Anda di halaman 1dari 7

 MENU 

Khutbah Jumat: Saat Kebohongan Dan Kemunafikan


Merajalela

kebohongan

An-Najah.net – Salah satu tanda hari kiamat adalah merebaknya kebohongan dan
tipu-menipu. Mulai dari kebohongan dalam jual-beli, sumpah, kebohongan majikan
kepada karyawan dan karyawan kepada majikan. Kebohongan dan kecurangan
bahkan telah masuk ke dunia pendidikan. Kecurangan siswa dengan menyontek
saat ulangan. Kebohongan guru dalam membuat laporan dan lain sebagainya.

Baca juga: Khutbah Jumat : Keutamaan Menjadi Keluarga Qur’an

Realita Yang Terjadi


Dusta hari ini telah menjadi fenomena di masyarakat. Para mahasiswa
membohongi dosen dalam skripsi. Ia katakan tulisannya asli karya sendiri.
Padahal, sebenarnya jiplakan atau hasil jasa petugas sewaan. Para pegawai yang
ingin cepat naik pangkat kadang berbuat curang. Ia mencari poin sebanyak
banyaknya dengan memanipulasi data.

Banyak pedagang yang tidak jujur saat menawarkan isi lapak. Tidak memberi tahu
pembeli cacat barang yang ia jual. Atau menipu pembeli saat menimbang barang
dengan memberi sesuatu agar keuntungan yang besar bisa didapat.
Banyak pejabat yang sebelas dua belas.
Mengumbar janji-janji palsu saat kampanye. Berjanji
hidup sederhana, peduli dengan rakyat, anti-
korupsi, tidak menaikkan BBM, Tidak berhutang ke
negara asing, tidak import pangan, tidak mencabut
subsidi, serta janji-janji manis yang lain. Yang sedikit
sekali terlaksana.
Padahal mereka muslim, karena di KTP nya tertulis Muslim. Namun karena iman
mereka tipis, serta tergiur dengan hiasan dunia yang fana dan sementara,
sehingga mereka mudah untuk berbohong. Bahkan kebohongan kadang menjadi
karakternya.

Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala

Tak hanya itu, dunia maya menjadi sarana menyebarkan kebohongan. Seharusnya
kita hati-hati ketika membaca tulisan di media sosial. Jangan asal men-share
konten tidak jelas kebenarannya. Apalagi tanpa cross check kebenarannya.

Bayangkan jika berita tersebut adalah hoax atau


kebohongan. Berita tersebut kita share begitu saja.
Kemudian orang lain ikut-ikutan men-share
sehingga tersebar ke mana-mana. Iya kalau bener,
tapi kalau hoax dan dusta, maka kita telah ikut andil
menyebarkan kebohongan.
Hendaknya kita mengingat sabda Rasulullah Saw berikut:

‫ﺴ َﻤ ُﻌﻮا‬ ٌ َ‫آﺧ ِﺮ أُ ﱠﻣﺘِﻲ أُﻧ‬


ْ َ‫ﺎس ﯾُ َﺤﺪِّﺛُﻮﻧَ ُﻜ ْﻢ ﺑِ َﻤﺎ ﻟَ ْﻢ ﺗ‬ َ :‫ﷲِ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯿﮫ وﺳﻠﻢ ﻗَﺎ َل‬
ِ ‫ﺳﯿَ ُﻜﻮنُ ﻓِﻲ‬ ُ ‫ﻋَﻦْ أَﺑِﻲ ُھ َﺮ ْﯾ َﺮةَ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮫ أَنﱠ َر‬
‫ﺳﻮ َل ﱠ‬
‫ ﻓَﺈِﯾﱠﺎ ُﻛ ْﻢ َوإِﯾﱠﺎ ُھ ْﻢ‬،‫أَ ْﻧﺘُ ْﻢ َو َﻻ آﺑَﺎ ُؤ ُﻛ ْﻢ‬

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah Saw bersabda, “Akan terjadi pada akhir
umatku, yaitu orang yang akan memberitahu kalian apa saja yang belum pernah kalian dengar.
Juga tidak didengar bapak-bapak kalian. Maka jauhilah mereka dan hati-hatilah.” (HR.
Muslim)

Baca juga: Khutbah Jumat ; Menjadi Manusia Terasing di Akhir Zaman


Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala

Kebohongan adalah ketidaksesuaian antara perkataan atau perbuatan dengan


kenyataan. Ia adalah sifat buruk yang tidak mungkin dimiliki orang yang memiliki
harga diri.

