Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

257
28 Muharram 1443 H
26 Agustus 2022 M

DARURAT KEBOHONGAN DAN


KEZALIMAN

T
ampaknya tepat apa yang pernah dinyatakan oleh
Habib Rizieq Shihab (HRS). Negeri ini sedang darurat
kebohongan. Kasus pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy
Sambo (FS) semakin menegaskan kebenaran pernyata-
an (HRS) tersebut. Kebohongan demi kebohongan di balik
kasus tersebut satu-persatu terungkap. Bahkan kasus ini me-
ngungkap banyak fakta lain. Di antaranya judi online yang
konon bernilai puluhan triliun rupiah. Tak jarang judi online ini
melibatkan sejumlah oknum aparat, bahkan pejabat tinggi
Kepolisian. FS diduga salah satunya.
Tak menutup kemungkinan kasus pembunuhan Brigadir J
ini pun makin membuka fakta sebenarnya dari kasus-kasus
sebelumnya yang juga penuh kebohongan dan rekayasa. Di
antaranya kasus pembantaian di KM50 terhadap 6 orang las-
kar FPI beberapa waktu sebelumnya. Sejak awal publik sudah

01
curiga atas banyaknya kejanggalan dalam kasus pembantaian
6 syuhada ini yang juga—menurut keterangan sepihak dari
Kepolisian—diawali dengan tembak-menembak. Berkaca pa-
da kasus pembunuhan Brigadir J, publik makin percaya bahwa
pembantaian terhadap 6 orang laskar FPI pun penuh keboho-
ngan dan rekayasa.

Bahaya Bohong/Dusta
Bohong/dusta, kata Raghib al-Ashfahani, pangkalnya ada-
lah dalam ucapan. Dinamakan bohong/dusta karena ucapan
seseorang menyelisihi apa yang ada di dalam hatinya (Lihat
juga: Al-Asqalani, Fath al-Bâri, 10/623).
Bohong/dusta termasuk perbuatan tercela. Umat telah se-
pakat bahwa bohong/dusta itu haram. Banyak dalil atas keha-
raman berbohong/berdusta ini (An-Nawawi, Al-Adzkâr, hlm.
324).
Di antara dalilnya: Pertama, firman Allah SWT:

َ ِ‫ﺼَﺮ َواﻟْ ُﻔ َﺆ َاد ُﻛ ﱡﻞ أُوﻟَﺌ‬


‫ﻚ‬ ِ ِ َ َ‫وَﻻ ﺗَـ ْﻘﻒ ﻣﺎ ﻟَﻴﺲ ﻟ‬
َ َ‫ﻚ ﺑِﻪ ﻋ ْﻠ ٌﻢ إِ ﱠن اﻟ ﱠﺴ ْﻤ َﻊ َواﻟْﺒ‬ َ ْ َ ُ َ
‫َﻛﺎ َن َﻋْﻨﻪُ َﻣ ْﺴﺌُ ًﻮﻻ‬
Janganlah kamu mengikuti apa saja yang tidak kamu ketahui.
Sungguh pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
dimintai pertanggungjawaban (TQS al-Isra’ [17: 36).

02
Menurut Imam asy-Syinqithi, dalam ayat ini Allah SWT telah
melarang manusia agar mengikuti apa yang tidak dia ketahui.
Di dalamnya termasuk perkataan orang, “Saya telah melihat.”
Padahal dia tidak melihat. “Saya telah mendengar.” Padahal
dia belum mendengar. “Aku tahu.” Padahal dia tidak tahu.
Demikian pula orang yang berkata atau beramal tanpa ilmu,
tercakup dalam ayat ini.” (Asy-Syinqithi, Adhwâ’ al-Bayân,
3/145).
Kedua, firman Allah SWT:

‫ﲔ‬ ِ ِ ‫ﻳﺎ أَﻳـﱡﻬﺎ اﻟﱠ ِﺬﻳﻦ آﻣﻨﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪ وُﻛﻮﻧُﻮا ﻣﻊ اﻟ ﱠ‬
َ ‫ﺼﺎدﻗ‬ ََ َ َ َُ َ َ َ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan
hendaklah kalian bersama orang-orang yang benar/jujur (TQS
at-Taubah [9]: 119).

