Anda di halaman 1dari 11

Pada hakikatnya berinteraksi di media sosial sama dengan berinteraksi sosial secara

langsung. Namun, dalam berinteraksi di media sosial kita harus lebih berhati-hati, karena
arus informasi dimedia sosial adalah arus yang sangat cepat dan apabila sudah tersebar
kemana-mana maka akan sangat sulit kita cegah.

Atas dasar tersebut maka kami mencoba merangkum beberapa hal penting terkait adab
dan etika yang perlu kita implementasikan dalam bermedia sosial. Berikut rangkumannya
:

1. Etika Media Sosial Saat Memosting


Pada hakikatnya memosting sebuah postingan adalah sama dengan memberikan
informasi kepada orang lain, entah itu berbentuk tulisan, gambar, ataupun video.

Maka dalam membuat postingan hendaknya kita benar-benar memperhatikan karena


setiap apa yang kita informasikan kepada orang lain akan tercatat di dalam buku amal dan
akan dipertanggung jawabkan besok di hari kiamat. Allah ta’ala berfirman :

ََّ ‫َوإِنََّّ َعلَْي ُك َّْمَّ ََلَافِ ِظ‬


ََّ ِ‫)َّكَِر ًاماََّّ َكاتِب‬10(َّ‫ي‬
)12(َّ‫)َّيَ ْعلَ ُمو ََّنَّ َماَّتَ ْف َعلُو ََّن‬11(َّ‫ي‬
Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi
(pekerjaanmu), [10] yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu
itu), [11] mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan. [12] (Q.S Al-Infithor : 10 – 12)

Semua postinganmu tercatat di dalam buku amalmu


Berikut ini beberapa adab yang berkaitan dengan postingan:

a. Berbicara dengan Kalimat yang Baik


Tidak hanya di dunia nyata, di dunia maya pun kita dituntut untuk berbicara dengan
perkataan yang baik. Allah ta’ala berfirman :

ً ‫اّللََّ َوقُولُوَّاَّقَ ْوًَّلَّ َس ِد‬


‫يدَّا‬ ََّ ‫ََّيَّأَيُّ َهاَّال ِذ‬
َّ َّ‫ينَّ َآمنُواَّات ُقوا‬
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar (Q.S Al-Ahzab : 70)

Apabila kita perhatikan ayat tersebut maka kita akan mengetahui kalimat “katakanlah
perkataan yang benar” memiliki pengertian yang tegas dan menyeluruh. Dalam
penjelasan kitab-kitab tafsir dapat kita ambil bahwa inti yang dimaksud mencakup dua hal,
diantaranya :

Perkataan yang Jujur dan Tidak Dusta


Dalam memberikan informasi di media sosial seperti berita, artikel, kejadian, tips dan
apapun itu hendaknya kita berkata jujur dan hindarilah informasi dusta (hoax).
Berhati-hatilah pada kalimat dusta (hoax) karena ia merupakan kalimat yang menerjunkan
kita ke dalam api neraka. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam berbsada :

ََّ ‫َّ َوإِي ُك َّْمَّ َوالْ َك ِذ‬،‫اْلَن ِة‬


َّ َِّ‫َّ َو ُُهَا‬،‫بَّفَِإن َّهَُّ َم ََّعَّالْ ُف ُجوِر‬
‫فَّالنا َِّر‬ ْ َّ‫ف‬ َِّ ‫لص ْد‬
َّ َِّ‫َّ َو ُُهَا‬،‫قَّفَِإن َّهَُّ َم ََّعَّالِْ ِب‬ ِ ‫علَي ُك َّمَّ ِِب‬
ْ َْ
Diwajibkan bagi kalian berkata jujur, sesungguhnya jujur bersama kebaikan dan keduanya
berada di surga. Dan takutlah kalian dengan dusta, sesungguhnya dusta bersama
kedurhakaan, dan keduanya berada di neraka. (HR. Ahmad : 5)

Perkataan yang Baik dan Tidak Buruk


Tahukah Anda? Bahwa kita diperintahkan untuk menjaga diri kita dari neraka walapun
dengan menyedekahkan sedekah biji kurma.

