Siapakah yang tidak kenal dengan media sosial? Ya! di zaman yang modern ini hampir seluruh
lapisan masyarakat pasti memiliki setidaknya satu akun media sosial.
Media sosial adalah sebuah sarana yang dengannya kita dapat bersosialisasi secara daring.
Sarana ini sangat memudahkan kita untuk saling bersosialisasi bersama siapapun yang kita
mau.
Dengan media sosial kita tidak perlu repot untuk jauh-jauh mengunjungi rumah teman.
Cukup miliki akun sosial media maka kita dapat dengan mudah berkomunikasi dengan
siapapun di seluruh dunia.
Namun, ada satu hal yang tidak akan pernah mungkin kita hindari, yaitu dampak positif dan
negatif dari media sosial itu sendiri. Media sosial banyak sekali memberikan dampak positif
kepada kita, akan tetapi ia juga andil dalam memberikan dampak yang negatif.
Pada hakikatnya berinteraksi di media sosial sama dengan berinteraksi sosial secara
langsung. Namun, dalam berinteraksi di media sosial kita harus lebih berhati-hati, karena
arus informasi dimedia sosial adalah arus yang sangat cepat dan apabila sudah tersebar
kemana-mana maka akan sangat sulit kita cegah.
Atas dasar tersebut maka kami mencoba merangkum beberapa hal penting terkait adab dan
etika yang perlu kita implementasikan dalam bermedia sosial. Berikut rangkumannya :
Maka dalam membuat postingan hendaknya kita benar-benar memperhatikan karena setiap
apa yang kita informasikan kepada orang lain akan tercatat di dalam buku amal dan akan
dipertanggung jawabkan besok di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman :
ِ ِ ِِ
َ َوِإ َّن َعلَْي ُك ْم حَلَافظ
َ ِكَر ًاما َكاتب )10( ني
)12( ) َي ْعلَ ُمو َن َما َت ْف َعلُو َن11( ني
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu), [10] yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu
itu), [11] mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. [12] (Q.S Al-Infithor : 10 – 12)
Apabila kita perhatikan ayat tersebut maka kita akan mengetahui kalimat “katakanlah
perkataan yang benar” memiliki pengertian yang tegas dan menyeluruh. Dalam penjelasan
kitab-kitab tafsir dapat kita ambil bahwa inti yang dimaksud mencakup dua hal, diantaranya :
#َ َوِإيَّا ُك ْم َوالْ َك ِذ، َومُهَا يِف اجْلَن َِّة،ِّ الص ْد ِق فَِإنَّهُ َم َع الْرِب
َومُهَا يِف النَّا ِر،ب فَِإنَّهُ َم َع الْ ُف ُجو ِر ِّ َِعلَْي ُك ْم ب
Diwajibkan bagi kalian berkata jujur, sesungguhnya jujur bersama kebaikan dan keduanya
berada di surga. Dan takutlah kalian dengan dusta, sesungguhnya dusta bersama
kedurhakaan, dan keduanya berada di neraka. (HR. Ahmad : 5)
Akan tetapi, ada yang lebih ringan dari pada itu namun sungguh kebanyakan dari kita sulit
sekali mengamalkannya, yaitu sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:
َّار َولَ ْو بِ ِش َّق ِة مَتَْر ٍة فَ َم ْن مَلْ جَيِ ْد ِش َّقةَ مَتَْر ٍة فَبِ َكلِ َم ٍة طَيِّبَ ٍة
َ َّات ُقوا الن
Jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan sedekah setengah biji kurma. Jika tidak
memilikinya maka dengan perkataan yang baik. (HR. Bukhari : 3595)
Namun, sayanganya betapa banyaknya saat ini dijumpai kalimat-kalimat yang buruk
bertebaran di media sosial. Padahal semua bentuk kalimat tersebut telah dilarang oleh
Allah ta’ala dalam firmannya :
Jika ternyata ada orang yang berubah menjadi lebih baik karena sebab postingan kita maka
Allah akan memberikan kita pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakan kebaikan
yang kita sampaikan.
Kebalikan dari pada itu, apabila kita memosting hal-hal yang berkaitan dengan kemaksiatan
kepada Allah seperti, mengajak pada kemungkaran, ujaran kebencian, mengolok-olok pihak
lain, gambar atau video yang terbuka aurat, dan lain sebagainya maka Allah akan
memberikan dosa atas postingan tersebut selama postingan itu ada.
Lebih dari itu, apabila ada orang yang berbuat kemaksiatan disebabkan postingan kita maka
Allah akan menambahkan dosa itu pada kita sebagaimana dosa orang yang bermaksiat
sebab apa yang kita postingan.
