Anda di halaman 1dari 5

Forum Komunikasi Pegawai Syar‟i

Kecamatan Bolaang

khotbah jumat
MEMBANGUN SIFAT TAWADU
Jum’at, 24 November 2023

‫ه‬ ‫ه‬
‫ش َرائ ِِع‬ َّ ‫ِي أَ َم َر َنا بِأَدَاءِ ال‬ ْ ‫ اَ ْل َح ْم ُد ِ ّلِلِ الَّذ‬.ِ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ ّلِل‬
َّ ‫س ْولُ ُه‬
‫الَّ ِم ُع‬ َ َّ‫ش َه ُد أَن‬
ُ ‫س ٌِّ َد َنا َو َح ِب ٌْ َب َنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر‬ َّ ُ ‫ش َه ُد أَنْ ََل ا هِل َه إِ ََّل هللا‬
ْ َ‫الس ِم ٌْ ُع ا ْل َب ِد ٌْ ُع َوأ‬ ْ َ‫أ‬
‫ه‬
َ‫اب ِه أَ ْج َم ِع ٌْن‬
ِ ‫َّ َح‬ ْ َ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع هلى هالِ ِه َوأ‬ َ ‫ار ْك َع هلى‬ ِ ‫س ِّل ْم َو َب‬َ ‫َّل ِّ َو‬ َ ‫اَل ّل ُه َّم‬
ًِ‫ ََال َ هللا ُ َت َعالَى ف‬. َ‫هللا َح َّق ُت َقاتِ ِه َو ََل َت ُم ْو ُتنَّ إِ ََّل َوأَ ْن ُت ْم ُم ْسلِ ُم ْون‬ َ ‫ ِا َّتقُوا‬. َ‫ َف ٌَا أَ ٌُّ َها ا ْل َحاضِ ُر ْون‬،ُ‫أَ َّما َب ْعد‬
ُ ‫الر ْح هم ِن الَّ ِذ ٌْنَ ٌَ ْم‬
َ‫ش ْون‬ َّ ‫ َوعِ َبا ُد‬،‫الر ِح ٌْ ِم‬ َّ ‫الر ْح هم ِن‬ َّ ِ‫الر ِج ٌْ ِم ِب ْس ِم هللا‬ َّ ‫ان‬ ِ ‫ش ٌْ َط‬ َّ ‫لِل مِنَ ال‬ ِ ‫ أَ ُع ْو ُذ ِبا‬.‫ا ْلقُ ْر ها ِن ا ْل َعظِ ٌْ ِم‬
‫س هل ًما‬
َ ‫ض ه َْو ًنا َّوا َِذا َخا َط َب ُه ُم ا ْل هج ِهلُ ْونَ ََالُ ْوا‬ ِ ‫َعلَى ْاَلَ ْر‬

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT

Syukur harus selalu kita lakukan dengan memperbanyak mengatakan alhamdulillah karena di
hari istimewa ini masih diberikan kesehatan dan kurnia yang demikian agung. Salah satunya
bisa dipertemukan dengan saudara seiman yang selama sepekan tidak bisa bersua lantaran
kegiatan masing-masing. Demikian pula marilah kita meningkatkan ketakwaan kepada Allah
SWT karena, orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa kepada-Nya.
Dan salah satu bentuk ketakwaan itu adalah tawadhu atau sikap rendah hati.
Sifat tawadhu berarti menempatkan kita lebih rendah daripada berbagai kalangan. Hal ini guna
mengubur sifat sombong yang kerap kali bergelora dalam diri kita. Tawadhu penting diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam hubungan kepada Allah SWT maupun kepada seluruh
makhluk ciptaan-Nya, meliputi manusia, hewan, tetumbuhan, dan sebagainya. Lawan dari
tawadhu adalah sombong.
Sombong adalah pangkal berbagai macam sifat tercela lainnya. Kita tentu hafal betul kisah iblis
yang menolak bersujud dalam rangka menghormati Nabi Adam AS. Itu tidak lain karena
kesombongan makhluk terlaknat tersebut. Pasalnya, iblis merasa lebih baik karena diciptakan
dari api, sedangkan Nabi Adam AS diciptakan dari tanah.

