Anda di halaman 1dari 13

PANGKAL DOSA ITU, ADALAH KEBOHONGAN

Sesungguhnya kejujuran melahirkan keberkahan dan kebaiakan pada pelakunya, sedangkan


kebohongan menyelamatkan sementara dan menghancurkan selamanya. Pembohong pada
hakikatnya hanyalah membohongi dirinya sendiri bukan membohongi orang lain.
          Al-qur’an dan hadist secara jelas mencela bagi manusia yang suka berbohong. Didalam
Al-quran berbohong adalah termasuk perbuatan orang-orang yang tidak beriman.
Rasullullah menegaskan haramnya perbuatan dusta atau kebohongan dan menjadi salah
satu sifat orang munafik:
Artinya: Tanda orang munafik ada tiga: berkata bohong, ingkar janji, mengkhianati amanah
(HR Bukhari & Muslim).
Ada tiga perkara yang memperbolehkan berbohong seperti Imam Ghazali didalam kitab
Ihya Ulumiddin jilid IV/284 , mengutip sebuah hadist yang memperbolehkan untuk
berkata bohong :
Artinya: Rasulullah tidak mentolerir suatu kebohongan kecuali dalam tiga perkaran: (a)
untuk kebaikan; (b) dalam keadaan perang; (c) suami membohongi istri dan istri
membohongi suami (demi menyenangkan pasangannya).
Al-Hafizh Ibnu Hajar Rahimahullah menukil perkataan Ibnu Bathal Rahimahullah, Apabila
Seseorang mengulang-ulang Kedustaan hingga berhak mendapat julukan berat sebagai
Pendusta, maka ia tidak lagi mendapat predikat sebagai mu’min yang sempurna, bahkan
termasuk berpredikat sebagai orang munafik.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani Rahimahullah kemudian menjelaskan,”Hadist Abu Hurairah
Radhiyallahu anhu tentang tanda-tanda orang munafik yang dimaksud disini mencakup
perbuatan dusta, baik dengan kata-kata maupun dengan perbuatan. Tanda pertama, dusta
dalam perkataannya; Tanda kedua, dusta dalam amanahnya; Tanda ketiga, dusta dalam
janjinya. Berikutnya Imam Bukhari mengetengahkan Hadist tentang jenis ancaman hokum
diakhirat bagi para pendusta, yaitu mulutnya akan disobek sampai ketelinga, karena
mulutnya itulah yang menjadi lahan kemaksiatan.
Hadist-hadist diatas menjelaskan kewajiban berlaku jujur dan menjelaskan tentang
keharaman perilaku dusta. Namun pada kenyataannya kenapa sering sekali ketidak jujuran
merajalela bahkan menjadi darah daging yang melekat?

1
Tak sedikit yang menganggap bohong merupakan sesuatu yang sepele. Padahal kita tahu
sekecil apapun kebohongan tetap saja dianggap sebagai dosa besar.
Allah SWT berfirman di dalam surat An-Naml:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta.” [QS. An-Nahl
ayat 105]
Bohong atau dusta adalah sifat buruk yang sangat dibenci, dan Allah sendiri mengutuknya.
Kebohongan merupakan induk dari berbagai macam perkara buruk yang tidak hanya
merugikan diri sendiri tapi juga orang lain.
Berbohong adalah pangkal dari berbagai kejahatan, dan salah satu ciri golongan orang
munafik adalah mereka yang suka berkata dusta.
Dari Ibnu Masud bahwa Rasulullah bersabda,
“Berkata benar jadikanlah kebiasaan bagimu, karena benar menurut kebaikan dan
mengantarkan ke surga. Seseorang selalu berkata benar (pasti) ditentukan siddiq di sisi
Allah. Dan berhati-hatilah kamu pendusta, karena dusta menimbulkan kekejian (kejahatan)
dan akibatnya akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Seseorang berdusta
akhirnya ditentukan pendusta di sisi Allah”.
Kejujuran merupakan landasan iman bagi seorang Muslim. Bentuk kejujuran itu dapat
dibuktikan melalui ucapan maupun perilaku sehari-hari.
Pada saat hari kebangkitan dan hari pembalasan kelak, seorang pendusta akan datang
bersama kelompoknya (pendusta) dan datang kepada Allah dengan keadaan yang
mengerikan. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah,
mukanya menjadi hitam. Bukankah dalam neraka Jahannam itu ada tempat bagi orang-
orang yang menyombongkan diri?” [QS. Az-Zumar ayat 60]
Allah juga berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang
mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan
supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” [QS.
Az-Zumar ayat 3]

