Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL NIFAQ, PENYAKIT HATI YANG MERUSAK

Kata 'nifaq' atau 'munafiq' banyak disebutkan dalam Alquran. Pakar Alquran Indonesia yang juga mantan
rektor Institut Ilmu Alquran (IIQ) Jakarta, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad, mengatakan dalam Alquran
kata //nifaq// ada yang berbentuk mufrad (tunggal) dan jamak (banyak).

Bahkan, ada satu surah khusus di dalam Alqur'an yang dinamai dengan surah al-Munafiqun. Menurut
Ustaz Ahsin, surah ini menyinggung soal orang-orang munafik di Madinah yang tidak senang dengan
kehadiran Nabi Muhammad SAW. Sementara itu, beberapa surah lain Alquran yang banyak memuat
kata nifaq adalah al-Anfal, an-Nur, at-Taubah, dan al-Baqarah.

A. Definisi Nifaq

Nifaq (ُ‫ )اَلنِّفَاق‬berasal dari kata ً‫نِفَاقا ً و ُمنَافَقَة‬-ُ‫يُنَافِق‬-َ‫ نَافَق‬yang diambil dari kata ‫( النَّافِقَا ُء‬naafiqaa’). Nifaq secara
bahasa (etimologi) berarti salah satu lubang tempat keluarnya yarbu’ (hewan sejenis tikus) dari
sarangnya, di mana jika ia dicari dari lobang yang satu, maka ia akan keluar dari lobang yang lain.
Dikatakan pula, ia berasal dari kata ‫ق‬ ُ َ‫( النَّف‬nafaq) yaitu lobang tempat bersembunyi.[2]

Nifaq menurut syara’ (terminologi) berarti menampakkan keislaman dan kebaikan tetapi
menyembunyikan kekufuran dan kejahatan. Dinamakan demikian karena dia masuk pada syari’at dari
satu pintu dan keluar dari pintu yang lain. Karena itu Allah memperingatkan dengan firman-Nya:

َ‫ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ هُ ُم ْالفَا ِسقُون‬


“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu mereka adalah orang-orang yang fasiq.” [At-Taubah: 67]

Yaitu mereka adalah orang-orang yang keluar dari syari’at. Menurut al-Hafizh Ibnu Katsir mereka adalah
orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan kesesatan. [3]

NIFAQ MENURUT ULAMA


Menurut Ibnu Rajab nifak secara bahasa bersinonim dengan kata mencela, berbuat makar
dan menampakkan kebaikan serta menyembunyikan kejahatan. Orang yang melakukan
perbuatan nifak disebut dengan munafik.
 Menurut Ibnu Katsir munafik adalah orang yang keluar dari jalan kebenaran masuk ke jalan
kesesatan.

Allah menjadikan orang-orang munafiq lebih jelek dari orang-orang kafir. Allah berfirman:

ِ َّ‫ك اَأْل ْسفَ ِل ِمنَ الن‬


ِ َ‫ار َولَن ت َِج َد لَهُ ْم ن‬
‫صيرًا‬ ِ ْ‫ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ فِي الدَّر‬
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari Neraka.
Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.” [An-Nisaa’: 145]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

‫ِإ َّن ْال ُمنَافِقِينَ يُخَا ِد ُعونَ هَّللا َ َوهُ َو خَا ِد ُعهُ ْم‬

“Sesungguhnya orang-orang munafiq itu menipu Allah dan Allah akan membalas tipuan mereka…” [An-
Nisaa’: 142]

Lihat juga Al-Qur-an surat al-Baqarah ayat 9-10.

Perbedaan Nifaq dan Munafik


Nifaq adalah nama suatu perbuatan, sedangkan munafik adalah orang yang melakukan perbuatan
nifaq.

Allah memperingatkan dengan firman-Nya:

َ‫ِإنَّ ْال ُم َنافِقِينَ ُه ُم ْال َفاسِ قُون‬

Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik. (QS. Al-Taubah (9): 67)

Perbuatan munafik sangat dibenci oleh Allah Swt dan rasul-Nya. Oleh karena itu orang munafik
dijanjikan oleh Allah Swt mendapat balasan yang berat karena mereka melakukan perbuatan tidak
islami, menebarkan kebencian dan kebatilan serta mengabaikan kebenaran. Orang munafik hanya
berpikir demi kepentingan dan keinginan mereka tanpa memperhatikan kebenaran dan prinsip-
prinsip yang luhur. Mereka telah menjual kejujuran dengan kesesatan dan makar.

Sejarah Awal Orang Munafik di Masa Nabi Muhammad SAW

Nifaq atau kemunafikan merupakan satu dari empat jenis kekufuran sebagaimana
dijelaskan oleh Imam Al-Baghowi dalam tafsirnya Ma’alimut Tanzil ketika menafsirkan Surat
Al-Baqarah ayat 6. Selain kufur nifaq, ia juga menyebutkan tiga jenis kufur lainnya, yaitu
kufur ingkar, kufur juhud, dan kufur inad.

Kufur nifaq adalah kekafiran orang yang mengikrarkan Islam secara lisan, tetapi batinnya
tidak mengakuinya. Mereka yang masuk dalam kategori kufur ini adalah sebagian Aus,
Khazraj, dan sebagian besar Yahudi Madinah seperti keterangan Al-Baqarah ayat 8 dan
seterusnya.

Karena masuk ke dalam kategori kufur atau kafir, orang munafik terancam kekal dalam
siksa di akhirat sabagai konsekuensi kekufuran. “Orang yang mati dalam keadaan salah
satu dari empat jenis kafir ini tidak akan diampuni.” (Al-Baghowi).