Imam al-Ghazali dalam kitabnya Bidayatul Hidayah menegaskan bahwa merasa lebih baik dari
makhluk lain adalah bentuk kesombongan. Karenanya, kita harus meyakini bahwa
sesungguhnya yang terbaik di sisi Allah SWT itu adanya di akhirat kelak. Hal demikian tentu saja
tidak berada dalam jangkauan kita sebagai manusia biasa.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT
Kita harus memiliki keyakinan bahwa orang lain itu lebih baik dari kita. Jika dalam pandangan
mata terlihat buruk, kita tidak dapat menganggap keseluruhannya demikian. Setiap manusia
pasti memiliki sisi yang baik. Imam al-Ghazali memberikan tips bagaimana kita menggunakan

By Rusdiana on Thursday, June 22, 2023


kacamata tawadhu dalam melihat siapa saja, anak kecil, orang tua, orang bodoh, atau kafir
sekalipun.
Anak kecil tentu belum dihukumi taklif sehingga tidak bermaksiat kepada Allah SWT, sedangkan
hari-hari kita tidak pernah lepas dari bermaksiat kepada-Nya. Dengan begitu, kita tidak perlu
ragu untuk mengakui bahwa anak kecil itu lebih baik dari diri kita. Orang yang lebih tua dari kita
seyogianya dipandang lebih baik dari kita. Sebab, mereka lebih dahulu daripada kita dalam
beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, tak ada halangan lagi untuk meyakini bahwa mereka
lebih baik daripada kita. Sekalipun ada orang yang tampak, mohon maaf, bodoh, kita juga harus
meyakini kebaikan mereka. Sebab, jika pun mereka melakukan maksiat, tentu itu didasari atas
ketidaktahuannya, sedangkan kita tetap bermaksiat, meskipun kita tahu bahwa hal tersebut
salah dan dilarang Allah SWT.

Bahkan, terhadap orang kafir pun kita tidak boleh merasa lebih baik. Sebab, mungkin saja di
suatu saat nanti, atau mungkin di akhir hayatnya kelak, ia mengucapkan syahadat dan wafat
dalam membawa keislaman dan keimanan. Hal demikian bukanlah hal yang mustahil dan
memang banyak terjadi.

Dengan keyakinan demikian, perasaan tidak lebih baik dari orang lain, maka kita akan berusaha
untuk terus memperbaiki diri, berintrospeksi, mencari kesalahan diri agar tidak lagi
mengulanginya di kemudian hari dan menggantinya dengan sikap dan laku yang baik.

Kita juga tidak mencari-cari kesalahan orang lain, tetapi justru mencari dan menemukan
kebaikannya untuk kita tiru, kita teladani sebaik mungkin sehingga kita bukan saja terhindari dari
laku buruk, tetapi justru melampaui hal tersebut, yakni dengan berlaku baik.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT


Oleh karena itu, jamaah Jumat sekalian, penting bagi kita untuk menerapkan sikap tawadhu
dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, orang tawadhu adalah hamba Allah SWT yang utama. Hal
ini ditegaskan Allah SWT dalam Al-Qur‟an surat Al-Furqan ayat 63 sebagai berikut:

‫س هل ًما‬
َ ‫اط َب ُه ُم ا ْل هج ِهلُ ْونَ ََال ُ ْوا‬
َ ‫ض ه َْو ًنا َّو ِا َذا َخ‬
ِ ‫ش ْونَ َع َلى ْاَلَ ْر‬
ُ ‫الر ْح هم ِن الَّ ِذٌْنَ ٌَ ْم‬
َّ ‫َوعِ َبا ُد‬
Artinya: Adapun hamba-hamba (utama) Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang
yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka
(dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam”.

Imam Abu Ishaq ats-Tsa‟labi dalam kitabnya, Al-Kasyfu wal Bayan fi Tafsiril Qur‟an menjelaskan
bahwa hamba yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah hamba utama, yakni orang yang
tawadhu, rendah hati. Bahkan, jika ada orang yang „mengkhutbahi‟, menasihati dengan kata-kata
yang justru tidak membuatnya nyaman, orang tersebut tetap menjawabnya dengan doa
keselamatan. Dalam tafsir lain, Ibnu Hayyan mengatakan bahwa hamba utama itu menjawab
dengan perkataan yang menyelamatkannya dari dosa.