2
Seperti yang Allah sudah firmankan dalam ayat diatas, orang yang berbohong pasti akan
mendapatkan ancaman siksa neraka. Dan mereka memiliki ciri yaitu dengan muka yang
sangat hitam legam.
Perbuatan dusta adalah salah satu perbuatan yang dapat merusak dan melenyapkan amal
ibadah. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga walaupun ia salat, puasa, walaupun ia mengira
bahwa ia menjadi seorang Muslim, yaitu berdusta saat berbicara, jika berjanji dia ingkar,
dan berhianat apabila diberi amanat (kepercayaan)”.
Bahkan, lebih parah lagi Allah tidak akan mau melihat dan mensucikan mereka yang
berbohong dan Allah akan menyiksa mereka dengan siksa yang pedih.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW;
“Ada tiga golongan di hari kiamat nanti Allah tidak akan melihat dan mensucikan mereka
bahkan akan ditimpakan siksaan yang pedih yaitu, orangtua yang berzina, raja yang
berdusta, dan fakir yang sombong.” [HR. Muslim]
Dusta adalah perbuatan yang dilarang Islam, dan Allah akan mencatat dosa sekecil apapun
dan akan tetap membalasnya.
Akibat dari semua itu antara lain terjadinya korupsi, pedagang buah melakukan penipuan
timbangan, pelajar dan mahasiswa membuat laporan keuangan palsu atau yang sering
terjadi dinegeri ini ialah kebiasaan menyontek pada saat ujian.
Jika hal diatas terjadi pada lembaga lembaga pendidikan yang notabane nya lembaga
kaderisasi manusia dan pemimpin masa depan, maka kelak akan lahir manusia-manusia
yang terdidik sebagai pembohong atau pendusta ulung.
Oleh karena itu, apabila sebuah bangsa ingin menjadi bangsa besar, berwibawa dan
disegani, maka bangsa itu harus berani membangun dirinya sebagai bangsa yang selalu jujur
dan meninggalkan sifat pembohong atau pendusta, betapapun beratnya.
Semoga kita bisa menjadi insan yang selalu jujur dan meninggalkan sifat pemboohong dan
pendusta, sehingga kita bisa menjadi generasi Rabbani yang selalu dilindungi oleh Allah SWT
dan mendapatkan rahmat-NYA.

3
Berhentilah Berbohong
Rasulullah SAW suatu kali ditanya seorang sahabat, "Mungkinkah seorang Mukmin itu
pengecut?"
"Mungkin," jawab Rasulullah.
"Mungkinkah seorang Mukmin itu bakhil (kikir)?"
"Mungkin," jawab Rasulullah lagi.
"Mungkinkah seorang Mukmin itu pembohong?"
Kini Rasulullah menjawab, "Tidak."
Ulama besar dari Universitas al-Azhar (Mesir) Sayid Sabiq (almarhum) ketika menukil hadis
ini dalam bukunya, Islamuna, menjelaskan bahwa iman dan kebiasaan berbohong tidak bisa
berkumpul dalam hati seorang Mukmin.
Rasulullah SAW berwasiat agar umat Islam memiliki sifat jujur dan menjauhi sifat
pembohong. Islam tidak akan tumbuh dan berdiri kokoh dalam pribadi yang tidak jujur.

