Hal. 53/70
--Ayat 8-10
"Di antara manusia ada yang mengatakan: 'Kami beriman kepada Allah dan Hari
kemudian', padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada
penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih,
disebabkan mereka berdusta.”
Qiraa'at
1. sebagai bentuk mudhaari' dari fi'il khada’a yang mujarrad, mabni lil-faa'il.lni
adalah bacaan tujuh imam selain Abu Amr.
2. sebagai bentuk mudhaari' dari fi'il khaada’a yang maziid, mabni lil-faa'il. Ini
adalah bacaan Abu Amr. Jadi, dia membacanya Wa maa yukhodi’uun
Yakdzibuun dibaca:
1. yukadzdzibuun lni adalah bacaan Nafi', Ibnu Katsir, Abu Amr, dan Ibnu Amir.
2. yakdzibun ,lni adalah bacaan para imam yang lain.
I'raab
( ) من يقولdhamiir dalam fi’il ini berbentuk tunggal karena mengikuti lafal ( ;) من
boleh pula berbentuk jamak jika mengikuti maknanya.
( ادعون هللاAAA ) يخyakni ( بي هللاAAA) ن. Mudhaaf nya dihapus lalu mudhaaf ilaih
menggantikan posisinya.
( ) بما كانوا يكذبونhuruf ba berkaitan dengan fi' il muqaddar, yakni استقر لهم, Kata ma
berikut fi'il sesudahnya ditaqdirkan sebagai mashdar yakni: Aبكونهم يكذبون
Balaghah:
( A ) وما هم بمؤمنينsepintas lalu lebih cocok memakai ungkapan ( ) وما آمنواagar sesuai
dengan kalimat ( ) من يقول آمناtetapi di sini dipakai bentuk isim sebagai ganti dari
fi'il; ini berfungsi untuk mengeluarkan mereka dari kelompok kaum mukminin.
Ungkapan tersebut dikuatkan dengan huruf ba untuk menegaskan kebohongan
mereka.
Mufradat Lughowiyah
Ciri-ciri kaum munafik tidak terbatas pada orang-orang yang sezaman dengan
Nabi saw. saja, melainkan berlaku dalam setiap masa apabila ada sifat-sifat
munafik tersebut.
Sifat munafik yang pertama adalah mengucapkan iman dengan lisan tetapi hati
penuh dengan kekafiran dan kesesatan, Abdullah bin Ubaiy bin Salul adalah
pemimpin orang-orang munafik pada zaman kenabian. Kebanyakan sahabatnya
adalah dari kalangan kaum Yahudi. Mereka mengaku beriman, maka Allah
membantah klaim mereka. Dia menyatakan bahwa sebenarnya mereka bukan
orang beriman meski mereka menampilkan diri mereka beriman. Tiada keraguan
bahwa dengan sikap demikian berarti mereka sama dengan orang yang menipu
Allah, dan Allah pun tahu hal itu. Mereka lebih berbahaya daripada orang-orang
kafir. Di akhirat mereka akan mendapat siksa yang pedih lantaran kebohongan
mereka dalam mengaku beriman kepada Allah dan hari Akhir.
Yang bena sebagaimana dikatakan Ibnul Arabi, 2 Nabi saw. tidak membunuh
mereka dan beliau berpaling dari mereka demi menyatukan hati orang-orang
kepada beliau, juga karena dikhawatirkan (jika beliau membunuh mereka) akan
timbul isu negatif yang mengakibatkan orang menjauh dari Islam. Beliau sendiri
pernah menyiratkan makna ini. Sabda beliau,
"Aku khawatir orang-orang akan berkata bahwa Muhammad saw. membunuh para
sahabatnya sendiri."
Sikap demikian itu sama seperti tindakan beliau dalam memberi sedekah kepada
orangorang yang mu'allafah quluubuhum (yang dilunakkan hati mereka karena
baru masuk Islam) padahal beliau tahu iman mereka tidak baik; beliau
melakukannya demi melunakkan hati mereka.
1
Artinya, mereka tetap diberi "KTP" Islam, dianggap sebagai orang Islam, disalami bila bertemu,
dan seterusnya. (Peni.)
2
Ahkaamul Qur'aan [1/12). Lihat pula Tafsir al-Qurthubi (1/198-199).
Fiqih Kehidupan atau Hukum-Hukum
ّ ,إياكم والكذب
فإن الكذب مجانب لإليمان
3
Hadits hasan, diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya.
posisi kepemimpinan, jiwa mereka terbakar dengan rasa dengki kepada Nabi saw.
dan para sahabat beliau.