Awal Mula Orang Munafik

Ibnu Katsir dalam Tafsirul Qur’anil Azhim bercerita bahwa belasan ayat di awal Surat Al-
Baqarah turun mengenai sifat orang munafik pada surat-surat Al-Qur’an periode Madinah.
Sedangkan pada periode Makkah, tidak ada orang munafik. Justru sebaliknya, sebagian
orang beriman menyatakan kekufuran karena terpaksa. Meski demikian, mereka beriman
di dalam batin.
Ketika Rasulullah hijrah ke Madinah, di sana terdapat kelompok Ansor yang terdiri atas
suku Aus dan Khazraj yang di masa jahiliyahnya juga menyembah berhala sebagaimana
musyrikin Makkah; dan Yahudi Ahli Kitab yang mengikuti jalan salaf pemuka agama
mereka yang terdiri atas tiga qabilah, yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, dan Bani Quraizhah.
Dari sinilah sejarah kemunafikan bermula.

Ketika Rasulullah tiba di Madinah, banyak dari suku Aus dan Khazraj memeluk Islam.
Sementara sedikit dari kalangan Yahudi memeluk Islam, yaitu Abdullah bin Salam. Ketika
itu belum ada kemunafikan karena umat Islam belum memiliki kuasa yang perlu ditakuti.
Rasulullah SAW bahkan berdamai dengan Yahudi dan banyak kabilah yang berisi
perkampungan orang Arab di sekitar Madinah.

Ketika perang Badar besar terjadi yang menghadapkan umat Islam Madinah dan Musyrikin
Makkah, Allah berpihak kepada umat Islam. Kemenangan berada di tangan orang beriman
Madinah.

Abdullah bin Ubay bin Salul berkata, “Situasi ini sudah mengarah (pada kemenangan
Muhammad).” Bin Salul adalah tokoh masyarakat Madinah yang disegani asal suku Aus. Ia
pemimpin dua suku di era jahiliyah dan hampir diangkat sebagai raja oleh masyarakat
Madinah. Tetapi situasi berubah ketika Nabi Muhammad dan sahabatnya berhijrah dari
Makkah ke Madinah. Penduduk setempat memeluk Islam dan mengabaikan Abdullah bin
Ubay sehingga tinggallah ia dan keluarganya sendiri.

Ketika perang Badar itulah, Abdullah bin Ubay menyatakan keislaman secara munafik yang
kemudian diikuti oleh sejumlah kabilah Arab dan sebagian besar kelompok Yahudi dengan
keislaman cara Abdullah bin Ubay. Dari sini awal terjadi kemunafikan oleh bangsa Arab di
tengah masyarakat Madinah dan sekitarnya.

Adapun kelompok muhajirin (imigran asal Kota Makkah) tidak ada seorang pun yang
mengikuti jalan kemunafikan seperti kelompok Abdullah bin Ubay bin Salul karena tiada
satu pun dari mereka yang berhijrah karena terpaksa. Mereka berhijrah, meninggalkan
harta, anak, dan tanah mereka karena mengharap ridha Allah.

Allah mengingatkan sifat-sifat orang munafik agar orang beriman tidak terpedaya oleh
sikap lahiriyah dan pernyataan keimanan mereka sehingga orang beriman tidak terjatuh
dalam mafsadat karena tidak waspada.

Orang munafik hakikatnya adalah orang kafir. Kekufuran jenis nifaq ini patut diwaspadai
betul di mana orang-orang jahat itu dianggap sebagai orang baik. Mereka melafalkan
kalimat keimanan seolah tidak memiliki kepentingan lain di balik itu. Padahal mereka
melafalkan kalimat tersebut hanya saat menemui Nabi Muhammad SAW sebagaimana
Surat Al-Munafiqun ayat 1. Oleh karena itu, mereka memperkuat kesaksian mereka
dengan partikel “lam” sesuai kaidah penguat kalimat informatif pada “nasyhadu innaka
‘la’rasulullāh.”

Orang munafik adalah kelompok yang terombang-ambing dan memiliki sikap mendua atas
konflik kubu orang beriman Madinah dan kubu orang kafir Makkah karena cinta mereka
pada dunia dan kekufuran terhadap akhirat. Mereka menanti dalam kekhawatiran atas
nasib mereka mana kubu yang akhirnya menang dalam konflik tersebut. (Ibnu Katsir,
Tafsirul Qur’anil Azhim).  

Diskusi para ulama berkembang perihal orang munafik. Mereka membahas kedudukan
kelompok zindik dalam kaitannya dengan sifat-sifat orang munafik dalam Al-Qur’an.
Wallahu a’lam. (Alhafiz Kurniawan)
B. Jenis Nifaq

Nifaq ada dua jenis: Nifaq I’tiqadi dan Nifaq ‘Amali.

Nifaq I’tiqadi (Keyakinan)

Yaitu nifaq besar, di mana pelakunya menampakkan keislaman, tetapi menyembunyikan kekufuran.
Jenis nifaq ini menjadikan pelakunya keluar dari agama dan dia berada di dalam kerak Neraka. Allah
menyifati para pelaku nifaq ini dengan berbagai kejahatan, seperti kekufuran, ketiadaan iman,
mengolok-olok dan mencaci agama dan pemeluknya serta kecenderungan kepada musuh-musuh untuk
bergabung dengan mereka dalam memusuhi Islam. Orang-orang munafiq jenis ini senantiasa ada pada
setiap zaman. Lebih-lebih ketika tampak kekuatan Islam dan mereka tidak mampu membendungnya
secara lahiriyah. Dalam keadaan seperti itu, mereka masuk ke dalam agama Islam untuk melakukan tipu
daya terhadap agama dan pemeluknya secara sembunyi-sembunyi, juga agar mereka bisa hidup
bersama ummat Islam dan merasa tenang dalam hal jiwa dan harta benda mereka. Karena itu, seorang
munafiq menampakkan keimanannya kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya dan Hari
Akhir, tetapi dalam batinnya mereka berlepas diri dari semua itu dan mendustakannya. Nifaq jenis ini
ada empat macam, yaitu:

Pertama : Mendustakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau mendustakan sebagian dari apa
yang beliau bawa.

Kedua : Membenci Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam atau membenci sebagian apa yang beliau
bawa.

Ketiga : Merasa gembira dengan kemunduran agama Islam.

Keempat : Tidak senang dengan kemenangan Islam.

Nifaq ‘Amali (Perbuatan).

