Anda di halaman 1dari 2

HINDARI BERBICARA AGAMA TANPA MEMILIKI ILMU

Dalam suatu realita kehidupan, tentunya kita sering menemukan orang yang
mengomentari, memberi tahu, atau menggurui dengan awalan “Kayaknya….”, “Mungkin…..”
atau lainnya. Hal tersebut membuktikan bahwa apa yang sedang ia biarakan masih dalam
angan-angan kebenaran, bersifat tidak pasti dan tidak tepat. Tentunya, itu membawa
mudharat bagi keduanya antara pembicara dan penerima pesan. Si pembicara akan
dipertanggungjawabkan atas apa yang ia lontarkan tanpa berlandas ilmu tersebut, sedangkan
penerima pesan akan diberi suatu kewas-wasan antara benar atau salah atas jalan keluar dari
permasalahan yang ia tanyakan kepada pembicara.
Teknologi digital informasi mengalami kemajuan yang sangat signifikan dalam akhir-
akhir ini. Orang lebih memilih diam dirumah scroll sosial media daripada melakukan
kegiatan produktif. Perkembangan ini sangat sensistif jika kita gunakan dengan semena-mena
tanpa memilki landasan. missal: mengomentari suatu postingan orang, sedangkan diri kita
sendiri masih dangkal tentang pemahaman itu, semua disalahkan. Hingga pada akhirnya
menciptakan golongan dan pengikut.
Dalam dunia dakwah. Sangat dilarang bagi orang yang menyeru atau mengajak objek
yang didakwahinya sedangkan ia tidak memiliki landasan pengetahuan. Ibnul Qayyim
mengatakan, “Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan berbicara tentang-Nya tanpa
dasar ilmu baik dalam fatwa dan memberi keputusan. Allah menjadikan perbuatan ini sebagai
keharaman paling besar bahkan Dia menjadikannya sebagai tingkatan dosa paling tinggi.”
Al-Qur’an surah Al-Isra ayat 36 telah menyebutkan larangan mengikuti sesuatu apa
yang tidak kamu ketahui, bunyi ayat ini sebagai berikut:

‫ص َر َو ْالفَُؤ ادَ ُك ُّل‬


َ ‫ك ِبهٖ عِ ْل ٌم ۗاِنَّ ال َّسم َْع َو ْال َب‬ َ ‫ْس َل‬َ ‫َواَل َت ْقفُ َما َلي‬
‫ان َع ْن ُه َمسْ ـ ُْٔواًل‬ ٰۤ ُ
َ
َ ‫كك‬ َ ‫اول ِٕى‬
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena
pendengaran, penglihatan dan hati Nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya”
(Qs. Al-Isra:36)
Allah SWT juga berfirman Al-A’rof:33 :

‫ِش َما َظ َه َر ِم ْن َها َو َما َب َط َن َواِإْل ْث َم َو ْال َب ْغ َي‬َ ‫قُ ْل إ َّن َما َحرَّ َم َرب َِّي ْال َف َواح‬
‫ِب َغي ِْر ْال َح ِّق َوَأنْ ُت ْش ِر ُكوا ِباهَّلل ِ َما َل ْم ُي َن ِّز ْل ِب ِه س ُْل َطا ًنا َوَأنْ َتقُولُوا َع َلى‬
َ ‫هَّللا ِ َما اَل َتعْ َلم‬
‫ُون‬
Artinya: “Katakanlah: “Rabbku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang
nampak atau pun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa
alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah
tidak menurunkan hujah untuk itu dan (mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah
apa yang tidak kamu ketahui“.” (QS. Al A’rof: 33)
Sebagai generasi Islam kita harus menghindari hal ini, lebih baik kita bilang tidak
tahu dan dicap bodoh daripada kita harus menanggung dosa semua makhluk atas perbuatan
kita dan mempertanggung jawabkannya di akhirat kelak.

Anda mungkin juga menyukai