Akan tetapi, ada yang lebih ringan dari pada itu namun sungguh kebanyakan dari kita sulit
sekali mengamalkannya, yaitu sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam:

‫ارَّ َولَ َّْوَّبِ ِشق َِّةََّتََْرةََّّفَ َم َّْنَّ ََّلَّْ ََِي َّْدَّ ِشق ََّةََّتََْرةََّّفَبِ َكلِ َم َّةَّطَيِبََّة‬
ََّ ‫ات ُقواَّالن‬
Jagalah diri kalian dari neraka walaupun dengan sedekah setengah biji kurma. Jika tidak
memilikinya maka dengan perkataan yang baik. (HR. Bukhari : 3595)

Namun, sayanganya betapa banyaknya saat ini dijumpai kalimat-kalimat yang buruk
bertebaran di media sosial. Padahal semua bentuk kalimat tersebut telah dilarang oleh
Allah ta’ala dalam firmannya :

Larangan Menghina Satu Sama Lain


ََّ ‫ََّي َّأَيُّ َها َّال ِذ‬
ََّّ‫ين َّ َآمنُوا َََّّل َّيَ ْس َخ َّْر َّقَ ْومَّ َّ ِمن َّقَ ْومَّ َّ َع َسىَّ َّأَن َّيَ ُكونُوا َّ َخْي ًرَّاَّ ِمْن ُه َّْمَّ َوََّل َّنِ َساءَّ َّ ِمن َّنِ َساء‬
َّ‫َع َسىََّّأَنَّيَ ُكنََّّ َخْي ًراَّ ِمْن ُهن‬
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan
yang lain, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan
perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. (Q.S
Al-Hujurat : 11)

Larangan Mencela Diri Sendiri


‫َوََّلَّتَ ْل ِم ُزواَّأَن ُف َس ُك َّْم‬
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri (Q.S Al-Hujurat : 11)

Larangan Memberi Gelar yang Buruk


َِّ ‫َوََّلَّتَنَابَ ُزواَّ ِِبْْلَلْ َق‬
‫اب‬
dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan (Q.S Al-Hujurat : 11)

b. Postingan Ketaatan dan Kemaksiatan


Apabila kita memosting sesuatu yang berkaitan dengan ketaatan kepada Allah seperti
nasehat, peringatan, kajian agama, dakwah, dan lain sebagainya maka Allah akan
memberikan pahala atas postingan tersebut selama postingan itu ada.

Jika ternyata ada orang yang berubah menjadi lebih baik karena sebab postingan kita maka
Allah akan memberikan kita pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakan kebaikan
yang kita sampaikan.

Kebalikan dari pada itu, apabila kita memosting hal-hal yang berkaitan dengan
kemaksiatan kepada Allah seperti, mengajak pada kemungkaran, ujaran kebencian,
mengolok-olok pihak lain, gambar atau video yang terbuka aurat, dan lain sebagainya
maka Allah akan memberikan dosa atas postingan tersebut selama postingan itu ada.

Lebih dari itu, apabila ada orang yang berbuat kemaksiatan disebabkan postingan kita
maka Allah akan menambahkan dosa itu pada kita sebagaimana dosa orang yang
bermaksiat sebab apa yang kita postingan.

Lalu seberapa banyak dosa kita apabila ternyata postingan kita ditonton, dan
dicontoh oleh ribuan bahkan jutaan orang?

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َّ،‫ُجوِرِه َّْمَّ َشْي ئًا‬ ِ