Yaitu melakukan sesuatu yang merupakan perbuatan orang-orang munafiq, tetapi masih tetap ada iman
di dalam hati. Nifaq jenis ini tidak mengeluarkannya dari agama, tetapi merupakan wasilah (perantara)
kepada yang demikian. Pelakunya berada dalam iman dan nifaq. Lalu jika perbuatan nifaqnya banyak,
maka akan bisa menjadi sebab terjerumusnya dia ke dalam nifaq sesungguhnya, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

،‫ب‬ َ ‫ث َك َذ‬ ِ َ‫َت فِ ْي ِه خَصْ لَةٌ ِمنَ النِّف‬


َ ‫ َوِإ َذا َح َّد‬، َ‫ ِإ َذا اْؤ تُ ِمنَ َخان‬،‫اق َحتَّى يَ َد َعهَا‬ ْ ‫ َو َم ْن كَان‬،‫َأرْ بَ ٌع َم ْن ُك َّن فِ ْي ِه َكانَ ُمنَافِقا ً خَالِصًا‬
ْ ‫َت فِ ْي ِه خَصْ لَةٌ ِم ْنه َُّن كَان‬
‫ص َم فَ َج َر‬َ ‫ َوِإ َذا خَا‬،‫وِإ َذا عَاهَ َد َغ َد َر‬. َ

“Ada empat hal yang jika terdapat pada diri seseorang, maka ia menjadi seorang munafiq sejati, dan jika
terdapat padanya salah satu dari sifat tersebut, maka ia memiliki satu karakter kemunafikan hingga ia
meninggalkannya: 1) jika dipercaya ia berkhianat, 2) jika berbicara ia berdusta, 3) jika berjanji ia
memungkiri, dan 4) jika bertengkar ia melewati batas.” [4]

Terkadang pada diri seorang hamba terkumpul kebiasaan-kebiasaan baik dan kebiasaan-kebiasaan
buruk, perbuatan iman dan perbuatan kufur dan nifaq. Karena itu, ia mendapatkan pahala dan siksa
sesuai konsekuensi dari apa yang ia lakukan, seperti malas dalam melakukan shalat berjama’ah di
masjid. Ini adalah di antara sifat orang-orang munafik. Sifat nifaq adalah sesuatu yang buruk dan sangat
berbahaya, sehingga para Sahabat Radhiyallahu anhum begitu sangat takutnya kalau-kalau dirinya
terjerumus ke dalam nifaq. Ibnu Abi Mulaikah rahimahullah berkata: “Aku bertemu dengan 30 Sahabat
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka semua takut kalau-kalau ada nifaq dalam dirinya.” [5]

C. Perbedaan antara Nifaq Besar dengan Nifaq Kecil

1. Nifaq besar mengeluarkan pelakunya dari agama, sedangkan nifaq kecil tidak mengeluarkannya dari
agama.

2. Nifaq besar adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal keyakinan, sedangkan nifaq
kecil adalah berbedanya yang lahir dengan yang batin dalam hal perbuatan bukan dalam hal keyakinan.

3. Nifaq besar tidak terjadi dari seorang Mukmin, sedangkan nifaq kecil bisa terjadi dari seorang
Mukmin.

4. Pada umumnya, pelaku nifaq besar tidak bertaubat, seandainya pun bertaubat, maka ada perbedaan
pendapat tentang diterimanya taubatnya di hadapan hakim. Lain halnya dengan nifaq kecil, pelakunya
terkadang bertaubat kepada Allah, sehingga Allah menerima taubatnya. [6]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ‫ص ٌّم بُ ْك ٌم ُع ْم ٌي فَهُ ْم اَل يَرْ ِجعُون‬


ُ

“Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” [Al-Baqarah: 18]

Juga firman-Nya:

َ‫َام َّم َّرةً َأوْ َم َّرتَ ْي ِن ثُ َّم اَل يَتُوبُونَ َواَل هُ ْم يَ َّذ َّكرُون‬
ٍ ‫َأ َواَل يَرَوْ نَ َأنَّهُ ْم يُ ْفتَنُونَ فِي ُك ِّل ع‬
“Dan tidakkah mereka (orang-orang munafik) memperhatikan bahwa mereka diuji sekali atau dua kali
setiap tahun, kemudian mereka tidak (juga) bertaubat dan tidak (pula) mengambil pe-lajaran?” [At-
Taubah: 126]

Bahaya Orang Munafik Menurut al-Qur’an


Allah Swt telah mengingatkan kita mengenai perihal orang munafik dan memerintahkan agar kita
menjauhi dan waspada terhadap perbuatan mereka. Allah Swt berfirman:
‫ين‬
ٍ ‫ف م َِّه‬ ٍ ‫َواَل ُتطِ عْ ُك َّل حَ اَّل‬
ٍ ِ ‫َّاز َّم َّشا‬
‫ِيم‬
‫م‬ َ
‫ن‬ ‫ب‬ ‫ء‬
ٍ ٍ ‫َهم‬

Dan janganlah kamu ikuti setiap orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela,
yang kian ke mari menghambur fitnah” (QS. Al-Qalam(68):10-11)
Pengkhiatan yang dilakukan oleh orang-orang munafik sangat membahayakan.

