Anda di halaman 1dari 5

KHUTBAH PERTAMA

Jama’ah Jumat rahimakumullah,


Marilah kita senantiasa berupaya meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala. Taqwa yang membuat kita mentaati perintah-Nya dan menjauhi
larangan-Nya. Taqwa yang membuat kita mencintai Rasulullah dan meneladaninya.
Sebab melalui Rasulullah lah kita tahu apa yang diperintahkan Allah dan apa yang
dilarang-Nya.

Kita masih berada di bulan Rabiul Awal. Bulan Maulid. Bulan kelahiran Rasulullah
Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Namun lebih dari itu, ada sejumlah peristiwa
penting yang terjadi pada bulan ini. Tiga di antara peristiwa terpenting pada bulan
Rabiul Awal ini adalah kelahiran Rasulullah, hijrah ke Madinah dan wafatnya
Rasulullah.

Tiga peristiwa inilah yang insya Allah menjadi pengingat kita dalam Khutbah Jumat
Rabiul Awal ini.

Rabiul Awal bulan Maulid

Rabiul Awal adalah bulan maulid. Bulan lahirnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
menurut jumhur ulama. Tepatnya pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun Gajah
sebagaimana disebutkan Ibnu Katsir rahimahullah dalam Sirah Nabawiyah.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan:

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dilahirkan pada hari Senin, diangkat menjadi Nabi
pada hari Senin, wafat pada hari Senin, keluar hijrah dari Makkah ke Madinah pada hari
Senin, tiba di Madinah pada hari Senin dan mengangkat hajar aswad (untuk diletakkan
di tempatnya) juga pada hari Senin.” (HR. Ahmad dan Thabrani dalam Al-Kabir)

Ada beberapa riwayat yang mengisahkan terjadinya sejumlah keajaiban ketika Nabi
Muhammad dilahirkan. Pertama, jatuhnya empat belas balkon dari istana Kisra. Kedua,
padamnya api yang disembah oleh orang Majusi. Ketiga, hancurnya gereja-gereja di
sekitar Danau Sawah setelah sebelumnya danau itu surut.

Namun, Syaikh Mahmud Al Mishri dalam Sirah Rasulullah menjelaskan bahwa tiga
peristiwa itu tidak berdasar dan tidak ada riwayat shahih yang membenarkannya.

Keajaiban saat kelahiran Rasulullah yang bersumber dari hadits shahih, kata Syaikh
Mahmud Al Mishri adalah ibunda Nabi melihat cahaya keluar darinya dan menyinari
istana-istana Romawi di negeri Syam saat Rasulullah dilahirkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:


“Aku adalah doa ayahku Nabi Ibrahim, kabar gembira Nabi Isa dan ibuku melihat
cahaya keluar darinya menerangi istana-istana di Syam” (HR. Ahmad dan Hakim)

‫ت لَ ُه قُصُو ُر بُصْ َرى‬ َ ‫ض َع ْت ِن‍ي َس َط َع ِم ْن َها ُنو ٌر َف‬


ْ ‫ضا َء‬ َ ‫ت ُأمِّي ِحي‬
َ ‫‍ن َو‬ ْ ‫َرَأ‬

“Ibuku melihat cahaya terang yang dapat menerangi istana-istana di Basrah (Syam)
ketika melahirkanku.” (HR. Ibnu Sa‘ad)

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan terkait hadits ini, “Keluarnya cahaya saat lahirnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sebuah indikasi atas apa yang akan
datang bersamanya. Yakni cahaya yang dijadikan petunjuk oleh penduduk bumi dan
hilangnya syirik dari muka bumi.”

Dan benar. Hanya dalam waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari setelah Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam diutus menjadi Rasul, cahaya tauhid tersebar ke seluruh
jazirah Arab. Dan hari ini, kita mendapati lebih dari 1,7 miliar penduduk dunia adalah
muslim.

