Anda di halaman 1dari 2

Nama : M.

Hasbi Rahmani
No HP : 082319384620

KEUTAMAAN MENUTUPI AIB ORANG LAIN

.‫ َو ِب َت ْو ِف ْي ِق ِه تَ َت َحقَّ ُق الْ َم َق ِاص دُ َوالْ َغااَي ُت‬،‫ َو ِب َف ْض هِل ِ تَ َتزَن َّ ُل الْ َخرْي َ ُات َوالْرَب َ اَك ُت‬،‫ات‬ ُ ‫الص ا ِل َح‬َّ ُّ ‫لْ َح ْمدُ هّٰلِل ِ اذَّل ِ ْي ِب ِن ْع َم ِت ِه تَمِت‬
ْ‫ ال ٰل ّه َُّم َص ِ ّل َو َس مِّل ْ َواَب ِرك‬.‫هللا َو ْحدَ ُه اَل رَش ِ يْ َك هَل ُ َوَأ ْشهَدُ َأ ْن ُم َح َّمدً ا َع ْبدُ ُه َو َر ُس ْوهُل ُ اَل نَيِب َّ ب َ ْع دَ ُه‬ ُ ‫َأ ْشهَدُ َأ ْن اَل هٰل َ اَّل‬
َّ ‫عَىَل َس ِ ّي ِداَن ِإُم َح َِّإم ٍد َوعَىَل ٰاهِل ِ َوحَص ْ ِب ِه الْ ُم َجا ِه ِد ْي َن‬
.‫الطا ِه ِر ْي َن‬
Sekarang ini kita menyaksikan, betapa mudahnya seseorang membuka aib sesama,
melempar tudingan, mencari-cari kesalahan orang lain, menyebarluaskannya dan bahkan
menjadikannya sebagai lelucon, tanpa menyadari akan bahayanya. Mereka berbicara tanpa
mengindahkan larangan agama, berbicara tanpa fakta nyata dan hanya mengikuti hawa nafsunya
saja. Mereka tidak menyadari bahwa semua perkataan yang mereka ucapkan kelak akan
dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.

Salah satu bahaya lisan yang sedang merebak luas adalah tentang ghibah. Ini terjadi di
mana saja, baik di pasar, warung, halaman rumah, dapur, ruang tamu, tempat kerja, dan bahkan
di masjid dan mushala. Ironisnya, hal ini sudah dianggap biasa dan menjadi hidangan keseharian
dalam pergaulan. Juga tak kalah serunya dengan adanya acara-acara infotainmen tentang ghibah
di berbagai media massa, yang kerapkali menyebut-nyebut keburukan orang lain. Berkenaan
dengan hal ini, Allah swt memberikan peringatan dalam Al-Qur’an:
‫يَٰ َٓأهُّي َا ٱذَّل ِ َين َءا َمنُ و ۟ا ٱ ْجتَ ِن ُب و ۟ا َك ِث ًريا ِّم َن ٱ َّلظ ِّن َّن ب َ ْع َض ٱ َّلظ ِّن مْث ٌ ۖ َواَل جَت َ َّس ُس و ۟ا َواَل ي َ ْغ َتب ب َّ ْع ُض مُك ب َ ْع ًض ا ۚ َأحُي ِ ُّب‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
.‫اب َّر ِحمي‬ ٌ ‫َأ َحدُ مُك ْ َأن يَْألُك َ ل َ ْح َم َأ ِخي ِه َم ْيتًا فَ َك ِر ْه ُت ُمو ُه ۚ َوٱت َّ ُقو ۟ا ٱهَّلل َ ۚ َّن ٱهَّلل َ ت ََّو‬
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena
‫ِإ‬
sesungguhnya sebagian dari prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari
kesalahan dan aib orang lain dan janganlah kamu menggunjing (ghibah) sebagian yang lain.
Apakah seseorang dari kamu suka memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka sudah
tentu kamu jijik kepadanya. (Oleh karena itu, jauhilah larangan-larangan yang tersebut) dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."
(QS Al-Hujurat: Ayat 12)

Diriwayatkan oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ayat ini (QS al-
Hujurat: 12) turun berkenaan dengan peristiwa salah seorang sahabat Rasul saw yang bernama
Salman al-Farisi yang bila selesai makan, suka terus tidur dan mendengkur. Pada waktu itu ada
orang yang menggunjing perbuatannya. Maka turunlah QS al-Hujurat ayat 12 yang melarang
seseorang mengumpat dan menceritakan aib orang lain.