--Ayat 11-13
"Dan bila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di
muka bumi'. Mereka menjawab: 'sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan'. Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. Apabila dikatakan kepada mereka:
'Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman'. Mereka
menjawab: Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah
beriman?' Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi
mereka tidak tahu”
Qiraa’at
{ }قيلdibaca:
1. dengan huruf awalnya dibaca kasrah secara murni dan huruf ya-nya dibaca
sukun. Ini adalah logat suku Quraisy, dan bacaan inilah yang dipakai kebanyakan
imam qira'at.
2. dengan huruf awalnya dibaca dhammah. Ini adalah logat suku Qais, ‘Aqil, dan
Bani Asad. Bacaan ini dipakai oleh al-Kisa'i dan Hisyam.
{}السفهاء أال
Jika dua hamzah dari dua kata bertemu, yang pertama berharakat dhammah dan
yang kedua berharakat fathah, cara membacanya ada beberapa macam:
1. mentahqiiq kedua hamzah. Ini adalah bacaan orang-orang Kufah dan Ibnu
Amir.
I’raab
( ) همadalah dhamiir fashl, tidak punya kedudukan dalam i'raab; atau ia adalah
ّ
taukiid bagi ha dan mim dalam ( ) إنهم,sedang المفسدونadalah khabar إن.
Balaghah
( ) إنما نحن مصلحونberfungsi untuk membatasi kata yang disifati dengan sifat itu
saia. Artinya, kami tidak lebih sekadar orang-orang yang meng adakan perbaikan.
( دونAA) أال إنهم هم المفسsusunan ini memvariasikan ta'kiid. Kalir.nat ini dita'kifd
dengan empat macam ta'kiid, yaitu: alaa, inna, dhamiir fashl (hum), dan al-
mufsiduun
Mufradat Lughowiyah
Memutar-balikkan fakta dan memoles kenyataan adalah ciri para pengecut dan
orang-orang yang lemah. Adapun orang-orang kuat, yaitu orang-orang beriman
yang mempergunakan sarana-sarana pengetahuan yang sehat untuk mencapai
hakikat segala hal, merekalah yang kekal. Merekalah yang benar-benar mencintai
umat manusia. Maka dari itu mereka menyeru umat manusia ini agar memperbaiki
perilaku, meluruskan akhlak, teguh di atas prinsip yang benar yang ditunjuk oleh
akal dan dituntut oleh fitrah serta dikuatkan oleh bukti-bukti indrawi dan historis.
Ayat ( ) و من الناس من يقول ءامناini menunjukkan bahwa iman bukanlah pernyataan
di bibir yang tidak dibarengi dengan keyakinan, sebab Allah Ta'ala telah memberi
tahu tentang pengakuan mereka bahwa mereka beriman, dan Dia menafikan
sebutan iman bagi mereka dengan firman-Nya ( A) و ما هم بمؤمنين.4
--Ayat 14-16
Qiraa’at
( ) خلوا إلىdibaca:
1. Dengan huruf waw dibaca sukun dan huruf hamzah dibaca seperti biasa. Ini
adalah bacaan jumhur.
2. Dengan menukar huruf hamzah dengan huruf waw dan menghapus waw5. Ini
adalah bacaan Warsy.
I’raab
Balaghah
( ) هللا يستهزئAllah menyebut balasan atas olok-olok sebagai olok-olok pula, dan
cara demikian adalah majaaz atau musyaakalah, yaitu dua kalimat memakai lafal
yang sama tetapi maknanya berbeda, atau ia adalah membandingkan kalimat
dengan kalimat yang serupa tetapi memiliki makna yang tak sama. Contohnya,
firman Allah Ta'ala:
4
Ahkaamul Qur’an karangan Al-Jashshash (1/25)
5
Tampaknya yang benar seharusnya "menghapus hamzah", sehingga bacaan Warsy begini:
khalawilaa. (Peni.)
"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa." (asy-Syuuraa: 40)
"Kejahatan" yang kedua sesungguhnya bukan keiahatan, tetapi karena kata ini
dipakai untuk membandingkan kejahatan maka dipakailah nama "kejahatan"
tersebut untuknya. Misalnya lagi firman-Nya,
"Oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka seranglah ia, seimbang
dengan serangannya terhadapmu." (al-Baqarah: 194)
"Dan jika kamu memberikan balasan, maka balaslah dengan balasan yang sama dengan
siksaan yang ditimpakan kepadamu." (an-Nahl: 126)
Yang pertama sebetulnya bukan balasan. Ia disebut begitu sekadar untuk memakai
lafal yang sejenis yang cocok dengannya. Contoh yang lain adalah perkataan
orang Arab: al-jazaa'u bil jazaa'i (balasan setimpal dengan pelanggaran), padahal
yang pertama sebenarnya bukan jazaa' (balasan).