Ayat ini memang memerintahkan agar kita berlaku benar/


jujur. Namun demikian, ayat ini berarti melarang hal sebalik-
nya: berbohong/berdusta.
Ketiga, sabda Rasulullah saw.:

‫ﻮر ﻳـَ ْﻬ ِﺪي إِ َﱃ اﻟﻨﱠﺎ ِر‬


َ ‫ﺠ‬
ُ ‫ﻔ‬
ُ ‫ﻟ‬
ْ ‫ا‬ ‫ﱠ‬
‫ن‬ ِ‫ب ﻳـ ْﻬ ِﺪي إِ َﱃ اﻟْ ُﻔﺠﻮِر وإ‬
َ ُ َ َ
ِ ‫وإِ ﱠن اﻟْ َﻜ‬
‫ﺬ‬ َ
Sungguh bohong/dusta itu mengantarkan pada dosa dan dosa
itu mengantarkan ke dalam neraka (HR al-Bukhari dan Mus-
lim).

03
Keempat, sabda Rasulullah saw.: Pada suatu malam aku
bermimpi didatangi dua orang laki-laki. Lalu keduanya memba-
waku ke sebuah tempat yang suci. Di tempat itu aku melihat dua
orang yang sedang duduk dan ada dua orang yang sedang
berdiri. Di tangan mereka ada sebatang besi. Besi itu ditusukkan
ke tulang rahangnya sampai tembus ke tengkuknya. Kemudian
ditusukkan besi itu pada tulang rahangnya yang lain semisal itu
juga hingga penuh dengan besi.” Akhirnya, Nabi saw. bertanya,
“Kalian telah mengajakku berkeliling. Sekarang kabarkan kepa-
daku peristiwa demi peristiwa yang telah aku lihat.” Keduanya
berkata, “Orang yang engkau lihat menusuk rahangnya dengan
besi adalah seorang pendusta, suka berkata bohong hingga
dosanya itu memenuhi penjuru langit. Apa yang engkau lihat
akan terus demikian hingga Hari Kiamat.” (HR al-Bukhari dan
Ahmad).
Itu adalah bohong/dusta secara umum kepada sesama
manusia. Apalagi jika bohong/dusta itu dilakukan oleh seorang
pemimpin kepada rakyatnya. Dosanya pasti lebih besar. Pasal-
nya, korban atas kebohongan pemimpin adalah semua rakyat
yang jumlahnya puluhan juta bahkan bisa ratusan juta orang.
Bohong/dusta sangat dekat dengan kezaliman. Bahkan
bohong/dusta termasuk salah satu tindakan zalim. Yang lebih
zalim adalah membuat kedustaan/kebohongan terhadap aga-
ma ini, yakni mendustakan Allah SWT dan Rasul-Nya.

04
Sangat banyak ayat Allah SWT yang mengancam orang
yang mendustakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Di antaranya
firman Allah SWT:
ِ ِ ِ ِ
‫ب َﻫ َﺬا َﺣ َﻼ ٌل َوَﻫ َﺬا َﺣَﺮ ٌام‬َ ‫ﻒ أَﻟْﺴﻨَﺘُ ُﻜ ُﻢ اﻟْ َﻜﺬ‬
ُ ‫َوَﻻ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُﻮا ﻟ َﻤﺎ ﺗَﺼ‬
ِ ِ ِ ‫ﻟِﺘـ ْﻔﺘـﺮوا ﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠ ِﻪ اﻟْ َﻜ ِﺬ ِ ﱠ‬
‫ب َﻻ‬ َ ‫ﻳﻦ ﻳَـ ْﻔﺘَـُﺮو َن َﻋﻠَﻰ اﻟﻠﱠﻪ اﻟْ َﻜﺬ‬
َ ‫ب إ ﱠن اﻟﺬ‬َ َ َُ َ
‫ﻳـُ ْﻔﻠِ ُﺤﻮ َن‬
Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lisan kalian secara dusta, “Ini halal dan ini haram,” untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh orang-
orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiada
beruntung (TQS an-Nahl [16]: 116).