Meskipun diperlakukan dengan tidak baik, sikap tawadhu menghindarkan kita dari dosa-dosa
berupa laku buruk yang serupa atau bahkan lebih sebagai balasan kepadanya. Kita justru akan
menjawab perlakuan itu dengan kebalikannya, yaitu dengan mendoakan keselamatan, tetap
menjaga etika dan akhlak kita, baik secara perbuatan ataupun perkataan, sebagaimana
disebutkan oleh Imam Abul Qasim al-Qusyairi dalam kitab tafsirnya, Lathaiful Isyarat. Nabi
Muhammad SAW bersabda sebagaimana dicantumkan Imam Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab
Lubabul Hadits sebagai berikut:

ِ ‫ض ُع مِنْ أَ ْخ ََل ِق ْاْلَ ْنبٌَِاءِ َوال َّت َك ُّب ُر مِنْ أَ ْخ ََل ِق ا ْل ُك َّف‬
‫ار َوا ْلفُ َرا ِع َن ِة‬ ُ ‫ال َّت َوا‬
Artinya: Tawadhu merupakan bagian dari akhlaknya para nabi, sedangkan sombong adalah
akhlaknya orang-orang kafir dan para Firaun.

By Rusdiana on Thursday, June 22, 2023


Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Lantas Kemudian bagaimana tanda-tanda Tawadhu: Menurut Ibnu Qayyim rahimahullah bahwa,
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah tatkala seorang hamba semakin
bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan
semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap
kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah
hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan
setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan
manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah
hati kepada mereka.”
Dalam kehidupan sehari-hari umat Muslim sangat dianjurkan untuk selalu memelihara sikap
tawadhu. Memiliki perilaku tawadhu atau rendah hati juga merupakan salah satu cerminan
seorang Muslim yang beriman kepada Allah SWT. Tawadhu bukan sekedar tata krama biasa,
melainkan sikap ini jauh lebih dahulu ketimbang sopan santun yakni suatu sikap batin yang
menjelma dalam praktik lahiriyah secara wajar dan bijaksana. Belajar menerapkan sikap
tawadhu dalam kehidupan sehari-hari tidak akan merugikan melainkan dapat bermanfaat
membuat kamu lebih tenang dalam menjalani kehidupan. Lalu apa tawadhu‟ itu ?

Tawadhu‟ secara bahasa bermakna rendah terhadap sesuatu. Sedangkan secara istilah adalah
menampakkan perendahan hati kepada sesuatu yang diagungkan. Ada juga yang mengatakan
tawadhu‟ adalah mengagungkan orang karena keutamaannya. Tawadhu‟ adalah menerima
kebenaran dan tidak menentang hukum. Tidak ada yang mengingkari, bahwa tawadhu‟ adalah
akhlak yang mulia.

Sikap tawadhu atau rendah hati selalu dianjurkan untuk dimiliki setiap Muslim. Seseorang yang
senantiasa menjalankan perilaku ini secara lahir batin, akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
Manusia adalah tempatnya berbagai kelemahan, dan Allah meletakkan suatu kelebihan kepada
orang tertentu dan meletakkan kekurangan kepada orang tertentu pula. Maka tidaklah mungkin
ada orang yang sempurna dan tidak kekurangan. Orang yang rendah hati menyadari hal itu,
sehingga ketika dia melihat saudara sesamanya memiliki sesuatau yang dia tidak miliki, maka
dia akan tetap tenang dan tidak sakit hati. Hal ini bertolak belakang dibandingkan dengan orang
yang sombong. Dia akan selalu gelisah dan merasa jengkel ketika dia melihat seseorang
melebihi dirinya, entah hartanya, kecantikanya/ ketampananya, kedudukanya dan sebagainya.

