Anda di halaman 1dari 4

KHUTBAH JUMAT

LISAN SUMBER MALAPETAKA

‫اع ش هَر ْيعَ هت هه‬ ‫س َل هإ َل ْي هه هباتهبَ ه‬ َّ ‫ْق نهيَّ ٍة َكفَاهُ َو َم ْن ت َ َو‬


‫ع َل ْي هه هب هصد ه‬َ ‫هي َم ْن ت َ َو َّك َل‬ ْ ‫لِل الَّذ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ه ه‬
‫سالَ ُم‬ َّ ‫صالَةُ َوال‬ َّ ‫ص َرهُ َوت َ َوالَّهُ َوال‬ َ ‫علَى أ َ ْعدَائه هه َو َح‬
َ َ‫س َدته هه ن‬ َ ُ‫ص َره‬ َ ‫ست َ ْن‬ْ ‫قَ َّربَهُ َوأ َ ْدنَاهُ َو َم هن ا‬
‫هللا أ َ َّما‬ َ ‫ظ هد ْينَهُ َو َجا َه َد فه ْي‬
‫س هب ْي هل ه‬ َ َ‫ص َحا هب هه َو َم ْن َحاف‬ ْ َ ‫علَى آ هل هه َوأ‬ َ ‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َو‬ َ ‫علَى‬ َ
ُ‫س هل ُم ْو َن فَقَ ْد قَا َل هللا‬ْ ‫ق تُقَاتهه َوالَت َ ُم ْوت ُ َّن هإالَّ َوأَنـْت ُ ْم ُم‬ ْ ‫بَ ْع ُد فَيَاأَيُّ َها ا ْل ُم‬
َّ ‫ اهتَّقُ ْوهللاَ َح‬،‫س هل ُم ْو َن‬
ْ‫اق َرأ‬ ْ ،‫ق‬ ٍ َ‫عل‬
َ ‫ان هم ْن‬ َ ‫س‬ َ ‫اْلن‬‫ َخلَقَ ْ ه‬، َ‫س هم َر هبكَ الَّذهي َخلَق‬ ْ ‫اق َرأْ هبا‬ْ :‫الى فهي هكتَا هب هه ا ْلك هَري هْم‬ َ َ‫تَع‬
‫َو َربُّكَ ْاْل َ ْك َر ُم‬
Tak ada yang sia-sia seluruh yang diciptakan Allah. Kata-kata ini benar karena seluruh
keberadaan di jagat ini memiliki maksud dan tujuan, entah diketahui manusia maupun tidak. Termasuk
dalam hal ini seluruh anggota badan manusia, seperti mata, hidung, telinga, lisan, kaki, tangan, dan
organ-organ luar dan dalam, serta sel-sel yang tak terhitung jumlahnya.
Semua itu merupakan nikmat besar. Nikmat yang tak mungkin bisa dibalas secara sepadan,
kecuali sekadar mensyukurinya, baik melalui kata-kata maupun perbuatan. Bersyukur lewat perkataan
bisa dilakukan dengan mengucapkan hamdalah atau kalimat puji-pujian lainnya; sementara bersyukur
lewat tindakan akan tercermin dari kualitas perbuatan: apakah sudah baik, bermanfaat, atau sebaliknya?
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Di antara semua anggota badan itu yang paling krusial adalah lisan. Lisan merupakan perangkat
di dalam tubuh manusia yang bisa menimbulkan manfaat, namun sekaligus mudarat yang besar bila tak
benar penggunaannya. Karena itu ada pepatah Arab mengatakan, Salaamatul Insaan fi Hifzhil Lisan
(keselamatan seseorang tergantung pada lisannya). Melalui kata-kata, seseorang bisa menolong orang
lain. Dan lewat kata-kata pula seseorang bisa menimbulkan kerugian tak hanya bagi dirinya sendiri tapi
juga bagi orang lain.
Karena saking krusialnya, Islam bahkan hanya memberi dua pilihan terkait fungsi lisan: untuk
berkata yang baik atau diam saja. Seperti bunyi hadits riwayat Imam al-Bukhari:

ْ‫آلخ هر فَليَــقُ ْل َخـي ًْرا أ َ ْو هليَـصـ ُمــت‬


‫هلل َوا ْليَ ْو هم اْ ه‬ َ ‫َو َم ْن ك‬
‫َان يُ ْؤ هم ُن بها ه‬
Artinya:
“Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata yang baik atau diam.”
Rasulullah mendahuluinya dengan mengungkapkan keimanan sebelum memperingatkan
tentang bagaimana sebaiknya lisan digunakan. Keimanan adalah hal mendasar bagi umat Islam. Ini
menunjukkan bahwa urusan lisan bukan urusan main-main. Hadits di atas bisa dipahami sebaliknya