Selaras dengan larangan Allah swt tersebut, Rasulullah saw juga melarang mengumbar aib
orang lain. Sebagaimana sabdanya:
ِ ‫الظ َّن َأ ْك َذ ُب الْ َح ِد‬
‫يث َواَل جَت َ َّس ُسوا َواَل حَت َ َّس ُسوا َواَل تَ َباغَضُ وا َو ُكون ُوا خ َْوااًن‬ َّ ‫اَّي مُك ْ َو‬
َّ ‫الظ َّن فَ َّن‬
‫ِإ‬
“Jauhilah oleh kalian prasangka, sebab prasangka itu adalah ungkapan yang paling dusta.
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
Dan janganlah kalian mencari-cari aib orang lain, jangan pula saling menebar kebencian dan
jadilah kalian orang-orang yang bersaudara” (HR al-Bukhari).

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), kata aib itu memiliki arti malu, cela, noda,
salah ataupun keliru. Menurut al-Fairuz Abadzi dalam Al-Qamus al-Muhith, secara bahasa, aib (
‫ )العيب‬bermakna cacat atau kekurangan. Bentuk jamaknya adalah uyub. Adapun sesuatu yang
memiliki aib, dalam bahasa Arab disebut ma’ib. Sementara itu dalam kitab ad-Dur al-Mukhtar,
Al-Hasfaki menyampaikan bahwa sebagian ulama mazhab Hanafi menjelaskan aib dengan
pengertian :
‫َما خَي ْ لُو َع ْن ُه َأ ْصل الْ ِف ْط َر ِة ا َّلس ِلمي َ ِة ِم َّما يُ َعدُّ ِب ِه اَن ِق ًصا‬
“Suatu bagian yang tidak ada dari asal penciptaannya dan hal itu dianggap sebagai bentuk
kekurangan”.
Secara psikologis, jika kita mendengar suatu informasi dari orang lain lalu menjadikan hati
kita merasa tidak enak, maka hal ini dapat disebut aib. Aib dapat berupa peristiwa, keadaan, atau
suatu penjelasan. Seringkali aib sendiri maupun orang lain diumbar secara sadar/tidak sadar kita
sebarkan ke orang lain, bahkan diviralkan ke media massa atau media sosial. Aib merupakan
sesuatu yang digambarkan buruk, tidak terpuji, dan negatif. Aib adalah suatu cela atau kondisi
yang tidak baik tentang seseorang jika diketahui oleh orang lain akan membuat rasa malu yang
membawa kepada efek psikologi yang negatif. Korban akan merasa terzalimi, disudutkan, dan
bahkan dilemahkan jati dirinya.

Aib terbagi menjadi dua, yaitu aib khalqiyah yang bersifat kodrati dan Aib khuluqiyah yang
berkenaan dengan perilaku. Aib khalqiyah merupakan aib karena terdapat cacat di salah satu
organ tubuh atau penyakit yang membuatnya malu jika diketahui oleh orang lain, sedangkan
yang kedua yaitu aib khuluqiyah yang bersifat fi’li (perilaku) merupakan aib dari perbuatan
maksiat, baik yang dilakukan sembunyi-sembunyi atau terang-terangan. Rasulullah bersabda :
‫ َسرَت َ ُه َاهَّلل ُ يِف َادلُّ نْ َيا َواآْل ِخ َر ِة‬,‫َو َم ْن َسرَت َ ُم ْس ِل ًما‬
“Barang siapa menutupi aib seorang, Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat” (HR
Muslim).  

Menutup aib orang lain tidak hanya memiliki keutamaan akan menutup aib kita di dunia dan
akhirat, tapi juga seperti menghidupkan bayi yang dikubur hidup-hidup. Hal ini sebagaimana
yang disinyalir oleh hadits Nabi saw yang berbunyi:

“Siapa melihat aurat (aib orang lain) lalu menutupinya, maka seakan-akan ia menghidupkan
bayi yang dikubur hidup-hidup” (HR Abu Daud).

Untuk itu, mari kita jauhi ghibah, dusta, prasangka, dan mencari-cari kesalahan orang lain
serta menyebarluaskan aib sesama. Jagalah aib orang lain sebagaimana kita menjaga aib pribadi.
Dan mari kita amalkan doa yang biasa dibaca Rasulullah pada pagi dan petang, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar ra:
‫يَاي َوَأهْيِل ْ َومَ ايِل ْ ال ٰل ّه َُّم‬
َ ْ‫ال ٰل ّه َُّم يِّن ْ َأ ْس َأكُل َ الْ َعا ِفيَ َة ىِف ادلُّ نْ َيا َواآل ِخ َر ِة ال ٰل ّه َُّم يِّن ْ َأ ْس َأكُل َ الْ َع ْف َو َوالْ َعا ِفيَ َة يِف ْ ِدييِن ْ َو ُدن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
. ْ ‫ْاسرُت ْ َع ْو َريِت‬
“Yaa Allah sesungguhnya aku meminta kepada Mu ‘Afiyah di dunia dan akhirat. Yaa Allah
aku memohon kepada Mu ‘‘Afwaa dan ‘Afiyah pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku dan
hartaku. Yaa Allah tutupi auratku (aib-aibku)”

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Ya
Robbal ‘Alamin

Anda mungkin juga menyukai