Kita baca sejarah pribadi besar Nabi Muhammad SAW. Sepanjang hayatnya, beliau menjadi
pribadi yang jujur, bahkan digelari masyarakat setempat sebagai al-Amin.
Sabda Rasulullah SAW: "Berpegang teguhlah dengan kebiasaan berkata benar.
Sesungguhnya berkata benar mengantarkan kepada kebaikan, dan kebaikan akan
mengantarkan ke surga.
Seseorang yang selalu berkata benar, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai orang yang
benar. Dan jauhilah kebohongan.
Sesungguhnya kebohongan mengantarkan kepada kejahatan, dan kejahatan mengantarkan
ke neraka. Seseorang yang biasa berbohong, maka ia akan ditulis di sisi Allah sebagai
pembohong." (HR Bukhari dan Muslim).
Bohong dalam ucapan, kesaksian, pemberitaan, dan sebagainya merupakan salah satu
tanda-tanda kemunafikan. Islam memandang kebohongan adalah induk dari berbagai dosa.
Kebohongan akan menambah kerawanan-kerawanan dalam masyarakat.
Kebohongan tidak jarang membuat campur-aduknya antara yang hak (kebenaran) dan yang
bathil. Sesuatu yang bathil bisa tampak seolah sebagai kebenaran karena kepandaian
membuat rekayasa dan kamuflase.
Firman Allah: "Ketahuilah, laknat Allah atas orang-orang yang dusta." (QS Ali Imran: 61).

4
Rasulullah SAW mengingatkan: "Berkata benar membawa ketenteraman, sedangkan
berbohong menimbulkan ketidak-tenangan."
Mari kita tegakkan kejujuran dan berhenti membohongi diri sendiri atau orang lain.
Kejujuran bukan sekadar slogan dan retorika, tapi harus menjadi karakter dan kultur
masyarakat.

5
Hukuman Para Pembohong, Dicabutnya Kesadaran Dirinya
Pada akhirnya, orang yang suka berbohong akan membunuh akal pikirannya dan dan
mengubur hati nuraninya
DANTARA sikap yang harus diperjuangkan oleh seorang Muslim adalah menjauhi dusta atau
bohong. Hal ini harus dilakukan oleh seluruh umat Islam, terutama ketika mendapat
amanah memegang tampuk kepemimpinan. Sebab beban yang dipikul tidak ringan dan
sekali menyimpang, berat memperbaikinya.
Dalam Islam, bohong bukanlah perkara ringan. Konsekuensi yang sangat jelas dan dimensi
hukumannya tidak saja di dunia tetapi juga di akhirat. Kondisi ini sudah semestinya
membuat kita memilih untuk menjauhi berperilaku bohong.
Sebuah catatan menyebutkan bahwa di dalam Al-Qur’an ada 250 ayat yang membahas
tentang dusta. Sedangkan kata bohong dalam Al-Qur’an terdapat pada 25 ayat. Jika ditotal
maka bahasan tentang bohong atau dusta di dalam Al-Qur’an ada 284 ayat.
Hal itu menunjukkan bahwa bohong di dalam Islam sama sekali tidak dibenarkan apapun
alasannya. Oleh karena itu di dalam Islam seseorang dibimbing untuk tidak banyak berjanji,
terlebih jika tidak didasari oleh kalkulasi bahwa apa yang dijanjikan itu dapat diwujudkan
atau dibuktikan.
Jika tidak, maka janji-janji itu akan menjadi hutang dan selama tidak dapat dipenuhi
kebohongan akan melekat di dalam diri kita.
Dalam konteks keseharian Rasulullah memberikan panduan bahwa akan sangat baik jika
seorang Muslim yang memilih berdagang untuk tidak banyak bersumpah di dalam
bertransaksi.
Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda;
ُ ِّ‫ف فِى ْالبَي ِْع فَإِنَّهُ يُنَف‬
ُ ‫ق ثُ َّم يَ ْم َح‬
‫ق‬ ِ ِ‫إِيَّا ُك ْم َو َك ْث َرةَ ْال َحل‬
“Hati-hatilah dengan banyak bersumpah dalam menjual dagangan karena Ia memang
melariskan dagangan namun malah menghapuskan keberkahan.” (HR. Muslim).
Lebih jauh dari itu, Al-Qur’an memberikan pedoman kepada kita:
ٍ ‫َوال تُ ِط ْع ُك َّل َحاَّل‬
‫ف َّم ِهي ٍن‬
“Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina.” (QS. Al-Qalam:
10).