Lalu seberapa banyak dosa kita apabila ternyata postingan kita ditonton, dan dicontoh
oleh ribuan bahkan jutaan orang?
Dan barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang buruk lalu diikutilah perbuatan itu maka
ia mendapatkan dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi dosanya
sedikitpun. (HR. Tirmidzi : 2675)
Maka janganlah sekali-kali memosting hal-hal yang berbau maksiat di media sosial!
Siapa yang memosting kebaikan, maka pahala berlipat baginya. Siapa yang
memosting keburukan, maka dosa berlipat baginya.
Padahal banyaknya postingan yang berlebihan dalam bercanda dan yang tidak bermanfaat
itu membuat hati menjadi keras dan menunjukkan buruknya keislaman seseorang.
Maka dari itu, perbanyaklah postingan yang bermanfaat untuk diri kita dan seluruh
masyarakat penghuni internet (netizen).
Muslim sejati adalah muslim yang meninggalkan hal yang tidak bermanfaat
Selain itu, apa yang kita posting juga akan sangat susah untuk ditarik kembali apabila sudah
tersebar luas. Belum lagi penyebaran informasi di media sosial saat ini begitu sulit
dikendalikan.
Apalagi jika postingan kita adalah postingan yang berbau maksiat, tentu postingan itu akan
menjerumuskan kita ke dalam neraka. Maka dari itu berfikirlah terlebih dahulu terhadap
dampak postingan tersebut sebelum memostingnya di media sosial.
ِ هِب هِب ِ ِ
َ الر ُج َل لَيَتَ َكلَّ ُم بِال َكل َمة اَل َيَرى َا بَْأ ًسا َي ْه ِوي َا َسْبع
ني َخ ِري ًفا يِف النَّا ِر َّ ِإ َّن
Sesungguhnya seorang lelaki niscaya mengatakan sebuah kalimat yang dianggapnya tidak
mengapa, padahal ia akan terjun kedalam api neraka selama 70 tahun sebab kalimatnya
itu (HR. Tirmidzi : 2314)
َ ُت مَيِين
ك َ ِك ِإاَّل ِم ْن َز ْو َجت
ْ ك َْأو َما َملَ َك َ َاح َف ْظ َع ْو َرت
ْ
Jagalah auratmu kecuali dari istri atau budakmu. (HR. Abu Dawud : 4017)
ين ِ
ر ِ ِإاَّل الْمج،ٌُك ُّل َُّأميِت معافَاة
اه
َ َُ َُ
Setiap umatku diampuni kecuali al-Mujaahirun [yaitu orang yang menampakan dan dan
menceritakan perbuatan maksiatnya] (HR. Muslim : 2990)
Terkadang ketika kita diberikan cobaan oleh Allah, justru kita malah melalaikan-Nya dan
mendahulukan media sosial sebagai tempat curhat. Padahal, di dalam agama Islam seorang
muslim diperintahkan untuk curhat kepada Allah walaupun itu masalah yang sangat sepele.
Di dalam hadits telah dijelaskan, bahwa masalah sekecil apapun yang dihadapi oleh seorang
muslim hendaknya diadukan langsung kepada Allah ta’ala. Rasulullah shallallaahu ‘alaih
wasallam bersabda :
Namun, beliau melarang ummatnya untuk bercanda dengan candaan yang mengandung
unsur dusta, penipuan, membohongi, dan lain sebagainya. Bahkan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengancam dalam sabdanya :
ْ ُب لِي
ِ َ ض ِح ِ ِِ
ُ َويْ ٌل لَهُ َويْ ٌل لَه،ك بِه الْ َق ْو َم ُ َويْ ٌل للَّذي حُيَد
ُ ِّث َفيَ ْكذ
Celakalah bagi orang yang bercerita lantas berdusta untuk membuat suatu kaum
tertawa! Celakalah dia! Celakalah dia! (HR. Abu Dawud : 4990)
Selayaknya kita lihat terlebih dahulu konten postingan secara menyeluruh sebelum
memberikan komentar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang yang memberikan informasi
hampir sama dengan orang yang berbicara. Ketika kita memotong apa yang dibicarakan
dengan mengomentarinya secara langsung maka ini adalah hal kurang pantas.
Dari sisi syari’at memang tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan tentang hal ini,
tetapi ada kesamaan yang bisa kita ambil dibalik sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam berikut ini :
Akan tetapi kolom komentar bukanlah tempat untuk berdebat walaupun bersifat ilmiah. Ada
beberapa sikap yang perlu kita perhatikan terkait perdebatan di kolom komentar :
Ingatlah, bahwa media sosial adalah media yang sangat terbuka sehingga arus komentar
akan susah di kontrol. Ketika satu orang menyengaja berkomentar dengan komentar yang
memicu perdebatan maka siapapun yang mau berdebat bisa membuat suasana menjadi
semakin panas.