1
(mafhum mukhalafah) bahwa orang-orang tak bisa berkata baik maka patut dipertanyakan kualitas
keimanannya kepada Allah dan hari akhir. Ini menarik karena lisan ternyata berkaitan dengan teologi.
Kenapa dihubungkan dengan keimanan kepada Allah dan hari akhirat? Hal ini tentang pesan
bahwa segala ucapan yang keluarkan manusia sejatinya selalu dalam pengawasan Allah. Ucapan itu
juga mengandung pertanggungjawaban, bukan hanya di dunia melainkan di akhirat pula. Orang yang
berbicara sembrono, tanpa mempertimbangkan dampak buruknya, mengindikasikan pengabaian
terhadap keyakinan bahwa Allah selalu hadir menyaksikan dan hari pembalasan pasti akan datang. Allah
juga mengutus malaikat khusus untuk mengawasi setiap ucapan kita.

‫عتهي ٌد‬ ٌ ‫ظ هم ْن قَ ْو ٍل إه َّال لَ َد ْي هه َرقه‬


َ ‫يب‬ ُ ‫َما يَ ْل هف‬
Artinya:
"Tak ada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir." (QS. Qaf :18)
Banyak hal kotor yang dapat muncul dari lisan. Seperti ghibah atau membicarakan keburukan
orang lain. Ghibah mungkin bagi sebagian orang asyik sebagai kembang obrolan, namun ia
mempertaruhkan reputasi orang lain, memupuk kebencian, serta merusak kepercayaan dan kehormatan
orang lain. Contoh lain adalah fitnah. Yakni, senagaja menebar berita tak benar dengan maksud
merugikan pihak yang difitnah. Fitnah umumnya berujung adu domba, hingga pertengkaran bahkan
pembunuhan. Sifat ini sangat dibenci Islam. Fitnah masuk dalam kategori kebohongan namun dalam
level yang lebih menyakitkan.
Inilah relevansi manusia dikarunia akal sehat, agar ia berpikir terhadap setiap yang ia lakukan
atau ucapkan. Berpikir tentang nilai kebaikan dalam kata-kata yang akan kita ucapkan, juga dampak yang
bakal timbul setelah ucapan itu dilontarkan. Ini penting dicatat supaya kesalahan tak berlipat ganda
karena lisan manusia yang tak terjaga. Politisi yang sering mengingkari janji itu buruk, tapi akan lebih
buruk lagi bila ia juga tak pandai menjaga lisannya. Pejabat yang gemar berbohong itu buruk namun akan
lebih buruk lagi bila ia juga pintar berbicara. Dan seterusnya.
Rasulullah bersabda:

‫ان‬
‫س ه‬َ ‫ع هلـي ُم ال هل‬ ٍ ‫هي ُك ُّل ُمنَافه‬
َ ‫ق‬ ْ ‫علَيْــ ُك ْم بَ ْعد‬ ُ ‫ف َما أ َ َخ‬
َ ‫ـاف‬ َ ‫إهنَّ أ َ ْخ َو‬
Artinya:
“Sungguh yang paling aku khawatirkan atas kalian semua sepeninggalku adalah orang munafiq
yang pintar berbicara” (HR At-Tabrani).
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Di zaman modern ini, ucapan atau ujaran tak semata muncul dari mulut tapi juga bisa dari status
Facebook, cuitan di Twitter, meme di Instagram, konten video, dan lain sebagainya. Media sosial juga
menjadi ajang ramai-ramai berbuat ghibah, fitnah, tebar kebohongan, provokasi kebencian, bahkan

2
sampai ancaman fisik yang membahayakan. Makna lisan pun meluas, mencakup pula perangkat-
perangkat di dunia maya yang secara nyata juga mewakili lisan kita. Dampak yang ditimbulkannya pun
sama, mulai dari adu domba, tercorengnya martabat orang lain, sampai bisa perang saudara.
Karena itu, kita seyogianya hati-hati berucap atau menulis sesuatu di media sosial. Berpikir dan
ber-tabayyun (klarifikasi) menjadi sikap yang wajib dilakukan untuk menjamin bahwa apa yang kita
lakukan bernilai maslahat, atau sekurang-kurangnya tidak menimbulkan mudarat. Sekali lagi, ingatlah
bahwa Allah mengutus malaikat khusus untuk mengawasi ucapan kita, baik hasil lisan kita maupun
ketikan jari-jari kita di media sosial.

