Dakwah merupakan suatu kewajiban bagi setiap umat muslim berupa menyeru atau
mengajak sasaran yang menjadi objek dakwah untuk kembali ke jalan yang benar. Dakwah
dilakukan dengan cara arif dan bijaksana sesuai dengan syariat islam yang menjadi keharusan
bagi setiap muslim. Dakwah sendiri jika ditinjau dari segi bahasa, dakwah memiliki artian
memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, dan mendorong. Dalam bahasa arab kata
dakwah merupakan bentuk mashdar dari kata da’a, yad’u, da’watan, yang berarti memanggil,
menyeru, atau mengajak (Fathul Bari, 2008: 17)
Dalam kehidupan sehari-hari setiap muslim yang dibebani tanggung jawab dakwah ini
terkadang merasa kurang percaya diri atau minder akan dirinya karena merasa dirinya belum
mencukupi suatu titik kepantasan untuk disebut pendakwah perihal dirinya yang masih belum
sempurna akal pikiran dan imannya. Oleh karena itu berbagai dalil baik al-qur’an dan hadits
memberikan klarifikasi atau pembelaan terhadapnya. Berbagai hadits simpang siur tanpa kita
tahu kualitas sohih tidaknya, maka disini penulis melakukan takhrij salah satu hadits tentang
perintah tabligh walaupun satu ayat. Dengan adanya takhrij hadits ini diharapkan bisa
membawa manfaat yang besar bagi kita semua. Aamiin.
Dari pemaparan diatas bisa dipahami bahwa hadis yang diatas memiliki kualitas
shahih dari segi kandungan dan muttashil (bersambung) dari segi sanad, yang bisa
dilihat dengan langkah-langkah berikut : Pertama yang mesti dilakukan adalah
memeriksa matan dari sanadnya. Kemudin setelah diperiksa dapat dipahami bahwa
sanad dari hadis diatas merupakan hadis yang shahih sebab periwayat hadis telah
melengkapi persyaratan, diantara persyaratan itu adalah ketersambungan sanad,
dhabit, ‘adil, tidak terdapat Syadz dan ‘illat. Kesinambungan sanad hadis diatas bisa
dipahami pada penilaian sanad, yang menunjukkan bahwa terdapatnya
ketersambungan periwayatan dari perawi dan ada hubungannya antara guru dengan
murid, dengan wilayah tempat tinggalnya yang dekat dan mudah dijangkau
memungkingkan untuk bertemunya antara guru dengan murid. Langkah selanjutnya
adalah memeriksa hadis dari susunan lafal matan hadis. Susunan lafal ini dilihat dari
berbagai riwayat, dalam riwayat Abu Daud terdapat perbedaan lafal, kemudian dalam
riwayat At-Tirmidzi juga ada kesaaman dalam lafalnya, dalam riwayat Imam Ahmad
juga ada kesaaman dan dalam Riwayat Musnad Darimi juga terdapat kesamaan.
Kesimpulan
Hadits “Dakwah Tentang Perintah Tabligh walau Satu Ayat” ini yang periwayatan
oleh Imam Bukhori terbukti shohih karena tidak ada suatu kebatilan atau syarat yang
tak terpenuhi untuk dijadikan hadits yang berkategori hadits shohih, yakni tidak
terdapat ‘Illat, syadz dll. Maka hadits ini dapat dijadikan sebuah landasan hukum
islam atau hujjah untuk diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.