Nabi Muhammad Saw sangat melarang keras perbuatan dusta. Bahkan beliau
menyebut bahwa dusta akan menjadikan iman seseorang menjadi kering. Dusta
adalah ciri kemunafikan. Sebab orang munafik penuh kepalsuan. Di hadapan
orang beriman mereka tampil manis dan baik. Namun hati mereka penuh dengan
kebencian dan pengingkaran.

Mukmin bisa saja memiliki beberapa sifat tercela


seperti kikir, pengecut dan yang lainnya. Tetapi
seorang mukmin yang sejati tidak akan memiliki
sifat bohong dan berkhianat.
Bukankah Rasulullah Saw pernah bersabda ketika ada seseorang bertanya
kepada Rasulullah Saw

‫ﯿﻼ ﻓَﻘَﺎ َل ﻧَ َﻌ ْﻢ ﻓَﻘِﯿ َﻞ ﻟَﮫُ أَﯾَ ُﻜﻮنُ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻦُ َﻛﺬَّاﺑًﺎ ﻓَﻘَﺎ َل َﻻ‬
ً ‫أَﯾَ ُﻜﻮنُ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻦُ َﺟﺒَﺎﻧًﺎ ﻓَﻘَﺎ َل ﻧَ َﻌ ْﻢ ﻓَﻘِﯿ َﻞ ﻟَﮫُ أَﯾَ ُﻜﻮنُ ا ْﻟ ُﻤ ْﺆ ِﻣﻦُ ﺑَ ِﺨ‬

“Apakah ada orang mukmin yang penakut?”

Nabi menjawab: “Ada!”

Beliau ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin kikir?”

Beliau mengatakan: ”Ada!”.

Kemudian beliau ditanya lagi: “Apakah ada orang mukmin yang pembohong?”

Beliau menjawab: “Tidak ada!” (HR. Imam Malik No. 1571).

Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala

Seorang mukmin tidak akan berdusta walaupun sedang bercanda. Karena bohong
adalah perbuatan pengecut dan khianat. Nabi Muhammad Saw telah melarang
perbuatan dusta walaupun saat bercanda:
Sebagaimana sabda Beliau:

ُ‫ﻀ ِﺤ َﻚ ﺑِ ِﮫ ا ْﻟﻘَ ْﻮ َم َو ْﯾ ٌﻞ ﻟَﮫُ َو ْﯾ ٌﻞ ﻟَﮫ‬ ُ ‫ّث ﻓَﯿَ ْﻜ ِﺬ‬


ْ ُ‫ب ﻟِﯿ‬ ُ ِ‫َو ْﯾ ٌﻞ ﻟِﻠﱠ ِﺬي ﯾُ َﺤﺪ‬

“Celakalah bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang lain tertawa.
Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).

Baca juga: Khutbah Jumat; Kejujuran Menghantarkan Ke Jannah

Keringanan Berdusta
Nabi Saw tidak pernah memberikan keringanan untuk berbohong kecuali dalam
tiga keadaan;

Pertama, dalam peperangan.

Kedua, mendamaikan dua orang yang sedang berselisih.

Ketiga, kebohongan suami-istri agar tidak terjadi kebencian antara keduanya.

Rasulullah SAW bersabda;

ُ ‫ﺺ ﻓِﻰ ﺷ َْﻰ ٍء ِﻣ ﱠﻤﺎ ﯾَﻘُﻮ ُل اﻟﻨﱠ‬


‫ﺎس‬ ْ َ‫ َوﻟَ ْﻢ أ‬: ‫ب‬
ُ ‫ﺳ َﻤ ْﻊ ﯾُ َﺮ ﱠﺧ‬ ٍ ‫ﺷ َﮭﺎ‬ ِ ُ‫ ﻗَﺎ َل اﺑْﻦ‬.‫س َوﯾَﻘُﻮ ُل َﺧ ْﯿ ًﺮا َوﯾَ ْﻨ ِﻤﻰ َﺧ ْﯿ ًﺮا‬
ِ ‫ﺼﻠِ ُﺢ ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠﺎ‬ ُ ‫ﺲ ا ْﻟ َﻜ ﱠﺬ‬
ْ ُ‫اب اﻟﱠ ِﺬى ﯾ‬ َ ‫ﻟَ ْﯿ‬
‫ﯾﺚ ا ْﻟ َﻤ ْﺮأَ ِة ز َْو َﺟ َﮭﺎ‬
ُ ‫ﯾﺚ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ ِﻞ ا ْﻣ َﺮأَﺗَﮫُ َو َﺣ ِﺪ‬
ُ ‫س َو َﺣ ِﺪ‬
ِ ‫ﺻﻼَ ُح ﺑَﯿْﻦَ اﻟﻨﱠﺎ‬ ْ ‫اﻹ‬
ِ ‫ب َو‬ ُ ‫ ا ْﻟ َﺤ ْﺮ‬, ‫ث‬ٍ َ‫ب إِﻻﱠ ﻓِﻰ ﺛَﻼ‬ ٌ ‫ َﻛ ِﺬ‬.

