Anda di halaman 1dari 8

1.

KERASULAN NABI MUHAMMAD


SAW DAN WAHYU PERTAMA
Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi rasul ditandai dengan
menerima wahyu surah Al ‘Alaq ayat 1-5 di Gua Hira. Pendapat terkuat
meyakini bahwa hal tersebut terjadi pada 17 Ramadan 610 M.

Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim, Rasulullah SAW


menerima wahyu dalam dua keadaan. Pertama, terdengar seperti suara
lonceng yang berbunyi keras dan dikatakan bahwa ini cara paling berat
bagi Rasulullah.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 5:


‫ِإنَّا َسنُ ْلقِى َعلَ ْيكَ قَوْ اًل ثَقِياًل‬

Artinya:” Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan


yang berat.”

Kedua, dikatakan bahwa Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW


dalam keadaan seperti manusia biasa, menyerupai seorang laki-laki.
Jibril mendatangi dengan berkata iqra` bismi rabbikallażī khalaq
khalaqal-insā na min ‘alaq iqra` wa rabbukal-akram allażī ‘allama bil-
qalam ‘allamal-insā na mā lam ya’lam (QS Al ‘Alaq: 1-5).

Turunnya wahyu pertama yang menandai kenabian dan kerasulan Nabi


Muhammad SAW juga diceritakan Moenawar Khalil dalam Kelengkapan

1
Tarikh Nabi Muhammad dengan bersandar pada hadits yang bersumber
dari Aisyah RA.

Bunyi Wahyu Pertama yang Diterima Nabi Muhammad

‫ َعلَّ َم‬٤ ‫ الَّ ِذيْ َعلَّ َم بِ ْالقَلَ ۙ ِم‬٣ ‫ ُم‬,ۙ‫ اِ ْق َرْأ َو َربُّكَ ااْل َ ْك َر‬٢ ‫ق‬
ٍ ۚ َ‫ق ااْل ِ ْن َسانَ ِم ْن َعل‬ َ ِّ‫اِ ْق َرْأ بِاس ِْم َرب‬
َ ۚ َ‫ك الَّ ِذيْ َخل‬
َ َ‫ َخل‬١ ‫ق‬
٥ ‫ااْل ِ ْن َسانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ۗ ْم‬

Iqra` bismi rabbikallażī khalaq khalaqal-insā na min ‘alaq iqra` wa


rabbukal-akram allażī ‘allama bil-qalam ‘allamal-insā na mā lam ya’lam

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang


menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah!
Tuhanmulah Yang Mahamulia, yang mengajar (manusia) dengan pena.
Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS Al ‘Alaq: 1-
5)

2.AJARAN AJARAN RASULULLAH DI


MEKKAH

1. Akidah

Akidah adalah Pokok kepercayaan yang harus diyakini


kebenarannya oleh setiap muslim dengan bersandar pada dalil Naqli dan
aqli. Rasulullah Saw diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan ajaran
tauhid yakni hanya menjadikan Allah SWT satu-satunya Tuhan yang
patut untuk di sembah. Nabi Muhammad Saw di Mekkah menyeru agar
meninggalkan perbuatan menyembah berhala.
2
2. Akhlak mulia

Akhlak mulia adalah berbuat baik kepada orang lain, menghindari


sesuatu yang menyakiti nya dan menahan diri ketika disakiti. Rasulullah
Saw memiliki akhlak mulia dari diri pribadi beliau di Mekkah yaitu
mengajak untuk meninggalkan segala perbuatan keji yang di lakukan
oleh masyarakat Arab.

3.STRATEGI DAKWAH RASULULLAH


DI MEKAH DAN MADINAH

1).Dakwah Secara Diam-diam

Syekh Said Ramadhan al-Buthi dalam kitab Fiqihu as-Sirah an-


Nabawiyah menjelaskan, bahwa Nabi saw menjalankan perintah Allah
dengan cara mengajak orang untuk menyembah Allah semata dan
meninggalkan sembahan yang lain. Namun, beliau melakukannya diam-
diam agar tidak mengejutkan kaum Quraisy yang fanatik pada
kemusyrikan dan paganisme. Rasulullah berdakwah tidak secara terang-
terangan, seperti berbicara di tempat-tempat umum atau di tempat
ibadah mereka. Beliau hanya berdakwah kepada sanak kerabatnya yang
sangat dekat atau orang yang sudah beliau kenal baik.Orang yang
pertama kali masuk Islam di antara mereka adalah Khadijah binti
Khuwailid ra, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Haritsah mantan budak
Rasulullah saw sekaligus anak angkatnya, Abu Bakar (Ash-Shiddiq) bin
Abu Quhafah, Utsman bin Affan, Az- Zubair bin Al-Awwam,
Abdurrahman bin Auf, Sa‘d bin Abi Waqqash, dan beberapa lainnya.
Mereka bertemu dengan Nabi saw secara diam-diam. Apabila salah
seorang di antara mereka ingin mempraktikkan suatu ibadah, dia pergi