Allah Swt mengingatkan hal tersebut dan berfirman:

ِ ‫م ِإاَّل َخبَااًل َوَأَل ْوضَ عُوا‬cْ ‫لَ ْو َخرَ جُوا فِي ُكم مَّا َزادُو ُك‬
َّ ‫خاَل لَ ُك ْم َي ْب ُغو َن ُك ُم ْالفِ ْت َن َة َوفِي ُك ْم سَ مَّاعُونَ لَ ُه ْم ۗ َوهَّللا ُ عَ لِي ٌم ِب‬
َ‫الظالِمِين‬

“Jika mereka berangkat bersamasama kamu, niscaya mereka tidak menambah kamu selain dari
kerusakan belaka, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk
Mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orangorang yang Amat suka
mendengarkan Perkataan mereka. dan Allah mengetahui orang-orang yang zalim”(QS. at-
Taubah(9):47)

Dalam hal ini seorang muslim harus melakukan antisipasi agar sifat nifak ini tidak muncul,
mengungkap, tanggap mencari informasi dan memastikannnya agar tidak terperosok ke dalam
permainan mereka. Allah Swt berfirman:

َ‫يَا َأ ُّيهَا الَّذِينَ آ َم ُنوا ِإن جَ ا َء ُك ْم َفاسِ ٌق ِب َن َبٍإ َف َت َب َّي ُنوا َأن ُتصِ يبُوا َق ْومًا ِبجَ هَالَ ٍة َف ُتصْ ِبحُوا عَ لَ ٰى مَا َفعَ ْل ُت ْم َنا ِدمِين‬

“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita, Maka
periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa
mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.(QS. Al-Hujurat
(49):6)

5 Tanda-tanda Pelaku Nifak


Pelaku nifak disebut dengan munafik. Ciri-ciri orang munafik sebagaimana yang dijelaskan dalam
hadis Nabi Muhammad Saw yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim adalah sebagai berkut :
1. Bila Berbicara, Ia berdusta
Berdusta adalah berkata dengan tidak benar atau berbohong. Dalam ajaran Islam, perbuatan dusta
atau berbohong sangat dicela. Di dalam Musnad Ahmad Rasulullah Saw bersabda:

 “Sungguh besar pengkhianatanmu jika engkau mengatakan kepada saudaramu kejujuran


sedangkan engkau berdusta kepadanya”(HR. Ahmad)
Orang yang berdusta juga dianalogikan sebagai orang yang berpaling dari ayat-ayat Allah.

َ‫ت هَّللا ِ ۖ َوُأو ٰلَِئكَ ُه ُم ْال َكا ِذبُون‬


ِ ‫ِإ َّنمَا َي ْف َت ِري ْال َكذِبَ الَّذِينَ اَل يُْؤ ِم ُنونَ ِبآيَا‬

Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman


kepada ayatayat Allah, dan mereka Itulah orang-orang pendusta.(QS. Al-Nahl (16) : 105)

2. Bila Berjanji, Ia Tidak Menepati


Janji adalah ucapan yang menyatakan kesediaan atau kesanggupan untuk berbuat, melakukan
sesuatu tetapi tidak ditepati. Mengingkari janji berarti tidak menepati kesediaan atau kesanggupan
yang telah dibuat. Janji terbagi menjadi dua macam:
• Pertama, seseorang berjanji tetapi ia meniatkan untuk tidak menepati janji tersebut. Ini merupakan
akhlak yang paling buruk. Allah Swt berfirman:

َ‫ َو َق ْد جَ عَ ْل ُت ُم هَّللا َ عَ لَ ْي ُك ْم َكفِياًل ۚ ِإنَّ هَّللا َ َيعْ لَ ُم مَا َت ْفعَ لُون‬c‫َوَأ ْوفُوا ِبعَ ْه ِد هَّللا ِ ِإ َذا عَ اهَد ُّت ْم َواَل َتنقُضُوا اَأْل ْيمَانَ َبعْ دَ َت ْوكِي ِد َها‬

“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat.”(QS. Al-Nahl (16):91)

• Kedua, jika seseorang berjanji kepada saudaranya dan ia sudah meniatkan akan menepati
janjinya tetapi karena suatu hal ia tidak bisa menepatinya dan ia belum sempat memohon maaf atas
pengingkarannya tersebut. Pengingkaran janji seperti ini tidak menjadi masalah karena hal tersebut
terjadi tanpa unsur kesengajaan, Dalam hal ini Rasulullah Saw bersabda:

 Dari hadits Zaid bin Arqam, dari nabi SAW, beliau bersabda, “Bila seorang laki-laki berjanji
dan berniat menepatinya namun tidak dapat menepatinya, maka tidak apa-apa baginya (ia
tidak berdosa).”(HR. Abu Daud dan al-Turmudzi)

3. Bila Bertengkar, Ia Berbuat Dosa


Perbuatan dosa yang dilakukan dengan memutarbalikkan fakta di mana ia menjadikan yang benar
menjadi salah dan yang salah menjadi benar dan hal ini terjadi karena semata-mata timbul karena
sifat dusta yang tertanam di dalam hati.
Rasulullah Saw bersabda dari Abdullah:

“Waspadalah terhadap sikap dusta, karena sesungguhnya ia akan menggiring seseorang untuk
berbuat dosa dan perbuatan dosa akan menyebabkan seseorang masuk ke dalam neraka”(HR.
Ahmad)

Dalam hadits lain Rasulullah Saw bersabda dari Yahya bin Rasyid :

“Barang siapa yang memperdebatkan sesuatu yang bathil sedangkan ia mengetahuinya, niscaya ia
akan terus berada di dalam murka Allah swt hingga ia menghentikan perbuatannya itu”(HR. Abu
Daud)

4. Bila Mengikat Perjanjian, Ia Mengingkari


Allah Swt memerintahkan umat Islam agar melaksanakan amanah. Allah Swt berfirman:

‫ش َّدهُ ۚ َوَأ ْوفُوا ِب ْالعَ ْه ِد ۖ ِإنَّ ْالعَ هْدَ َكانَ َمسْ ُئواًل‬
ُ ‫َواَل َت ْقرَ بُوا مَا َل ْال َيت ِِيم ِإاَّل ِبالَّتِي هِيَ َأحْ سَ نُ حَ َّت ٰى َي ْبلُغَ َأ‬

“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat)
sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan
jawabnya”(QS. Al-Isra (17):34)

Di dalam ayat lain Allah Swt berfirman:


َ‫ َو َق ْد جَ عَ ْل ُت ُم هَّللا َ عَ لَ ْي ُك ْم َكفِياًل ۚ ِإنَّ هَّللا َ َيعْ لَ ُم مَا َت ْفعَ لُون‬c‫َوَأ ْوفُوا ِبعَ ْه ِد هَّللا ِ ِإ َذا عَ اهَد ُّت ْم َواَل َتنقُضُوا اَأْل ْيمَانَ َبعْ دَ َت ْوكِي ِد َها‬

“Dan tepatilah Perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan
sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai
saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu
perbuat”.(QS. Al-Nahl (16):91)

Pengingkaran terhadap perjanjian haram hukumnya, baik antara pihak muslim dengan muslim atau
antara pihak muslim dengan golongan kafir(mu’ahadah). Perjanjian antara kaum muslimin wajib
ditunaikan dan membatalkannya mendapatkan dosa yang besar. Perjanjian-perjanjian yang wajib
ditunaikan seperti jual beli, pernikahan dan lain-lain.

