Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Rajul Rafiq K Hamdja


Kelas : III (TIGA)
Nabi Muhammad SAW merupakan manusia pilihan Allah yang diutus untuk
menyebarkan agama Islam. Beliau adalah manusia yang istimewa, hingga
kedatangannya sebagai rasul terakhir telah disebut dalam kitab suci terdahulu,
yakni Taurat dan Injil.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah di Makkah. Beliau
merupakan putera dari Abdullah bin 'Abdul Muthalib yang berprofesi sebagai
pedagang, sedangkan ibunya bernama Aminah binti Wahb.
Dari garis keturunan sang ayah, beliau merupakan keturunan Bani Hasyim, pihak
yang bertanggung jawab atas pemeliharaan Kakbah. Silsilah sang Nabi juga
sampai pada Nabi Ibrahim AS.
Rasulullah terlahir sebagai anak yatim. Sebab, sang ayah meninggal dua bulan
sebelum kelahirannya saat sedang melakukan perjalanan dagang. Ketika masih
kanak-kanak, sang ibu wafat karena sakit. Beliau akhirnya diasuh oleh sang kakek,
Abdul Muthalib.
Setelah dua tahun dibesarkan, giliran kakeknya yang menyusul wafat karena usia
renta, sehingga Nabi Muhammad kemudian dirawat oleh pamannya, Abu Thalib.
Sejak belia, beliau menggembala kambing, kemudian mengikuti jejak sang paman
sebagai pedagang.
Memiliki Gelar Al Amin
Jauh sebelum menjadi rasul, Nabi Muhammad telah menunjukkan kualitasnya
sebagai manusia berakhlak mulia. Para penduduk Makkah menyematkan gelar Al
Amin atau orang yang dapat dipercaya atas kepribadiannya.
Dalam buku Manajemen Bisnis Syariah tulisan Ali Hasan, Nabi Muhammad
digambarkan sangat baik dan jujur. Beliau selalu menepati janji dan mengantarkan
barang dagangannya sesuai dengan kualitas yang diminta pelanggan.
Wahyu Pertama Nabi Muhammad
Pada suatu hari, Rasulullah SAW bermimpi Malaikat Jibril datang menemuinya.
Beliau kemudian menyendiri di Gua Hira untuk merenung.
Saat itulah Jibril datang menyampaikan wahyu Allah untuk Nabi Muhammad
SAW. Wahyu tersebut tertera dalam surah Al-Alaq ayat 1-4 yang berbunyi :
‫) َع َّلَم اِإْل ْنَس اَن‬4( ‫) اَّلِذ ي َع َّلَم ِباْلَقَلِم‬3( ‫) اْقَر ْأ َو َر ُّبَك اَأْلْك َر ُم‬2( ‫) َخ َلَق اِإْل ْنَس اَن ِم ْن َع َلٍق‬1( ‫اْقَر ْأ ِباْس ِم َر ِّبَك اَّلِذ ي َخ َلَق‬
)5( ‫َم ا َلْم َيْع َلْم‬
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).
Peristiwa tersebut terjadi pada tanggal 17 ramadhan 611 M. Kala itu usia Nabi
Muhammad genap 40 tahun 6 bulan 12 hari. Sejak saat itu, beliau mengemban misi
untuk membawa kabar gembira (bashiran) dan peringatan (nadhiran) kepada umat
manusia.
Dakwah Nabi Muhammad SAW
Substansi ajaran yang disampaikannya Nabi Muhammad SAW sangat
bertentangan dengan yang selama ini dianut oleh masyarakatnya. Di kota Makkah
memang ada sejumlah kecil pemeluk-pemeluk agama Kristen dan Yahudi. Namun
secara umum bangsa Arab saat itu tidak memiliki agama tertentu kecuali
penyembah berhala.
Beliau paham betul dengan tantangan yang dihadapinya. Oleh sebab itu pada
mulanya Nabi Muhammad melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi kepada
keluarga dan teman-teman dekatnya.
Adapun para pengikut pertamanya yakni istrinya Khadijah, Ummu Aiman, Ali bin
Abu Thalib, Abu Bakar Al-Shiddiq dan Zaid bin Haritsah.
Seiring berjalannya waktu, pengikut Nabi makin bertambah jumlahnya. Akhirnya
setelah tiga tahun, Rasulullah diperintahkan untuk berdakwah secara terbuka.
Sasaran dakwahnya kini bukan hanya kerabat dekatnya saja, tetapi masyarakat
secara umum.
Perintah tersebut ada di dalam Alquran surah Al-Hajr, yakni:
“Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik.” (QS. Al-Hajr: 94).
Panglima Perang yang Bersahaja
Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam menghadapi
banyak penolakan sampai terjadinya peperangan. Dalam setiap peperangan, beliau
selalu tampil sebagai panglima yang perkasa namun bersahaja. Ini karena
Rasulullah selalu memegang teguh apa yang diperintahkan Allah kepadanya.
Seperti disebutkan dalam surah al-Baqarah ayat 190, “Dan perangilah di jalan
Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui
batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui
batas.”
Perang Badar merupakan salah satu pertempuran terbesar yang terjadi pada 17
Ramadhan 2 Hijriah. Dikutip dari Muhammad Zulfahnur Hilmi Rahmadani dalam
Pengaruh Perang Badar Terhadap Eksistensi Kaum Muslim Di Madinah (2 H / 624
M), setelah kemenangan umat Islam di Perang Badar, posisi Rasulullah semakin
diperhitungkan dan sangat dihormati.
Selain itu, ghanimah (harta rampasan perang) yang didapatkan juga sangat
membantu sistem perekonomian kaum Muslim di Madinah. Dengan
berkembangnya stabilitas politik dan ekonomi, dakwah Rasulullah untuk
menyebarkan agama Islam pun makin mudah dilaksanakan.
Wafatnya Nabi Muhammad
Pada 29 Shafar tahun 11 Hijriah, Nabi Muhammad SAW mengalami sakit parah.
Mengetahui ajalnya semakin dekat, beliau berwasiat kepada para sahabat untuk
bertakwa kepada Allah SWT.
Rasulullah bersabda, “Aku berwasiat kepada kamu semua agar bertakwa kepada
Allah SWT karena aku akan meninggalkan dunia yang fana ini. Hari ini adalah
hari pertamaku memasuki alam akhirat, dan sebagai hari terakhirku berada di alam
dunia ini.”
Nabi Muhammad adalah manusia yang mulia, hingga malaikat maut tidak kuasa
untuk mencabut nyawanya. “Saya datang untuk ziarah sekaligus mencabut nyawa.
Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya akan pulang.”
Rasulullah tetap memilih untuk bertemu dengan Penciptanya. Pada akhirnya Nabi
Muhammad wafat di usia 63 tahun pada hari Senin, 12 Rabiul Awal 11 H atau 8
Juni 632 M.

Anda mungkin juga menyukai