‫عتهي ٌد‬ ٌ ‫ظ هم ْن قَ ْو ٍل إه َّال لَ َد ْي هه َرقه‬


َ ‫يب‬ ُ ‫َما يَ ْل هف‬
Artinya:
“Tiada suatu kalimat pun yang diucapkan melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir” (QS. Qaf: 18).

‫ إنهُ تَعاَلَى َجوا ٌد‬.‫والذ ْك هر ال َح هكي هْم‬


‫ت ه‬ ‫ َونَفَعَنه ْي َو هإيا ُك ْم هباآليا ه‬،‫آن العَ هظي هْم‬
‫با َ َركَ هللاُ هل ْي َولك ْم فهي القُ ْر ه‬
ٌ ‫ك هَر ْي ٌم َم هلكٌ بَ ٌّر َرؤ ُْو‬
.‫ف َر هح ْي ٌم‬

3
‫‪KHUTBAH KEDUA‬‬

‫ش َه ُد أ َ ْن الَ اهلَهَ إهالَّ هللاُ َوهللاُ َوحْ َدهُ‬


‫َلى ت َ ْوفه ْي هق هه َواه ْمتهنَانه هه‪َ .‬وأ َ ْ‬
‫ش ْك ُر لَهُ ع َ‬ ‫سانه هه َوال ُّ‬ ‫َلى إهحْ َ‬‫هلل ع َ‬ ‫ا َ ْل َح ْم ُد ه‬
‫علَى‬ ‫ص هل َ‬‫ض َوانه هه‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫إلى هر ْ‬ ‫س ْولُهُ الدَّا هعى َ‬ ‫ع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫سيه َدنَا ُم َح َّمدًا َ‬‫ش َه ُد أنَّ َ‬ ‫الَ ش هَر ْيكَ لَهُ َوأ َ ْ‬
‫س هل ْي ًما هكثي ًْرا‪.‬‬ ‫س هل ْم ت َ ْ‬
‫ص َحابه هه َو َ‬ ‫علَى ا َ هل هه َوا َ ْ‬‫سيه هدنَا ُم َح َّم ٍد هو َ‬
‫َ‬
‫هللا أ َ َم َر ُك ْم هبأ َ ْم ٍر بَ َدأ َ‬
‫ع َّما نَ َهى َوا ْعلَ ُم ْوا أَنَّ َ‬ ‫اس اهتَّقُوهللاَ فه ْي َما أ َ َم َر َوا ْنت َ ُه ْوا َ‬ ‫أ َ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّ َها النَّ ُ‬
‫َلى النَّ هبى يآ اَيُّ َها‬ ‫صلُّ ْو َن ع َ‬ ‫هللا َو َمآلئه َكتَهُ يُ َ‬ ‫س هه َوقَا َل تَعاَلَى هإنَّ َ‬ ‫س هه َوثَـنَى هب َمآل ئه َكته هه هبقُ ْد ه‬ ‫فه ْي هه هبنَ ْف ه‬
‫ع َل ْي هه َو َ‬
‫س هل ْم‬ ‫صلَّى هللاُ َ‬ ‫س هي هدنَا ُم َح َّم ٍد َ‬‫علَى َ‬ ‫ص هل َ‬ ‫س هل ْي ًما‪ .‬الل ُه َّم َ‬ ‫س هل ُم ْوا ت َ ْ‬‫علَ ْي هه َو َ‬‫صلُّ ْوا َ‬
‫الَّ هذي َْن آ َمنُ ْوا َ‬
‫اء‬‫ض الل ُه َّم ع هَن اْل ُخلَ َف ه‬ ‫ار َ‬ ‫س هلكَ َو َمآلئه َك هة اْل ُمقَ َّر هبي َْن َو ْ‬ ‫علَى ا َ ْن هبيآئهكَ َو ُر ُ‬ ‫علَى آ هل َ‬
‫س هيدهنا َ ُم َح َّم ٍد َو َ‬ ‫َو َ‬
‫ص َحابَ هة َوالتَّا هب هعي َْن َوتَا هب هعي التَّا هب هع ْي َن لَ ُه ْم‬