5. Bila Diberi Amanah, Ia Khianat


Khianat adalah mengingkari tanggung jawab, berbuat tidak setia atau melanggar amanah yang
sudah dibuat. Secara umum, khianat artinya mengingkari tanggung jawab yang telah dipercayakan,
baik daang dari Allah maupun dari orang lain. Apabila seseorang diberi amanah, maka ia wajib
melaksanakannya. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

ِ ‫ِإنَّ هَّللا َ َيْأ ُم ُر ُك ْم َأن ُتَؤ دُّوا اَأْلمَا َنا‬


....‫ت ِإلَ ٰى َأهْ لِهَا‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya…”
(QS. Al-Nisa (4):58)

Khianat terhadap amanah merupakan salah satu sifat munafik sebagaimana firman Allah SWT:

َّ ‫َو ِم ْنهُم مَّنْ عَ اهَدَ هَّللا َ لَِئنْ آ َتا َنا مِن َفضْ لِ ِه لَ َن‬
َ‫ص َّد َقنَّ َولَ َن ُكو َننَّ مِنَ الصَّالِحِين‬
َ‫خلُوا ِب ِه َو َت َولَّوا َّوهُم مُّعْ ِرضُون‬ ِ ‫َفلَمَّا آ َتاهُم مِّن َفضْ لِ ِه َب‬
َ‫وب ِه ْم ِإلَ ٰى ي َْو ِم ي َْل َق ْو َن ُه ِبمَا َأ ْخلَفُوا هَّللا َ مَا َوعَ دُوهُ َو ِبمَا َكا ُنوا ي َْك ِذبُون‬
ِ ُ‫َفَأعْ َق َب ُه ْم ِن َفا ًقا فِي قُل‬

“Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah
memberikan sebahagian karuniaNya kepada Kami, pastilah Kami akan bersedekah dan pastilah
Kami Termasuk orang-orang yang shalih. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka
sebahagian dari karuniaNya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka
memanglah orangorang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan
kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah
memungkiri terhadap Allah apa yang telah mereka ikrarkan kepadaNya dan juga karena mereka
selalu berdusta”. (QS. Al-Taubah (9) : 75-77)

DAMPAK BURUK DAN BAHAYA NIFAK

Oleh

Syaikh Sa’id bin Ali bin Wahaf al-Qahthani[1]

Penyakit nifak menimbulkan beberapa pengaruh buruk yang sangat berbahaya dan membinasakan.
Diantaranya adalah:
Nifak akbar menyebabkan rasa takut dalam hati. Allah Azza wa Jalla berfirman:

َ ‫يَحْ َذ ُر ْال ُمنَافِقُونَ َأ ْن تُنَ َّز َل َعلَ ْي ِه ْم س‬


َ‫ قُ ِل ا ْستَه ِْزُئوا ِإ َّن هَّللا َ ُم ْخ ِر ٌج َما تَحْ َذرُون‬ ۚ ‫ُورةٌ تُنَبُِّئهُ ْم بِ َما فِي قُلُوبِ ِه ْم‬

Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan
apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu
(terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu. [At-
Taubah/9:64]

Nifak akbar mendatangkan laknat Allâh Azza wa Jalla.

َ َّ‫ت َو ْال ُكف‬


‫ َولَهُ ْم َع َذابٌ ُمقِي ٌم‬ ۖ ُ ‫ َولَ َعنَهُ ُم هَّللا‬ ۚ ‫ ِه َي َح ْسبُهُ ْم‬ ۚ ‫ار نَا َر َجهَنَّ َم خَالِ ِدينَ فِيهَا‬ ِ ‫َو َع َد هَّللا ُ ْال ُمنَافِقِينَ َو ْال ُمنَافِقَا‬
Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka
Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka,
dan bagi mereka azab yang kekal [At-taubah/9:68]

Nifak akbar (besar) menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Karena ia merahasiakan kekufuran
namun menampakkan kebaikan, bahkan nifak ini lebih parah daripada kekufuran yang terang-terangan.

Nifak akbar tidak diampuni Allâh Azza wa Jalla bila pelakunya mati dalam keadaan tersebut. Karena ia
lebih parah dari kufur yang terang-terangan, yang Allah Azza wa Jalla sebutkan dalam firman-Nya.

‫ َو َكانَ ٰ َذلِكَ َعلَى هَّللا ِ يَ ِسيرًا‬ ۚ ‫ق َجهَنَّ َم خَالِ ِدينَ فِيهَا َأبَدًا‬
َ ‫﴾ ِإاَّل طَ ِري‬١٦٨﴿ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ َكفَرُوا َوظَلَ ُموا لَ ْم يَ ُك ِن هَّللا ُ لِيَ ْغفِ َر لَهُ ْم َواَل لِيَ ْه ِديَهُ ْم طَ ِريقًا‬
”Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan
mengampuni (dosa) mereka dan tidak (pula) akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke
neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. dan yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah [An-Nisa’/4:168-169]

Nifak akbar menyebabkan pelakunya masuk neraka dan diharamkan atasnya surga. Allah Azza wa Jalla
berfirman.

‫ِإ َّن هَّللا َ َجا ِم ُع ْال ُمنَافِقِينَ َو ْالكَافِ ِرينَ فِي َجهَنَّ َم َج ِميعًا‬

“Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam
Jahannam.” [An-Nisa’/4:140]

Nifak akbar membuat pelakunya kekal di neraka. Ia tidak akan keluar dari neraka selamanya.