Adapun Hadis Nabi saw. di antaranya sabda beliau:


ِ ِ
‫ﱠﺎر‬ َ ‫َﻻ ﺗَ ْﻜﺬﺑُﻮا َﻋﻠَ ﱠﻲ ﻓَِﺈﻧﱠﻪُ َﻣ ْﻦ َﻛ َﺬ‬
َ ‫ب َﻋﻠَ ﱠﻲ ﻓَـ ْﻠﻴَﻠ ْﺞ اﻟﻨ‬
Janganlah kalian berbuat dusta terhadapku. Sungguh orang
yang berdusta terhadapku pasti masuk ke dalam neraka (HR al-
Bukhari dan Muslim).

Dengan seluruh paparan singkat di atas, orang-orang yang


berakal tentu akan takut untuk berbohong/berdusta. Apalagi
mendustakan Allah SWT dan Rasul-Nya. Azab di akhirat amat

05
besar bagi pelakunya. Apalagi jika pelakunya seorang pemim-
pin.
Mereka yang suka berbohong terkategori munafik. Jika dia
seorang pemimpin, berarti dia pemimpin munafik. Pelakunya
boleh jadi Muslim, tetapi memiliki sifat-sifat/ciri-ciri orang
munafik. Demikian sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

‫ْاؤُﲤِ َﻦ‬ ‫ﻒ َوإِ َذا‬


َ َ‫َﺧﻠ‬
ْ ‫َو َﻋ َﺪ أ‬ ‫ب َوإِ َذا‬ ٌ ‫آﻳَﺔُ اﻟْ ُﻤﻨَﺎﻓِ ِﻖ ﺛََﻼ‬
َ ‫ث إِ َذا َﺣﺪ‬
َ ‫ﱠث َﻛ َﺬ‬
‫َﺧﺎ َن‬
Ada tiga tanda orang munafik: jika berkata, berdusta; jika
berjanji, ingkar; jika dipercaya, khianat (HR al-Bukhari dan
Muslim).

Selain itu, dalam salah satu kitabnya, ‘Aid Abdullah al-Qarni


menyebutkan beberapa sifat kaum munafik yang disebutkan
dalam al-Quran, di antaranya: dusta; khianat; ingkar janji; riya
(doyan pencitraan); mencela orang-orang taat dan shalih;
memperolok-olok al-Quran, as-Sunnah dan Rasulullah saw.;
bersumpah palsu; tidak peduli terhadap nasib kaum Muslim;
suka menyebarkan kabar bohong (hoax); mencaci-maki kehor-
matan orang-orang shalih; membuat kerusakan di muka bumi
dengan dalih mengadakan perbaikan; tidak ada kesesuaian
antara lahiriah dan batiniah; menyuruh kemungkaran dan

06
mencegah kemakrufan; sombong dalam berbicara; menan-
tang Allah SWT dengan terus berbuat dosa; dst.

Darurat Kezaliman dan Ketidakadilan


Selain darurat kebohongan, negeri ini pun sesungguhnya
sedang darurat kezaliman dan ketidakadilan. Dari kasus FS
pula kita bisa melihat betapa sulitnya memberlakukan hukum
yang tegas dan adil kepada aparat yang melanggar, pejabat
yang korup atau mereka yang berduit. Sudah tak terhitung
orang-orang besar bebas dari hukuman, atau dihukum ringan,
atau bahkan seolah dibiarkan kabur ke luar negeri. Padahal
mereka adalah koruptor dan ‘maling’ kelas kakap. Sebaliknya,
betapa banyak orang kecil yang begitu mudahnya dihukum
dengan sangat cepat, dengan hukuman yang kadang cukup
berat untuk sebuah kejahatan yang sangat ringan, seperti
kasus pencurian beberapa batang pohon/kayu oleh seorang
nenek-nenek beberapa waktu lalu. Bahkan betapa banyak
mereka yang baru terduga—kebanyakan baru terduga seba-
gai teroris—langsung dieksekusi alias dibunuh oleh aparat
tanpa diadili.
Itulah pengadilan di dunia. Sebuah pengadilan semu.
Bahkan palsu. Pengadilan dunia sering menjadi alat untuk
sekadar menghukum rakyat kecil. Hukumannya pun tidak
akan mampu menghapus dosa-dosa para kriminal. Para