3
ke lorong-lorong Kota Makkah yang sepi agar tidak terlihat orang
Quraisy.

Ketika jumlah pemeluk Islam mencapai lebih dari 30 orang laki-laki dan
perempuan, Rasulullah saw memilih rumah salah seorang dari mereka,
al-Arqam bin Abu al-Arqam, sebagai majelis pertemuan dan pengajaran.
Dakwah pada tahapan ini menghasilkan sekitar 40 orang Muslim, laki-
laki dan perempuan. (al-Buthi, Fiqihu as-Sirah an-Nabawiyah, [Beirut:
Dar al-Fikr 2020], halaman 83)

2).secara terang-terangan

Setelah tiga tahun Rasulullah melakukan dakwah dengan sembunyi-


sembunyi, atas perintah Allah Nabi pun mulai berdakwah secara terang-
terangan. Salah satu cara berdakwah terang-terangan adalah dengan
berdakwah kepada kerabat dekat. Dalam buku Shirah Nabawiyah karya
Syekh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri menceritakan hal pertama yang
dilakukan setelah turunnya ayat Alquran Asy-Syu’ara Ayat 214 adalah
mengundang Bani Hasyim.

َ‫يرتَكَ اَأْل ْق َربِين‬


َ ‫َوَأ ْن ِذرْ َع ِش‬

Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu (Muhammad) yang


terdekat.

“Segala puji bagi Allah dan aku memuji-Nya, memohon pertolongan,


percaya dan tawakal kepada-Nya. Aku bersaksi bahwa tiada Ilah selain
Allah semata vang tiada sekutu bagi-Nya.”

4
Kemudian beliau melanjutkan lagi. “Sesungguhnya scorang pemandu itu
tidak akan mendustakan keluarganya. Demi Allah yang tidak ada selain
Dia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepada kalian secara khusus
dan kepada manusia secara umum. Demi Allah, kalian benar-benar akan
mati layaknya sedang tidur nyenyak dan akan dibangkitkan lagi
layaknya bangun tidur. Kalian benar-benar akan dihisab terhadap apa
pun yang kalian perbuat, lalu di sana ada surga yang abadi dan neraka
yang abadi pula.”

Kemudian Abu Thalib berkata, “Kami tidak suka menolongmu, menjadi


penasihatmu dan membenarkan perkataanmu. Orang-orang yang
menjadi Bani bapakmu ini sudah bersepakat. Aku hanyalah segelintir
orang di antara mereka. Namun akulah orang yang pertama kali
mendukung apa yang engkau sukai. Maka lanjutkanlah apa yang
diperintahkan kepadamu. Demi Allah, aku senantiasa akan menjaga dan
melindungimu, namun aku tidak mempunyai pilihan lain untuk
meninggalkan agama Bani Abdul Muththalib.”

Abu Lahab berkata, “Demi Allah, ini adalah kabar buruk. Ambillah
tindakan terhadap dirinya sebelum orang lain yang melakukannya.” Abu
Thalib menimpali, “Demi Allah kami tetap akan melindungi selagi kami
masih hidup.

4.CONTOH-CONTOH PENYIKSAAN
KAFIR QURAISY
1. hari abu Jahal melihat Rasulullah SAW di Safa

Ia mencerca dan menghina tetapi tidak ditanggapi oleh Rasulullah SAW.