6
Ayat di atas memberikan arahan kepada kita agar benar-benar mengenal dengan siapa kita
bergaul. Jangan sampai orang yang sudah terbukti kebohongannya, dan dilakukan berulang-
ulang, masih juga menjadi sahabat dekat kita. Jika itu terjadi, bukan tidak mungkin, tanpa
sadar kita pun akan tertular sikap yang mengundang murka Allah tersebut.
Dengan demikian seorang Muslim harus hati-hati dalam menyampaikan ucapan, terlebih
janji kepada siapapun. Dan, bagi mereka yang memilih untuk masuk ke dalam kontestasi
pemilihan umum, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden, harus betul-betul
mengukur bahwa apa yang dijanjikan saat kampanye itu benar-benar bisa direalisasikan,
secara baik dan tepat waktu.
Menghilangkan Kesadaran
Hukuman pertama bagi pembohong adalah hilangnya kesadaran dalam dirinya bahwa
kebohongan itu telah menjadi tabiatnya.
Orang yang suka berbohong dan terus-menerus melakukan kebohongan, kemudian hidup
nikmat di atas kebohongan. Jika itu diteruskan, maka lambat laun dia akan kehilangan
kemanusiaannya. Ia akan lupa pada dirinya bahwa kebohongan itu adalah sifat yang paling
dominan di dalam dirinya. Tanpa rasa malu, dia akan hidup dengan penuh kesombongan
dan meremehkan orang lain serta menolak kebenaran.
Cecil G. Osborne dalam bukunya “The art of getting along with people” menjabarkan bahwa
orang yang terbiasa berbohong tidak akan sadar bahwa ia berbohong.
Dan kerugian seperti apa lagi yang lebih buruk daripada hilangnya kesadaran seseorang
akan sikap dan perilakunya yang sesungguhnya banyak merugikan, namun tanpa sadar terus
ia lakukan? Ini adalah hukuman sangat buruk atas diri seorang manusia.
Pada akhirnya, orang yang suka berbohong akan membunuh akal pikirannya dan dan
mengubur hati nuraninya, sehingga ia tidak hidup melainkan menjadi beban masyarakat,
biang kerusakan, dan sumber dari segala kegaduhan.
Lihatlah hari ini bagaimana orang-orang yang enggan bahkan terbukti gagal memenuhi
janjinya, sementara mereka terus ingin mendapatkan kekuasaan, maka kebohongan demi
kebohongan terus dilakukan demi mendapatkan apa yang diinginkan.
Mungkin kita bertanya mengapa mereka tidak sadar?
Mereka tidak akan pernah sadar, sebab ketidaksadaran itulah yang hidup di dalam jiwa dan
pikirannya, sehingga ia akan terus berbohong. Hanya mereka sendiri yang dapat

7
menghentikan kebohongan itu. Itupun dengan catatan ia kembali kepada Allah, lantas
mengakui kesalahannya, bertaubat, kemudian mengubah sikap dan perilakunya.
Tetaplah Jujur, Insya Allah Selamat
Rosulullah ‫ ﷺ‬menekankan kepada kita,
‫ق) َحتَّى‬ َ ‫ إِ َّن ْال َع ْب َد لَيَت ََحرَّى الصِّ ْد‬:‫ق(وفى رواية لمسلم‬ُ ‫ َوإِ َّن ال َّر ُج َل لَيَصْ ُد‬،‫ َوإِ َّن ْالبِ َّر يَ ْه ِدى إِلَى ْال َجنَّ ِة‬،ِّ‫ق يَ ْه ِدى إِلَى ْالبِر‬ َ ‫ص ْد‬
ِّ ‫إِ َّن ال‬
‫ َوإِ َّن ْال َع ْب َد‬:‫ َوإِ َّن ال َّرج َُل لَيَ ْك ِذبُ(وفى رواية لمسلم‬،‫ار‬ ِ َّ‫ َوإِ َّن ْالفُجُوْ َر يَ ْه ِدى إِلَى الن‬،‫ب يَ ْه ِدى إِلَى ْالفُجُوْ ِر‬ َ ‫ َوإِ َّن ْال َك ِذ‬.‫ص ِّد ْيقًا‬
ِ َ‫يَ ُكوْ ن‬
‫ رواه البخاري ومسلم‬.ً ‫َب ِع ْن َد هللاِ َك َّذابا‬ َ ‫لَيَتَ َحرَّى ْال َك ِذ‬
َ ‫ب) َحتَّى يُ ْكت‬
“Hendaklah kalian selalu berlaku jujur karena kejujuran membawa kepada kebaikan dan
kebaikan mengantarkan seseorang ke surga dan apabila seseorang selalu berlaku jujur dan
tetap memilih jujur maka akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur dan jauhilah
oleh kalian berbuat dusta karena dusta membawa seseorang kepada kejahatan dan
kejahatan mengantarkan seseorang ke neraka dan jika seseorang senantiasa berdusta dan
memilih kedustaan maka akan dicatat di sisi Allah sebagai Pendusta alias pembohong.” (HR.
Bukhari).
Dengan demikian dapat kita simpulkan, jika memang kita mengharapkan kehidupan yang
lebih baik maka jauhilah kebohongan sebab kebohongan tidak akan mengantarkan
melainkan pada kesengsaraan.
Dari sejarah para penguasa yang selama berkuasa banyak menjalankan korupsi, menyakiti
rakyatnya dan banyak menindas umat beragama, mereka akhirnya harus berpisah dengan
kekuasaan dalam kondisi yang sangat hina lagi mengenaskan.
Sebaliknya mereka yang berlaku jujur, sekalipun harus menghadapi situasi yang sangat
buruk, mesti rela mengorbankan jiwa dan raga, pada akhirnya mereka menjadi orang yang
berbahagia, tersenyum ridho dan tidak ditemukan kekhawatiran dan ketakutan di dalam
kehidupannya. Itulah buah dari kejujuran yang terus diperjuangkan. Wallahu a’lam.*