Nifak akbar menyebabkan Allâh Azza wa Jalla melupakan sang pelaku.


Nifak akbar menggugurkan semua amal kebaikan yang dilakukan pelaku kemunafikan ini.

Allâh Azza wa Jalla memadamkan cahaya para pelaku nifak akbar pada hari kiamat.

Nifak akbar menyebabkan pelakunya terhalang dari do’a kaum Mukminin dan terhalang dari shalat
mereka saat ia mati.

Nifak akbar menyebabkan adzab di dunia dan akhirat.

Bila seseorang menampakkan nifak akbar, maka ia telah murtad dari Islam, sehingga menjadi halal darah
serta hartanya dan berlaku padanya hukum-hukum seorang murtad. Hanya saja, apakah taubatnya
diterima oleh hakim ataukah tidak, ini diperselisihkan secara lahiriyahnya. Sebab kaum munafik
senantiasa menampakkan Islam.[2]. Adapun bila seorang munafik menyembunyikan nifak dan
kekufurannya, maka darah dan hartanya tetap terjaga dikarenakan iman yang ia tampakkan. Dan Allâh
lah yang menangani perkara-perkara yang ada dalam hati seseorang.[3]

Nifak akbar, bila seseorang menampakkan kekufurannya, maka ini mengharuskan adanya permusuhan
antara pelakunya dengan kaum Mukminin. Maka kaum Mukminin tidak boleh memberikan loyalitas
kepadanya, meski ia orang terdekatnya. Adapun bila ia tidak menampakkan kekufurannya, maka ia
diperlakukan sesuai keadaan lahiriyahnya. Dan Allâh yang menangani perkara hatinya.

Nifak ashghar (kecil) adalah nifak terkait amalan. Ia mengurangi dan melemahkan iman. Sehingga
pelakunya dalam bahaya, terancam dengan adzab Allâh Azza wa Jalla .

Nifak kecil, pelakunya berada dalam bahaya, karena dikhawatirkan bisa mengantarkannya menuju nifak
akbar.

Kita berlindung kepada Allâh dari murka-Nya, dan dari semua bentuk nifak, baik yang kecil maupun yang
besar. Dan kita memohon kepada Allâh Azza wa Jallaeselamatan dan ampunan di dunia dan akhirat.

Akibat Buruk Sifat Nifaq


Perbuatan nifaq adalah salah satu perilaku tercela, baik nifaq kecil maupun nifaq besar. Nifaq kecil
merupakan jembatan menuju nifaq yang besar. Demikian pula perbuatan-perbuatan maksiat
merupakan jembatan menuju kekufuran. perbuatan nifak akan mendatangkan keburukan baik bagi
pelaku nifak itu sendiri ataupun bagi orang lain.
1. Akibat Buruk Nifaq Bagi Diri Sendiri

 Hilangnya kepercayaan dari orang lain atas dirinya.


 Tidak disenangi dalam pergaulan hidup sehari-hari
 Mempersempit jalan untuk memperoleh Rizki
 Mendapat siksa yang berat di hari akhir
2. Akibat Buruk Nifaq Bagi Orang Lain

 Menimbulkan kekecewaan hati, merusak hubungan persahabatan dan dapat terjadi tindakan
anarkis.
 Membuka peluang munculnya fitnah
 Mencemarkan nama baik keluarga dan masyarakat.
Cara Agar Terhindar dari Sifat Munafik
“Empat sikap yang barangsiapa terdapat pada dirinya keempat sikap itu, maka dia
adalah seorang munafik tulen. Barangsiapa yang pada dirinya terdapat salah satu dari
sikap itu, maka pada dirinya terdapat salah satu sikap munafik, sampai dia
meninggalkannya. Yaitu, apabila dipercaya dia berkhianat, apabila berbicara dia
berdusta, apabila berjanji dia menipu, dan apabila bertengkar dia curang.” (Shahih
Bukhari)
Sobat, sungguh kemunafikan itu hampir sulit dikenali, karena orang yang terjangkit sifat
munafik biasanya berusaha meniru perbuatan orang orang beriman, ia turut shalat dan
berpuasa, namun sebenarnya hatinya lalai. “Dan apabila ia mengerjakan puasa dan
shalat, ia menyangka bahwa dirinya seorang muslim.” (HR Muslim)
Orang munafik biasanya menggunakan lisannya untuk berdusta, mengaku dirinya telah
beriman padahal tidak. Mencoba tampil manis di depan orang orang agar mereka
terkecoh dengan pencitraan. Padahal pada akhirnya Allah lah yang akan mengecoh kaum
munafik tersebut:

“Apabila mereka menjumpai orang orang mukmin, mereka berkata, ‘Kami telah
beriman.’ Namun jika mereka menyendiri beserta dedengkot dedengkotnya, mereka
berkata, ‘Sesungguhnya kami di pihak kalian. Hanya saja kami hendak mengolok olok
kaum mukmin.’ Allah akan mengolok olok mereka dan menelantarkan mereka dalam
kedurhakaan, sedangkan mereka dalam keadaan bimbang” (QS. Al Baqarah: 14 15).
Sobat, mengapa sobat perlu sekali menjauhi sifat munafik? Ya, tentu saja karena orang
munafik takkan memperoleh pertolongan Allah. Bahkan tempat tinggal orang munafik
adalah di dasar neraka: “Sesungguhnya orang orang munafik itu akan dicampakkan ke
dalam kerak neraka dan kamu tidak akan melihat mereka memperoleh penolong.” (QS.
An Nisaa: 145) Oleh sebab itu, berikut ini 14 Cara Agar Terhindar dari Sifat
Munafik yang bisa sobat lakukan untuk menjauhi sifat munafik dari diri sobat :
1. Shalat berjama’ah

Terutama untuk kaum laki laki, shalat berjamaahlah di masjid dengan tepat waktu
misalnya menjalankan keutamaan shalat subuh di masjid secara berjamaah! Hal ini akan
membebaskan sobat dari sifat nifak atau kemunafikan. “Siapa yang menunaikan shalat
berjama’ah selama 40 dengan memperoleh takbiratul ihram imam, maka ia akan
ditetapkan terbebas dari dua hal, yakni terbebas dari neraka dan terbebas dari
kenifakan.”(HR At Tirmidzi).