ُ ‫ُجوَِّرََّم َّْنَّات بَ َع َّهَُّ َغْي ََّرَّ َمْن ُقوصََّّم َّْنَّأ‬
ِ ‫م َّنَّس َّنَّسن ََّةَّخ َّيَّفَاتُّبِ َّعَّعلَي هَّاَّفَلََّهَّأ‬
ُ ‫َج ُرَّهََُّومثْ َُّلَّأ‬ ْ ُ َ ْ َ َ َْ ُ َ ْ َ
َّ‫َوَم َّْنَّ َسنََّّ ُسن ََّةَّ َشرََّّفَاتُّبِ ََّعَّ َعلَْي َهاََّّ َكا ََّنَّ َعلَْي َِّهَّ ِوْزُرَّهَُّ َوِمثْ َُّلَّأ َْوَزا َِّرَّ َم َّْنَّات بَ َع َّهَُّ َغْي ََّرَّ َمْنَّ ُقوصََِّّم َّْنَّأ َْوَزا ِرِه َّْم‬
‫َشْي ئًا‬
Barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang baik lalu diikutilah perbuatan itu maka ia
mendapatkan pahala sebagaimana orang yang mengikuti perbuatan itu tanpa dikurangi
pahalanya sedikitpun.

Dan barang siapa yang mencontohkan perbuatan yang buruk lalu diikutilah perbuatan itu
maka ia mendapatkan dosa sebagaimana dosanya orang yang mengikutinya tanpa dikurangi
dosanya sedikitpun. (HR. Tirmidzi : 2675)

Maka janganlah sekali-kali memosting hal-hal yang berbau maksiat di media sosial!

Siapa yang memosting kebaikan, maka pahala berlipat baginya. Siapa yang
memosting keburukan, maka dosa berlipat baginya.
c. Perbanyak Postingan yang Bermanfaat
Betapa mirisnya saat ini mulai banyak timbul postingan-postingan yang tidak bermanfaat;
seperti candaan yang berlebihan, gambar meme yang tidak bermanfaat, video tik tok yang
menampilkan kemaksiatan, dan lain sebagainya.

Padahal banyaknya postingan yang berlebihan dalam bercanda dan yang tidak bermanfaat
itu membuat hati menjadi keras dan menunjukkan buruknya keislaman seseorang.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َّ‫ب‬ َُّ ِ‫كََُّت‬


َ ‫يتَّالْ َق ْل‬ َِّ ‫َّفَِإنََّّ َكثْ َرََّةَّالض ِح‬،‫ك‬
َ ‫ََّلَّتُ ْكثُِرواَّالض ِح‬
Jangan memperbanyak tertawa, karena sesungguhnya banyak tertawa itu mematikan
hati. (HR. Ibnu Majah : 4193)

َّ‫إِنََّّ ِم َّْنَّ ُح ْس َِّنَّإِ ْس ََلَِّمَّامل ْرَِّءَّتَ ْرَك َّهَُّ َماَََّّلَّيَ ْعنِ ِيه‬
َ
Sesungguhnya termasuk baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak
bermanfaat baginya. (HR. Tirmidzi : 2318)

Maka dari itu, perbanyaklah postingan yang bermanfaat untuk diri kita dan seluruh
masyarakat penghuni internet (netizen).

Muslim sejati adalah muslim yang meninggalkan hal yang tidak bermanfaat
d. Berpikir Sebelum Memosting
Apabila kita memosting sebuah postingan di media sosial maka postingan yang kita buat
dapat dilihat, direkam, disebarkan dan dimanipulasi oleh siapapun, dimanapun dan
kapanpun. Sehingga, jika postingan kita mengandung hal-hal yang negatif kemudian
dilaporkan disertai bukti jejak digital yang valid maka mau tidak mau kita akan
menanggung resikonya.

Selain itu, apa yang kita posting juga akan sangat susah untuk ditarik kembali apabila sudah
tersebar luas. Belum lagi penyebaran informasi di media sosial saat ini begitu sulit
dikendalikan.

Apalagi jika postingan kita adalah postingan yang berbau maksiat, tentu postingan itu akan
menjerumuskan kita ke dalam neraka. Maka dari itu berfikirlah terlebih dahulu terhadap
dampak postingan tersebut sebelum memostingnya di media sosial.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