“Tidak disebut pembohong jika bertujuan untuk mendamaikan dia antara pihak yang berselisih di
mana ia berkata yang baik atau mengatakan yang baik (demi mendamaikan pihak yang
berselisih, –pen).”

Ibnu Syihab berkata, “Aku tidaklah mendengar sesuatu yang diberi keringanan untuk
berdusta di dalamnya kecuali pada tiga perkara, “Peperangan, mendamaikan yang berselisih,
dan perkataan suami pada istri atau istri pada suami (dengan tujuan untuk membawa kebaikan
rumah tangga).” (HR. Bukhari dan Muslim).

Apabila seorang muslim terdesak untuk berbohong agar ia selamat dari bahaya
yang sudah nyata, maka hendaklah ia bersilat kata atau memakai kata kiasan. Hal
ini disebut dengan tauriyah.

Sebagaimana disebutkan sebuah kisah bahwa Hasan bin Ali menceritakan, “Saat
Rasulullah SAW dan Abu Bakar keluar dari gua Tsur, lepas dari pengejaran kaum
musyrik Qurasiy, lalu meneruskan perjalanan di kota Al-Madinah, nyaris setiap
orang yang mengenal Abu Bakar langsung bertanya,

“Siapa yang bersamamu?”. Abu Bakar menjawab, “Ia hanya seorang penunjuk
jalan”. Dan memang benar, Rasulullah SAW memang penunjuk jalan. Jalan
hidayah, jalan kebenaran dan jalan menuju Surga. Sungguh sebuah jawaban yang
sangat cerdik, untuk menyembunyikan identitas beliau”. (Al Adzkiyaa Ibnu Jauzi.
Hlm; 15)

Jamaah shalat Jumat yang semoga dirahmati Allah Ta’ala

Dalam kehidupan modern ini fitnah sedemikian mewabah. Sangat sulit


menemukan sifat jujur di tengah masyarakat. Sebaliknya, sangat mudah kita
jumpai sifat berdusta di sekeliling kita. Sedemikian langkanya sifat jujur sehingga
kita sering mendengar orang berkata:

“Mana bisa maju kalau kita berlaku jujur terus. Sudahlah, realistis saja. Kita kadang-kala
memang perlu berbohong…!” Malah, terkadang kita mendengar orang dengan
yakinnya berkata, “Hanya dengan berbohonglah kita bakal berhasil di dunia…!”

Stempel Pendusta
Padahal jika seseorang senantiasa terus berdusta, Allah Ta’ala akan menstempel ia
sebagai pembohong. Gelar pembohong itu tidak main-main karena yang
menggelari adalah Allah Ta’ala. Rasulullah Saw bersabda dalam sebuah hadis;

‫ب َﺣﺘﱠﻰ ﯾُ ْﻜﺘ ََﺐ ِﻋ ْﻨ َﺪ ﷲِ َﻛ ﱠﺬاﺑًﺎ‬


ُ ‫ب ﯾَ ْﮭ ِﺪي إِﻟَﻰ ا ْﻟﻔُ ُﺠﻮ ِر َوإِنﱠ ا ْﻟﻔُ ُﺠﻮ َر ﯾَ ْﮭ ِﺪي إِﻟَﻰ اﻟﻨﱠﺎ ِر َوإِنﱠ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻟَﯿَ ْﻜ ِﺬ‬
َ ‫َوإِنﱠ ا ْﻟ َﻜ ِﺬ‬

“Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan. Sesungguhnya kejahatan
itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga
akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta.” (HR. Bukhari No. 5629).