Barangsiapa mau merendahkan hatinya di hadapan manusia dan Allah, maka tenanglah hatinya.
Seseorang belum dikatakan tawadhu kecuali jika telah melenyapkan kesombongan yang ada
pada dirinya. Semakin kecil sifat kesombongan seseorang, semakin sempurnalah
ketawadhuanya. Kita adalah hamba Allah SWT, sungguh tidak pantas bagi seorang hamba
berjalan di muka bumi dengan kesombongan. Allah berfirman:

َ ‫اط َب ُه ُم ۡال هج ِهلُ ۡونَ ََال ُ ۡوا‬


‫س هل ًما‬ ِ ‫ش ۡونَ َع َلى ۡاَلَ ۡر‬
َ ‫ض ه َۡو ًنا َّوا َِذا َخ‬ ُ ‫الر ۡح هم ِن الَّذ ٌِۡنَ ٌَ ۡم‬
َّ ‫َوعِ َبا ُد‬
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata
yang menghina), mereka mengucapkan “salam,” (QS. Al Furqan: 63)

Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT


Sifat tawadhu tidak dapat diperoleh secara spontan, tetapi harus diupayakan secara bertahap,
serius dan berkesinambungan. Ada lima cara untuk Muhasabah Nafsiyyah untuk menumbuhkan
sikap tawadhu’ seperti yang tertuang dalam kitab Bidayatul Hidayah, karya Imam al-Ghazali,
diantaranya:
Pertama: Apabila engkau melihat orang yang masih muda, maka katakan dalam hatimu, „Orang
ini belum banyak durhaka kepada Allah sedangkan aku sudah banyak durhaka pada Allah. Tidak
diragukan lagi orang ini lebih baik dariku‟.

By Rusdiana on Thursday, June 22, 2023


Kedua: Apabila engkau melihat orang yang lebih tua, katakan dalam hatimu, „Orang ini sudah
beribadah sebelum aku, dengan begitu tidak diragukan lagi bahwa dia lebih baik dariku‟.

Ketiga: Apabila engkau melihat orang alim (berilmu), katakan dalam hatimu, „Orang ini sudah
diberi kelebihan yang tidak diberikan kepadaku. Dia menyampaikan suatu kebaikan kepada
orang lain sedangkan aku tidak menyampaikan apa-apa. Dia tahu hukum-hukum yang tidak aku
tahu. Maka bagaimana mungkin aku sama dengannya?‟

Keempat: Apabila engkau bertemu dengan orang bodoh, kurang ilmu dan wawasan, katakan
dalam hatimu, „Orang ini durhaka kepada Allah kerana ketidaktahuannya sedangkan aku
durhaka kepada Allah dengan pengetahuanku. Maka hukuman Allah kepadaku lebih berat
dibanding orang ini. Dan aku tidak tahu bagaimana akhir hidupku dan akhir hidup orang ini‟.

Kelima: Apabila engkau melihat orang kafir, maka katakan dalam hatimu, „Aku tidak tahu, boleh
jadi dia akan masuk Islam dan mengisi akhir hidupnya dangan amal kebaikan, dan dengan
keislamannya itu dosa dosanya keluar dari dirinya seperti keluarnya rambut dari timbunan
tepung. Sedangkan aku, boleh jadi tersesat dari Allah (karena ujub memuja diri dan memandang
rendah orang lain) dan akhirnya menjadi kafir, dan hidupku berakhir dengan amal buruk. Orang
seperti ini boleh jadi besok menjadi orang yang dekat dengan Allah dan aku menjadi orang yang
jauh dari Allah‟.

َ ُ‫َف ََل ُت َز ُّك ۡۤۡوا اَ ۡنف‬


‫س ُكمۡ ؕ ه َُو اَ ۡعلَ ُم ِب َم ِن ا َّت هق‬
Firman Allah SWT dalam Alquran, “Maka janganlah engkau menilai dirimu lebih suci (dibanding
orang lain). Dia (Allah) lebih tahu siapa orang-orang yang bertakwa.” (Surah an-Najm ayat 32)