َّ‫فَّالنا ِر‬ ََّ ِ‫يَّ ِِبَاَّ َسْبع‬


َّ َِّ‫يَّ َخ ِري ًفا‬ َّ ‫إِنََّّالر ُج ََّلَّلَيَ تَ َكل َُّمَّ ِِبل َكلِ َمَِّةَََّّلَّيََر‬
َّ ‫ىَّ ِِبَاَّ ََبْ ًساَّيَ ْه ِو‬
Sesungguhnya seorang lelaki niscaya mengatakan sebuah kalimat yang dianggapnya tidak
mengapa, padahal ia akan terjun kedalam api neraka selama 70 tahun sebab kalimatnya
itu (HR. Tirmidzi : 2314)
Berfikirlah sebelum memosting karena bisa jadi postingan itulah yang akan
memasukkanmu ke dalam surge atau menjerumuskanmu ke dalam neraka
e. Jangan Memosting Hal yang Bersifat Pribadi
Termasuk perkara yang tidak dibenarkan dalam agama adalah membuka aib dan privasi
dimuka umum, baik privasi rumah tangga, menampakkan aurat, menceritakan perbuatan
dosa yang telah kita lakukan dan lain sebagainya.

Perhatikanlah sabda-sabda Rasululla shallallaahu ‘alaihi wasallam berikut ini :

َّ‫َّ َُّثَّيَْن ُش َُّر‬،‫ضيَّإِلَْي ِه‬


ِ ‫َّوتُ ْف‬،‫لَّامرأَتِِه‬ِ ِ ِ ِ َِّ َّ‫اسَّ ِعْن ََّد‬ َ ‫إِنََِّّم َّْنَّأ‬
َ َ ْ ََّ ‫َّالر ُج ََّلَّيُ ْفضيَّإ‬،‫للاَّ َمْن ِزلًََّةَّيَ ْوََّمَّالْقيَ َامة‬ َِّ ‫َش َِّرَّالن‬
‫ِسرَها‬
Sesungguhnya termasuk orang yang paling buruk kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat
adalah seorang lelaki yang menyetubuhi istrinya dan istri bersetubuh dengan suaminya
kemudian ia menyebarkan rahasia istrinya. (HR. Muslim : 1437)

َ ُ‫تَََّيِين‬
َّ‫ك‬ ََّ ِ‫كَّإِلََّّ ِم َّْنَّ َزْو َجت‬
َّْ ‫كَّأ ََّْوَّ َماَّ َملَ َك‬ ََّ َ‫ظَّ َع ْوَرت‬
َّْ ‫اح َف‬
ْ
Jagalah auratmu kecuali dari istri atau budakmu. (HR. Abu Dawud : 4017)

َّ‫لَّ َع ْوَرَِّةَّالْ َم ْرأ َِة‬


ََّ ِ‫َّ َوََّلَّالْ َم ْرأََّةَُّإ‬،‫لَّ َع ْوَرَِّةَّالر ُج ِل‬
ََّ ِ‫ََّلَّيَْنظَُُّرَّالر ُج َُّلَّإ‬
Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki lain, dan jangan pula wanita melihat aurat
wanita lain. (HR. Muslim : 338)

ِ ‫َّإِلََّّاَّلْمج‬،‫تَّمعافَاة‬
ََّ ‫اه ِر‬
‫ين‬ َُ َ ُ َّ ِ ‫ُك َُّّلَّأُم‬
Setiap umatku diampuni kecuali al-Mujaahirun [yaitu orang yang menampakan dan dan
menceritakan perbuatan maksiatnya] (HR. Muslim : 2990)

Jagalah rahasiamu! Maka terjagalah kehormatanmu!


f. Hindari Curhat di Media Sosial
Pernahkah Anda jumpai teman, saudara, keluarga atau bahkan Anda sendiri yang curhat di
media sosial? Ya, bahkan sangat banyak! Betapa banyaknya kita jumpai saat ini postingan-
postingan yang berisi curhatan yang tidak semestinya untuk diposting.