07
penegak hukumnya acapkali bermental bobrok. Tidak memili-
ki rasa takut kepada Allah SWT/mudah dibeli. Gampang tergo-
da oleh rayuan uang, harta, wanita dan kenikmatan dunia
lainnya. Mereka seolah lupa, bahwa meski mereka lihai mem-
permainkan hukum di dunia, dan meski mereka sering lepas
dari pengadilan manusia di dunia, mereka tak akan pernah bisa
melepaskan diri dari hukuman di Pengadilan Akhirat.
Mereka lupa bahwa di dunia boleh saja mereka bisa lepas
dari jeratan hukum. Namun, di akhirat mereka mustahil bisa
lari dari hukuman dan azab Allah SWT. Tentu karena di
Pengadilan Akhirat, dengan Allah sebagai Hakimnya, tidak
akan ada sogok-menyogok, beking-membekingi atau kongka-
lingkong. Semuanya tunduk dan bertekuk lutut di hadapan ke-
kuasaan dan Keperkasaan-Nya. Di Pengadilan Akhirat semua
ucapan dan perbuatan ditimbang seadil-adilnya. Tak ada yang
terlewatkan, kendati hanya sebesar biji sawi (TQS az-Zalzalah
[99]: 7-8).
Siapapun tidak akan bisa lolos dari hukuman. Mereka tidak
akan bisa berbohong dan berkelit. Sebabnya, sebagaimana
firman Allah SWT:

‫اﻟْﻴَـ ْﻮَم َﳔْﺘِ ُﻢ َﻋﻠَﻰ أَﻓْـ َﻮ ِاﻫ ِﻬ ْﻢ َوﺗُ َﻜﻠﱢ ُﻤﻨَﺎ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوﺗَ ْﺸ َﻬ ُﺪ أ َْر ُﺟﻠُ ُﻬ ْﻢ ِﲟَﺎ َﻛﺎﻧُﻮا‬
‫ﻳَ ْﻜ ِﺴﺒُﻮ َن‬

08
Pada hari itu Kami mengunci mulut-mulut mereka, sementara
tangan-tangan mereka berbicara kepada Kami dan kaki-kaki
mereka menjadi saksi atas apa saja yang pernah mereka lakukan
(di dunia) (TQS Yasin [36]: 65).

WalLahu a’lam bi ash-shawwab. []

HIKMAH:

‫ض َوَﻻ‬ ِِ ِ‫ٍِ ﱠ‬
ُ ‫ﻮل ﻟَْﻮ ﺗُ َﺴ ﱠﻮى ﻬﺑ ُﻢ ْاﻷ َْر‬ َ ‫ﺼ ُﻮا اﻟﱠﺮ ُﺳ‬
َ ‫ﻳﻦ َﻛ َﻔُﺮوا َو َﻋ‬
َ ‫ﻳَـ ْﻮَﻣﺌﺬ ﻳـَ َﻮﱡد اﻟﺬ‬
‫ﻳَ ْﻜﺘُ ُﻤﻮ َن اﻟﻠﱠﻪَ َﺣ ِﺪﻳﺜًﺎ‬
Pada hari itu, orang-orang kafir dan yang mendurhakai Rasul
menginginkan agar mereka diratakan saja dengan tanah.
Mereka takkan dapat menyembunyikan satu kejadian pun (dari
Allah). (TQS an-Nisa' [4]: 42). []

09

Anda mungkin juga menyukai