Oleh karena itu, dengan kita bertawadhu, sesungguhnya kita tengah menjalankan salah satu
akhlaknya para nabi. Dan semoga, kita dapat senantiasa menjalankan sikap demikian ini.
Meskipun mungkin akan sulit diterapkan karena beragam hal, mulai merasa diri pintar karena
berprestasi, merasa lebih dekat dengan Allah karena selalu berjamaah di masjid, misalnya, dan
sebagainya, tawadhu haruslah kita latih. Sedikit demi sedikit, insyaallah, kita akan terbiasa
bersikap demikian.
Hadirin yang Dimuliakan Allah SWT
Untuk ha itu, melalui Mimbar Jum‟at ini khotib mengajak; partama dan utama Mengenal Allah
SWT,. “Setiap manusia akan bersikap tawadhu‟ seukuran dengan makrifatnya (pengenalanya)
kepada Tuhanya.” Orang yang mengenal Allah dengan sebeenarnya akan menyadari bahwa
Dialah Yang Maha Kuasa, Maha Kaya, dan Maha Perkasa, yang tidak membutuhkan apapun
dari makhluk-Nya. Bila ia mendapat kebaikan, ia memuji dan bersyukur kepada-Nya. Orang yang
mengenal Allah akan mengakui bahwa dirinya kecil dan lemah, sehingga ia akan tawadhu dan
merasa tidak pantas untuk berlaku sombong.

Kedua: marikita Mengenal Diri; Dilihat dari asal-usulnya, manusia berasal dari sperma yang hina.
Kemudian lahir kedunia dalam keadaan tanpa daya dan tidak mngetahui apapun. Karena itu
manusia tidak berhak sombong. Ia harus bersikap tawadhu, sebab ia lemah dan tidak
mempunyai banyak pengetahuan. Manusia dapat terjebak kepada kesombongan bila ia tidak
menyadari kekurangan dan aib yang ada pada dirinya. Boleh jadi seseorang mengira bahwa
dirinya telah banyak melakukan kebaikan, padahal ia justru melakukan kerusakan dan
kedzaliman. Oleh karena itu, setiap muslim harus selalu melakukan intropeksi diri sebelum
melakukan, saat melakukan, dan setelah melakukan sesuatu sebelum ia dihisab oleh Allah SWT
kelak di hari Qiyamat Yaumul Hisab. Hal ini harus disadari atas kekurangan dan aib dirinya sejak
dini, sehingga ia akan bersikap tawadhu dan tidak akan sombong kepada orang lain, terutama
kepada Tuhan Allah SWT.

Ketiga marilah kita Merenungkan Nikmat Allah; Hakikatnya seluruh nikmat yang di anugerahkan
Allah SWT kepada hamba-Nya adalah ujian untuk mengetahui siapa yang bersyukur dan siapa

By Rusdiana on Thursday, June 22, 2023


‫‪yang kufur. Banyak manusia yang tidak menyadari hal tersebut. Banyak diantara kita diberi‬‬
‫‪nikmat, baik berupa ilmu, harta, kedudukan, prestasi dan lainya, merasa bangga pada diri‬‬
‫‪sendiri. Kekaguman pada diri sendiri adalah pangkal kesombongan. Karena itu kita perlu‬‬
‫‪merenungkan atas nikmat Allah yang kita terima, sekecil apapun. Apakah kita syukur atau kita‬‬
‫‪kufur.‬‬

‫‪Dengan tawadhu dan hati-hati, kita mesti bersyukur dan bahkan mewaspadai jangan-jangan kita‬‬
‫‪masuk perangkap “istidraj”, perilaku yang akan berakibat fatal. Selain merenungkan nikmat Allah‬‬
‫‪dalam usaha untuk menumbuhkan akhlak tawadhu, supaya merenungkan manfaat tawadhu.‬‬