8
Jangan Berbohong, Meski Untuk Melucu
Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong untuk sekedar membuat orang-orang
tertawa
DI ERA modern, utamanya di dunia politik saat ini, umum kita mendengar istilah pencitraan.
Jika merujuk pada arti kata dasarnya, ‘citra’ yang berarti gambaran yang dimiliki orang
banyak (publik) mengenai pribadi, organisasi, perusahaan ataupun produk, maka pencitraan
bisa dipahami sebagai proses untuk menggambarkan kebaikan-kebaikan pada diri
seseorang, organisasi, perusahaan atau pun produk.
Seandainya upaya pencintraan tersebut memang apa adanya alias jujur, tentu tidak ada
masalah. Akan tetapi, jika pencitraan itu sejatinya jauh panggang dari api, maka hal seperti
itu bisa menjerumuskan manusia pada praktik kebohongan, yang dalam Islam ini jelas tidak
bisa disepelekan atau diremehkan.
Sebab, berbohong, bagaimanapun itu dianggap dan mungkin memang dirasakan
memberikan keuntungan, pada hakikatnya sama sekali tidak ada keuntungan yang
diperoleh. Di sisi lain, kebohongan mengantarkan pelakunya pada neraka, sebesar apapun
harapannya untuk hidup bahagia.
“Sesungguhnya kejujuran menunjukkan kepada perbuatan baik, dan perbuatan baik
menunjukkan kepada surga dan sesungguhnya seseorang yang membiasakan jujur ia akan
dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Dan, sesungguhnya dusta menunjukkan
kepada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa menunjukkan kepada neraka, dan
sesungguhnya seseorang yang biasa berdusta ia akan dicatat di sisi Allah sebagai
pendusta.” (HR. Bukhari Muslim).
Muslim yant taat, entah ia sebagai pemimpin, pengusaha, politisi, birokrat, karyawan
sampai buruh sekalipun, tidak akan pernah mau, apalagi sampai suka rela untuk melakukan
kebohongan-kebohongan. Sebab, cepat atau lambat, kebohongan pasti menjerumuskan
pelakunya pada kesengsaraan besar, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat.
Perbuatan orang Kafir
Berbohong atau berdusta, sesungguhnya tidak akan dilakukan kecuali orang-orang yang
kafir.
Sebagaimana Allah Ta’ala jabarkan dalam firman-Nya,
َ‫ت هّللا ِ َوأُوْ لـئِكَ هُ ُم ْال َكا ِذبُون‬ َ ‫إِنَّ َما يَ ْفت َِري ْال َك ِذ‬
ِ ‫ب الَّ ِذينَ الَ ي ُْؤ ِمنُونَ بِآيَا‬

