KH. Shobiri, pengasuh Pesantren Miftahul Huda, Sekardangan, Kanigoro,
Blitar. Penganut Thariqah Shalawat Wahidiyyah dan Shalawat Dala’ilul Khairat
48
BAB IV
Artinya; “Dari ali berkata bahwa nabi berkata barang siapa yg membaca sholawat
padaku dihari jum'at 100 kali maka akan datang dihari qiamat besertanya cahaya ,dan
seandainya cahaya itu dibagi diantara makhluk semuanya maka akan cukup untuk
semua makhluk”
ٌ)حديث ٌمن ٌصلى ٌعلي ٌفي ٌكل ٌيوم ٌجمعة ٌأربعين ٌمرة45(
ٌمحاٌهللاٌعنهٌذنوبٌأربعينٌسنةٌومنٌصلىٌعليٌمرةٌواحدة
ٌفتقبلتٌمنهٌمحاٌهللاٌعنه ٌذنوبٌثمانينٌسنة ٌ(مى)ٌمنٌحديث
ٌأنس ٌوفيه ٌمحمد ٌبن ٌرزام ٌ(قلت) ٌاقتصر ٌالعالمة ٌالشمس
ٌالسخاويٌفيٌالقولٌالبديعٌعلىٌتضعيفٌالحديثٌوألولهٌشاهد
ٌمن ٌحديث ٌأبي ٌهريرة ٌمرفوعا ٌمن ٌصلى ٌعلي ٌيوم ٌالجمعة
ٌٌله ٌهللا ٌغفر ٌمرة ثمانين
48
49
ذنوب ٌثمانين ٌسنة ٌقيل ٌيا ٌرسول ٌهللا ٌكيف ٌالصالة ٌعليك ٌقالٌ
تقول ٌاللهم ٌصل ٌعلى ٌمحمد ٌعبدك ٌونبيك ٌورسولك ٌالنبيٌ
األميٌوتعقدٌواحدةٌرواهٌالدارقطنيٌونقلٌ(ٌ)2عنٌأبيٌهريرةٌ
فيٌشرحٌالتنبيهٌعنٌاإلمامٌأبيٌعبدٌهللاٌبنٌالنعمانٌأنهٌقالٌفيهٌ
حديثٌحسنٌوٌهللاٌتعالىٌأعلم
Komentar Ulama’:
الكتاب :تنزيه الشريعة المرفوعة
المؤلف :أبو الحسن على بن محمد بن العراق الكناني
المحقق :عبد هللا بن محمد بن الصديق الغماري
الناشر :دار الكتب العلمية
الطبعة :الثانية 1981
عدد األجزاء ٌ 2 :
Di dalam hadis di atas ditemukan bilangan 80 kali, dan tidak ditemukan bilangan 100
kali dengan permulaan redaksi hadis yang sama. Sedangkan redaksi yang sama
dengan penutup hadis di dalam kitab tersebut adalah:
عبَ ْيدٌٍظَ ٌ،حدَّثَنِيٌ ُم َح َّمدٌُب ُْن ٌ ُ ٌ -ٌ 10004أ َ ْخبَ َرنَاٌأَبُوٌ َع ْب ِد ٌهللاٌِ ٌ ْال َحا ِف ُ
ظَ ٌ،حدَّثَنِيٌ ُم َح َّمدٌُب ُْن ٌ َع ِلي ٌِب ِْن ٌ َح ْمزَ ةٌَ ٌال َحافِ ُ ْالفَ ِقيهٌُ،ثَنَاٌأَبُوٌقُ َري ٍْش ْ
يٌ ،ثَنَا ٌ َج ْعفَ ُر ٌب ُْنٌ سلَ ْي َمانَ َّ
ٌالر ِاز ُّ اق ٌب ُْن ٌ ُ يٌ ،ثَنَا ٌ ِإ ْس َح ُ ْال َم ْر َو ِز ُّ
س ِنَ ٌ ،ع ْن ٌأَبِي ٌ ُه َري َْرة ٌَ، ُّوبَ ٌ ،ع ِن ْ
ٌال َح َ يَ ٌ ،ع ْن ٌٌأ َي َ سلَ ْي َمانَ ٌال ُّ
ضبَ ِع ُّ ُ
وك ٌأ َ ْه ِل ْ
ٌال َجنَّ ِةٌ سلَّ َم ٌقَا َلِ ٌ"ٌ:إ َّن ٌ§ ُملُ َ ٌو َ صلَّ َّ
ىٌَّللاُ ٌ َعلَ ْي ِه َ َع ِن ٌالنَّ ِبي ٌِ َ
اء ٌلَ ْمٌ ٌط ْم َري ِْن ٌِ ٌ ،إذَا ٌا ْستَأْذَنُوا ٌ َعلَى ْ
ٌاأل ُ َم َر ِ ث ٌأ َ ْغبَ َر ٌذِي ِ ُك ُّل ٌأ َ ْشعَ َ
ِيثٌلَ ْمٌواٌال َحد َ سا َءٌلَ ْمٌيُ ْن َك ُحواٌ،أ َ ْوٌ ِإذَاٌقَالُ ْ طلَبُواٌالنِ َ ٌ،و ِإذَاٌ َيُؤْ ذَ ْنٌلَ ُه ْم َ
ورهٌُ ص ْد ِر ِهٌ،لَ ْوٌقُس ٌَِمٌنُ ُ تٌ ِلقَ ْو ِل ِه ْمَ ٌ،حا َجةٌُأ َ َح ِد ِه ْمٌيَت َ َج ْل َجلٌُفِيٌ َ ص ْيُ ْن َ
ضٌلَ َو ِسعَ ُه ْمٌ" بَيْنَ ٌأ َ ْه ِل ْ
ٌاأل َ ْر ِ
Komentar Ulama’:
الكتاب :شعب اإليمان
المؤلف :أحمد بن الحسين بن علي بن موسى ال ُخ ْ
س َر ْو ِجردي الخراساني ،أبو بكر
البيهقي (المتوفى 458 :هـ)
50
حققه وراجع نصوصه وخرج أحاديثه :الدكتور عبد العلي عبد الحميد حامد
أشرف على تحقيقه وتخريج أحاديثه :مختار أحمد الندوي ،صاحب الدار السلفية
ببومباي -الهند
الناشر :مكتبة الرشد للنشر والتوزيع بالرياض بالتعاون مع الدار السلفية
ببومباي بالهند
الطبعة :األولى 1423 ،هـ 2003 -م
عدد األجزاء ، 13 ( 14 :ومجلد للفهارس )
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salawat yang disuguhkan dalam kitab Dalail merupakan rangkuman berbagai
macam redaksi salawat. Ada yang redaksinya dari penyusun sendiri, dan banyak pula
yang sebenarnya adalah salawat yang disusun oleh para sahabat, tabiin, dan ulama
salaf.
Sebagaimana diterangkan dalam mukadimah kitab, seperti halnya hadis-hadis
keutamaan shalawat, beragam versi salawat itu dihadirkan tanpa menyebutkan
rangkaian sanad agar memudahkan pembaca mengamalkan atau menghapalkannya.
Maka dari sini penulis menyatakan bahwa hadis yang terdapat dalam kitab
Dalail Al khairot banyak hadis yang sangat lemah.
B. Saran
Penulis berharap Laporan ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya,
digunakan sebagai penambah wawasan ataupun hal-hal yang berguna
lainnya.Penulis menyadari bahwa Laporan ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
penulis bersedia menerima segala bentuk kritikan.Penulis juga meminta maaf
apabila terjadi kesalahan dalam hal penulisan.
51