Bagaimana bisa shalat berjamaah menghindarkan sobat dari sifat kemunafikan? Tentu
saja karena tak mudah memastikan diri bisa selalu mendapat takbiratul ihram Imam,
yakni shalat berjamaah dengan tepat waktu. Orang munafik biasa melakukan amalan
kebaikan sekadar untuk dilihat manusia, pasti sulit baginya bersungguh sungguh shalat
tepat waktu.
2. Perbanyak bersedekah

“Sedekah merupakan bukti” (HR Muslim). Bukti di sini maksudnya adalah bukti akan
keimanan namun dengan uang halal ya sobat, hindari uang haram sebagaimana
pada hukum sedekah dengan uang haram. Orang munafik biasanya enggan bersedekah,
kecuali jika untuk mengangkat citra dirinya atau semata mata untuk pembentukan imej
baik dirinya. Maka, jika sobat ingin menjauhkan diri dari sifat munafik, perbanyaklah
bersedekah, baik sedekah yang nampak maupun yang sembunyi sembunyi.

3. Memperbanyak zikir

‘Dan mereka tidak berzikir kecuali sedikit.’ (QS: 3: 142)” Orang munafik hatinya lalai
dari mengingat Allah sebab terdapat keutamaan dzikir pagi dan petang. Oleh sebab itu
jika sobat mengharapkan terjauh dari sifat nifak, hendaknya memperbanyak berzikir
mengingat Allah, baik di tengah keramaian maupun di kala sendirian.

4. Membiasakan akhlak terpuji

“Ada dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang munafik: perilaku
luhur dan pemahaman dalam agama”(HR At Tirmidzi) Akhlak yang baik serta
pemahaman agama yang mendalam takkan bisa dimiliki oleh orang munafik. Maka
berlakulah dengan akhlak baik yang terpuji, itulah alasan pentingnya akhlak mulia
menurut islam!
5. Biasakan membantu orang lain

Contoh sederhana mungkin sering sobat baca dalam buku pelajaran tentang moral sesuai
dengan ayat Al Qur’an tentang membahagiakan orang lain, misalnya ketika melihat
orangtua yang akan menyebrang jalan, bantulah ia menyebrang. Ketika melihat ibu hamil
di kendaraan, berilah tempat duduk. Ketika melihat wanita kesulitan membawa barang
berat, bantulah membawakan! Sobat, meski tampak sederhana, namun akhlak baik yang
dikerjakan secara konsisten akan jauhkan sobat dari sifat kemunafikan.

6. Shalat di Awal Waktu

Bersegera melaksanakan shalat jika waktunya telah tiba dan berusaha mendapatkan
takbiratul ihram imam shalat jamaah di masjid. Hal ini mengingat hadits Anas bin
Malik radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang menunaikan shalat berjama’ah selama 40 dengan memperoleh takbiratul
ihram imam, maka ia akan ditetapkan terbebas dari dua hal, yakni terbebas dari neraka
dan terbebas dari kenifakan” (HR At Tirmidzi).
7. Banyak membaca ilmu agama
Berakhlak baik dan memperdalam agama. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ada dua sifat yang tidak akan pernah tergabung dalam hati orang
munafik: perilaku luhur dan pemahaman dalam agama” (HR At Tirmidzi).
8. Menjauhi sifat kikir

Bersedekah dan jangan kikir. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,


“Sedekah merupakan bukti” (HR Muslim). Bukti di sini maksudnya bukti akan
keimanan. Oleh karena itu, orang munafik tidak suka bersedekah karena tidak adanya
iman yang mendasarinya.
9. Shalat tahajud

Menghidupkan shalat malam. Adalah Qatadah pernah berkata, “Orang munafik itu
sedikit sekali shalat malam.” Hal tersebut karena orang munafik hanya akan semangat
beramal jika ada orang yang menyaksikannya. Jika tidak ada, maka motifasi untuk
beramal shalih pun tiada. Maka jika ada seorang hamba mendirikan shalat malam, maka
itu menjadi bukti bahwa dalam dirinya tidak ada sifat nifak dan menjadi bukti
keimanannya yang benar.
10. Jihad di jalan Allah

Jihad di jalan Allah, Imam Muslim menceritakan dari Abu Musa Al Asy’ari,
Rasulullah shallalahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang mati dalam keadaan
tidak pernah berperang dan tidak pernah terbetik dalam dirinya, maka ia mati di atas
cabang kemunafikan.” An Nawawi menjelaskan, “Maksudnya, siapa yang melakukan hal
ini, maka ia dianggap telah menyerupai orang orang munafik yang tidak melaksanakan
jihad.”
11. Banyak mengingat Allah

Memperbanyak zikir merupakan cara mengingat Allah, Ka’b menyatakan, “Orang yang
memperbanyak zikir, akan terlepas dari sifat nifak.” Sedangkan Ibnul Qayyim menulis,
“Sejatinya banyak zikir merupakan jalan aman dari kemunafikan. Sebab, orang orang
munafik sedikit berzikir. Allah berfirman tentang orang orang munafik, ‘Dan mereka
tidak berzikir kecuali sedikit.’ (QS: 3: 142)” Sebagian sobat pernah ditanya, “Apakah
sekte Khawarij itu munafik?” Maka dijawablah, “Tidak. Orang munafik itu sedikit
berzikir.”
12. Berdoa

 Doa Nabi Ibrahim ‘alaihis shalatu was sallam,

Jauhkanlah diriku dan anak keturunanku dari mennyembah berhala. Ya Allah, berhala
berhala itu telah menyesatkan banyak orang. (QS. Ibrahim: 35 – 36).