‫ع هلى َوع َْن بَ هقيَّ هة ال َّ‬ ‫عثْ َمان َو َ‬ ‫ع َمر َو ُ‬ ‫ش هدي َْن أ َ هبى بَ ْك ٍر َو ُ‬‫الرا ه‬‫َّ‬
‫اح همي َْن‪.‬‬ ‫عنَّا َمعَ ُه ْم هب َرحْ َمتهكَ يَا ا َ ْر َح َم َّ‬
‫الر ه‬ ‫ض َ‬
‫ار َ‬ ‫ان اهلَىيَ ْو هم ه‬
‫الدي هْن َو ْ‬ ‫س ٍ‬‫هباهحْ َ‬
‫ت الل ُه َّم أ َ هع َّز‬
‫ت اَالَحْ يآ ُء هم ْن ُه ْم َواْالَ ْم َوا ه‬ ‫س هل همي َْن َواْل ُم ْ‬
‫س هل َما ه‬ ‫ت َواْل ُم ْ‬ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ هف ْر هل ْل ُم ْؤ همنهي َْن َواْل ُم ْؤ همنَا ه‬
‫الدي َْن‬
‫ص َر ه‬ ‫ص ْر َم ْن نَ َ‬‫ص ْر هعبَادَكَ اْل ُم َو هح هديَّةَ َوا ْن ُ‬‫الش ْركَ َواْل ُمش هْر هكي َْن َوا ْن ُ‬ ‫س هل همي َْن َوأ َ هذ َّل ه‬ ‫سالَ َم َواْل ُم ْ‬ ‫اْ هْل ْ‬
‫عنَّا‬‫الدي هْن‪ .‬الل ُه َّم ا ْدفَ ْع َ‬‫الدي هْن َوا ْع هل َك هل َماتهكَ إهلَى يَ ْو َم ه‬ ‫س هل همي َْن َو د هَم ْر أ َ ْعدَا َء ه‬
‫اخذُ ْل َم ْن َخذَ َل اْل ُم ْ‬ ‫َو ْ‬
‫ط َن ع َْن بَلَ هدنَا‬ ‫ظ َه َر هم ْن َها َو َما بَ َ‬ ‫لم َح َن َما َ‬ ‫س ْو َء اْل هفتْنَ هة َواْ ه‬
‫لم َح َن َو ُ‬ ‫الزالَ هز َل َواْ ه‬
‫لوبَا َء َو َّ‬ ‫اْلبَالَ َء َواْ َ‬
‫سنَةً‬ ‫ب اْلعَالَ همي َْن‪َ .‬ربَّنَا آتهنا َ فهى ال ُّد ْنيَا َح َ‬ ‫س هل همي َْن عآ َّمةً يَا َر َّ‬ ‫سائه هر اْلبُ ْلد ه‬
‫َان اْل ُم ْ‬ ‫صةً َو َ‬ ‫سيَّا خآ َّ‬ ‫اه ْندُونه ْي ه‬
‫ظلَ ْمنَا ا َ ْنفُ َ‬
‫سنَا َوا ْهن لَ ْم ت َ ْغ هف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَك ُْونَنَّ هم َن‬ ‫سنَةً َوقهنَا َ‬
‫عذَ َ‬
‫اب النَّ هار‪َ .‬ربَّنَا َ‬ ‫َوفهى اْ ه‬
‫آلخ َر هة َح َ‬
‫اْل َخا ه‬
‫س هري َْن‪.‬‬
‫شآء َواْل ُم ْنك هَر‬‫بى َويَ ْن َهى ع هَن اْلفَحْ ه‬ ‫ْتآء ذهي اْلقُ ْر َ‬ ‫ان َو هإي ه‬ ‫س ه‬ ‫هللا يَأ ْ ُم ُر هباْلعَ ْد هل َواْ هْلحْ َ‬
‫هللا ! هإنَّ َ‬ ‫هعبَا َد ه‬
‫َلى نهعَ هم هه يَ هز ْد ُك ْم َولَ هذ ْك ُر‬ ‫هللا اْلعَ هظ ْي َم يَ ْذك ُْر ُك ْم َوا ْ‬
‫شك ُُر ْوهُ ع َ‬ ‫اذك ُُروا َ‬ ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم تَذَك َُّر ْو َن َو ْ‬
‫َواْلبَ ْغي يَ هع ُ‬
‫هللا أ َ ْكبَر‪.‬‬
‫ه‬

‫‪4‬‬

Anda mungkin juga menyukai