Baca juga: Khutbah; Kesengsaraan Bagi Pendusta

Mari bersikap jujur pada iman kita dengan amal shalih. Bersikap jujur pada amal
kita yaitu dengan ikhlas dan mengikuti tuntunan Rasulullah Saw. Jujur dalam
membawa umat menuju Allah Ta’ala bukan untuk seseorang atau satu golongan.
Bersikap jujur dalam menegakkan syariat Allah Ta’ala dengan kesiapan
mengorbankan harta dan jiwa. Bersikap jujur pada dakwah kita dengan
memberikan qudwah (contoh) yang baik bagi para mad’u. Dan jika seseorang tidak
berlaku jujur, sifat kemunafikan ada dalam dirinya.

Allah Ta’ala berfirman ;

َ ‫ب ا ْﻟ ُﻤﻨَﺎﻓِﻘِﯿﻦَ إِن ﺷَﺎء أَ ْو ﯾَﺘ‬


ً ‫ُﻮب َﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ إِنﱠ ﷲَ َﻛﺎنَ َﻏﻔُﻮراً ﱠر ِﺣﯿﻤﺎ‬ َ ‫ﺼ ْﺪﻗِ ِﮭ ْﻢ َوﯾُ َﻌ ﱢﺬ‬
ِ ِ‫ﺼﺎ ِدﻗِﯿﻦَ ﺑ‬
‫ي ﷲُ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﻟِﯿَ ْﺠ ِﺰ‬

“Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya,
dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al Ahdzab: 24)

Semoga Allah Ta’ala menjadikan kita termasuk hamba-hambanya yang senantiasa


jujur. Tidak di stempel oleh Allah Ta’ala dengan stempel pendusta, serta
menyelamatkan kita dari sifat kemunafikan yang mewabah hari ini. Amin ya robbal
‘alamin

Demikian khotbah yang kami sampaikan. Kebenarannya datang dari Allah. Jika
ada salah, datang dari saya pribadi karena bisikan setan.

‫ إِﻧﱠﮫُ ُھ َﻮ اﻟ ﱠ‬،ُ‫ َوﺗَﻘَﺒَ ﱠﻞ ﷲُ ِﻣﻨﱢ ْﻲ َو ِﻣ ْﻨ ُﻜ ْﻢ ﺗِﻼَ َوﺗَﮫ‬،‫اﻟﺬ ْﻛ ِﺮ ا ْﻟ َﺤ ِﻜ ْﯿ ِﻢ‬


‫ﺴ ِﻤ ْﯿ ُﻊ‬ ‫ت َو ﱢ‬ ِ ‫ َوﻧَﻔَ َﻌﻨِ ْﻲ َوإِﯾﱠﺎ ُﻛ ْﻢ ﺑِﺎْﻵﯾَﺎ‬،‫آن ا ْﻟ َﻌ ِﻈ ْﯿ ِﻢ‬
ِ ‫ﺑَﺎ َر َك ﷲُ ﻟِ ْﻲ َوﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ ا ْﻟﻘُ ْﺮ‬
‫ﺳﺘَ ْﻐﻔِ ُﺮ ْوهُ إِﻧﱠﮫُ ُھ َﻮ ا ْﻟ َﻐﻔُ ْﻮ ُر اﻟ ﱠﺮ ِﺣ ْﯿ ُﻢ‬
ْ ‫ َوا‬. َ‫اﺣ ِﻤﯿْﻦ‬ِ ‫ار َﺣ ْﻢ َوأَ ْﻧﺖَ َﺧ ْﯿ ُﺮ اﻟ ﱠﺮ‬ ْ ‫ب ا ْﻏﻔِ ْﺮ َو‬ ‫ َوﻗُ ْﻞ َر ﱢ‬.‫ا ْﻟ َﻌﻠِ ْﯿ ُﻢ‬.

Sumber : Majalah An-Najah, edisi 147, hal. 31, 33

Penulis : Amru Khalis

Editor : Ibnu Alatas

Tanggal 14 September 2018 Posted in Artikel, Khutbah JumatTagged dan, headline, kebohongan,
Kemunafikan, Merajalela, Saat
Propaganda, Dusta dan Perang
Majalah

Anggota Wajib Taat, Pemimpin Harus Bijak


Artikel

EDISI TERBARU

Fikih Tamkin Jalan Nabi Memenangkan Islam

FOLLOW KAMI

    

Copyright 2018 © An-Najah.

Anda mungkin juga menyukai