‫ت َوال ِّذ ْك ِر ا ْل َح ِك ٌْ ِم َو َت َق َّبل َ ِم ِّن ًْ َو ِم ْن ُك ْم ت ََِل َو َت ُه إِ َّن ُه ه َُو‬ ‫ار َك هللا ُ ل ًِْ َولَ ُك ْم فًِ ا ْلقُ ْر ها ِن ا ْل َعظِ ٌْم َو َن َف َعن ًِْ وإِ ٌَّا ُك ْم ِب َما فِ ٌْ ِه مِنَ ْ ه‬
‫اَل ٌَا ِ‬ ‫َب َ‬
‫ِ‬
‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫ت ف ٌَا ف ْو َز ال ُم ْس َتغف ِِرٌْنَ َو ٌَا َن َجاة ال َّتائ ِِبٌْنَ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬
‫سائ ِِر ال ُم ْسلِ ِمٌْنَ َوال ُم ْسلِ َما ِ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬
‫الس ِم ٌْ ُع ال َعلِ ٌْ ُم‪َ .‬وأ ْس َتغفِ ُر هللاَ ال َعظِ ٌْ َم ل ًِْ َول ُك ْم َولِ َ‬ ‫َّ‬
‫‪Khutbah II‬‬

‫ه‬
‫َّ َحابِ ِه ا ْلك َِر ِام‬ ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َخ ٌْ ِر ْاْلَ َن ِام‪َ .‬و َع هلى هالِ ِه َوأَ ْ‬ ‫س ََل ُم َع هلى َ‬ ‫َّ ََلةُ َوال َّ‬ ‫ان َو ْاْلِ ْس ََل ِم‪َ .‬وال َّ‬ ‫ِي أَ ْن َع َم َنا بِن ِْع َم ِة ْاْلِ ٌْ َم ِ‬ ‫لِل الَّذ ْ‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ ّ ِ‬
‫ش َرفِ َو ْاَلِ ْحت َِر ِام‬ ‫ِب ال َّ‬ ‫َّاح ُ‬ ‫س ْولُ ُه َ‬ ‫س ٌِّ َد َنا َو َح ِب ٌْ َب َنا ُم َح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬ ‫ش َه ُد أَنَّ َ‬ ‫س ََل ُم َوأَ ْ‬ ‫س ال َّ‬ ‫ش َه ُد أَنْ ََل إِ هل َه إ ِ ََّل هللا ُ ا ْل َملِ ُك ا ْلقُد ُّْو ُ‬ ‫أَ ْ‬
‫َّ‬ ‫َ‬
‫َّل ْونَ َعلى النبِ ًِّ‬ ‫ُّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َّ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬
‫اس أ ْوَِّ ٌْك ْم َونفسِ ًْ بِتق َوى هللاِ فقدْ فاز ال ُمتق ْونَ ‪ .‬فقالَ هللاُ ت َعالى إِنَّ هللاَ َو َمَلئِكت ُه ٌُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫أَ َّما َب ْعدُ‪ .‬ف ٌَاأ ٌُّ َها الن ُ‬
‫َّ‬ ‫َ‬ ‫َ‬
‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬ ‫ه‬
‫َّلَّ ٌْتَ َعلى‬ ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َما َ‬ ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َعلى ها ِل َ‬ ‫سلِّ ْم َعلى َ‬ ‫َّل ِّ َو َ‬ ‫سلِّ ُم ْوا َت ْسلِ ٌْ ًما‪ .‬اَللّ ُه َّم َ‬ ‫َّلُّ ْوا َعلَ ٌْ ِه َو َ‬ ‫هٌأ َ ٌُّ َها الَّ ِذٌْنَ ها َم ُن ْوا َ‬
‫س ٌِّ ِد َناإِ ْب َرا ِه ٌْ َم فًِ‬ ‫س ٌِّ ِد َنا إِ ْب َرا ِه ٌْ َم َو َع هلى ها ِل َ‬ ‫ار ْكتَ َع هلى َ‬ ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َك َما َب َ‬ ‫س ٌِّ ِد َنا ُم َح َّم ٍد َو َع هلى ها ِل َ‬ ‫اركْ َع هلى َ‬ ‫س ٌِّ ِد َنا إِ ْب َرا ِه ٌْ َم َو َب ِ‬ ‫َ‬
‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ه‬ ‫َ‬
‫اب ِعٌْنَ َو‬ ‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ت‬ ‫ال‬ ‫ع‬
‫ِِ‬ ‫اب‬ ‫َ‬
‫ت‬ ‫و‬ ‫َ‬ ‫ب‬
‫ْنَ‬ ‫ع‬ ‫ِ‬ ‫اب‬
‫ِ‬ ‫َّ‬
‫ت‬ ‫ال‬ ‫و‬‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ٌ‬
‫ْنَ‬ ‫ع‬
‫ِ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫ج‬
‫ْ‬ ‫أ‬ ‫ك‬‫َ‬ ‫ٌ‬
‫ِّ‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ن‬ ‫ب‬
‫ِ‬ ‫ا‬‫ح‬‫َ‬ ‫َّ‬
‫ْ‬ ‫أ‬ ‫َنْ‬ ‫ع‬ ‫و‬
‫َ‬ ‫‪.‬‬ ‫ْنَ‬ ‫ٌ‬‫د‬‫ِ‬ ‫اشِ‬ ‫الر‬
‫َّ‬ ‫اءِ‬ ‫ف‬ ‫ل‬‫خ‬‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ن‬
‫ِ‬ ‫ع‬ ‫َ‬ ‫ض‬‫َ‬ ‫ار‬ ‫ْ‬ ‫و‬‫َ‬ ‫م‬
‫َّ‬ ‫ه‬
‫ُ‬ ‫ل‬ ‫ل‬‫َ‬ ‫ا‬ ‫ٌ‪.‬‬
‫د‬ ‫ٌ‬
‫ْ‬ ‫ج‬
‫ِ‬ ‫م‬
‫َ‬ ‫د‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬
‫ْ‬ ‫م‬
‫ِ‬ ‫ح‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫ك‬ ‫َّ‬
‫ن‬ ‫ِ‬ ‫إ‬ ‫ْنَ‬‫ٌ‬‫م‬‫ِ‬ ‫ل‬‫ا‬‫ع‬ ‫َ‬ ‫ا ْل‬
‫ه‬
‫َتابِ ِع ِه ْم إِلى ٌَ ْو ِم الدِّ ٌْن‬
‫َ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬ ‫ه‬ ‫اَل هلّ ُه َّم ْ‬
‫اض َوا ْلفِ َتنَ َما‬ ‫اء َوالطا ُع ْونَ َو ْاْل ْم َر َ‬ ‫ت َوا ْل ُم ْؤ ِمنٌِْنَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َناتِ‪ .‬اَللّ ُه َّم ادْ ف ْع َع َّنا ا ْل َغ ََل َء َوا ْل َو َب َ‬ ‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْسلِ ِمٌْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫س َن ًة‬ ‫سائ ِِر ِب ََل ِد ا ْل ُم ْسلِ ِمٌْنَ َعا َّم ًة ٌَا َر َّب ا ْل َعالَ ِمٌْنَ ‪َ .‬ر َّب َنا هاتِ َنا فًِ الدُّ ْن ٌَا َح َ‬ ‫اَّ ًة َوعَنْ َ‬ ‫ََل ٌَدْ َف ُع ُه َغ ٌْ ُر َك عَنْ َبلَ ِد َنا هه َذا إِ ْند ُْونِ ٌْسِ ٌَّا َخ َّ‬
‫اب ال َّن ِ‬
‫ار‬ ‫س َن ًة َو َِ َنا َع َذ َ‬ ‫اَلخ َِر ِة َح َ‬ ‫َو فًِ ْ ه‬
‫هللا ا ْل َعظِ ٌْ َم ٌَ ْذ ُك ْر ُك ْم‪.‬‬ ‫شاءِ َوا ْل ُم ْن َك ِر‪ِ ٌَ .‬ع ُظ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم َت َذ َّك ُر ْونَ ‪َ .‬ف ْاذ ُك ُروا َ‬ ‫ان َو ٌَ ْن َهى َع ِن ا ْل َف ْح َ‬ ‫س ِ‬ ‫هللا ٌَأْ ُم ُر ِبا ْل َعدْ ِل َو ْاَلِ ْح َ‬ ‫ِع َبا َد هللاِ اِنَّ َ‬
‫ش ُك ُر ْوهُ َع هلى ن َِع ِم ِه ٌَ ِزدْ ُك ْم‪َ .‬ول ِذ ْك ُر هللاِ اَ ْك َب ُر‬
‫َ‬ ‫َو ا ْ‬

‫‪By Rusdiana on Thursday, June 22, 2023‬‬

Anda mungkin juga menyukai