9
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak
beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang pendusta” (QS. An-Nahl
[16]: 105).
Menurut Ibn Katsir di dalam tafsirnya, manusia jenis ini (yang suka melakukan kebohongan)
tidak akan mendapatkan petunjuk menuju iman kepada tanda-tanda kekuasaan-Nya serta
apa yang di bawa oleh Rasulullah Muhammad Shallallahu alayhi wasallam.
Dan, kelak di akhirat, manusia jenis ini akan mendapat siksaan yang menyedihkan lagi
menyakitkan.
Artinya, amat disayangkan, apabila Allah telah memberikan kita hidayah, sehingga memilih
Islam sebagai jalan hidup, namun disaat bersamaan, atas nama kepentingan sesaat, kita
merelakan diri sendiri menjadi pembohong. Sebab, jika itu dilakukan, apalagi yang
membedakan kita dengan orang kafir selain sekedar status belaka?
Tanggung Jawab Ulama
Apabila kebohongan, dengan berbagai macam istilah yang digunakan sebagai kedok belaka
sudah merajalela. Kemudian pada hakikatnya, semua orang sudah menyadari, namun terus
dibiarkan terjadi, maka Allah akan mempertanyakan posisi dan peran ulama.
Sebagaimana hal itu pernah dilakukan oleh kaum Yahudi yang sangat gemar pada perbuatan
dosa, namun para ulama kaum Yahudi membiarkannya begitu saja.
ْ ُ‫س َما َكان‬
َ‫وا يَصْ نَعُون‬ َ ‫اإل ْث َم َوأَ ْكلِ ِه ُم السُّحْ تَ لَبِ ْئ‬
ِ ‫لَوْ الَ يَ ْنهَاهُ ُم ال َّربَّانِيُّونَ َواألَحْ بَا ُر عَن قَوْ لِ ِه ُم‬
“Mengapa orang-orang alim mereka, pendeta-pendeta mereka tidak melarang mereka
mengucapkan perkataan bohong dan memakan yang haram? Sesungguhnya amat buruk
apa yang telah mereka kerjakan itu” (QS. Al-Maidah [5]: 63).
Ibn Katsir menerangkan, ulama yang dimaksud adalah ulama yang memiliki posisi kekuasaan
atau mempunyai jabatan (rabbaniyyun). Sedangkan Al-Abbar adalah ulama saja.
Dan, bersumber dari ayat ini, Adh-Dhahak berkata, “Di dalam Al-Qur’an tidak terdapat ayat
yang lebih saya takuti dari pada ayat ini, karena kita (mendakwahi untuk) tidak melarang
(hal tersebut)”.
Dengan demikian, para ulama dengan berbagai jenjang dan posisinya, harus terus
mengedukasi umat untuk tidak meremehkan kebohongan-kebohongan. Sebab, Al-Qur’an
telah memberikan petunjuk bahwa ulama harus berada pada baris terdepan dalam
memberantas kebohongan.
Bohong yang Diremehkan

10
Seringkali, manusia mudah lalai, sehingga tidak jarang terjerembab pada praktik
kebohongan, yang sangat mungkin kebanyakan orang tidak menyadarinya.
Pertama, memanggil anak kecil untuk dikasih sesuatu padahal ia tidak punya yang dijanjikan
tersbut. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amir
Radhiyallahu ‘Anhu.
“Rasulullah Shallallahu alayhi wasallam pernah datang ke rumah kami yang saat itu aku
masih kecil. Lalu aku ingin keluar untuk bermain. Lalu ibuku memanggilku, “Hai kemarilah
aku kasih kamu. Kemudian, Rasulullah bertanya, “Apakah sebenarnya kamu tidak ingin
memberinya?”
Ibuku menjawab, “Aku akan kasih dia kurma.” Lalu Rasulullah bersabda, “Adapun jika kamu
tidak memberinya apa-apa maka dicatat atasmu perbuatan dusta.” (HR. Abu Dawud).
Jika terhadap anak kecil saja, kebohongan tetap dinilai dusta, bagaimana jika janji itu kepada
seluruh rakyat Indonesia?
Kedua, menyampaikan apapun yang didengar dari orang tanpa tabayyun. “Cukuplah
seseorang dianggap berdusta kalau dia menyampaikan setiap yang ia dengar.” (HR.
Muslim).
Ketiga, berbohong untuk melucu. “Celakalah orang yang berbicara, padahal ia berbohong
untuk sekedar membuat orang-orang tertawa, celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu
Dawud dan Tirmidzi).
Keempat, berbohong saat bercanda.
“Seorang hamba tidak beriman dengan sempurna, hingga ia meninggalkan berkata bohong
saat bercanda dan meninggalkan debat walau ia benar.” (HR. Ahmad).
Oleh karena itu, mari mawas diri, jangan sampai tanpa sadar kita melakukan kebohongan,
meskipun itu terhadap anak-anak. Sebab, Allah tidak melihat kepada siapa kita berbohong,
tetapi kenapa kita masih juga tidak mau berhati-hati dan lebih suka berbohong!*