 Memohon hidayah dan taufiq


Hakekat memohon hidayah, berarti memohon untuk diberikan jalan istiqamah di atas
kebenaran dan dilindugi dari setiap kekufuran dan kemunafikan. Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam biasa membaca doa, Ya Allah, aku memohon kepada Mu hidayah, ketaqwaan,
terjaga kehormatan, dan kekayaan…(HR. Ahmad 3950 & Muslim 7079).

 Doa dari kekufuran dan kemunafikan

 “Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari kefakiran, kekufuran, kefasikan,


kedurhakaan, kemunafikan, sum’ah, dan riya’.” Doa ini diriwayatkan oleh al Hakim
(1944) dan dishahihkan al Albani. Perlindungan dari syirik, yang disadari maupun yang
tidak disadari , Ya Allah, aku berlindung kepada Mu, jangan sampai aku menyekutukan
Mu sementara aku menyadarinya, dan aku memohon ampun kepada Mu untuk yang tidak
aku sadari. Doa ini dibaca Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menyebutkan
tentang bahaya syirik,
Demi dzat yang jiwaku berada di tangan Nya, sungguh syirik itu lebih samar
dibandingkan jejak kaki semut. Maukah kutunjukkan kepada kalian satu doa, jika kalian
mengucapkannya, maka syirik akan menjauhimu yang sedikit maupun yang
banyak. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan doa di atas. (HR.
Bukhari dalam Adabul Mufrad 716 dan dishahihkan al Albani).

 Doa sobat Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu,

Beliau rajin membaca doa  berikut, Ya Allah, aku berlindung kepada Mu dari kekufuran
dan kefakiran… ya Allah aku berlindung kepada Mu dari adzab kubur… laa ilaaha illaa
anta… Sobat Abu Bakrah membaca ini diulang 3 kali setiap pagi dan sore. Ketika beliau
ditanya alasannya, beliau mengatakan, Aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam berdoa dengan doa ini, dan aku ingin meniru sunah beliau. (HR. Abu Daud 5092,
Nasai 5482 dan dihasankan al Albani).
13. Ikhlas atas apa yang diberikan Allah

Sebagaimana disebutkan dalam hadits mengenai sifat munafik, “Jika berjanji, maka ia
ingkari. Jika berbicara, ia berdusta. Jika membuat perjanjian, tidak dipenuhi. Jika diberi
amanat, ia khianat.” Ini semua termasuk amalan kemunafikan. Siapa yang membiasakan
sifat sifat termasuk, maka ia bisa terjatuh pada kemunafikan yang besar. Wal’iyadzu
billah (kepada Allah lah sobat berlindung).
14. Mohon perlindungan dari godaan syetan

Hati hati akan godaan setan karena setan terus memerintahkan untuk lalai dalam ibadah.
Setan membisikkan, tidaklah perlu untuk shalat, tidaklah perlu untuk beribadah. Setan
juga membisikkan, jangan melakukan shalat sunnah, nanti terjangkiti riya’. Bisikan setan

semacam ini wajib disingkirkan dan tidak perlu dipedulikan. Kalau tidak dipedulikan
bisikan tersebut, maka tidak akan membahayakan sobat. Walhamdulillah. Setiap
perkataan sobat mestilah jujur, hendaklah sobat menepati janji, menunaikan amanah,
tidak berbuat zalim ketika berselisih.

KISAH NAFIQ

Kisah mengenai seseorang yang munafik sudah ada sejak zaman Rasulullah.
Dilansir dari laman Nahdlatul Ulama Online, ada seorang tokoh yang
munafik bernama Abdullah bin Ubay. Ia begitu membenci Rasulullah karena
menganggapnya sebagai penghalang dirinya untuk menjadi penguasa
Madinah. Sejak Rasul dan para sahabat hijrah ke kota Madinah, terjadi
perubahan dalam tatanan politik di Madinah.
Awalnya, Abdullah bin Ubay direncanakan akan diangkat sebagai tokoh dan
penguasa Madinah. Namun setelah Nabi Muhammad datang ke Madinah,
pengaruh Abdullah menjadi pudar. Hingga akhirnya Nabi Muhammad lah
yang menjadi pemimpin Kota Madinah. Hal itu yang membuat Abdullah bin
Ubay menaruh kebencian dan kedengkian terhadap Nabi Muhammad.
Dilansir dari 49 Teladan dalam Al-Quran, karya Ririn Rahayu Astutiningrum.
Ketika bersama Rasulullah, Abdullah mengaku beriman dan beribadah
layaknya umat Islam namun ketika dia sudah berpisah dengan Rasul, dia
kembali kepada agamanya yang lama. Ia menjelek-jelekkan umat Islam dan
Rasulullah. Selain itu Abdullah bin Ubay juga kerap mengadu domba dan
menjadi provokator dalam kerusuhan.
Namun ketika Abdullah bin Ubay jatuh sakit hingga akhirnya meninggal
dunia, anak laki-lakinya yang bernama Abdillah bin Abdullah bin Ubay,
mendatangi Rasulullah. Dia meminta kain kafan untuk dipakai ayahnya,
selain itu ia juga meminta Rasulullah agar mau menyalatinya.
Rasulullah pun mendatangi pemakaman, hanya saja ketika Umar melihat
perbuatan Rasulullah, dia segera mengingatkan,
“Wahai Rasulullah, kenapa mau menyalatkan Abdullah bin Ubay? padahal
dia adalah seorang yang munafik. Bukankah Allah melarang untuk
menyalatkan orang-orang munafik?.”
Rasulullah pun menjawab kalau beliau mendapat pilihan dari Allah antara
mendoakan atau tidak, dan Rasulullah memilih berdoa untuk Abdullah bin
Ubay bin Salul. Setelah Rasulullah SAW menyalatkan, barulah turun ayat:
“Dan janganlah kamu sekali-kali menyembahyangkan (jenazah) seorang
yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di
kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya
dan mereka mati dalam keadaan fasik. (QS. At-Taubah:84).

Anda mungkin juga menyukai