Terkadang ketika kita diberikan cobaan oleh Allah, justru kita malah melalaikan-Nya dan
mendahulukan media sosial sebagai tempat curhat. Padahal, di dalam agama Islam
seorang muslim diperintahkan untuk curhat kepada Allah walaupun itu masalah yang
sangat sepele.
Di dalam hadits telah dijelaskan, bahwa masalah sekecil apapun yang dihadapi oleh
seorang muslim hendaknya diadukan langsung kepada Allah ta’ala.
Rasulullah shallallaahu ‘alaih wasallam bersabda :

‫َلَّ ِش ْس ََّعَّنَ ْعلَِِّهَّإِذَاَّانْ َقطَ ََّع‬


ََّ ‫اجَّتَهََُّّ ُكل َهاَّ َحّتَََّّّيَ ْسأ‬
َ ‫َح ُد ُك َّْمَّ َرب َّهَُّ َح‬ َّْ ‫لِيَ ْسأ‬
َ ‫َلَّأ‬
Hendaknya salah seorang kalian memohon seluruh keperluannya kepada
Rabbnya hingga (karena) tali sandal yang putuspun ia (tetap) memohon kepada-Nya. (HR.
Tirmidzi : 3604)

Mengeluhlah pada Allah! Bukan pada sosial media


g. Jangan Membuat Cerita Dusta Agar Orang Lain Tertawa
Bercanda adalah aktivitas yang diperbolehkan di dalam Islam. Nabi shallallaahu ‘alaihi
wasallam pun terkadang bercanda dengan keluarga dan para sahabatnya.

Namun, beliau melarang ummatnya untuk bercanda dengan candaan yang mengandung
unsur dusta, penipuan, membohongi, dan lain sebagainya. Bahkan Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam mengancam dalam sabdanya :

ْ ُ‫بَّلِي‬
ِ ََّ ‫ض ِح‬
ُ‫َّ َويْلََّّلََّهَُّ َويْ َّلَّلََّه‬،‫كَّبَِّهَّالْ َق ْوَم‬ َُّ ‫ثَّفَيَ ْك ِذ‬
َُّ ‫يَّ ُُيَ ِد‬
َّ ‫َويْلََّّلِل ِذ‬
Celakalah bagi orang yang bercerita lantas berdusta untuk membuat suatu kaum
tertawa! Celakalah dia! Celakalah dia! (HR. Abu Dawud : 4990)

Celakalah bagi mereka yang membuat dusta untuk melawak

2. Etika Media Sosial Saat Berkomentar


Sebenarnya ada kesamaan antara adab memosting dan adab berkomentar. Hal ini
dikarenakan memosting dan berkomentar sama-sama menunggah tulisan ke media sosial
yang tidak terlepas dari kalimat-kalimat yang perlu diperhatikan; seperti berucap yang
baik, tidak mengolok-olok, dan lain sebagainya. Namun, antara memosting status dan
komentar ini ada sedikit perbedaan.

Berikut ini hal-hal yang hendaknya kita perhatikan sebelum berkomentar :

a. Lihatlah Konten Postingan Secara Menyeluruh


Kebanyakan dari kita mudah terkecoh dengan judul dan malas membaca atau melihat
postingan secara menyeluruh sehingga langsung menyimpulkan dan berkomentar. Inilah
perbuatan yang kurang bijak ketika berkomentar.

Selayaknya kita lihat terlebih dahulu konten postingan secara menyeluruh sebelum
memberikan komentar.
Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa orang yang memberikan informasi
hampir sama dengan orang yang berbicara. Ketika kita memotong apa yang dibicarakan
dengan mengomentarinya secara langsung maka ini adalah hal kurang pantas.

Dari sisi syari’at memang tidak ada dalil yang secara eksplisit menyebutkan tentang hal ini,
tetapi ada kesamaan yang bisa kita ambil dibalik sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam berikut ini :

َ ‫تَّ َعلَىَّنَ ْف ِس‬


َّ‫ك‬ ََّ ‫َّفَ َق َّْدَّأَلْغَْي‬،‫َّ َوُه َّْمَّيَتَ َكل ُمو َن‬،‫صتُو َّا‬ ِ ‫تَّلِلن‬
ِ ْ‫َّأَن‬:‫اس‬ ََّ ‫إِذَاَّقُ ْل‬
Ketika engkau katakan “Diamlah” pada orang yang sedang berbicara, maka engkau telah
mengecewakan dirimu sendiri. (HR. Ahmad : 8235, isnadnya shahih berdasarkan syarat
bukhari dan muslim)

Baca dulu, baru komentar


b. Berdebat di Kolom Komentar
Secara umum debat bisa kita bagi menjadi dua: yaitu debat ilmiah dan debat kusir.
Perdebatan ilmiah atau diskusi ilmiah memang tidak dilarang dalam syari’at.