Hijrah ke Madinah

Bulan Rabiul Awal juga merupakan bulan hijrahnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam ke Madinah. Di saat semua sahabat telah berhijrah ke Madinah, hanya tinggal
Rasulullah dan Abu Bakar yang belum berangkat. Beliau menunggu perintah Allah,
kapan waktu yang tepat untuk berangkat.

Setelah turun perintah Allah, Rasulullah dan Abu Bakar pun berangkat ke Madinah,
setelah malamnya Ali bin Abu Thalib menggantikan beliau di tempat tidur untuk
mengecoh kafir Quraisy yang akan membunuhnya.

Rasulullah dan Abu Bakar pergi ke Madinah dengan mengambil rute yang tidak
biasanya. Mereka berdua bersembunyi di Gua Tsur terlebih dahulu untuk menghindari
pengejaran oleh kaum kafir Quraisy.

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa Rasulullah tiba di Madinah tepat pada
hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal.

Wafatnya Rasulullah

Bulan Rabiul Awal juga merupakan bulan wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam. Pof Dr Ali Muhammad Ash Shalabi di dalam bukunya Sirah Nabawiyah
menjelaskan bahwa beliau wafat pada hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal tahun 11
hijriyah dalam usia 63 tahun.

Kaum muslimin sangat sedih di hari itu hingga Anas radhiyallahu ‘anhu mengatakan,
“Saat Rasulullah tiba di Madinah, itulah hari yang menyinari segala sesuatu. Saat beliau
wafat, itulah hari yang membuat segalanya gelap.”
Menjelang beliau wafat, yang paling beliau pikirkan adalah umatnya. Maka beliau pun
mengucapkan “ummati.. ummati…” Beliau sangat mengkhawatirkan umatnya. Umat
yang selama ini dibela dan diperjuangkan. Umat yang selama ini senantiasa dibinanya.
Umat yang selama ini dikasihinya.

Cinta Rasulullah kepada Umatnya

Kelahiran Rasulullah adalah rahmat dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebelum diangkat
menjadi Rasul, beliau sudah memikirkan tentang umat manusia. Mengapa mereka
tersesat, mengapa mereka saling menindas. Dan mengapa tatanan kehidupan
masyarakat demikian jahiliyah.

Dan setelah beliau diangkat menjadi Rasul, sejak saat itu beliau senantiasa berjuang
untuk menyelamatkan umatnya dari kejahiliyahan dan kesesatan yang bisa
menjebloskan mereka masuk neraka.

Allah menggambarkan kecintaan dan kasih Rasulullah kepada umat dalam firman-Nya:

َ ‫لَ َق ْد َجا َء ُك ْم َرسُو ٌل مِنْ َأ ْنفُسِ ُك ْم َع ِزي ٌز َعلَ ْي ِه َما َع ِن ُّت ْم َح ِريصٌ َعلَ ْي ُك ْم ِب ْالمُْؤ ِمن‬
‫ِين َرءُوفٌ َرحِي ٌم‬

“Sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa
olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
amat belas kasih lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin” (QS. At Taubah: 128)

Begitu berat terasa oleh beliau penderitaan umat sehingga beliau bersedia menebus
dan meringankan penderitaan itu. Misalnya sakaratul maut yang demikian berat. Saat
menjelang wafat, putri beliau Fatimah radhiyallahu ‘anha bertanya, “apakah sakaratul
maut sakit ya Rasulullah.” Rasulullah justru meminta kepada Allah agar sakitnya
sakaratul maut umat ditanggung beliau.

Andaikan beliau tidak menanggung sebagian sakaratul maut umatnya, tentu sakaratul
maut yang dirasakan umat ini sangat berat. Berlipat-lipat dari sakitnya sakaratul maut
sekarang. Namun, demi meringankan penderitaan umatnya, Rasulullah menanggung
itu semua.