Meskipun kita tampaknya kalah dalam perdebatan tersebut, namun sejatinya kitalah yang
menang. Karena kita telah mempraktekkan adab sedangkan mereka tidak.
Selayaknya kita diam sebagaimana salah satu sifat hamba-hambanya Allah yang difirmankan
oleh Allah ta’ala :
ِ ِ ِِ مِب
ن#َ و##ُ َواَل َي ُقول، َف ُحو َن#ص ْ َو َن َوي##ل َي ْع ُف#ْ #َ ب،ه##ه ثْل##وه ْم َعلَْي ُ ُابِل## مَلْ يُ َق، يِِّئ#ال بِال َّس
ُ فه َعلَْي ِه ُم اجْلُ َّه#ِإذَا َس
يدهُ ِش َّدةُ اجْلَ ْه ِل َعلَْي ِه ِإاَّل ِح ْل ًماُ صلَّى اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم اَل تَ ِز ِ ُ َكما َكا َن رس،ِإاَّل خيرا
َ ول اللَّه َُ َ ًَْ
Ketika orang-orang jahil menilai bodoh pada mereka dengan ungkapan yang buruk, maka
mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal.
Bahkan mereka memaafkan dan hanya berkata pada perkataan yang baik. Sebagaimana
sikap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang apabila orang bodoh semakin bersikap
keras pada beliau maka beliau malah menjadi semakin penyantun. (Tafsir Ibnu Katsir 6/122)
Maka sikap yang paling layak kita ambil adalah menghapus komentar tersebut sebelum
menimbulkan kerusakan yang lebih besar.
c. Spam Komentar
Pernahkah postingan Anda dipenuhi dengan komentar yang mengganggu dan tidak
bermanfaat? Tentu Anda kesal bukan?
Ya, termasuk seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang tidak mengganggu
saudara muslim yang lain dengan lisan dan tangannya.
Muslim sejati adalah yang menjaga lisan dan perbuatannya agar tidak
mengganggu muslim lainnya
Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyebarkan informasi yang ada
di internet maupun media sosial :
a. Asal Sharing
Gegabah dalam menyebarkan informasi adalah perbuatan yang buruk. Bahkan ia cukup
untuk dicap sebagai pendusta karena menyebarkan apa saja yang ia dengar tanpa klarifikasi.
Bahkan banyak diantara kita yang terpengaruh pada berita yang cukup menghebohkan
sehingga terpancing untuk menyebarkannya keseluruh akun media sosialnya.
Inilah kurangnya etika yang sangat disayangkan karena hampir sebagian besar penghuni
internet pernah melakukannya.
Akibatnya, banyak kehormatan seseorang jatuh dan buruk nama baiknya karena tersebarnya
informasi-informasi miring yang sudah menyebar luas ke mana-mana. Bahkan perbuatan ini
juga dapat memecah belah persaudaraan kita.
Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan seseorang. Kita tidak
diperkenankan untuk menyebarkan informasi yang menjatuhkan kehormatan seseorang
tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.
Bahkan seandainya berita itu benar maka kita tetap dilarang untuk menyebarkan berita
saudara kita yang bersifat merendahkan kehormatannya. Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda :
ِ ِ ِ
ُ َوع ْر،ُ َو َمالُه،ُ َد ُمه،ُك ُّل الْ ُم ْسل ِم َعلَى الْ ُم ْسل ِم َحَر ٌام
ُضه
Setiap muslim kepada muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya,
dan kehormatannya. (HR. Ibnu Majah : 3933)
Apabila iya maka betapa kesalnya kita ketika memosting sebuah karya baik itu tulisan,
gambar maupun video yang bagus dan menarik tiba-tiba orang lain menyebarkan atas nama
karya orang tersebut.
Ya, budaya plagiat ini memang tidak selayaknya kita contoh karena ia akan menumpulkan
kreatifitas seseorang. Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengancam
perbuatan ini, beliau bersabda :
Tak jarang kita jumpai video-video para tokoh seperti politikus, pendakwah, ustadz,
pembicara, pejabat, dan lain sebagainya yang dicari-cari kesalahannya dan dipotong-potong
kemudian disebarkan keseluruh media.
Demikianlah sedikit dari banyaknya adab bermedia sosial yang bisa kami rangkum. Semoga
artikel ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang mau membaca, mengamalkan, dan
menyebarkannya. Amiin.