Akan tetapi kolom komentar bukanlah tempat untuk berdebat walaupun bersifat ilmiah.
Ada beberapa sikap yang perlu kita perhatikan terkait perdebatan di kolom komentar :

Jangan Menyengaja Membuat Komentar yang Memicu Perdebatan


Perdebatan di kolom komentar adalah perbuatan yang kurang pantas. Hal ini dikarenakan
akan menimbulkan siapapun yang mau berdebat dalam komentar itu bisa saling berdebat.

Ingatlah, bahwa media sosial adalah media yang sangat terbuka sehingga arus komentar
akan susah di kontrol. Ketika satu orang menyengaja berkomentar dengan komentar yang
memicu perdebatan maka siapapun yang mau berdebat bisa membuat suasana menjadi
semakin panas.

Diamlah Ketika Diajak Berdebat


Tatkala kita sudah berusaha membuat komentar yang tidak menimbulkan berdebatan
kemudian ternyata terjadi perdebatan maka diam adalah yang terbaik. Orang yang
mengajak debat kusir di kolom komentar adalah orang bodoh yang tidak mengerti etika.

Meskipun kita tampaknya kalah dalam perdebatan tersebut, namun sejatinya kitalah yang
menang. Karena kita telah mempraktekkan adab sedangkan mereka tidak.

Selayaknya kita diam sebagaimana salah satu sifat hamba-hambanya Allah yang
difirmankan oleh Allah ta’ala :

ِ ‫اْل‬
‫اهلُو ََّنَّقَالُواَّ َس ََل ًمَّا‬ ِ
َْ َّ‫َوإ َذاَّ َخاطَبَ ُه َُّم‬
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, maka mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan. (Q.S Al-Furqon : 63)

Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut :

ِ ِ ِِ ِ
َّ‫ َّ َوََّل َّيَ ُقولُو ََّن‬،‫ص َف ُحو َن‬ ْ َ‫ َّبَ َّْل َّيَ ْع ُفو ََّن َّ َوي‬،‫وه َّْم َّ َعلَْيَّه َِّبثْله‬ ُ ُ‫ َّ ََّلَّْيُ َقابِل‬،‫ال َّ ِِبلسيِ ِئ‬
َُّ ‫اْلُه‬ْ َّ ‫إِذَا َّ َسفه َّ َعلَْي ِه َُّم‬
‫اْلَ ْه َِّلَّ َعلَْي َِّهَّإِلََّّ ِح ْل ًمَّا‬
ْ َُّ‫يدَّهَُّ ِشدَّة‬ ُ ‫اّللَُّ َعلَْي َِّهَّ َو َسل ََّمَََّّلَّتَ ِز‬
َّ َّ‫صلى‬ َِّ َّ‫ول‬
َ َّ‫اّلل‬ َُّ ‫ََّّ َك َماََّّ َكا ََّنَّ َر ُس‬،‫إِلََّّ َخْي ًرا‬
Ketika orang-orang jahil menilai bodoh pada mereka dengan ungkapan yang buruk, maka
mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal.

Bahkan mereka memaafkan dan hanya berkata pada perkataan yang baik. Sebagaimana
sikap Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam yang apabila orang bodoh semakin bersikap
keras pada beliau maka beliau malah menjadi semakin penyantun. (Tafsir Ibnu Katsir 6/122)

Hapus Komentar yang Telah Terjadi Perdebatan di Dalamnya


Terkadang ketika kita berkomentar kita tidak berniat sama sekali untuk memicu
perdebatan. Namun ternyata tiba-tiba komentar kita dibanjiri perdebatan yang sama sekali
tidak berfaedah.

Maka sikap yang paling layak kita ambil adalah menghapus komentar tersebut sebelum
menimbulkan kerusakan yang lebih besar.