Beliau sangat menginginkan keimanan dan keselamatan umat. Maka beliau siang
malam berdakwah. Siang malam berdoa. Bahkan, ketika disakiti oleh kaumnya, hal itu
tidak menghentikan dakwah beliau.

Peristiwa yang paling menyakitkan beliau terjadi di Thaif. Saat itu, dalam kondisi sedih
karena ditinggal wafat istri tercinta Khadijah radhiyallahu ‘anha dan Abu Thalib paman
sang pembela serta permusuhan sengit kafir Quraisy sepeninggal keduanya, Rasulullah
berdakwah ke Thaif.
Bukannya diterima dengan baik, penduduk Thaif malah mengusir beliau dan
melemparinya dengan batu. Dalam kondisi demikian, malaikat Jibril dan malaikat
penjaga gunung datang.

“Wahai Rasulullah, Allah telah mengetahui perlakuan penduduk Thaif kepadamu. Jika
engkau mau, aku timpakan dua gunung ini kepada mereka,” kata malaikat penjaga
gunung.

Apa jawaban Rasulullah? “Tidak. Justru aku berharap keturunan mereka akan
menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.”

Masya Allah… inilah akhlak agung Rasulullah yang senantiasa mengharap


keselamatan untuk umatnya. Beliau tidak mau umatnya diazab. Beliau maunya umat
mendapat hidayah dan masuk surga bersama-sama.

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Rasulullah sangat penyayang kepada orang-orang mukmin. Karenanya beliau
menyimpan doa pamungkas sebagai syafaat di akhirat kelak. Ketika orang-orang
kepanasan, kehausan dan ketakutan di padang mahsyar, Rasulullah akan memanggil
umatnya untuk diberi minum di telaga kautsar beliau. Orang yang telah minum dari
telaga itu takkan kehausan lagi selama-lamanya.

Dan di saat semua manusia bingung berharap pertolongan, mereka mendatangi


sejumlah Nabi mulai Adam, Musa, hingga Isa, semuanya tak ada yang bisa
memberikan syafaat. Akhirnya mereka semua datang kepada Nabi Muhammad dan
beliau pun memberikan syafaat kepada umatnya.

Cinta Kita kepada Rasulullah

Jika demikian besar cinta Rasulullah kepada kita, bagaimana cinta kita kepada beliau?
Di bulan Rabiul Awal ini, marilah kita merenung dan bermuhasabah.

Sudahkah kita memperbanyak sholawat kepada beliau? Sebab di antara tanda cinta
adalah banyak menyebut nama kekasihnya. Dan sebaik-baik menyebut nama
Rasulullah adalah dengan bershalawat kepada beliau. Satu shalawat akan diganjar
dengan sepuluh kebaikan, dihapuskan sepuluh dosa dan diangkat sepuluh derajat.
Siapa yang paling banyak shalawatnya, dialah yang paling berhak mendapat syafaat
Rasulullah di akhirat kelak.

َ َّ‫اس ِبى َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة َأ ْك َث ُر ُه ْم َعلَى‬


‫صالَ ًة‬ ِ ‫َأ ْولَى ال َّن‬

“Orang yang paling berhak mendapatkan syafa’atku di hari kiamat adalah orang yang
paling banyak bersholawat kepadaku” (HR. Tirmidzi)

Selanjutnya, sudahkah kita berusaha untuk meneladani beliau? Sebab bukti cinta paling
konkrit kepada Rasulullah adalah dengan meneladani beliau.
َ ‫ُول هَّللا ِ ُأسْ َوةٌ َح َس َن ٌة لِ َمنْ َك‬
‫ان َيرْ جُو هَّللا َ َو ْال َي ْو َم اَآْلخ َِر َو َذ َك َر هَّللا َ َكثِيرً ا‬ ِ ‫ان لَ ُك ْم فِي َرس‬
َ ‫لَ َق ْد َك‬

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu
(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
dia banyak menyebut Allah” (QS. Al Ahzab: 21)

Anda mungkin juga menyukai