11
Apa Azab Kubur Bagi Orang yang Suka Berbohong?
Perbuatan bohong akan menimbulkan rasa saling membenci antara sesama teman. Rasa
saling percaya akan hilang dan akan tercipta suatu bentuk masyarakat yang tidak
berlandaskan asas saling tolong menolong atau gotong royong.  Jika kebohongan merajalela
di tengah-tengah masyarakat maka rasa senang dan keakraban akan hilang.
Demikianlah akibat yang bisa ditimbulkan dari sikap suka bohong. Karena itu hindarilah
berbohong. Rasulullah memperingatkan kepada umatnya akan pedihnya siksa kubur yang
akan menimpa seseorang yang suka berbohong
‫ فَيُصْ نَ ُع بِ ِه إِلَى يَوْ ِم ْالقِيَا َم ِة‬،َ‫ يَ ْك ِذبُ بِ ْال َك ْذبَ ِة تُحْ َم ُل َع ْنهُ َحتَّى تَ ْبلُ ُغ اآلفَاق‬، ٌ‫ق ِش ْدقُهُ فَ َك َّذاب‬
ُّ ‫ اَلَّ ِذى َرأَ ْيتَهُ يُ َش‬:َ‫ قَاال‬،‫ْت َر ُجلَ ْي ِن أَتَيَانِي‬
ُ ‫َرأَي‬
Aku melihat dalam mimpi dua orang Malaikat, keduanya berkata: “Orang yang engkau lihat
mulutnya dikoyak hingga telinga, adalah seorang pembohong. Ia berbohong hingga
kebohongannya tersebut dibebankan kepadanya hingga mencapai ufuk, maka dibuatlah ia
diberi beban seperti itu hingga hari kiamat.” (HR. Bukhari)
Dalam kitab Irsyad al-Syari, hadis ini Imam Bukhari sebutkan secara ringkas dalam bab al-
Adab sedangkan dalam bab al-Janaiz meriwayatkan dalam hadis lebih panjang.

Dalam riwayat yang panjang disebutlan bahwa pada saat itu Nabi melihat dua orang
malaikat dalam mimpinya mendatangi beliau kemudian mereka menarik tangannya dan
membawanya ke tanah suci, di sana ada seorang laki-laki yang berdiri dengan tangannya
kemudian ada besi yang dimasukkan dari rahang hingga tembus ke pingangnya kemudian
dilakukan hal yang sama dengan rahang lainnya hingga mencapai pinggang sebelahnya,
demikian berulang-ulang terjadi. Lalu Nabi bertanya, “Kenapa ini?” lalu para malaikat
menjawab seperti hadis di atas.
Hadis ini menjelaskan bahwa berbohong merupakan hal yang tidak diperbolehkan. Namun
para ulama berbeda pendapat mengenai tingkatan larangannya berdasarkan sebesar apa
akibat kebohongan tersebut kepada orang-orang yang dibohongi.
Kebohongan yang parah dosa yang dibebankan padanya hingga mencapai ufuk. Orang yang
berbohong pun akan merasakan dosa atau siksa kubur akibat perbuatannya tersebut hingga
hari kiamat. Rasulullah bahkan sangat menghindari berbohong walaupun itu hanya sebagai
gurauan. Beliau adalah orang yang tidak berbohong.

12
Karena itu, berhati-hatilah dalam mengatakan sesuatu. Jika memang telah berbohong maka
lebih baik mengakuinya kebenarannya kemudian meminta maaf kepada yang bersangkutan
dan bertaubat kepada Allah Swt, serta berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut.

13

Anda mungkin juga menyukai