Menghindari perdebatan lebih utama dari pada terus menanggapinya


c. Spam Komentar
Pernahkah postingan Anda dipenuhi dengan komentar yang mengganggu dan tidak
bermanfaat? Tentu Anda kesal bukan?

Ya, termasuk seorang muslim yang baik adalah seorang muslim yang tidak mengganggu
saudara muslim yang lain dengan lisan dan tangannya.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh seseorang tentang siapakah
seorang muslim yang baik maka beliau menjawab :

‫َم َّْنَّ َسلِ ََّمَّالْ ُم ْسلِ ُمو ََّنَّ ِم َّْنَّلِ َسانَِِّهَّ َويَ ِدَِّه‬
(Seorang muslim yang baik) adalah yang mana muslim yang lain selamat dari (gangguan) lisan
dan perbuatannya. (HR. Muslim : 40)

Muslim sejati adalah yang menjaga lisan dan perbuatannya agar tidak
mengganggu muslim lainnya
3. Etika Media Sosial saat Menyebarkan Informasi (Sharing)
Sebetulnya sharing ini juga bisa dikatakan menyebarkan informasi kepada orang lain yang
sumber informasinya berasal dari kita sendiri. Namun pada umumnya sharing yang kita
fahami adalah membagikan informasi kepada orang lain yang informasi tersebut berasal
dari pihak lain.

Berikut ini beberapa hal yang perlu kita perhatikan dalam menyebarkan informasi yang ada
di internet maupun media sosial :

a. Asal Sharing
Gegabah dalam menyebarkan informasi adalah perbuatan yang buruk. Bahkan ia cukup
untuk dicap sebagai pendusta karena menyebarkan apa saja yang ia dengar tanpa
klarifikasi.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

ََّ ‫َك َفىَّ ِِبلْ َم ْرِءََّّ َك ِذ ًَِّبَّأَ َّْنَّ ُُيَ ِد‬


‫ثَّبِ ُك َِّلَّ َماَّ ََِس ََّع‬
Cukuplah seseorang dikatakan pendusta apabila ia menceritakan setiap apa yang ia
dengar (HR. Muslim : 5)

Pendusta adalah mereka yang selalu menyebarkan postingan dimana ia


jumpai
b. Konfirmasi Kebenaran Berita
Siapakah yang tidak tertarik untuk menyebarkan berita heboh yang diterimanya?

Bahkan banyak diantara kita yang terpengaruh pada berita yang cukup menghebohkan
sehingga terpancing untuk menyebarkannya keseluruh akun media sosialnya.

Inilah kurangnya etika yang sangat disayangkan karena hampir sebagian besar penghuni
internet pernah melakukannya.

Akibatnya, banyak kehormatan seseorang jatuh dan buruk nama baiknya karena
tersebarnya informasi-informasi miring yang sudah menyebar luas ke mana-mana. Bahkan
perbuatan ini juga dapat memecah belah persaudaraan kita.

Di dalam Islam, kita diperintahkan untuk menjaga kehormatan seseorang. Kita tidak
diperkenankan untuk menyebarkan informasi yang menjatuhkan kehormatan seseorang
tanpa mengetahui kebenarannya terlebih dahulu.

Perhatikanlah firman Allah ta’ala berikut ini :

ِ ِ ِ ََّ ‫ََّي َّأَيُّ َها َّال ِذ‬


ْ ُ‫ين َّ َآمنُوا َّإِن َّ َجاءَ ُك َّْم َّفَاسقَّ َّبِنَ بَإَّ َّفَتَ بَ ي نُوا َّأَن َّتُصيبُوَّا َّقَ ْوًما َِّبَ َهالََّة َّفَت‬
َّ‫صبِ ُحوا َّ َعلَىَّ َّ َمَّا‬
ََّ ‫فَ َع ْلتُ َّْمَّ ََن ِد ِم‬
‫ي‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita,
maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu
itu. (Q.S Al-Hujurat : 6)

Bahkan seandainya berita itu benar maka kita tetap dilarang untuk menyebarkan berita
saudara kita yang bersifat merendahkan kehormatannya. Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam bersabda :