( دىAAاللة بالهAAتروا الضAA ) اشini adalah isti'aarah tashriihiyyah. Allah memakai lafal
syiraa' (membeli) untuk menyatakan tentang penukaran kesesatan dengan
kebenaran dan penukaran kekafiran dengan iman, sehingga transaksi mereka rugi.
Kemudian Dia memperielas hal ini dengan firman-Nya, ( ) فما ربحت تجارتهم, dan
usluub demikian disebut at-tarsyiih, yaitu menyebutkan sesuatu yang sepadan
dengan musyabbah bihi.
Mufradat Lughowiyah
( ) خلوا إلى شياطينهمmereka pergi ke setan-setan mereka atau berada di tempat sepi
bersama mereka. "Setan-setan" mereka adalah rekan-rekan mereka yang sama-
sama kafir, para pemimpin dan petinggi mereka. ( ) مستهزؤنarti istihzaa' adalah
meremehkan dan menghina. Ini adalah perbuatan orang-orang Yahudi.
( تهزؤ يهمAAA ) هللا يسartinya, Allah akan membalas olok-olok mereka dengan
menangguhkan mereka lalu menimpakan hukuman kepada mereka. Di sini
dipakai metode musyaakalah (lafalnya sama tetapi maknanya berbeda) agar
kalimatnya selaras sehingga lebih ringan untuk diucapkan daripada memakai lafal
yang berbeda. ( دهمAA ) يمmenambah atau membiarkan mereka. ( انهمAA ) طغيsikap
mereka yang melampaui batas dan berlebih-lebihan dalam kekafiran. ( ) يعمهون
bingung atau buta terhadap kebenaran; ia berasal dari kata ( ) العمهyang artinya
kesesatan basirah (mata hati).
Sebab Turunnya Ayat 14
Para ahli tafsir menyebutkan riwayat bahwa ayat ini turun sehubungan dengan
Abdullah bin Ubaiy dan rekan-rekannya yang munafik tatkala dia memuji-muji
Abu Bakar, Umar, dan Ali setelah dia berkata tentang mereka kepada kawan-
kawannya, "Lihatlah bagaimana aku akan mengusir orang-orang tolol ini dari
kalian!" Maka turunlah ayat ini. Namun asSuyuthi berkata: Sanad ini sangat
lemah.
Pada masa kenabian, ini adalah salah satu di antara sekian kejadian yang
melibatkan kaum munafik dan kaum Yahudi, yang mana mereka seperti setan,
bahkan lebih buruk. Kejadian ini tidak dapat dibanggakan, sebab kebenaran akan
terungkap tak lama lagi dan fakta akan terlihat jelas. Setiap orang yang berdusta
berpengetahuan minim dan berpandangan pendek, tidak memandang masa depan.
Apabila mereka telah berada di tempat sepi dengan rekan-rekannya dan para
pemimpinnya, mereka saling mendukung dan berkata satu sama lain, "Kami sama
dengan kalian." Tetapi bila bertemu orang-orang beriman, mereka menyatakan
keimanan mereka. Allah telah mengungkap keadaan mereka, tidak peduli dengan
mereka, dan Dia akan memberi mereka balasan yang seberat-beratnya serta
membuat mereka tambah bingung dan sesat dalam segala urusan mereka.
Balasan dan hukuman menimpa setiap orang yang menukar kekafiran dengan
iman, menukar kesesatan, kebatilan, kegelapan, dan kebengkokan dengan
hidayah, Al-Qur'an, cahaya, dan manhaj yang lurus, sebab mereka menyia-
nyiakan modal, yaitu fitrah bersih yang mereka miliki dan kesiapan akal untuk
memahami berbagai hakikat. Sudah dimaklumi bahwa manusia mencap pedagang
yang rugi, yang menyia-nyiakan seluruh modalnya dan tidak menebus kerugian
yang dialaminya itu dalam transaksi lain, bahwa ia dungu, tolol. Demikian pula
halnya orang munafik. Selain itu, yang jadi patokan dalam undang-undang Al-
Qur'an dalam menetapkan benarnya keislaman seseorang adalah ketulusan hati,
bukan semata-mata pernyataan di bibir.
6
Tafsirar-Raazi (2/62-68).
"Kami sekali-kali tidak akan disentuh oleh api neraka, kecuali selama beberapa hari
saja." (al-Baqarah: 80)
Atau berkata,
"Kami ini adalah anak-anak Allah dan kekasih-kekasih-Nya." (al-Maa' idah: 18)