Dan ia beranjak pulang. Kemudian, abu Jahal pun bergabung dengan

5
kelompoknya kaum Quraisy di samping Ka’bah. Mendengar kejadian
tersebut, Hamzah, paman Rasulullah SAW. Marah seraya bangkit
mencari abu Jahal, ia kemudian menemukan abu Jahal yang sedang
duduk di samping Ka’bah dengan kelompoknya kaum Quraisy. Tanpa
banyak bicara dia langsung mengangkat busur dan memukulnya ke
kepala abu Jahal hingga tengkoraknya terluka.”engkau mencacah dia
(Rasulullah SAW). Padahal aku sudah memeluk agamanya, aku
menempuh jalan yang ia tempuh, jika mampu ayo lawan aku!” tantang
Hamzah

2. hari, uqbah bin Abi Mu’it melihat Rasulullah SAW bertawaf,

Lalu menyaksikannya. Ia menjerat leher Rasulullah SAW dengan


sorbannya dan menyeret keluar masjid beberapa orang datang
menolong Rasulullah SAW. Karena takut kepada Bani Hasyim.

5.PERJALANAN AQABAH
Baiat Aqabah atau Perjanjian Aqabah adalah perjanjian yang sangat
berpengaruh dalam proses dakwah Islam oleh Nabi Muhammad SAW.
Perjanjian ini terjadi antara Nabi Muhammad dengan penduduk Yastrib
atau sekarang lebih dikenal Madinah, yang dilakukan di sebuah bukit
bernama Aqabah, sekitar 5 kilometer dari Mekkah.

6.PERISTIWA HIJRAH KAUM


MUSLIMIN KE ABISINIA DAN
MADINAH
1.) peristiwa hijrah ke Abisinia (Habsyi)

6
(bahasa Arab: ‫الهجرة إلى الحبشة‬, al-hijra ʾilā al-habaša), juga dikenal dengan
istilah Hijrah Pertama, adalah sebuah peristiwa di awal kemunculan
Islam, sekitar tahun 613 atau 615 Masehi, ketika para pengikut Nabi
Muhammad terpaksa mengungsi ke wilayah Abisinia untuk menghindar
dari penindasan kaum Quraisy di Mekkah. Pada masa itu di wilayah
Abisinia (Arab: Habsah) berdiri Kerajaan Aksum yang beragama Kristen
yang menguasai wilayah Etiopia dan Eritrea saat ini.[1] Menurut
sumber-sumber Islam, penguasa Kerajaan Aksum pada waktu itu
dikenal dengan gelar negus (bahasa Arab: ‫نجاشي‬, najā šī) yang bernama
Ashama bin Abjar. Sejarawan modern meyakini bahwa Ashama bin
Abjar adalah Negus Armah dan Ella Tsaham.[2] Beberapa sahabat yang
hijrah ke Abisinia sebagian kembali ke Mekah dan sebagian menetap di
Abisinia hingga akhirnya mereka turut pindah ke Madinah pada tahun
628.[3]

2). Peristiwa Hijrah ke Madinah

Peristiwa Ikrar Aqabah II ini diketahui oleh orang-orang Quraisy. Sejak


itu tekanan, intimidasi, dan siksaan terhadap kaum muslimin makin
meningkat. Kenyataaan ini mendorong Nabi segera memerintahkan
sahabat-sahabatnya untuk hijrah ke Yasrib. Dalam waktu dua bulan saja,
hampir semua kaum muslimin, sekitar 150 orang telah berangkat ke
Yasrib. Hanya Abu bakar dan Ali yang masih menjaga dan membela Nabi
di Mekah. Akhirnya, Nabi pun hijrah setelah mendengar rencana Quraisy
yang ingin membunuhnya. Nabi Muhammad saw. Dengan ditemani oleh
Abu Bakar berhijrah ke Yasrib. Sesampai di Quba, 5 km dari Yasrib, Nabi
beristirahat dan tinggal di sana selama beberapa hari. Nabi menginap di
rumah Umi Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini Nabi membangun
sebuah masjid. Inilah masjid pertama yang dibangun pada masa Islam
yang kemudian dikenal dengan Masjid Quba. Tak lama kemudian, Ali
datang menyusul setelah menyelesaikan amanah yang diserahkan Nabi
kepadanya pada saat berangkat hijrah. Ketika Nabi memasuki Yasrib, ia
7
dielu-elukan oleh penduduk kota itu dan menyambut kedatangannya
dengan penuh kegembiraan. Sejak itu, nama Yasrib diganti dengan
Madinatun Nabi (Kota Nabi) atau sering pula disebut dengan Madinatun
Munawwarah (Kota yang Bercahaya). Dikatakan demikian karena
memang dari sanalah sinar Islam memancar ke seluruh penjuru dunia.

Anda mungkin juga menyukai