ِ ِ ِ
ُ ‫َّ َوع ْر‬،ُ‫َّ َوَمالُه‬،ُ‫َّ َد ُمه‬،َّ‫ُك َُّّلَّالْ ُم ْسل َِّمَّ َعلَ َّىَّالْ ُم ْسل َِّمَّ َحَرام‬
َُّ‫ضه‬
Setiap muslim kepada muslim yang lain itu haram darahnya, hartanya,
dan kehormatannya. (HR. Ibnu Majah : 3933)

Konfirmasi dulu, baru di share!


c. Mengatas Namakan Diri Sendiri Terhadap Karya Orang Lain
Pernah berjuang susah payah membuat sebuah karya yang begitu menarik?

Apabila iya maka betapa kesalnya kita ketika memosting sebuah karya baik itu tulisan,
gambar maupun video yang bagus dan menarik tiba-tiba orang lain menyebarkan atas
nama karya orang tersebut.

Ya, budaya plagiat ini memang tidak selayaknya kita contoh karena ia akan menumpulkan
kreatifitas seseorang. Bahkan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam mengancam
perbuatan ini, beliau bersabda :

َّ‫َّ َولْيَ تَ بَ وَّأَّْ َم ْق َع َدَّهَُِّم ََّنَّالنا ِر‬،‫سَّ ِمنا‬ ََّ ‫َوَم َِّنَّاد َعىَّ َماَّ ْلي‬
ََّ ‫سَّلََّهَُّفَلَْي‬
Barang siapa yang mengaku-ngaku pada apa yang tidak ia miliki maka ia bukan golongan
kami, dan hendaklah ia bertempat pada tempat duduknya di neraka. (HR. Muslim : 61)

d. Mencari Kesalahan Orang dan Menyebarkannya


Apakah Anda seorang tokoh publik? Apabila iya maka betapa kesalnya tatkala perkataan
kita baik itu berupa tulisan, gambar, atau video yang dicari-cari kesalahannya lantas
disebarkan ke media sosial.

Tak jarang kita jumpai video-video para tokoh seperti politikus, pendakwah, ustadz,
pembicara, pejabat, dan lain sebagainya yang dicari-cari kesalahannya dan dipotong-
potong kemudian disebarkan keseluruh media.

Akibanya, perbuatan tersebut akan menimbulkan permusuhan, kebencian, dan saling


menggunjing dan mengumpat satu sama lain.

Padahal dengan tegas Allah ta’ala telah melarang perbuatan tersebut dengan berfirman :
َّ‫ب‬َّ َ‫ض َّالظ َِّن َّإِ َّْثََّّۖ َوََّل َّ ََتَس ُسوا َّ َوََّل َّيَ ْغت‬ ََّ ‫اجتَنِبُواََّّ َكثِ ًيَّا َّ ِم ََّن َّالظ َِّن َّإِ َّن َّبَ ْع‬ ََّ ‫ََّي َّأَيُّ َهَّا َّال ِذ‬
ْ َّ ‫ين َّ َآمنُوَّا‬
َّ ََّّ‫اّللَََّّۖإِن‬
ََّ‫اّلل‬ َّ َّ‫وهََُّّۖ َوات ُقوا‬ َّ ‫َح ُد ُك َّْمَّأَنَّ ََيْ ُك ََّلَّ ََلْ ََّمَّأ َِخ َِّيهَّ َمْي تًاَّفَ َك ِرْهتُ ُم‬
َ ‫بَّأ‬
ُِ ‫ب عض ُكمَّب عضاََّّۖأ‬
َُّّ ‫َُي‬ ً َْ ُ ْ
َّ ‫تَوابََّّرِح‬
‫يم‬
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena
sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang
dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.
Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha
Penyayang. (Q.S Al-Hujurat : 12)

Demikianlah sedikit dari banyaknya adab bermedia sosial yang bisa kami rangkum. Semoga
artikel ini bisa membawa manfaat bagi siapa saja yang mau membaca, mengamalkan, dan
menyebarkannya. Amiin.

Anda mungkin juga menyukai